TB PARU
Pembimbing :
Disusun oleh :
Kharismayanti Fatimatuzzahro
2017730061
2021
2
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
kasus yang berjudul “TB Paru” dengan baik dan tepat waktu. Presentasi laporan
kasus ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan
Kepaniteraan Klinis Stase Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit Umum Daerah
Sekarwangi, Kab. Sukabumi.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Kharismayanti Fatimatuzzahro
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I................................................................................................................................1
STATUS PASIEN............................................................................................................1
1. IDENTITAS PASIEN..............................................................................................1
2. ANAMNESIS............................................................................................................2
3. PEMERIKSAAN FISIK..........................................................................................5
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG.............................................................................9
5. RESUME.................................................................................................................11
6. DIAGNOSIS...........................................................................................................11
7. TATALAKSANA...................................................................................................11
8. PROGNOSIS..........................................................................................................12
BAB II.............................................................................................................................13
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................13
BAB III...........................................................................................................................30
ANALISA KASUS.........................................................................................................30
TB Paru...........................................................................................................................30
32
iv
BAB I
STATUS PASIEN
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. MAR
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 13 Mei 2020
No Rekam Medis : 678xxx
Usia : 1 tahun 6 bulan
Alamat : Cicantayan RT1/RW1, Cicantayan,
Cicantayan, Sukabumi, JAWA BARAT.
Agama : Islam
Suku : Sunda
Tanggal Masuk RI : 17 November 2021
Tanggal Pemeriksaan : 19 November 2021
Ruang rawat : AIS
Orang Tua
Nama : Tn. A Nama : Ny. D
Usia : 19 thn Usia : 19 thn
Alamat : Cimahi Alamat : Cimahi
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Sunda Suku : Sunda
Hubungan : Ayah Kandung Hubungan : Ibu Kandung
1
2. ANAMNESIS
Alloanamnesis dengan ibu pasien pada tanggal 19 November 2021
serta mendapatkan data sekunder melalui data rekam medis RSUD
Sekarwangi.
KELUHAN UTAMA
Sesak napas
Pasien dibawa oleh orang tua nya ke IGD RSUD Sekarwangi pada
tanggal 17 november 2021 dengan keluhan sesak napas sejak 3 hari
SMRS. Ibu pasien mengatakan sesaknya terus menerus baik pagi hari
maupun malam hari.
2
Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.
Tidak ada riwayat TB paru sebelumnya.
RIWAYAT PENGOBATAN
RIWAYAT PSIKOSOSIAL
RIWAYAT ALERGI
3
RIWAYAT KEHAMILAN
RIWAYAT PERSALINAN
RIWAYAT KELAHIRAN
Keadaan bayi :
4
RIWAYAT IMUNISASI
3. PEMERIKSAAN FISIK
5
6
7
8
Pemeriksaan Generalisata
9
o Kepala : Normocephal, rambut hitam terdistribusi merata dan
tidak mudah rontok
o Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata
cekung (-/-)
o Hidung : Deviasi septum (-), secret (-/-), epistaksis (-/-)
o Telinga : Deformitas (-/-), cairan (-/-)
o Mulut : Mukosa bibir lembab, bibir sianosis (-), lidah kotor (-),
faring hiperemis (-)
o Leher : Pembesaran KGB (-)
o Paru-paru
Inspeksi : Gerak napas simetris, retraksi (-)
Palpasi : Tidak dilakukan
Perkusi : Sonor kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler(+/+), rhonki (+/+), wheezing (-/-)
o Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
o Abdomen
Inspeksi : Cembung, distensi abdomen (-)
Auskultasi : Bising usus (+) 12x/menit
Perkusi : Timpani (+)
Palpasi : Nyeri tekan (-), tidak teraba spleen dan hepar,
turgor kulit kembali cepat
o Ekstremitas
Atas : Akral hangat, CRT < 3 detik, edema (-/-)
Bawah : Akral hangat, CRT < 3 detik, edema (-/-)
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
10
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
HEMATOLOGI
Eosinofil 0
Basofil 0
Batang 0
Segmen 56
Limfosit 37
Monosit 7
Hematokrit/PVC 36 % 41-53
SGOT 42 U/L 25
SGPT 14 U/L 29
11
Expertise:
- Trachea ditengah
- Cor tidak membesar
- Diafragma licin
- Sinuses tajam
Pulmo
- hilli kasar
- Corakan paru ramai
- Tampak bercak infiltrat pada kedua paru
5. RESUME
Pasien dibawa oleh orang tua nya ke IGD RSUD Sekarwangi pada
tanggal 17 november 2021 dengan keluhan sesak napas sejak 3 hari
SMRS. Ibu pasien mengatakan sesaknya terus menerus baik pagi hari
maupun malam hari. Keluhan disertai dengan adanya batuk sudah sejak 3
hari SMRS. Ibu pasien mengatakan pasien batuknya berdahak, batuk
terjadi secara terus menerus baik pagi hari maupun malam hari dan dahak
susah keluar. Pasien tadi siang sebelum masuk RS mengalami muntah satu
kali, muntah yang disertai dengan adanya dahak, dahak berwarna kuning
kehijauan tidak disertai dengan darah, batuk disertai dengan pilek. Ibu
pasien mengatakan batuk semakin parah.
12
Pemeriksaan fisik didapatkan suara paru rhonki (+). Kesan gizi
pada pasien baik. Hasil radiologi didapatkan Tampak bercak infiltrat pada
kedua paru Kesan Foto Thorax Gambaran Tb paru aktif duplex.
6. DIAGNOSIS
- TB Paru + anemia
7. TATALAKSANA
Farmakologi:
- IVFD 2A 10 tpm makro
- Paracetamol 3 x 100 mg
- Rifampisin (R) 15 x 10 kg = (1 x 150) mg po
- Isoniazid (H) 10 x 10 = (1 x 100) mg po
- Pirazinamid (Z) 35 x 10 = (2 x 350) mg po
Non-Farmakologi:
- Rawat inap
- Tirah baring
- Diet rendah serat
- Hindari pasien dari asap rokok
8. PROGNOSIS
- Quo ad vitam : bonam
- Quo ad functionam : bonam
- Quo ad sanationam : bonam
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Tuberkulosis adalah suatu penyakit kronik menular yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat
tahan asam sehingga sering dikenal dengan Basil Tahan Asam (BTA).
Sebagian besar kuman TB sering ditemukan menginfeksi parenkim paru dan
menyebabkan TB paru, namun bakteri ini juga memiliki kemampuan
menginfeksi organ tubuh lainnya (TB ekstra paru) seperti pleura, kelenjar
limfe, tulang, dan organ ekstra paru lainnya.
2. Epidemiologi
Berdasarkan Global TB Report 2018, diperkirakan di Indonesia pada tahun
2017 terdapat 842.000 kasus TB baru (319 per 100.000 penduduk) dan
kematian karena TB sebesar 116.400 (44 per 100.000 penduduk) termasuk
pada TB-HIV positif. Terlepas dari kemajuan yang telah dicapai Indonesia,
jumlah kasus tuberkulosis baru di Indonesia masih menduduki peringkat
ketiga di dunia dan merupakan salah satu tantangan terbesar yang dihadapi
Indonesia dan memerlukan perhatian dari semua pihak, karena memberikan
beban morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Tuberkulosis merupakan
penyebab kematian tertinggi setelah penyakit jantung iskemik dan penyakit
serebrovaskuler. Pada tahun 2017, angka kematian akibat tuberkulosis adalah
40/100.000 populasi (tanpa TB-HIV) dan 3,6 per 100.000 penduduk
(termasuk TB-HIV).
3. Etiologi
Terdapat 5 bakteri yang berkaitan erat dengan infeksi TB: Mycobacterium
tuberculosis, Mycobacterium bovis, Mycobacterium africanum,
Mycobacterium microti and Mycobacterium cannettii. M.tuberculosis
(M.TB), hingga saat ini merupakan bakteri yang paling sering ditemukan, dan
menular antar manusia melalui rute udara.
14
Tuberkulosis biasanya menular dari manusia ke manusia lain lewat udara
melalui percik renik atau droplet nucleus (<5 microns) yang keluar ketika
seorang yang terinfeksi TB paru atau TB laring batuk, bersin, atau bicara.
Percik renik juga dapat dikeluarkan saat pasien TB paru melalui prosedur
pemeriksaan yang menghasilkan produk aerosol seperti saat dilakukannya
induksi sputum, bronkoskopi dan juga saat dilakukannya manipulasi terhadap
lesi atau pengolahan jaringan di laboratorium. Percik renik, yang merupakan
partikel dapat menampung 1-5 basilli, dan bersifat sangat infeksius, dan dapat
bertahan di dalam udara sampai 4 jam. Karena ukurannya yang sangat kecil,
percik renik ini memiliki kemampuan mencapai ruang alveolar dalam paru,
dimana bakteri kemudian melakukan replikasi. Ada 3 faktor yang
menentukan transmisi M.TB :
a. Jumlah organisme yang keluar ke udara.
b. Konsentrasi organisme dalam udara, ditentukan oleh volume ruang dan
ventilasi.
c. Lama seseorang menghirup udara terkontaminasi.
Penularan TB biasanya terjadi di dalam ruangan yang gelap, dengan
minim ventilasi di mana percik renik dapat bertahan di udara dalam waktu
yang lebih lama. Cahaya matahari langsung dapat membunuh tuberkel basili
dengan cepat, namun bakteri ini akan bertahan lebih lama di dalam keadaan
yang gelap. Kontak dekat dalam waktu yang lama dengan orang terinfeksi
meningkatkan risiko penularan. Apabila terinfeksi, proses sehingga paparan
tersebut berkembang menjadi penyakit TB aktif bergantung pada kondisi
imun individu. Pada individu dengan sistem imun yang normal, 90% tidak
akan berkembang menjadi penyakit TB dan hanya 10% dari kasus akan
menjadi penyakit TB aktif (setengah kasus terjadi segera setelah terinfeksi
dan setengahnya terjadi di kemudian hari). Risiko paling tinggi terdapat pada
dua tahun pertama pasca-terinfeksi, dimana setengah dari kasus terjadi.
Kelompok dengan risiko tertinggi terinfeksi adalah anak-anak dibawah usia 5
tahun dan lanjut usia.
15
4. Faktor Risiko
Faktor risiko penularan TB pada anak sama halnya dengan TB pada
umumnya, tergantung pada tingkat penularan, lama pajanan, dan daya tahan
tubuh. Pasien TB dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko
penularan lebih besar daripada pasien TB dengan BTA negatif. Pasien TB
dengan BTA negatif masih memiliki kemungkinan menular penyakit TB.
Tingkat penularan pasien TB BTA positif adalah 65%, pasien TB BTA
negatif dengan hasil kultur positif adalah 26% sedangkan pasien TB dengan
hasil kultur negatif dan foto thoraks positif adalah 17% (KEMENKES,
2016).
5. Patogenesis
Setelah inhalasi, nukleus percik renik terbawa menuju percabangan trakea-
bronkial dan dideposit di dalam bronkiolus respiratorik atau alveolus, di mana
nukleus percik renik tersebut akan dicerna oleh makrofag alveolus yang
kemudian akan memproduksi sebuah respon nonspesifik terhadap basilus.
Infeksi bergantung pada kapasitas virulensi bakteri dan kemampuan
bakterisid makrofag alveolus yang mencernanya. Apabila basilus dapat
bertahan melewati mekanisme pertahanan awal ini, basilus dapat
bermultiplikasi di dalam makrofag.
Tuberkel bakteri akan tumbuh perlahan dan membelah setiap 23-32 jam
sekali di dalam makrofag. Mycobacterium tidak memiliki endotoksin ataupun
eksotoksin, sehingga tidak terjadi reaksi imun segera pada host yang
terinfeksi. Bakteri kemudian akan terus tumbuh dalam 2-12 minggu dan
jumlahnya akan mencapai 103-104, yang merupakan jumlah yang cukup
untuk menimbulkan sebuah respon imun seluler yang dapat dideteksi dalam
reaksi pada uji tuberkulin skin test. Bakteri kemudian akan merusak makrofag
dan mengeluarkan produk berupa tuberkel basilus dan kemokin yang
kemudian akan menstimulasi respon imun.
Sebelum imunitas seluler berkembang, tuberkel basili akan menyebar
melalui sistem limfatik menuju nodus limfe hilus, masuk ke dalam aliran
darah dan menyebar ke organ lain. Beberapa organ dan jaringan diketahui
memiliki resistensi terhadap replikasi basili ini. Sumsum tulang, hepar dan
16
limpa ditemukan hampir selalu mudah terinfeksi oleh Mycobacteria.
Organisme akan dideposit di bagian atas (apeks) paru, ginjal, tulang, dan
otak, di mana kondisi organ-organ tersebut sangat menunjang pertumbuhan
bakteri Mycobacteria. Pada beberapa kasus, bakteri dapat berkembang
dengan cepat sebelum terbentuknya respon imun seluler spesifik yang dapat
membatasi multiplikasinya.
a. TB primer
Infeksi primer terjadi pada paparan pertama terhadap tuberkel basili.
Hal ini biasanya terjadi pada masa anak, oleh karenanya sering diartikan
sebagai TB anak. Namun, infeksi ini dapat terjadi pada usia berapapun
pada individu yang belum pernah terpapar M.TB sebelumnya. Percik
renik yang mengandung basili yang terhirup dan menempati alveolus
terminal pada paru, biasanya terletak di bagian bawah lobus superior atau
bagian atas lobus inferior paru. Basili kemudian mengalami
terfagosistosis oleh makrofag; produk mikobakterial mampu menghambat
kemampuan bakterisid yang dimiliki makrofag alveolus, sehingga bakteri
dapat melakukan replikasi di dalam makrofag. Makrofag dan monosit lain
bereaksi terhadap kemokin yang dihasilkan dan bermigrasi menuju fokus
infeksi dan memproduksi respon imun. Area inflamasi ini kemudian
disebut sebagai Ghon focus.
Basili dan antigen kemudian bermigrasi keluar dari Ghon focus
melalui jalur limfatik menuju Limfe nodus hilus dan membentuk
kompleks (Ghon) primer. Respon inflamasinya menghasilkan gambaran
tipikal nekrosis kaseosa. Di dalam nodus limfe, limfosit T akan
membentuk suatu respon imun spesifik dan mengaktivasi makrofag untuk
menghambat pertumbuhan basili yang terfagositosis. Fokus primer ini
mengandung 1,000–10,000 basili
yang kemudian terus melakukan replikasi. Area inflamasi di dalam fokus
primer akan digantikan dengan jaringan fibrotik dan kalsifikasi, yang
didalamnya terdapat makrofag yang mengandung basili terisolasi yang
akan mati jika sistem imun host adekuat. Beberapa basili tetap dorman di
dalam fokus primer untuk beberapa bulan atau tahun, hal ini dikenal
17
dengan “kuman laten”. Infeksi primer biasanya bersifat asimtomatik dan
akan menunjukkan hasil tuberkulin positif dalam 4-6 minggu setelah
infeksi. Dalam beberapa kasus, respon imun tidak cukup kuat untuk
menghambat perkembangbiakan bakteri dan basili akan menyebar dari
sistem limfatik ke aliran darah dan menyebar ke seluruh tubuh,
menyebabkan penyakit TB aktif dalam beberapa bulan. TB primer
progresif pada parenkim paru menyebabkan membesarnya fokus primer,
sehingga dapat ditemukan banyak area menunjukkan gambaran nekrosis
kaseosa dan dapat ditemukan kavitas, menghasilkan gambaran klinis yang
serupa dengan TB post primer.
b. TB Pasca Primer
TB pasca primer merupakan pola penyakit yang terjadi pada host yang
sebelumnya pernah tersensitisasi bakteri TB. Terjadi setelah periode laten
yang memakan waktu bulanan hingga tahunan setelah infeksi primer. Hal
ini dapat dikarenakan reaktivasi kuman laten atau karena reinfeksi.
Reaktivasi terjadi ketika basili dorman yang menetap di jaringan
selama beberapa bulan atau beberapa tahun setelah infeksi primer, mulai
kembali bermultiplikasi. Hal ini mungkin merupakan respon dari
melemahnya sistem imun host oleh karena infeksi HIV. Reinfeksi terjadi
ketika seorang yang pernah mengalami infeksi primer terpapar kembali
oleh kontak dengan orang yang terinfeksi penyakit TB aktif. Dalam
sebagian kecil kasus, hal ini merupakan bagian dari proses infeksi primer.
Setelah terjadinya infeksi primer, perkembangan cepat menjadi penyakit
intra-torakal lebih sering terjadi pada anak dibanding pada orang dewasa.
Foto toraks mungkin dapat memperlihatkan gambaran limfadenopati
intratorakal dan infiltrat pada lapang paru. TB post-primer biasanya
mempengaruhi parenkim paru namun dapat juga melibatkan organ tubuh
lain. Karakteristik dari dari TB post primer adalah ditemukannya kavitas
pada lobus superior paru dan kerusakan paru yang luas. Pemeriksaan
sputum biasanya menunjukkan hasil yang positif dan biasanya tidak
ditemukan limfadenopati intratorakal.
18
Gambar 5.1 Patogenesis Tuberkulosis
Catatan :
1. Penyebaran hematogen umumnya terjadi secara sporadik (occult
hematogenic spread). Kuman TB kemudian membuat fokus koloni di
berbagai organ dengan vaskularisasi yang baik. Fokus ini berpotensi
mengalami reaktivasi di kemudian hari.
2. Kompleks primer terdiri dari fokus primer (1), limfangitis (2), dan
limfadenitis regional (3).
3. TB primer adalah kompleks primer dan komplikasi-komplikasinya.
4. TB pasca primer terjadi dengan mekanisme reaktivasi fokus lama TB
(endogen) atau reinfeksi (infeksi sekunder) oleh kuman TB dari luar
(eksogen), ini disebut denagn TB tipe dewasa (adult type TB).
19
6. Manifestasi Klinis
Gejala penyakit TB tergantung pada lokasi lesi, sehingga dapat
menunjukkan manifestasi klinis sebagai berikut:
a. Berat badan turun atau tidak naik dalam 2 bulan sebelumnya atau terjadi
gagal tumbuh (failure to thrive) meskipun telah diberikan upaya perbaikan
giziyang baik dalam waktu 1-2 bulan.
b. Demam lama (≥2 minggu) dan atau berulang tanpa sebab yang jelas
(bukan demam tifoid, infeksi saluran kemih, malaria, dan lain-lain).
Demam umumnya tidak tinggi. Keringat malam saja bukan merupakan
gejala spesifik TB pada anak apabila tidak disertai dengan gejala-gejala
sistemik.
c. Batuk lama ≥2 minggu, batuk bersifat non-remitting (tidak pernah reda
atau intensitas semakin lama semakin parah) dan sebab lain batuk telah
dapat disingkirkan. Batuk tidak membaik dengan pemberian antibiotik
atau obat asma (sesuai indikasi).
d. Lesu dan atau malaise, anak kurang aktif dalam bermain.
Gejala-gejala tersebut menetap walau sudah diberikan terapi yang adekuat.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan mikroskopis BTA sputum, cairan tubuh dan jaringan
Pemeriksaan BTA sputum sebaiknya dilakuakn minimal 2 kali, yaitu
sewaktu dan pagi hari.
b. Tes cepat molekular (TCM) TB
Pemeriksaan TCM dapat digunakan untuk mendeteksi kuman
Mycobacterium tuberculosis secara molekular sekaligus menentukan ada
atau tidaknya resistensi terhadap Rifampicin. Pemeriksaan TCM
mempunyai nilai diagnostik yang lebih baik daripada pemeriksaan
mikroskopis sputum, tetapi masih di bawah ujian biak. Hasil negatif TCM
tidak menyingkirkan diagnosis TB.
c. Pemeriksaan Biakan Bakteriologis
Baku emas diagnosis TB adalah dengan menemukan kuman penyebab TB
yaitu kuman Mycobacterium tuberculosis pada pemeriksaan biakan
20
sputum. Pemeriksaan biakan sputum dan uji kepekaan obat dilakukan jika
fasilitas tersedia. Jenis media utuk mpemeriksaan biakan, yaitu :
Media padat : hasil biakan dapat diketahui 4-8 minggu
Media cair : hasil biakan bisa diketahui lebih cepat (1-2 minggu), tetapi
lebih mahal.
d. Uji Tuberkulin
Uji tuberkulin bermanfaat untuk membantu menegakkan diagnosis TB
anak, khusunya jika riwayat kontak dengan pasien TB tidak jelas. Uji
tuberkulin tidak bisa membedakan antara infeksi dan sakit TB. Hasil positif
uji tuberkulin menunjukkan adanya infeksi dan tidak menunjukkan ada atau
tidaknya sakit TB. Sebaliknya, hasil negatif uji tuberkulin belum tentu
menyingkirkan diagnosis TB.
e. Foto Thoraks
Gambaran radiologis yang menunjang TB adalah sebagai berikut :
Pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal dengan atau tanpa infiltrat
Konsolidasi segmental/lobar
Efusi pleura
Milier
Atelektasis
Kavitas
Kalsifikasi dengan infiltrat
Tuberkuloma
f. Pemeriksaan histopatologis (Patologi Anatomi)
Pemeriksaan PA akan menunjukkan gambaran granuloma dengan nekrosis
perkejuan di tengahnya dan dapat pla ditemukan gambaran sel datia
langerhans dan atau kuman TB.
8. Diagnosis TB
Terduga (presumptive) pasien TB adalah seseorang yang mempunyai
keluhan atau gejala klinis mendukung TB (sebelumnya dikenal sebagai terduga
TB). Pasien TB yang terkonfirmasi bakteriologis adalah pasien TB yang
terbukti positif bakteriologi pada hasil pemeriksaan (contoh uji bakteriologi
21
adalah sputum, cairan tubuh dan jaringan) melalui pemeriksaan mikroskopis
langsung, TCM TB, atau biakan. Termasuk dalam kelompok pasien ini, yaitu :
a. Pasien TB paru BTA positif
b. Pasien TB paru hasil biakan M.TB positif
c. Pasien TB paru hasil tes cepat M.TB positif
d. Pasien TB ekstra paru terkonfirmasi secara bakteriologis, baik dengan
BTA, biakan maupun tes cepat dari contoh uji jaringan yang terkena.
e. TB anak yang terdiagnosis dengan pemeriksaan bakteriologis.
Pasien TB terdiagnosis secara klinis adalah pasien yang tidak memenuhi
kriteria terdiagnosis secara bakteriologis tetapi didiagnosis sebagai pasien TB
aktif dan diputuskan untuk diberikan pengobatan TB. Termasuk dalam kelompok
pasien ini adalah :
b. Pasien TB paru BTA negatif dengan hasil pemeriksaan foto toraks
mendukung TB.
c. Pasien TB paru BTA negatif dengan tidak ada perbaikan klinis setelah
diberikan antibiotika non OAT, dan mempunyai faktor risiko TB
d. Pasien TB ekstra paru yang terdiagnosis secara klinis maupun
laboratorium dan histopatologis tanpa konfirmasi bakteriologis.
e. TB anak yang terdiagnosis dengan sistim skoring.
Pasien TB yang terdiagnosis secara klinis dan kemudian terkonfirmasi
bakteriologis positif (baik sebelum maupun setelah memulai pengobatan) harus
diklasifikasi ulang sebagai pasien TB
terkonfirmasi bakteriologis. Guna menghindari terjadinya over diagnosis dan
situasi yang merugikan pasien, pemberian pengobatan TB berdasarkan diagnosis
klinis hanya dianjurkan pada pasien dengan pertimbangan sebagai berikut :
a. Keluhan, gejala dan kondisi klinis sangat kuat mendukung diagnosis TB
b. Kondisi pasien perlu segera diberikan pengobatan misal: pada kasus
meningitis TB, TB milier, pasien dengan HIV positif, perikarditis TB dan
TB adrenal.
22
Gambar 8.1 Alur Diagnosis TB
Keterangan :
*) Dapat dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan sputum
**) Kontak TB paru dewasa dan kontak TB paru anak terkonfirmasi
bakteriologis
23
***) Evaluasi respon pengobatan. Jika tidak ada respon dengan pengobatan
adekuat, evaluasi ulang diagnosis TB dan adanya komorbiditas atau rujuk
24
Tabel 9.1 Dosis OAT untuk Anak
25
Tabel 9.3 Dosis OAT KDT pada TB anak
Keterangan :
Bayi di bawah 5 kg pemberian OAT secara terpisah, tidak dalam
bentuk KDT dan sebaiknya dirujuk RS.
Apabila ada kenaikan BB maka dosis atau jumlah tablet yang diberikan
disesuaikan dengan BB saat itu.
Untuk anak dengan obesitas, dosis KDT berdasarkan BB ideal (sesuai
umur)
OAT KDT harus diberikan secara utuh (tidak boleh dibelah dan tidak
boleh digerus)
Obat dapat diberikan dengan cara ditelan utuh, dikunyah, atau
dimasukkan ke air dalam sendok.
Obat diberikan pada saat perut kosong atau paling cepat 1 jam setelah
makan.
Bila INH dikombinasikan dengan rifampisin, dosis INH tidak boleh
melebihi 10 mg/kgBB/ hari.
Apabila OAT lepas diberikan dalam bentuk puyer, maka semua obat
tidak boleh digerus bersama dan dicampur dalam satu puyer.
c. Kortikosteroid
Kortikosteroid diberikan pada anak dengan kondisi TB meningitis,
sumbatan jalan napas akibat TB kelenjar, perikarditis TB, TB milier dengan
gangguan napas yang berat, efusi pleura TB, TB abdomen dengan asites.
Obat yang sering digunakan adalah prednison dosis 2 mg/kg/hari, 4
mg/kg/hari pada kasus sakit berat dengan dosis maksimal 60 mg/hari
26
selama 4 minggu. Tappering off dilakukan secara bertahap setelah 2
minggu pemberian, kecuali pada TB meningitis pemebrian selama 4
minggu sebelum tappering off.
d. Piridoksin
Isoniazid dapat menyebabkan defisiensi piridoksin simptomatis, terutama
pada anak dengan malnutrisi berat dan anak dengan HIV yang
mendapatkan anti retroviral therapy (ART). Suplemen piridoksin (5-10
mg/hari) direkomendasikan pada HIV positif dan malnutrisi berat.
e. Nutrisi
Status gizi pada anak dengan TB akan mempengaruhi keberhasilan
pengobatan TB. Malnutrisi berat meningkatkan risiko kematian pada anak
dengan TB. Penilaian status gizi harus dilakukan secara rutin selama anak
dalam pengobatan. Penilaian dilakukan dengan mengukur berat, tinggi,
lingkar lengan atas, atau pengamatan gejala dan tanda malnutrisi seperti
edema atau muscle wasting. Pemberian makanan tambahan sebaiknya
diberikan selama pengobatan. Jika tidak memungkinkan dapat diberikan
suplementasi nutrisi sampai anak stabil dan TB dapat diatasi. Air susu ibu
tetap diberikan jika anak masih dalam masa menyusui.
Hasil Pengobatan
27
Efek samping OAT
28
10. Pencegahan
a. Vaksinasi BCG
Vaksinasi merupakan salah satu faktor penting dalam pencegahan
penyakit. Vaksin merupakan mikroorganisme, baik sel utuh maupun
bagian sel yang bersifat toksik, yang sudah dilemahkan dan dimasukan ke
tubuh untuk merangsang tubuh membentuk antibodi. BCG merupakan
jenis vaksin yang secara spesifik merangsang pembentukan antibodi
terhadap bakteri TB.
b. Tutup mulut saat bersin dan batuk
TB menular lewat dahak dan air liur yang keluar dari mulut merupakan
salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan ke orang
sehat. Menutup mulut dan hidung menggunakan telapak tangan harus
dihindarkan karena kuman bisa berpindah ke tangan dan berpindah lagi ke
orang lain saat berjabat tangan atau memegang mereka. Sebaiknya
29
gunakan tisu dan segera membuangnya ke tempat sampah agar kuman tak
menyebar dan menghindarkan orang lain untuk menyentuhnya.
c. Pemberian makanan yang bergizi dan seimbang
Makanan yang bergizi dan seimbang akan meningkatkan imunitas yang
membantu memerangi bakteri penyebab TB.
d. Jaga lingkungan tetap bersih, tidak lembab, dan sinar matahari dapat
masuk ke dalam rumah. Lingkungan dengan kriteria tersebut dapat
mencegah perkembangbiakan bakteri penyebab TB sehingga menurunkan
kemungkinan tertular.
30
BAB III
ANALISA KASUS
TB Paru
Teori Temuan pada pasien
Menurut Petunjuk Teknis Manajemen Dari anamnesis didapatkan bahwa
dan Tatalaksana TB Anak Kemenkes pasien mengalami sesak napas sejak 3
RI, gejala klinis TB pada anak meliputi hari SMRS. Ibu pasien mengatakan
berat badan turun atau tidak naik dalam sesaknya terus menerus baik pagi hari
2 bulan sebelumnya atau terjadi gagal maupun malam hari.
tumbuh meskipun telah diberikan upaya Keluhan disertai dengan adanya batuk
perbaikan gizi yang baik dalam waktu berdahak berwarna kuning kehijauan
1-2 bulan, demam lama umumnya tidak tidak disertai dengan darah, batuk
tinggi (≥2 minggu) dan/atau berulang disertai dengan pilek, adanya demam
tanpa sebab yang jelas, keringat malam keringat pada malam hari, pasien tidak
yang disertai gejala-gejala
iannya, nafsu makan.
batuk non-remitting ≥2 minggu dan
sebab lain batuk telah dapat
disingkirkan dan tidak membaik dengan
antibiotik, lesu atau malaise, dan anak
kurang aktif bermain. Tanyakan juga
ada tidaknya kontak dengan pasien
terkonfirmasi TB.
Pada sebagian besar kasus TB anak, Pada pemeriksaan fisik didapatkan
tidak dijumpai kelainan fisis yang khas, status gizi pasien termasuk ke dalam
namun hal-hal yang perlu diperiksa klasifikasi gizi baik dan demam yang
adalah 1) Antropometri, gizi kurang tidak kunjung membaik tanpa penyebab
dengan grafik berat badan dan tinggi yang jelas
badan pada posisi di bawah P5 dan 2)
Suhu subfebris, dapat ditemukan pada
sebagian pasien. Kelainan pada
31
pemeriksaan fisik baru dijumpai jika
TB mengenai organ tertentu
Pada pemeriksaan radiologi, Hasil foto toraks pada pasien ini
gambaran sugestif TB diantaranya ditemukan Tampak bercak infiltrat
yaitu pembesaran kelnjar pada kedua paru, Kesan Foto Thorax
hilus/paratrakeal, konsolidasi Gambaran Tb paru aktif duplex, Tidak
segmen/lobus paru, lilier, kabitas, tampak kardiomegali.
efusi pelura, ateletaksis, atau Sistem skoring TB pada pasien ini,
kalsifikasi. didapatkan skor 1, dengan foto thorax
Pada tes tuberkulin dikatakan positif menunjukkan gambaran TB paru aktif.
jika didapatkan indurasi >10 mm
(baik telah menerima vaksinasi BCG
atau tidak), indurasi >5 pada anak-
anak dengan immunosupresi
(termasuk anak-anak HIV-positif dan
anak-anak dengan gizi buruk, yaitu
mereka yang memiliki bukti klinis
marasmus atau kwashiorkor),
indurasi <5 mm dinyatakan negatif,
indurasi 5-9 mm meragukan dan
perlu diulang.
Pasien dengan jumlah skor ≥ 6 (sama
atau lebih dari 6), harus ditatalaksana
sebagai pasien TB dan mendapat
pengobatan dengan obat anti
tuberkulosis (OAT).
32
Larutan 2A yang digunakan Farmakologis :
untuk mengaja
- IVFD 2A 10 tpm makro
keseimbangan cairan dalam
- Paracetamol 3 x 100 mg
tubuh.
- Rifampisin (R) 15 x 10 kg =
Dosis paracetamol yang
(1 x 150) mg po
dianjurkan untuk anak-anak
- Isoniazid (H) 10 x 10 = (1 x
adalah 10-15 mg/kgBB
100) mg po
diberikan 3-4 kali sehari
- Pirazinamid (Z) 35 x 10 =
dengan dosis maksimal 60
(2 x 350) mg po
mg/kgBB/hari.
Prinsip dasar pengobatan
TB adalah minimal 3
macam obat (INH,
Rifamfisin dan
Pirazinamid) pada fase
awal/intensif 2 bulan
pertama dan dilanjutkan
33
dengan 2 macam obat
(Rifamfisin dan INH) pada
fase lanjutan selama 4
bulan.
Rifampisin (R) 15 x 10 kg = (1
x 150) mg po
Isoniazid (H) 10 x 10 = (1 x
100) mg po
Pirazinamid (Z) 35 x 10 = (2 x
350) mg po
Edukasi Kesehatan
Edukasi Untuk Keluarga Pasien
1. Nutrisi
Status gizi pada anak dengan TB akan mempengaruhi
keberhasilan pengobatan TB. Maka dari itu, penilaian status gizi
pada anak harus dilakukan secara rutin selama anak dalam
pengobatan. Penilaian dilakukan dengan mengukur berat, tinggi,
lingkar lengan atas atau pengamatan gejala dan tanda malnutrisi
seperti edema atau muscle wasting.
Menjelaskan bahwa penyakit TB pada anak dapat dilihat
salah satunya dari status gizi anak yang kurang. Kekurangan gizi
dapat memudahkan anak mengalami infeksi, oleh karena itu harus
dilakukan upaya perbaiki gizi dan evaluasi selama 1- 2 bulan.
2. Kepatuhan meminum obat
Kepatuhan pengobatan adalah tingkat kesediaan serta
sejauh mana upaya dan perilaku seorang pasien dalam mematuhi
instruksi, aturan atau anjuran medis yang diberikan oleh seorang
dokter atau profesional kesehatan lainnya untuk menunjang
kesembuhan pasien tersebut.
34
Memberikan informasi kepada ibu pasien untuk senantiasa
memberikan obat sesuai dengan anjuran dan cara pemberian obat
anti tuberculosis, menyampaikan keharusan menghabiskan obat
karena jika tidak dihabiskan dapat menimbulkan resistensi obat
sehingga pasien sukar sembuh dan pengobatan harus diulang.
3. Mengupayakan posisi aliran udara yang masuk ruangan merupakan
udara dari ruangan terbuka yang bebas polusi dengan cara
membuka jendela setiap pagi
4. Jaga lingkungan rumah supaya tetap bersih, tidak lembab, ventilasi
yang baik supaya cahaya matahari masuk ke dalam rumah
5. Menutup mulut ketika batuk
Memberikan informasi kepada pasien mengenai etika batuk
dengan cara menutup mulut dengan tissue, memakai masker atau
menggunakan siku. Jika menggunakan tissue, buang bekas tissue
ke dalam tempat sampah kemudian mencuci tangan setelah batuk
6. Tidak jajan sembarangan
Memberikan informasi kepada pasien bahwa perhatikan
jajanan yang akan dibeli apakah jajanan tersebut bersih atau tidak.
Jika ingin jajan, lebih baik jajan seperti biscuit, wafer atau kue
yang kemasannya tertutup sehingga dijamin kebersihannya.
35
DAFTAR PUSTAKA
36