Anda di halaman 1dari 12

JOURNAL

READING
Corticosteroids for pediatric septic shock patients

Pembimbing :
dr. Dian Rahma Ekowati, Sp.A, M.Sc.
 
Disusun oleh :
Kharismayanti Fatimatuzzahro
2017730061

KEPANITERAAN KLINIK STASE PEDIATRI


RSUD SEKARWANGI SUKABUMI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2021
LATAR BELAKANG

• Sepsis masih menjadi salah satu penyebab utama kematian dan penyebab utama anak
dirawat di PICU (pediatric intensive care unit)
• Tingkat mortalitas pada anak dengan syok sepsis di PICU adalah sebesar 88,2%
• Syok sepsis biasa dapat menjadi syok sepsis refraktor katekolamin yang tatalaksananya
menggunakan kortikosteroid
• D Wong dkk. menyarankan untuk mempertimbangkan kembali penggunaan
kortikosetroid pada syok resisten katekolamin karena efek samping nya
METODE PENELITIAN

tempat dan
Metode waktu Populasi
penelitian

UGD/PICU RSCM Anak usia 1 tahun


Survey cross
pada periode hingga 18 tahun
sectional Januari 2014 yang di-diagnosis
hingga Juli 2018. syok sepsis di
UGD/PICU RSCM
HASIL

Dari Januari 2014 hingga Juli 2019, sebanyak 217 anak didiagnosis dengan syok sepsis di
RSCM, 12 pasien diterapi dengan kortikosteroid untuk syok sepsisnya.
Variabel (N=12)
Median usia (range), bulan 165 (11-533)
Jenis kelamin, n  
Laki-laki 8
Perempuan 4

Status imunitas, n  
Imunokompromis 6
Non-imunokompromis 6

Port d’entrée sepsis, n  


Saluran pernapasan 6
Organ abdominal 5
Saluran urogenital 1
HASIL
• Jenis kortikosteroid yang paling sering diberikan adalah hidrokortison (83%)
• Loading dose hidrokortison sebanyak 2 mg/kg (setara dengan 50 mg/m2), dilanjutkan
dengan dosis infusi sebanyak 2-50 mg/kg/hari (setara dengan 50-1250 mg/m2/hari)
secara kontinu.
• Hampir seluruh pasien (92%) masih menerima terapi kortikosteroid hingga pasien
meninggal
Outcome (N=12)
Median durasi penggunaan kortikosteroid (range), hari 2 (1-7)
Median jumlah agen inotropic dan vasopressor yang digunakan (range) 3 (2-4)

Median lama rawat inap/LoS (range), hari 3 (1-9)


Ventilator, n 12
Mortalitas, n 12
DISKUSI

• Jumlah pasien anak dengan syok sepsis yang diberikan kortikosteroid hanya 12 pasien
dari total 217 pasien (5,5%) dalam periode 4 tahun di RSCM
• Terapi kortikosteroid diberikan ketika syok tidak teratasi setelah pemberian minimal 2
agen vasopressor dan inotropik, serupa dengan penelitian oleh Menon, dkk.
• Menurut Chrysostomos dkk., pemberian kortikosteroid tidak perlu menunggu hingga 2
agen vasopressor dan inotropik, tetapi cukup diberikan setelah 9 jam pemberian agen
vasopressor dan inotropik
DISKUSI

• Jenis kortikosteroid yang paling sering digunakan pada penelitian ini adalah hidrokortison
• Pilihan terapi kortikosteroid terbanyak untuk mengatasi syok sepsis resisten katekolamin,
karena memiliki resiko efek samping yang rendah, seperti hiperglikemia, infeksi berat, dan
perdarahan saluran cerna—dibandingkan dengan kortikosteroid jenis lain.
• Loading dose hidrokortison sebanyak 2 mg/kg, dilanjutkan dengan 2-50 mg/kg/hari dosis
infus.
• Median durasi pemberian kortikosteroid pada subjek penelitian ini adalah 2 hari (range 1-7
hari), dengan 11 dari 12 pasien masih diberikan kortikosteroid hingga meninggal.
• Durasi maksimum pemberian kortikosteroid: 7 hari, untuk menghindari supresi adrenal
DISKUSI
• Pada penelitian ini, tingkat mortalitas sangat tinggi (100%) dengan median lama rawat inap
selama 3 hari (range 1-9). Tingkat mortalitas yang tinggi mungkin disebabkan karena derajat
penyakit subjek yang sangat berat. Hal tersebut diindikasikan dengan banyaknya penggunaan
agen vasopressor dan inotropik serta tingginya penggunaan ventilator (100%)
• Beberapa panduan merekomendasikan penggunaan kortikosteroid pada syok resisten
katekolamin, tetapi, penelitian ini menuliskan bahwa terapi tersebut tidaklah bermanfaat, karena
100% pasien yang mendapatkan terapi kortikosteroid meninggal.
• Nichols dkk. menyatakan bahwa terapi hidrokortison dengan stress dose pada anak dengan syok
sepsis resisten katekolamin berkaitan dengan outcome yang buruk.
DISKUSI

• Penelitian yang dilakukan di Kanada mengungkapkan bahwa hampir seluruh pediatric


intensivist (91,4%) akan memberikan kortikosteroid pada pasien dengan syok persisten
yang telah diberikan cairan sebanyak 60 ml/kg dan diberikan ≥ 2 pengobatan vasoaktif.
• Alasan untuk penggunaan kortikosteroid dalam sepsis adalah efek farmakologisnya yang
dinilai bermanfaat pada sistem kardiovaskular dan sebagai anti-inflamasi.
KESIMPULAN

Pada penelitian ini sedikit pasien anak dengan syok sepsis yang diberikan terapi
kortikosteroid mayoritas hidrokortison. Tingkat mortalitas pasien yang diberikan terapi
kortikosteroid adalah 100% dan lama rawat inapnya singkat. Kortikosteroid tidak terlalu
bermanfaat untuk populasi pasien sepsis pada penelitian ini.
P (patient/clinical Sepsis didefinisikan sebagai disfungsi organ yang mengancam
problem) nyawa yang disebabkan oleh disregulasi respon host terhadap
infeksi. Sepsis masih menjadi salah satu penyebab utama kematian
dan penyebab utama anak dirawat di PICU (pediatric intensive care
unit).

I (intervention) Penggunaan kortikosteroid pada pasien anak dengan syok sepsis di RS


Cipto Mangunkusumo.

C (Comparison) Tidak ada perbandingan atau kontrol yang digunakan sebagai


pembanding dari intervensi yang dilakukan.

O (Outcome) Tingkat mortalitas pasien yang diberikan terapi kortikosteroid adalah


100% dan lama rawat inapnya singkat. Kortikosteroid tidak terlalu
bermanfaat untuk populasi pasien sepsis pada penelitian ini.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai