PEMBIMBING :
dr. Deden tommy Sp.A
Disusun Oleh :
Muhammad syamirul alam- 2017730061
1. Suhendro, L. N. K. C. H. T. P., 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi VI ed. Jakarta: Interna Publishing.
2. World Health Organization (2011) Comprehensive guidelines for prevention and control of dengue and dengue haemorrhagic fever, WHO
Regional Publication SEARO. doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.
epidemiologi kematian 39 jiwa dari 3407 kasus
21 kematian dari 2571
16 kematian dari 1197 kasus
DiJumlah
Indonesia,
kasusdemam
demam berdarah dengue
berdarah (DBD) pertama
telah meningkat selamakalitiga
dicurigai
sampaidilima
Surabaya
tahun pada
tahun 1968,
terakhir, tetapi berulang.
dengan konfirmasiSelain
virologis
itu, baru
telah diperoleh pada tahunproporsi
terjadi peningkatan 1970. ¹ kasus
dengue keparahan, terutama di Thailand, Indonesia dan Myanmar.
1. Soedarmo, S. S. P. et al. (2008) ‘Buku Ajar lnfeksi & Pediatri Tropis Edisi Kedua’, in Ikatan Dokter Anak Indonesia.
2. World Health Organization (2011) Comprehensive guidelines for prevention and control of dengue and dengue haemorrhagic fever, WHO Regional Publication SEARO. doi:
10.1017/CBO9781107415324.004.
3. Pusparisa, Y. and Yudhistira, A. W. (2020) Korban Meninggal Akibat DBD Paling Banyak di NTT: Kasus Kematian akibat DBD 15 Maret 2020, Databoks Katadata.
ETIOLOGI
• Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk
dalam group B arthropod borne virus (arbovirus) dan sekarang dikenal sebagai genus
Flavivirus, famili Flaviviridae.¹
• Terdapat serotip virus yaitu 1, 2, 3, dan 4 (gol. Arthropod borne virus group B) yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes (antara lain Aedes aegypti dan Aedes albopictus). ²
1. Suhendro, L. N. K. C. H. T. P., 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi VI ed. Jakarta: Interna Publishing.
2. Garna, H. M. N. H., 2018. Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak. Bandung: UNPAD Library Information System.
PATOFISIOLOGI
1. World Health Organization (2011) Comprehensive guidelines for prevention and control of dengue and dengue haemorrhagic fever, WHO
Regional Publication SEARO. doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.
2. Sukohar, 2014. Demam Berdarah Dengue. Journal of Medula, 2(DBD).
KLASIFIKASI
1. World Health Organization (2011) Comprehensive guidelines for prevention and control of dengue and dengue haemorrhagic
fever, WHO Regional Publication SEARO. doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.
Manifestasi klinis
• Nyeri kepala
• Nyeri otot
• Hematokrit meningkat
• Eritema kulit
• Trombosit menurun
• Nafsu makan pulih
• Muntah
• Leukopenia • Hemodinamik stabil
• Diuresis cukup
1. World Health Organization (2011) Comprehensive guidelines for prevention and control of dengue and dengue
haemorrhagic fever, WHO Regional Publication SEARO. doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.
diagnosis
Anamnesis
• Demam, terjadi mendadak tinggi selama Pemeriksaan Fisik
2-7 hari Gejala klinis DBD diawali demam mendadak
• Disertai lesu, tidak mau makan dan tinggi, facial flush, muntah, nyeri kepala,
muntah nyeri otot dan sendi, nyeri tenggorok dengan
• Nyeri kepala, nyeri otot, dan nyeri perut faring hiperemis
• Diare kadang-kadang
Terdapat hepatomegaly dan kelainan fungsi
• Perdarahan paling sering dijumpai adalah
hati
perdarahan kulit dan mimisan
Hari ke-3 hingga ke-5 suhu turun merupakan
awal penyembuhan pada infeksi namun pada
DBD merupakan tanda awal syok
Petekie, epistaksis, melena, ataupun
hematuria
1. IDAI (2011) Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia, Pedoman Pelayanan Medis. doi:
10.1136/adc.25.122.190.
Tanda-tanda syok
• Anak gelisah, sampai terjadi
penurunan kesadaran, sianosis
• Nafas cepat, nadi teraba lembut,
kadang-kadang tidak teraba
• Tekanan darah turun, tekanan nadi
<10 mmHg
• Akral dingin Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Darah perifer, kadar haemoglobin, leukosit &
hitung jenis, hematokrit, trombosit.
Uji serologis, uji hemaglutinasi inhibisi
dilakukan saat fase akut dan fase
konvalesens.
Pemeriksaan radiologis Pemeriksaan foto dada
Kelainan radiologi
USG
DBD II Seperti derajat I ditambah perdarahan spontan Trombositopenia <100.000 sel/mm3; peningkatan
hematokrit ≥20%
DBD* III Seperti derajat I atau II ditambah kegagalan sirkulasi Trombositopenia <100.000 sel/mm3; peningkatan
(nadi lemah, tekanan nadi ≤ 20 mmHg, hipotensi, hematokrit ≥20%
gelisah, diuresis menurun
DBD* IV Syok hebat dengan tekanan darah dan nadi yang tidak Trombositopenia <100.000 sel/mm3; peningkatan
terdeteksi hematokrit ≥20%
Diagnosis infeksi dengue: Gejala klinis + trombositopenia + hemokonsentrasi, dikonfirmasi dengan deteksi antigen virus dengue
(NS-1) atau dan uji serologi anti dengue positif (IgM anti dengue atau IgM/IgG anti dengue positif)
DHF tanpa syok (DHF grade I dan II)
- antipiretik : Paracetamol 10-15 mg/kgBB/kali setiap 4-6jam. Jangan aspirin dan
ibuprofen ( dapat gastritis dan pendarahan)
- makan sesuai kondisi nafsu makan
- jika ada tanda bahaya, segera rujuk. Red flags : nyeri abdomen, muntah persisten,
panas sukar dikontrol dengan antipiretik, tanda perdarahan kulit, ptekie, ekimosis,
letargi, penderita tampak loyo dan perabaan terasa dingin, oligouria, organomelia
- kebutuhan cairan harus terpenuhi : oral atau pareteral (formula Halliday segar)
Tranfusi darah
Bila tidak teratasi koloid 10 – 20 ml/kgBB dalam
Stop IVFD Maksimal 48
10 – 20 menit, jika syok menetap transfuse
jam setelah syok teratasi
darah
DSS Dekompensasi (DHF grade IV)
• Tanda klinis, apakah syok telah teratasi dengan baik, adakah pembesaran hati, tanda
perdarahan saluran cerna, tanda ensefalopati, harus dimonitor dan dievaluasi untuk
menilai hasil pengobatan
• Kadar haemoglobin, hematokrit dan trombosit tiap 6 jam, minimal tiap 12 jam
• Balans cairan, catat jumlah cairan yang masuk, diuresis ditampung, dan jumlah
perdarahan
• Pada DBD syok, lakukan cross match darah untuk persiapan transfuse darah apabila
diperlukan
1. IDAI (2011) Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia, Pedoman Pelayanan Medis. doi: 10.1136/adc.25.122.190.
Komplikasi dan prognosis
• Ensefalopati dengue, dapat
terjadi pada DBD dengan syok
ataupun tanpa syok Prognosis dubia ad bonam.
• Kelainan ginjal, akibat syok
berkepanjangan dapat terjadi
gagal ginjal akut
• Edem paru, seringkali terjadi
akibat overloading cairan
1. IDAI (2011) Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia, Pedoman Pelayanan Medis. doi: 10.1136/adc.25.122.190.
KESIMPULAN