Anda di halaman 1dari 5

HIPOKALEMIA

Pembimbing :

dr. Fuad Hanif, Sp.S, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SYARAF


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BANJAR
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2021
HIPOKALEMIA

Definisi

Hipokalemia adalah keadaan dimana kadar kalium dalam tubuh berada dibawah batas
normal. Hipokalemia dapat terjadi karena kehilangan kalium dari tubuh, maupun karena gerakan
kalium ke dalam sel-sel. Hipokalemia jarang terjadi karena ketidakadekuatan masukan kalium.
Perubahan kadar kalium serum menunjukan perubahan pada kalium ekstraselular. Perubahan
kadar kalium tidak selalu menunjukan perubahan pada kadar total tubuh.

Hipokalemia ditandai dengan keletihan, kelemahan otot, kram kaki, otot lembek atau
kendur, mual, muntah, ileus, dan penurunan konsentrasi urine (poliuria). Selain itu, dapat juga
ditandai dengan penurunan bising usus karena kelemahan otot polos, nadi lemah dan tidak
teratur, dan penurunan tonus otot.

Hipokalemia didefinisikan sebagai kadar kalium serum yang kurang dari 3,5 mEq/L.
Hanya 2% dari K+ tubuh yang berada dalam ECF, sehingga kadar K+ serum tidak selalu
mencerminkan K+ tubuh total.

Etiologi

1. Asupan k+ dari makanan yang menurun


 Pasien sakit berat yang tidak dapat makan dan minum melalui mulut selama
beberapa hari tanpa penambahan suplemen K+ dalam cairan infusnya.
 Kelaparan, makan roti panggang dan teh.
 Alkoholisme.
2. Kehilangan melalui saluran cerna
 Muntah yang berkepanjangan dan penyedotan nasogastric.
 Diare, penyalahgunaan laksatif kronis.
 Ileostomi, fistula
 Adenoma vilosa kolon
3. Kehilangan melalui ginjal
 Obat-obat diuretik (tiazid, furosemid)
 Beberapa penyakit ginjal: Fase penyembuhan diuresis dari gagal ginjal akut,
asidosis tubulus ginjal (RTA)
 Asidosis diabetik yang menyebabkan diuresis osmotik
 Tahap penyembuhan dari luka bakar berat
 Efek mineralokortikoid yang berlebihan: Hiperaldosteronisme primer atau
sekunder, Defisit volume ECF (sampai saat ini adalah penyebab tersering),
Sindrom Cushing; pengobatan kortrkosteroid, Ingesti licorice (aktivitas mirip
Aldosteron), Menelan tembakau kunyah (mengandung licorice dalam jumlah
besar)
 Antibiotika (karbenisilin, aminoglikosida)
 Deplesi magnesium (Mg**)
4. Kehilangan yang meningkat melalui keringat pada udara panas
Orang yang berkeringat banyak karena penyesuaian terhadap panas
5. Berpindahnya k+ ke dalam sel
 Alkalosis metabolik
 Penanganan ketoasidosis diabetik dengan insulin dan glukosa

Gambaran klinis

Gejala, tanda, dan hasil laboratorium pada hipokalemia. Gambaran klinis utama
hipokalemia yang paling sering dijumpai pada keadaan neuromuskular, dan komplikasi yang
paling serius adalah henti jantung, dan lebih mudah tejadi jika penurunan kalium berlangsung
cepat (misalnya pada pengobatan ketoasidosis diabetik dengan insulin dan glukosa tanpa diberi
kalium tambahan). Pasien hipokalemia dapat merasa lemah pada otot-ototnya atau kejang pada
tungkai. Disfungsi otot polos saluran cerna mengakibatkan berkurangnya motilitas usus besar
yang akan berlanjut menjadi ileus paralitik dan distensi abdomen (kembung). Hipokalemia berat
dapat mengenai otot-otot pernapasan. Parestesia dan hilangnya refleks tendon dalam adalah
tanda-tanda lainnya. Disritmia jantung dan perubahan pada hasil EKG merupakan tanda-tanda
penting hipokalemia, yang akan terus berlanjut dan dapat mengancam jiwa jika penurunan
kalium bertambah berat. Efek utama hipokalemia pada konduksi jantung adalah repolarisasi yang
berkepanjangan, sehingga gelombang T menjadi semakin datar. Gelombang U bertambah besar
dan depresi segmen ST terjadi pada hipokalemia berat. Berbagai tipe disritmia atrial dan
ventrikular dapat terjadi, khususnya pada pasien yang mendapat pengobatan digitalis, karena
hipokalemia meningkatkan kepekaan terhadap obat-obat ini. Penting untuk diingat bahwa pasien
dapat asimtomatik, khususnya jika hipokalemia telah berlangsung lama.

Penyebab hipokalemia biasanya jelas diketahui dari anamnesis. Kita perlu mewaspadai
kemungkinan hipokalemia pada pasien yang berisiko. Perlu dilakukan pemantauan dengan
pemeriksaan EKG, gejala dan tanda hipokalemia, serta kadar kalium serum. Pemeriksaan awal
dan ulangan kadar serum perlu dilakukan untuk menyingkirkan kesalahan pemeriksaan
laboratorium.

A. Gejala dan tanda:


1. CNS dan neuromuskular
Gejala awal tak jelas: lelah; "tidak enak badan"
Parestesia
Refleks tendon dalam menghilang
Kelemahan otot generalisata
2. Pernapasan
Otot-otot pernapasan lemah, napas dangkal (lanjut)
3. Saluran cerna
Menurunnya motilitas usus besar: anoreksia, mual, muntah, ileus
4. Kardiovaskular
Hipotensi postural
Disritmia (khususnya jika memakai digitalis dan ada penyakit lantung)
Perubahan-perubahan pada EKG Gelombang T yang lebar dan mendatar progresif
(kadang-kadang terbalik)
Depresi segmen ST
Geiombang U yang menonjol
5. Ginjal
Poliuria, nokturia (kelainan pemekatan)

B. Hasil laboratorium:
1. K+ serum <3,5 mEq/L
2. pH serum 7,45; peningkatan bikarbonat serum (hipokalemia sering disertai alkalosis
metabolic)

Tatalaksana

Tujuan utama adalah mencegah ketidakseimbangan kalium. Perlu diingat bahwa diuretik,
digitalis, dan hipokalemia merupakan kombinasi yang berpotensi mematikan, karena diuretik
menyebabkan terjadinya hipokalemia, dan hipokalemia meningkatkan efek digitalis. Efek toksik
digitalis maupun hipokalemia menyebabkan timbulnva disritmia yang dapat mengancam jiwa.
Oleh karena itu, perlu dipantau kadar kalium serum, digitalis pada pasien ini. Selain itu juga
perlu diperhatikan asupan kalium yang cukup.

Bila memungkinkan, deplesi K+ sebaiknya dikoreksi dengan meningkatkan asupan


melalui makanan yang kaya kalium atau penambahan garam kalium. Makanan yang kaya kalium
adalah buah-buahan (terutama pisang, kismis, dan jeruk), jus buah, daging, susu, tomat segar,
kentang, dan miju-rniju (sejenis polong). Kalium klorida adalah garam suplemen pilihan,
terutama jika pasien dalam keadaan alkalosis. Kalium intravena perlu diberikan jika pasien tak
dapat menerima kalium secara peroral atau jika defisiensi kalium sangat berat. Pada kasus yang
berat, kalium harus diberikan dalam larutan nondekstrosa, sebab dekstrosa merangsang
pelepasan insulin, sehingga menyebabkan K+ berpindah masuk ke dalam sel. Kecepatan infus
K+ tidak boleh melebihi 20 mEq/jam untuk menghindari terjadinya hiperkalemia yang serius.

Anda mungkin juga menyukai