PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kalium adalah penting untuk fungsi normal dari otot, jantung, dan
saraf. Hal ini memainkan peran penting dalam mengontrol aktivitas otot
polos (seperti otot yang ditemukan di saluran pencernaan) dan otot rangka
(otot-otot ekstremitas dan dada), serta otot-otot jantung. Hal ini juga
penting untuk transmisi normal sinyal listrik seluruh sistem saraf dalam
tubuh.Kadar normal kalium sangat penting untuk menjaga irama jantung
normal listrik. Kedua kadar kalium darah rendah ( hipokalemia ) dan kadar
kalium darah tinggi (hiperkalemia) dapat menyebabkan ritme jantung
abnormal .
Hyperkalemia adalah umum, hal itu didiagnosis pada sampai dengan
8% dari pasien rawat inap di AS Untungnya, kebanyakan pasien memiliki
hiperkalemia ringan (yang biasanya ditoleransi dengan baik). Namun,
kondisi yang menyebabkan hiperkalemia ringan bahkan harus diobati untuk
mencegah perkembangan ke hiperkalemia yang lebih parah. Tingkat yang
sangat
tinggi
kalium
dalam
darah
(hiperkalemia
berat)
dapat
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Definisi hiperkalemia
Hiperkalemia (kadar kalium serum > 5,0 mEq/L) terjadi karena
peningkatan masukan kalium, penurunan ekskresi urine terhadap kalium,
atau gerakan kalium keluar dari sel sel. Perubahan pada kadar kalium
serum menunjukkan perubahan pada kalium CES, tidak selalu perubahan
pada kadar tubuh total. Pada ketoasidosis diabetik, sebagai contoh, kalium
dalam jumlah besar dapat hilang pada urine karena diuresis osmotic akibat
glukosa. Meskipun terdapat penurunan bermakna pada kadar kalium total
tubuh, pasien pada awalnya tampak normal atau kalium meningkat
(Horne, Mirna M, 2000).
Bila konsentrasi kalium plasma lebih dari 5,0 mEq/L maka muncul
hiperkalemia. Biasanya disertai dengan gagal ginjal bila ginjal tidak
mampu mensekresi kalium. Selain itu, hiperkalemia dapat terjadi pada
trauma atau luka bakar luas, pada kondisi ini sel-sel yang rusak
mengeluarkan simpanan kalium intraselnya. Kasus hiperkalemia telah
dilaporkan pada pemberian intravena larutan kalium yang sangat pekat
yang tidak disengaja atau pemberian intravena kalium pada pasien yang
pengeluaran urinenya rendah (corwin, elizabeth J, 2009).
Hiperkalemia mengacu pada konsentrasi kalium serum yang lebih
tinggi dari normal. Hal ini jarang terjadi pada pasien dengan fungsi ginjal
normal. Seperti hipokalemia, hal ini sering terjadi karena penyebab
iatrogenik (dirangsang oleh pengobatan). Meskipun lebih jarang terjadi
dibandingkan hipokalemia, hiperkalemia lebih berbahaya karena henti
jantung lebih sering dihubungkan dengan kadar kalium serum yang tinggi
(smeltzer, suzanne C, 2001).
Secara teknis, hiperkalemia berarti tingkat potassium dalam darah yang
naiknya secara abnormal. Tingkat potassium dalam darah yang normal
adalah 3.5- 5.0 milliequivalents per liter (mEq/L). Tingkat-tingkat
potassium antara 5.1 mEq/L sampai 6.0 mEq/L mencerminkan
hiperkalemia yang ringan. Tingkat potassium dari 6.1 mEq/L sampai 7.0
mEq/L adalah hiperkalemia yang sedang, dan tingkat-tingkat potassium
diatas 7 mEq/L adalah hiperkalemia yang berat/parah. (Dawodu, S 2004)
2. Etiologi hiperkalemia
Penyebab hiperkalemia adalah penggunaan turniket yang terlalu
kencang di sekitar ekstremitas ketika mengambil sampel darah dan
hemolisis sampel sebelum analisis. Penyebab lain termasuk leukositosis
atau trombositosis dan pengambilan darah tepat di atas tempat infus
kalium. Kegagalan untuk menyadari penyebab palsu hiperkalemia dapat
berakibat pengobatan agresif hiperkalemia yang sebenarnya tidak terjadi,
yang mengakibatkan penurunan kadar kalium serum yang serius. Karena
itu, pengukuran dari kadar yang terlalu meningkat harus dipastikan
kembali.
Penyebab utama dari hiperkalemia adalah penurunan ekskresi kalium
ginjal. Karena itu, hiperkalemia yang bermakna umumnya terjadi pada
pasien gagal ginjal yang tidak diobati, terutama jika kalium dilepaskan
dari sel-sel selama proses infeksi atau adanya sumber kalium eksogen
yang berlebihan, seperti dalam diet atau dalam pengobatan. Defisiensi
kortikosteroid adrenal menyebabkan kehilangan natrium dan retensi
kalium.
Karena
itu,
hipoaldosteronisme
dan
penyakit
addison
Tanda dan gejala dari hiperkalemia adalah mual, lelah, kelemahan otot,
atau kesemutan. Gejala-gejala hyperkalemia yang lebih serius termasuk
denyut jantung yang perlahan dan nadi yang lemah. Hyperkalemia yang
parah dapat berakibat pada berhentinya jantung yang fatal. Umumnya,
tingkat potassium yang naiknya secara perlahan (seperti dengan gagal
ginjal kronis) ditolerir lebih baik daripada tigkat-tingkat potassium yang
naiknya tiba-tiba. Kecuali naiknya potassium adalah sangat cepat, gejalagejala dari hyperkalemia adalah biasanya tidak jelas hingga tingkat-tingkat
potassium yang sangat tinggi (secara khas 7.0 mEq/l atau lebih tinggi).
(Dawodu S, 2004).
4. Pathway hiperkalemia
dan
karena
diare,
sehingga
meningkatkan
efek
dengan
BAB III
KASUS
1. Kasus
Seorang laki laki berusia 55 tahun masuk ke IGD salah satu rumah
sakit dengan sakit kepala, keram perut yang disertai mual dan muntah serta
tangan dan kaki kebas, pasien dengan riwayat gagal ginjal. TTV: TD : 90/
55 mmHg, RR 12 x/ menit, nadi 115 x/ menit, suhu 36c. Hasil
pemeriksaan nyeri menggunakan skala nurmerik ( 7 / nyeri sedang ) hasil
: sakit kepala
: tangan dan kaki kebas.
: mual dan muntah
: kram perut
: TD : 90 / 55 mmHG, RR : 12 x / menit,
Masalah Keperawatan
Kelebihan volume cairan
DO :
- TD : 90 / 55 mmHg
-RR : 12 x / menit
- Nadi : 115 x / menit
- pemeriksaan elektolit
serum : k+ : 6,0 mEq / L
- produksi urine menurun : 20
cc / jam
DS :
keram perut disertai mual dan
muntah, tangan dan kaki
kebas
DO :
- TD : 90 / 55 mmHg
-RR : 12 x / menit
- Nadi : 115 x / menit
EKG : adanya gangguan
irama jantung
DS :
Sakit kepala, keram perut
disertai mual dan muntah,
tangan dan kaki kebas
DO :
- TD : 90 / 55 mmHg
-RR : 12 x / menit
- Nadi : 115 x / menit
- Suhu 36c
- pemeriksaan elektolit
serum : k+ : 6,0 mEq / L
- produksi urine menurun : 20
cc / jam
DS: sakit kepala
4. Diagnosa keperawatan
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan hiperkalemia
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan irama
jantung
3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual muntah
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan sakit kepala
5. Rencana keperawatan
11
Diagnosa
Tujuan NOC
Interverensi NIC
Keperawatan
Dx : kelebihan
Tujuan : Setelah
Electrolyte
volume cairan
melakukan tindakan
Management
b.d hiperkalemia
keperawatan 4 x 24
Hypercalemia
Monitor tanda
kembali normal
NOC : perubahan ekg
3 menjadi 5
hiperkalemia
Mengelola
eletrolit
mengikat dan
buang air jika
diperlukan
Mengelola
ketentuan
dioretik
Menginstruksika
n pasien tentang
penggunan
terapi dieuretik
Mengintruksika
n pasien atau
keluarga untuk
mengobati
hipperkalemia
Dx : Penurunan
curah jantung
b.d perubahan
kembali normal
NOC : irama respirasi
irama jantung
pada institusi
Pantau masukan
dan haluaran
menjadi 5
urin
Pantau terhadap
indikator
12
hiperkalemia
Pantau kadar
kalium serum
Indikator fisik
kadar kalium
abnormal
Berikan kalsium
glukosa sesuai
Dx : Ketidak
Tujuan : dalam 3 x 24
seimbangan
nutrisi kurang
teratasi
NOC :
Prekuensi mual 3
dari kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan mual
muntah
program
1. Manajemen nutrisi :
Memonitor tren
pada kehilangan
menjadi 5
Intensitas mual 3
berat badan
Memonitor
turgor kulit dan
menjadi 5
Frekuensi muntah 4
mobilitas
Memonitor mual
menjadi 5
Intensitas muntah 4
dan muntah
Mengidentifikas
i ketidak
menjadi 5
normalaan pada
kulit
Menentukan
pola makan
( makanan yang
disuka atau
tidak, kelebihan
konsumsi
makanan cepat
saji, salah
makan)
2. Manajemen Mual
Mendapatka
n riwayat
perawatan
13
lengkap
Mengurangi
faktor yang
memicu
faktor yang
meningkatk
an mual
Meng
evaluasi
rasa mual
Identivikasi
faktor
penyebab
( obat)
mungkin
dapat
menyebabk
an rasa
Dx : Gangguan
rasa nyaman
nyeri
berhubungan
dengan sakit
kepala
Tujuan :
Setelah melakukan
mual
Pain Management :
Lakukan
tindakan keperawatan
perawatan
komfrensif
berkurang
NOC :
Skala nyeri 3 menjadi
untuk nyeri
karakteristik
meliputi lokasi
durasi frekuensi
kualitas
intensitas atau
keparahan nyeri
Kaji tanda non
verbal terhadap
ketidaknyamana
14
n
Cari tau faktor
yang
memperparah
nyeri
Control faktor
lingkungan yang
mungkin
mempengaruhi
respon pasien
ketidaknyamana
n
Ajarkan pasien
teknik non
parmakologi
( relaksasi nafas
dalam, hipnotis,
distaksi
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah membaca dan memahami tinjauan teori pada bab II mengenai
hiperkalemia, dapat kita simpulkan bahwa pasien dalam kasus diatas mengalami
hiperkalemia yang disebabkan oleh gagal ginjal yang diderita oleh pasien. Hal ini
15
dibuktikan dengan pengkajian yang telah dilakukan dan diperoleh sebagai mana
tertera pada bab III. Dari pemeriksaan labor pasien menunjukkan kadar kalium
yang lebih dari angka normal, yaitu elektrolit serum : k + = 6,0 mEq / L, sedangkan
kadar normalnya hanya berkisar 3,5 5,0 mEq / L. Kemudian pemeriksaan fisik
pasien juga menunjukkan tanda tanda lain dari hiperkalemia yaitu, pasien
mengeluhkan sakit kepala, keram perut disertai mual dan muntah serta tangan dan
kaki kebas, tekanan darah : 90 / 55 mmHG, RR : 12 x / menit, dan nadi 115 x /
menit,
Pemeriksaaan penunjang yang dilakukan juga menunjukkan gejala dari
hiperkalemia yaitu, EKG diperoleh adanya gangguan irama jantung. sehingga
dapat kita simpulkan bahwa gejala gejala yang dialami pasien tersebut sesuai
dengan teori yang ada dan merupakan gejala gejala dari hiperkalemia yang
sudah sama sama kita ketahui dari tinjauan teori diatas, walaupun tidak semua
gejala pada teori muncul pada pasien dalam kasus.
Dari segi diagnosa keperawatan, kami mengangkat diagnose yang berbeda
dengan diagnose pada askep teori. Dari diagnosa teori, kita ketahui bahwa
diagnose yang diangkat adalah penurunan curah jantung yang berhubungan
dengan faktor listrik (resiko disritmia ventrikel) sekunder terhadap hiperkalemia
berat atau koreksi hiperkalemia terlalu cepat dengan akibat hipokalemia.
Sedangkan pada askep kasus kami mengangkat diagnosa utama yaitu kelebihan
volume cairan berhubungan dengan hiperkalemia. Setelah kami melakukan
diskusi kelompok, kami berpendapat bahwa diagnose pada askep teori yaitu
penurunan curah jantung juga terjadi pada pasien didalam kasus, sesuai dengan
DO dan DS pada analisa data. Sehingga kami juga memasukkan diagnose
penurunan curah jantung pada diagnose yang kedua setelah diagnose kelebihan
volume cairan. Hal ini kami lakukan berdasarkan gejala gejala yang di alami
pasien pada kasus dan setelah melakukan analisa data, kami sepakat masalah
utama yang dialami pasien adalah kelebihan volume cairan berhubungan dengan
hiperkalemia. Menurut kelompok kami juga, apabila masalah hiperkalemia yang
dialami pasien dapat diatasi, maka masalah penurunan curah jantung pasien juga
akan ikut membaik dan dapat diatasi.
16
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
17
DAFTAR PUSTAKA
Horne, M.M., & swearingen, P. L. (2001). Keseimbangan cairan, electrolit &
asam basa (ed. 2). Jakarta : EGC.
Smeltzer, suzanne C. (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta :
EGC.
18
19