Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

HYPOKALEMIA

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah

Dosen koordinator : Hikmat Rudyana, S.Kp., M.Kep

Dosen pembimbing : Ismafiaty, S.Kep., Ners., M.Kep

Disusun Oleh :

Muhamad Opi Hafiizh

2350321108

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2023
A. Konsep Teori

1. Definisi

Kalium atau dikenal juga sebagai potassium adalah salah satu zat

mineral yang dibutuhkan untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Apabila

tubuh kita kekurangan kalium, kita bisa mengalami suatu kondisi yang

disebut defisiensi kalium atau hipokalemia. Gejala hipokalemia dapat

berupa kelelahan, otot terasa lemah, kram otot tangan atau kaki, mual,

muntah, perubahan suasana hati (uring-uringan), dan detak jantung menjadi

tidak teratur.

Selain menghindari defisiensi kalium, upaya menjaga asupan

kalium yang cukup juga penting untuk mencegah penyakit stroke.

Sedangkan untuk pengobatan, kalium bisa digunakan untuk menangani

tekanan darah tinggi (hipertensi).

Hipokalemia adalah suatu kondisi dimana kadar kalium dalam

darah lebih rendah dari nilai yang normal (normal kalium berkisar 3,5 –

5,5). Kondisi ini dapat sangat berbahaya karena kalium dalam kehidupan

berperan dalam kinerja saraf dan otot terutama otot jantung. Hipokalemia

dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, diantaranya diare, muntah-

muntah berat, penggunaan obat diuretik, penggunaan beberapa jenis

antibiotik, keringat yang berlebihan, konsumsi alkohol berlebihan,

penggunaan obat-obatan asma, dll.

2. Etiologi

Penyebab lain hipokalemia meliputi:


a. Peningkatan ekskresi (atau kerugian) dari kalium di tubuh.

b. Beberapa obat dapat menyebabkan kehilangan kalium yang dapat

menyebabkan hipokalemia. Obat yang umum termasuk diuretik loop

(seperti Furosemide). Obat lain termasuk steroid, licorice, kadang-

kadang aspirin, dan antibiotik tertentu.

c. Ginjal disfungsi : ginjal tidak dapat bekerja dengan baik karena suatu

kondisi yang disebut Asidosis Tubular Ginjal (RTA). Ginjal akan

mengeluarkan terlalu banyak kalium. Obat yang menyebabkan RTA

termasuk Cisplatin dan Amfoterisin B.

d. Kehilangan cairan tubuh karena muntah yang berlebihan, diare, atau

berkeringat.

e. Endokrin atau hormonal masalah (seperti tingkat aldosteron

meningkat): aldosteron adalah hormon yang mengatur kadar potasium.

Penyakit tertentu dari sistem endokrin, seperti aldosteronisme atau

sindrom Cushing, dapat menyebabkan kehilangan kalium.

f. Miskin diet asupan kalium.

g. Muntah berkali-kali, diare, kronik, hilang melalui kemih (mineral

kortikoid berlebihan obat-obat diuretik).

3. Patofisiologi

Kalium adalah kation utama cairan intrasel. Kenyataannya 98% dari

simpanan tubuh (3000-4000 mEq) berada didalam sel dan 2% sisanya (±70

mEq) terutama pada kompetemen ECF. Kadar kalium serum normal adalah

3,5 – 5,5 mEq/L dan sangat berlawanan dengan kadar di dalam sel yang
sekitar 160 mEq/L. kalium merupakan bagian terbesar dari zar terlarut

intrasel, sehingga berperan penting dalam menahan cairan di dalam sel dan

mempertahankan volume sel. Kalium ECF meskipun hanya merupakan

bagian kecil dari kalium total, tetapi sangat berpengaruh dalam fungsi

neuromuskular. Perbedaan kadar kalium dalam kompartemen ICF dan ECF

dipertahankan oleh suatu pompa Na-K aktif yang terdapat dimembran sel.

Rasio kadar kalium ICF terhadap ECF adalah penentuan utama

potensial membran sel pada jaringan yang dapat tereksitasi, seperti otot

jantung dan otot rangka. Potensial membran istirahat mempersiapkan

pembentukan potensial aksi yang penting untuk fungsi saraf dan otot yang

normal. Kadat kalium ECF jauh lebih rendah dibandingkan kadar di dalam

sel, sehingga sedikit perubahan pada kompartemen ECF akan mengubah

rasio kalium secara bermakna. Sebaliknya, hanya perubahan kalium ICF

dalam jumlah besar yang dapat mengubah rasio ini secara bermaksa. Salah

satu akibat dari hal ini adalah efek toksik dari hiperkalemia berat yang dapat

dikurangi kegawatannya dengan meingduksi pemindahan kalium dari ECF

ke ICF. Selain berperan penting dalam mempertahankan fungsi

neuromuskular yang normal, kalium adalah suatu kofaktor yang penting

dalam sejumlah proses metabolik.

Homeostatis kalium tubuh dipengaruhi oleh distribusi kalium antara

ECF dan ICF, juga keseimbangan antara asupan dan pengeluaran. Beberaoa

faktor hormonal dan nonhormonal juga berperan penting dalam pengaturan

ini, termasuk aldostreon, katekolamin, insulin, dan variabel asam-basa.


Pada orang dewasa yang sehat, asupan kalium harian adalah sekitar

50 - 100 mEq. Sehabis makan, semua kalium diabsorpsi akan masuk ke

dalam sel dalam beberapa menit, setelah itu ekskresi kalium yang terutama

terjadi melalui ginjal akan berlangsung beberapa jam. Sebagian kecil

(<20%) akan diekskresikan melalui keringat dan feses. Dari saar

perpindahan kalium ke dalam sel setelah makan sampai terjadinya ekskresi

kalium melalui ginjal merupakan rangkaian mekanisme yang penting untuk

mencegah hiperkalemia yang berbahaya. Ekskresi kalium melalui ginjal

dipengaruhi oleh aldosteron, natrium tubulus distal dan laju pengeluaran

urine, sekresi aldosteron dirangsang oleh jumlah natrium yang mencapai

tubulus distal dan peningkatan kalium serum diatas normal, dan tertekan

bila kadarnya menurun. Sebagian besar kalium yang difiltrasikan oleh

gromerulus akan di reabsorpsi pada tubulus proksimal. Aldosteron yang

meningkat menyebabkan lebih banyak kalium yang terekskresi kedalam

tubulus distal sebagai penukaran bagi reabsorpsi natrium atau H+. Kalium

yang terekskresi akan diekskresikan dalam urine. Sekresi kalium dalam

tubulus distal juga bergantung pada arus pengaliran, sehingga peningkatan

jumlah cairan yang terbentuk pada tubulus distal (poliuria) juga akan

meningkatkan sekresi kalium.

Keseimbangan asam basa dan pengaruh hormon mempengaruhi

distribusi kalium antara ECF dan ICF. Asidosis cenderung untuk

memindahkan kalium keluar dari sel, sedangkan alkalosis cenderung

memindahkan dari ECF ke ICF. Tingkat pemindahan ini akan meningkat


jika terjadi gangguan metabolisme asam-basa, dan lebih berat pada

alkalosis dibandingkan dengan asidosis. Beberapa hormon juga

berpengaruh terhadap pemindahan kalium antara ICF dan ECF. Insulin dan

Epinefrin merangsang perpindahan kalium ke dalam sel. Sebaliknyam

agonis alfa-adrenergik menghambat masuknya kalium ke dalam sel. Hal ini

berperan penting dalam klinik untuk menangani ketoasidosis diabetik.

4. Tanda dan Gejala

a. CNS dan neuromuskular, lelah, tidak enak badan, reflek tendon dalam

menghilang

b. Pernapasan: otot-otot pernapasan lemah, napas dangkal

c. Saluran cerna: menurunnya motilitas usus besar, anoreksia, mual

muntah

d. Kardiovaskuler: hipotensi postural, disritmia, perubahan pada EKG

e. Ginjal: poliuria, nokturia

5. Komplikasi

Adapun komplikasi lain dari penyakit hipokalemia ini adalah

sebagai berikut:

a. Akibat kekurangan kalium dan cara pengobatan yang kurang hati-hati

dapat menimbulkan otot menjadi lemah, kalau tidak diatasi dapat

menimbulkan kelumpuhan.

b. Hiperkalemia yang lebih serius dari hipokalemia, jika dalam

pengobatan kekurangan kalium tidak berhati-hati yang memungkinkan

terlalu banyaknya kalium masuk kedalam pembuluh darah.


Selain itu juga adapun hal-hal yang dapat timbul pada hipokalemia yaitu:

a. Aritmia (ekstrasistol atrial atau ventrikel) dapat terjadi pada keadaan

hipokalemia terutama bila mendapat obat digitalis.

b. Ileus paralitik.

c. Kelemahan otot sampai kuadriplegia.

d. Hipotensi ortostatik.

e. Vakuolisasi sel epitel tubulus proksimal dan kadang-kadang tubulus

distal.

f. Fibrosis interstisial, atropi atau dilatasi tubulus.

g. pH urine kurang akibatnya ekskresi ion H+ akan berkurang.

h. Hipokalemia yang kronik bila eksresi kurang dari 20 mEq/L.

6. Penatalaksanaan

Adapun penatalaksanaan penyakit hipokalemia yang paling baik

adalah pencegahan. Berikut adalah contoh-contoh penatalaksanaannya:

a. Pemberian kalium sebanyak 40-80 mEq/L.

b. Diet yang mengandung cukup kalium pada orang dewasa rata-rata 50 –

100 mEq/hari (contoh makanan yang tinggi kalium termasuk kismis,

pisang, aprikot, jeruk, advokat, kacang-kacangan, dan kentang).

c. Pemberian kalium dapat melalui oral maupun bolus intravena dalam

botol infus.

d. Pada situasi kritis, larutan yang lebih pekat (seperti 20 mEq/L dapat

diberikan melalui jalur sentral bahkan pada hipokalemia yang sangat

berat, dianjurkan bahwa pemberian kalium tidak lebih dari 20 – 40


mEq/jam (diencerkan secukupnya): pada situasi semacam ini pasien

harus dipantau melalui EKG dan diobservasi dengan ketat terhadap

tanda-tanda lain seperti perubahan pada kekuatan otot.

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Biodata

Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien,

baik secara fisik maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu

dikaji untuk mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap

terjadinya masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat berpengaruh

terhadap pengetahuan pasien tentang masalah/penyakitnya.

b. Riwayat kesehatan

1) Keluhan utama : Mengeluh mual dan muntah disertai sesak

2) Riwayat kesehatan sekarang

Mengapa pasien masuk rumah sakit dan apa keluhan utama

pasien, sehingga dapat ditegakkan prioritas masalah keperawatan

yang dapat muncul.

3) Riwayat kesehatan dahulu

Apakah pasien sudah pernah sakit dan dirawat dengan

penyakit yang sama.


4) Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat kesehatan keluarga merupakan penyakit yang

pernah dialami atau sedang dialami keluarga, baik penyakit yang

sama dengan keluhan pasien ataupun penyakit lain.

c. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum

Keadaan umum pasien hipokalemia biasanya di dapatkan

kesadaran yang baik atau composmentis dan akan berubah sesuai

dengan kadar kalium yang hilang dalam tubuh.

2) Mata : Cekung, conjungtiva anemis, air mata berkurang atau tidak

ada (kekurangan volume cairan), edema periorbital, papiledema

(kelebihan volume cairan).

3) Telinga : Bentuk simetris kanan dan kiri.

4) Tenggorokan dan mulut : Membran mukosa kering, lengket, bibir

pecah-pecah dan kering, salvias menurun, lidah di bagian

longitudinal menurun (kekurangan volume cairan).

5) Sistem kardiovaskuler : Vena leher distensi/datar, nadi kuat/lemah,

kapiler menurun, hipertensi/hipotensi atau tanpa perubahan,

tekanan darah pada posisi orthostatic.

6) Sistem pernapasan : Peningkatan frekuensi napas, dispnea, krekels,

abdomen cekung, muntah, diare, perkusi thympani, tidak ada

pembesaran dan massa, ada nyeri tekan di bagian perut bagian

kanan bawah.
7) Sistem ginjal : Dieresis (jika ginjal normal), oliguria atau anuria,

berat jenis urine meningkat.

8) Kulit : suhu tubuh meningkat, asidosis metabolik, kekurangan

volume cairan, kulit kering kemerahan, turgor kulit tidak elastik,

kulit dingin dan lembab.

d. Pemeriksaan penunjang

1) Kalium serum : penurunan, kurang dari 3,5 mEq/L

2) Klorida serum : sering turun, kurang dari 98 mEq/L

3) Glukosa serum : agak tinggi

4) Bikarbonat plasma : meningkat, lebih besar dari 29 mEq/L

5) Osmolalitas urine : menurun

6) GDA : pH dan bikarbonat meningkat (alkalosit metabolik)

2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

a. Analisa data

Data Pathway Masalah Keperawatan


DS : Pengeluaran berlebihan melalui Defisit nutrisi
1. Cepat kenyang setelah ginjal/gastrointestinal
makan
2. Kram/nyeri abdomen Gangguan keseimbangan asam
3. Nafsu makan menurun basa dalam tubuh
DO :
1. Berat badan menurun Proses alkalosid terganggu
2. Bising usus hiperaktif
3. Otot pengunyah lemah Kalium dalam sel menurun
4. Otot menelan lemah
5. Membran mukosa Kadar kalium rendah
pucat (hipokalemia)
6. Serum albumin turun
7. Diare Pencernaan

Asupan nutrisi tidak adekuat

Mual dan muntah

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
DS : Peningkatan ekskresi dari Pola napas tidak efektif
1. Dispnea kalium
2. Ortopnea
DO : Gangguan keseimbangan asam
1. Penggunaan otot bantu basa dalam tubuh
pernapasan
2. Fase ekspirasi Proses alkalosis terganggu
memanjang
3. Pola napas abnormal Kalium dalam sel menurun
4. Tekanan ekspirasi
menurun Hipokalemia
5. Tekanan inspirasi
menurun Respirasi

Otot pernapasan lemah, nafas


dangkal

Ketidakefektifan pola napas


DS : Pengeluaran berlebihan melalui Penurunan curah jantung
1. Perubahan irama ginjal/gastrointestinal
jantung
2. Merasa lelah Gangguan keseimbangan asam
3. Dispnea basa dalam tubuh
4. Ortopnea
5. Batuk Proses alkalosis terganggu
6. Cemas dan gelisah
DO : Kalium dalam sel menurun
1. Bradikardia/takikardia
2. Gambaran EKG Kadar kalium rendah
aritmia atau gangguan (hipokalemia)
konduksi
3. Edema Periodic paralisis hipokalemia
4. Tekanan darah
meningkat/menurun Kardiovaskular
5. Nadi perifer teraba
lemah Distrimia, hipotensi postural
6. CRT >3 detik
7. Kulit pucat dan/atau Perasaan lelah
sianosis
8. Terdengar suara Penurunan curah jantung
jantung S3 dan/atau S4
9. Murmur jantung

b. Diagnosa keperawatan

1) Defisit nutrisi (D.0019)

2) Pola napas tidak efektif (D.0005)

3) Penurunan curah jantung (D.0008)


3. Perencanaan/Nursing Planning

Dx Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi (1.03119)
(D.0019) keperawatan selama 3x24 jam Observasi
diharapkan status nutrisi dalam 1. Identifikasi status nutrisi
tubuh dapat membaik dengan 2. Identifikasi alergi dan
kriteria hasil : intoteransi makanan
3. Identifikasi makanan disukai
Status nutrisi (L.03030) 4. Identifikasi kebutuhan kalori
1. Porsi makanan yang dan jenis nutrien
dihabiskan (meningkat) 5. Monitor asupan makanan
2. Perasaan cepat kenyang 6. Monitor berat badan
(menurun) 7. Monitor hasil pemeriksaan
3. Nyeri abdomen (menurun) laboratorium
4. Berat badan (membaik) Terapeutik
5. Frekuensi makan 1. Sajikan makanan secara
(membaik) menarik dan suhu yang sesuai
6. Nafsu makan (membaik) 2. Berikan makanan tinggi kalori
7. Bising usus (membaik) dan protein
8. Membran mukosa 3. Berikan suplemen makanan,
(membaik) jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
Pola napas tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan napas (1.14509)
efektif (D.0005) keperawatan selama 3x24 jam Observasi
diharapkan pola napas dapat 1. Monitor pola napas
membaik dengan kriteria hasil : 2. Monitor bunyi napas tambahan
3. Monitor sputum
Pola napas (L.01004) Terapeutik
1. Tekanan ekspirasi dan 1. Pertahankan kepatenan jalan
inspirasi (meningkat) napas dengan head-tilt dan
2. Pemanjangan fase ekspirasi chin-lift
(menurun) 2. Posisikan semi-fowler atau
3. Frekuensi napas (membaik) fowler
4. Kedalaman napas 3. Berikan minum hangat
(membaik) 4. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan Perawatan jantung (1.02075)
jantung (D.0008) keperawatan selama 3x24 jam Observasi
diharapkan curah jantung dapat 1. Identifikasi tanda/gejala primer
membaik dengan kriteria hasil : penurunan curah jantung
2. Identifikasi tanda/gejala
Curah jantung (L.02008) sekunder penurunan curah
1. Kekuatan nadi perifer jantung
(meningkat) 3. Monitor tekanan darah
2. Gambaran EKG aritmia 4. Monitor intake dan output
(menurun) cairan
3. Perasaan lelah (menurun) 5. Monitor saturasi oksigen
4. Pucat/sianosis (menurun) 6. Periksa tekanan darah dan
5. Batuk (menurun) frekuensi nadi sebelum
6. Murmur jantung (menurun) pemberian obat
7. Tekanan darah (membaik) Terapeutik
8. CRT (membaik) 1. Posisikan semi-fowler atau
fowler dengan kaki ke bawah
atau posisi nyaman
2. Fasilitasi pasien dan keluarga
untuk modifikasi gaya hidup
sehat
3. Berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi stres, jika perlu
4. Berikan dukungan emosional
dan spiritual
5. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen >94%
Edukasi
1. Anjurkan beraktivitas fisik
secara bertahap
2. Anjurkan pasien dan keluarga
mengukur berat badan harian
3. Anjurkan pasien dan keluarga
mengukur intake dan output
cairan harian
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian aritmia,
jika perlu
2. Rujuk ke program rehabilitas
jantung

Anda mungkin juga menyukai