KEJAHATAN
SEKSUAL PEMBIMBING :
dr. Niken b. Setyawati, sp.fm, mhkes.
Disusun Oleh :
Fathi Rahmah Safira 2017730047
Perzinahan Pemerkosaan
Pasal 284 KUHP Pasa 285 , 286 KUHP
Pencabulan Persetubuhan
Pasal 289, 290,291 KUHP Pasal 287, 288 KUHP
dampak dari kekerasan seksual
Dampak fisik
Dampak psikologis
Dampak sosio-psikologis
Bentuk - bentuk dari kekerasan seksual
1.Perkosaan;
2.Intimidasi Seksual termasuk Ancaman atau Percobaan Perkosaan;
3.Pelecehan Seksual;
4.Eksploitasi Seksual;
5.Perdagangan Perempuan untuk Tujuan Seksual;
Bentuk - bentuk dari kekerasan seksual
6. Prostitusi Paksa;
7. Perbudakan Seksual;
8. Pemaksaan perkawinan, termasuk cerai gantung;
9. Pemaksaan Kehamilan;
10. Pemaksaan Aborsi;
11. Pemaksaan kontrasepsi dan sterilisasi;
12. Penyiksaan Seksual;
13. Penghukuman tidak manusiawi dan bernuansa seksual;
14. Praktik tradisi bernuansa seksual yang membahayakan
15. Kontrol seksual, termasuk lewat aturan diskriminatif beralasan moralitas dan agama.
TINJAUAN
KASUS
URAIAN KEJADIAN SINGKAT
Pada 7 Juli 2022 sekitar pukul 00.00 WIB adanya perayaan hari ulang tahun pernikahan FS dan PC. Pada
tanggal yang sama terdapat dugaan kekerasan seksual yang dilakukan oleh Brigadir J terhadap Saudari PC
dimana Saudari FS pada saat yang bersamaan tidak berada di Magelang. Pertama, Brigadir J disebutkan akan
menggotong PC saat tertidur di lantai dasar untuk dibawa ke kamar lantai 2 rumah di Magelang. Tetapi rencana
aksi Brigadir J dihardik oleh Saudara KM. Kedua, saksi KM dan Susi pada tanggal 7 Juli 2022 menyaksikan
Brigadir J keluar dari kamar dalam kondisi mengendap-endap. Kemudian terlihat PC keluar dari kamar yang
sama sambil menangis dalam keadaan pakaian acak-acakan dan menelepon saudara FS bahwa akan menjelaskan
kronologis keesokan harinya.
Saudari PC lalu melapor dugaan pelecehan seksual itu ke Polda Metro Jakarta Selatan. Laporan dibuat
pada 9Juli 2022 dengan Laporan Polisi Nomor 1630/B/VII/2022/SPKT Polres Metro Jakarta Selatan dengan
tuduhan kejahatan terhadap kesopanan dan atau memaksa seseorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
dan atau kekerasan seksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 289 KUHP dan/atau Pasal 335 KUHP atau Pasal
4 juncto Pasal 6 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS).
PEMBAHASAN KASUS
Tim kuasa hukum menyampaikan ada 4 bukti yang mendukung adanya peristiwa kekerasan seksual terhadap
Saudari PC
1. Keterangan korban kekerasan seksual, yaitu Putri Candrawathi yang telah disampaikan dalam BAP
tanggal 26 Agustus 2022.
2. Hasil pemeriksaan psikologi forensik Nomor: 056/E/HPPF/APSIFOR/IX/2022 tertanggal 6 September
2022. Namun Febri tak lebih detail membeberkan soal hasil pemeriksaan psikologi forensik itu.
3. Keterangan ahli yang tertuang dalam BAP Psikolog tertanggal 9 September 2022. Menurut Febri,
keterangan ahli itu pada pokoknya menyatakan bahkan ada informasi konsisten dari Putri dan Ferdy
Sambo terkait dugaan kekerasan seksual itu.
4. Bukti petunjuk atau bukti tidak langsung alias circumstantial evidence. Yakni Putri ditemukan tak berdaya
di depan kamar mandi lantai 2 rumah Magelang.
Pada kasus pelecehan seksual yang dilaporkan saudari PC
merupakan tuduhan kejahatan terhadap kesopanan dan atau memaksa
seseorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan dan atau kekerasan
seksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 289 KUHP dan/atau Pasal
335 KUHP atau Pasal 4 juncto Pasal 6 Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS).
Pasal 289 KUHP
“Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seseorang melakukan atau membiarkan dilakukannya perbuatan cabul,
dihukum karena melakukan perbuatan yang menyerang kehormatan kesusilaan dengan pidana selama-selamanya sembilan tahun.”
(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah: Barang siapa secara
melawan hukum memaksa orang lain supaya melakukan, tidak melakukan atau membiarkan sesuatu, dengan memakai kekerasan, sesuatu
perbuatan lain maupun perlakuan yang tak menyenangkan, atau dengan memakai ancaman kekerasan, sesuatu perbuatan lain maupun
perlakuan yang tak menyenangkan, baik terhadap orang itu sendiri maupun orang lain. Barang siapa memaksa orang lain supaya
melakukan, tidak melakukan atau membiarkan sesuatu dengan ancaman pencemaran atau pencemaran tertulis.
(2) Dalam hal sebagaimana dirumuskan dalam butir 2, kejahatan hanya dituntut atas pengaduan orang yang terkenal.
UU No. 12 tahun 2022 tentang TPKS
Pasal 4
1) Tindak Pidana Kekerasan Seksual terdiri atas: (2) Selain Tindak Pidana Kekerasan Seksual sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Tindak Pidana
Kekerasan Seksual juga meliputi :
a. pelecehan seksual nonfisik;
a. Perkosaan
b. pelecehan seksual fisik; b. Perbuatan cabul
c. Persetubuhan terhadap Anak, perbuatan cabul terhadap Anak, dan/atau eksploitasi seksual
c. pemaksaan kontrasepsi;
terhadap Anak
d. Perbuatan melanggar kesusilaan yang bertentangan dengan kehendak Korban
d. pemaksaan sterilisasi;
e. Pornografi yang melibatkan Anak atau pornografi yang secara eksplisit memuat kekerasan dan
e. pemaksaan perkawinan; eksploitasi seksual
f. Pemaksaan pelacuran
f. penyiksaan seksual; g. Tindak pidana perdagangan orang yang ditujukan untuk eksploitasi seksual
h. Kekerasan seksual dalam lingkup rumah tangga
g. eksploitasi seksual;
i. Tindak pidana pencucian uang yang tindak pidana asalnya merupakan Tindak Pidana Kekerasan
a. Setiap Orang yang melakukan perbuatan seksual secara fisik yang ditujukan terhadap tubuh, keinginan seksual,
dan/ atau organ reproduksi dengan maksud merendahkan harkat dan martabat seseorang berdasarkan seksualitas
dan/atau kesusilaannya yang tidak termasuk dalam ketentuan pidana lain yang lebih berat dengan pidana penjara
paling lama 4 (empat) tahun dan/ atau pidana denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
b. Setiap Orang yang melakukan perbuatan seksual secara fisik yarrg ditujukan terhadap tubuh, keinginan seksual,
dan/ atau organ reproduksi dengan maksud menempatkan seseorang di bawah kekuasaannya secara melawan
hukum, baik di dalam maupun di luar perkawinan dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun dan/
atau pidana denda paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
Obstruction of Justice
Terdapat dua laporan polisi yaitu adanya dugaan pelecehan seksual dengan korban
PC dan dugaan percobaan pembunuhan dengan korban Bharada E dan terlapor
Brigadir J
Polisi menghentikan penanganan dua laporan tersebut karena polisi menduga laporan tersebut
dibuat hanya untuk menghalangi penyidikan kasus dugaan pembunuhan berencana terhadap
Brigadir J
Kekerasan seksual adalah segala jenis kegiatan atau hubungan seksual yang dipaksakan
dan/atau tanpa persetujuan (consent) dari korban.
Berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia, kekerasan atau kejahatan seksual dibagi
menjadi 3 kelompok: Perzinahan, Persetubuhan yang melawan hukum, dan Perbuatan cabul.
Pada kasus kejahatan seksual tugas dokter adalah mencari adanya tanda-tanda kekerasan
dan adanya tanda-tanda persetubuhan.
SARAN
Berbagi dengan anggota keluarga, teman, atau melapor ke LSM atau langsung ke pihak
berwajib mengenai apa yang dialaminya.
A
%20KEKERASAN%20SEKSUAL.pdf
• Susanti, Rika. 2012. Paradigma Baru Peran Dokter dalam Pelayanan Kedokteran Forensik. Majalah Kedokteran
Andalas.
• Ocviyanti, Dwiana., Yuli, B., Khusen, D., Dorothea, M., Peran Dokter dalam Menanani Pelecehan Seksual pada Anak di
Indonesia. J Indon Med Assoc Vol 69 No.2, Feb 2019.
• Afandi A. 2017. Visum Et Repertum. Tatalaksana dan Teknik pembuatan. Edisi kedua. Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Riau. p21-26
• Dewi R. 2017. Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Aspek Medikolegal Kekerasan Seksual pada Anak dan Remaja. Bandar
Lampung; p7-27
• Samatha S A, Dhnardhono T, Bhima S G L. 2018. Aspek Medis pada Kasus Kejahatan Seksual. Jurnal Kedokteran
Diponegoro;7(2). Available at: file:///C:/Users/User/Downloads/20849-42311-1-SM.pdf
• https://jurnal.untidar.ac.id/index.php/literasihukum/article/download/1350/pdf
• Kalangit, A. (2013). Peran Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Pembuktian Tindak Pidana Pemerkosaan Sebagai
Kejahatan Kekerasan Seksual. E-CliniC, 1(1). https://doi.org/10.35790/ecl.1.1.2013.4861
THANK YOU