Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN HIPOKALEMIA


DI RUANG INTERMEDIET RSUD A. M. PARIKESIT

Disusun Oleh :
Putri Fitria (P07220219110)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK


KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN 2022
A. Definisi Hipokalemia
Hipokalemia adalah keadaan konsentrasi kalium darah di bawah 3,5
mEq/L yang disebabkan oleh berkurangnya jumlah total tubuh atau adanya
gangguan perpindaha kalium ke dalam sel (Maggie, 2019).
Menurut dr.Patrecia Lukas Goentoro, 2021 Hipokalemia adalah kondisi
ketika tubuh tidak mendapatkan asupan kalium yang cukup. Hipokalemia dapat
menyerang siapa saja, baik pria maupun wanita. Meski begitu, kekurangan
kalium cenderung dijumpai pada wanita. Apabila tubuh kekurangan kalium
(hipokalemia) maka tubuh akan beresiko mengalami nyeri, mual muntah, tidak
nafsu makan, gangguan irama jantung (aritmia), konstipasi, otot tubuh
melemah.Kalium dapat ditemukan di buah-buahan seperti terdapat pada buah
pisang ambon, air kelapa muda, buah bit, alpukat, dll (Siti, 2021).
Hipokalemia adalah keadaan dimana kadar kalium dalam tubuh berada
dibawah batas normal. Hipokalemia dapat terjadi karena kehilangan kalium
dari tubuh, maupun karena gerakan kalium ke dalam sel-sel. Hipokalemia
jarang terjadi karena ketidakadekuatan masukan kalium. Perubahan kadar
kalium serum menunjukan perubahan pada kalium ekstraselular. Perubahan
kadar kalium tidak selalu menunjukan perubahan pada kadar total tubuh.
Hipokalemia atau hypopotassaemia (ICD-9), mengacu pada kondisi di
mana konsentrasi kalium (K+) dalam darah rendah. Tingkat normal kalium
serum adalah antara 3,5-5,0 mEq / L, setidaknya 95% dari kalium tubuh
ditemukan di dalam sel, dengan sisanya dalam darah. Ini gradien konsentrasi
dipertahankan terutama oleh pompa Na+/K+.
B. Etiologi Hipokalemia
Penyebab hipokalemia meliputi:
a. Antibiotik (penisilin, nafcillin, karbenisilin, gentamisin, amfoterisin B,
foskarnet)
b. Diare (termasuk penggunaan pencahar terlalu banyak, yang dapat
menyebabkan diare)
c. Penyakit yang mempengaruhi kemampuan ginjal untuk mempertahankan
kalium (sindrom Liddle, sindroma Cushing, hiperaldosteronisme, Bartter
sindrom, sindrom Fanconi)
d. Diuretik obat, yang dapat menyebabkan buang air kecil yang berlebihan
e. Gangguan makan (seperti bulimia)
f. Makan dalam jumlah besar licorice atau menggunakan produk seperti teh
herbal dan mengunyah tembakau yang mengandung licorice dibuat dengan
asam glycyrrhetinic (zat ini tidak lagi digunakan dalam licorice dibuat di
Amerika Serikat)
g. Magnesium Kekurangan
h. Berkeringat
i. Muntah
C. Manifestasi Klinis
Tingkat keparahan klinis hipokalemia cenderung sebanding dengan derajat dan
durasi deplesi serum kalium. Gejala umumnya muncul apabila serum kalium di
bawah 3,0 mEq/L (Maggie,2019).
Derajat Gejala dan tanda klinis
hipokalemia
Ringan –sedang Tanpa gejala atau degan gejala ringan, terutama pada
orang tua atau pada orang yang menderita penyakit
jantung atau ginjal
Berat Sistem renal Asidosis metabolik
Rakdomlolisls
Penyakit ginjal terkait hipokalenia
(Tubulointerstitial Nevritis,
Diabetes Insipidus Neofrogenik,
Kristal)
Sisten Kram otot
neuromuskular Kelemahan dan paresis
Paralisis asending
Sistem gastro Konstipasi
intestinal Paralisis
Mengkaibatkan
Eleus usus, anoreksia , dan mual
muntah
Sistem Gagal nafas
respirasi
Sistem Perubahan EKG (gelombang U,
kardiovaskuler Glombang T datar, perubahan
sekmen ST)
Biasanya pada serum K+ < 2,7
mmol/L
Aritmia Jantung
Gagal Jantung
Sumber : Maggie, 2019
D. Patofisiologi
Pada kondisi normal keseimbangan ion intra selular dan ekstraselular
yang mengatur ialah ion Na+ dan K+ tubuh. Tetapi pada Hipokalemia, dimana
kadar kalium ekstraselular yang lebih rendah mengakibatkan keseimbangan
potensial kalium berubah lebih negative sehingga Na+ lebih banyak masuk ke
intraselular dan kalium terlambat dan lebih sedikit yang keluar ke ekstra
selular. menyebabkan gangguan elektrik dan otot tidak dapat dieksitasi.
Gejala-gejala yang diakibatkan oleh perubahan polarisasi membran
menyebabkan gangguan pada fungsi jaringan yang dapat dieksitasi seperti otot.
Studi-studi elektrofisiologi saat ini menyebutkan bahwa defek yang
fundamental pada hipokalemia melibatkan peningkatan permeabilitas membran
natrium otot, namun masalah utama pada hipokalemia berhubungan dengan
kanal kalsium. Periodik paralisis sekunder akibat hipokalemia dapat
disebabkan oleh penyebab lain seperti tiroksikosis periodik paralisis, diet tinggi
karbohidrat, renal tubular asidosis, dan keracunan (Gunawan dan Yuliarni,
2018).
Dosis kalium harian dapat mencapai 100-150 meq. Penggantian kalium
melalui jalur intravena harus diberikan jika pasien tidak bisa mengkonsumsi
suplemen kalium oral. Dosis kalium intravena yang diberikan adalah 0,05-0,1
meq/KgBB dalam manitol 5%, dibolus dahulu sebelum diberikan secara infus.
Manitol harus digunakan sebagai pelarut, karena natrium dalam cairan normo
saline dan dextrose 5% dapat memperburuk serangan. Kalium infus hanya
boleh diberikan sebanyak 10 meq selama 20-60 menit, kecuali pada kondisi
aritmia jantung atau gangguan respirasi. Hal ini bertujuan untuk menghindari
hiperkalemia yang dapat mengakibatkan pindahnya kalium dari kompartmen
intraselular ke dalam darah (Gunawan dan Yuliarni, 2018).
Untuk memperkirakan jumlah kalium pengganti, perlu disingkirkan
faktor-faktor penyebab, contohnya insulin dan obat obatan. Cara Pemberian
Kalium yang tepat ialah:
1) Oral. Penggantian kalium secara oral paling aman tetapi kurang ditoleransi
karena iritasi lambung. Pada hipokalemia ringan (kalium 3—3,5 mEq/L)
dapat diberikan KCl oral 20 mEq 3 – 4 kali sehari dan edukasi diet kaya
kalium. Makanan mengandung cukup kalium dan menyediakan 60 mmol
kalium. Kalium fosfat dapat diberikan pada pasien hipokalemia gabungan
dan hipofosfatemia.
2) Jalur intravena harus dibatasi hanya pada pasien yang tidak dapat
menggunakan jalur enteral atau dalam komplikasi berat (contohnya
paralisis dan aritmia).
E. Pathway hipokalemia

Kolik abdomen konsumsi obat- Diare Kadar insulin


obatan

Kadar kalium rendah Asupan nutrisi Mual, muntah


(hipokalemia) tidak adekuat

Resiko Nyeri Akut Resiko Defisit Nutrisi


Ketidakseimbangan
elektrolit

Kelemahan Gangguan rasa Nyeri otot


otot aman nyaman

Imobilisasi fisik Perasaan lelah Keletihan

Penurunan curah
jantung
Sumber Andhita & Amanda, 2012

Gambar 2.1 Pathway Hipokalemia

F. Komplikasi hipokalemia
Hipokalemia bila dibiarkan akan berbahaya bagi penderitanya,
komplikasi yang biasa muncul pada pasien penyakit hipokalemia diantaranya,
yaitu :
a. Aritmia
Gangguan kesehatan yang terjadi pada irama jantung. Penyakit ini
menyebabkan detak jantung pengidapnya terasa tidak teratur yang
bisa lebih cepat atau lebih lambat.
b. Rhabdomyolysis
Suatu sindrom atau kumpulan gejala yang disebabkan oleh kerusakan
dan kematian jaringan otot rangka. Sindrom ini terjadi akibat
rusaknya serat-serat otot dan keluarnya isi serat tersebut ke dalam
aliran darah.
c. Ileus paralitik
Suatu keadaan abnormal ketika terdapat hambatan atau kelumpuhan
pada motilitas/pergerakan usus.
d. Penyakit ginjal
Sebuah kondisi ketika organ ginjal terganggu dan termasuk masalah
kesehatan yang serius. Kelainan ginjal yang tidak diobati dapat
berujung pada gagal ginjal total. Akibatnya, penderita penyakit
ginjal membutuhkan dialisis atau transplantasi ginjal untuk
bertahan hidup.
G. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksaan medis hipokalemia berfokus pada pemulihan gejala akut
dan pencegahan serangan berikutnya. Menghindari makanan tinggi karbohidrat
dan aktivitas yang berat, mengkonsumsi acetazolamide (Diamox) dapat
mencegah serangan kelemahan. Pengobatan awal pasien dengan hipokalemia
adalah dengan suplemen kalium oral, dapat diulang dengan interval 15-30
menit, tergantung dari respon pasien (Gunawan dan Yuliarni, 2018).
H. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
1) Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral dan
parenteral)
2) Tanda umum masalah elektrolit
3) Tanda kekurangan cairan seperti rasa dahaga, kulit kering,
membrane mukosa kering, konsentrasi urine dan urine output
4) Tanda kelebihan cairan: seperti kaki bengkak, kesulitan nafas dan
BB meningkat.
5) Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu status
cairan
6) Status perkembangan seperti usia atau situasi social
b. Pengukuran klinik
Berat badan : kehilangan / bertambahnya berat badan menunjukkan
adanya masalah keseimbangan cairan. Perubahan berat badan :
1) Turun 2 % - 5 % Kekurangan volume cairan * ringan
2) Turun 5% - 10 % Kekurangan volume cairan * sedang
3) Turun 10 % - 15 % kekurangan volume cairan *berat
4) Turun 15 % - 20 % Kematian
5) Naik 2 % Kelebihan volume cairan ringan
6) Naik 5 % Kelebihan volume cairan sedang
7) Naik 8 % Kelebihan volume cairan berat
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama.
c. Keadaan umum : pengukuran tanda vital seperti :
1) Suhu :
Kekurangan volume cairan : < 36 – 37 ° c
Kelebihan volume cairan : > 35 – 36 ºC
2) Tekanan darah :
Kekurangan volume ciran : < 120/80
Kelebihan volume cairan : > 120/80 atau tetap
3) Nadi :
Kekurangan vol cairan : < 60-100x/mnt
Kelebihan volume cairan : > 60-100 x /mnt
4) Pernapasan :
Kekurangan volume cairan : > 16 – 24 x/ menit
Kelebihan volume cairan : < 16 – 24 x/menit
5) Pengukuran pemasukan cairan :
Cairan oral (NGT dan oral), cairan parenteral termasuk obat-obatan
IV, makanan yang cenderung mengandung air, irigasi kateter atau
NGT.
6) Pengukuran pengeluaran cairan :
Urine (volume, kejernihan / kepekatan), feses (jumlah dan
konsistensi), muntah, tube drainase, IWL.
7) Ukur keseimbanagn cairan dengan akurat :
Normalnya sekitar +/- 200 cc.
d. Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran : Mengkaji GCS
2) Kepala : Mesocepal
3) Fontanel : Cekung (Kekurangan volume cairan) Menonjol
(Kelebihan volume cairan)
4) Mata : Cekung, konjungtiva anemis, air mata berkurang atau
tidak ada (kekurangan volume cairan) edema periorbital,
papiledema (kelebihan volume cairan)
5) Telinga : Bentuk simetris kanan dan kiri
6) Tenggorokan dan Mulut : Membran mukosa kering, lengket, bibir
pecah-pecah dan kering, salvias menurun, lidah di bagian
longitudinal menurun (kekurangan volume cairan)
7) Sistem Kadiovaskuler
a) Inspeksi :
(1) Kekurangan volume cairan : Vena leher datar
(2) Kelebihan volume cairan : Vena leher distensi
(3) Dependent body parts (Bagian-bagian tubuh yang tertekan
pada saat berbaring) : Tungkai, sacrum, punggung,
Lambatnya
b) Palpasi :
(1) Kelebihan volume cairan: Denyut nadi kuat, Edema (bagian
tubuh dependent : punggung,sacrum, tungkai)
(2) Kekurangan volume cairan : Denyut nadi lemah, kapiler
menurun
c) Auskultasi :
(1) Kekurangan volume cairan, Hiponatremia, Hiperkalemia,
Hipermagnesemia : Tekanan darah rendah atau tanpa
perubahan, tekanan darah pada posisi orthostatic
(2) Kelebihan Volume cairan : Hipertensi (tekanan darah
tinggi)
8) Sistem Pernapasan
a) Inspeksi :
Kelebihan Volume cairan : Peningkatan frekuensi napas,
dispnea
b) Auskulatasi :
Kelebihan volume cairan : krekels
9) Sistem Gastrointestinal
a) Inspeksi :
(1) Kekurangan volume cairan : Abdomen cekung
(2) Kekurangan volume cairan, hiperkalsemi
(3) hiponatremia : muntah
(4) Hiponatremia : diare
b) Auskultasi :
(1) Kekurangan volume cairan, hipokalemia : hiperperistaltik
disertai diare atau hipoperistaltik
(2) Perkusi : Thympani
(3) Palpasi : tidak ada pembesaran dan massa, ada nyeri
tekan di perut bagian kanan bawah
10) Sistem Ginjal
a) Inspeksi :
(1) Kekurangan volume cairan : oliguria atau anuria, berat jenis
urine meningkat
(2) Kelebihan volume cairan : dieresis (jika ginjal normal),
oliguria atau anuria, berat jenis urine meningkat
b) Kulit
(1) Suhu tubuh :
(a) Meningkat : hipernatremia, Ketidakseimbangan
hiperosmolar, asidosis metabolic
(b) Menurun : Kekurangan volume cairan
(2) Inspeksi :
Kekurangan volume caiaran, asidosis metabolik : kering,
kemerahan
(3) Palpasi :
Kekurangan volume cairan : turgor kulit tidak elastic, kulit
dingin dan lembab

I. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut (D.0077
2. Resiko Defisit Nutrisi (D. 0032)
3. Penurunan curah jantung (D.0008)
4. Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054)
J. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Keperawatan
Keperawatan Kriteria Hasil (SIKI)

1. Nyeri akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri (1.


(D.0077 (L.08066). 08238)
Setelah dilakukan Observasi
tindakan a. Identifikasi factor
kepererawatan pencetus dan pereda
selama 3 x 24 jam nyeri
diharapkan kriteria b. Monitor kualitas nyeri
hasil sebagai c. Monitor lokasi dan
berikut: penyebaran nyeri
 Kesulitan tidur d. Monitor intensitas nyeri
sedang dengan menggunakan
menurun skala
 Gelisah e. Monitor durasi dan
menurun frekuensi nyeri
 Keluhan nyeri Teraupetik
menurun f. Ajarkan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
g. Fasilitasi istirahat dan
tidur Edukasi
h. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
i. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Kolaborasi
j. Kolaborasi pemberian
obat analgetik
2. Resiko Defisit Tujuan : Setelah Manajemen nutrisi
nutrisi dilakukan asuhan Observasi
( D. 0032) keperawatan 3. 1 Identifikasi status
selama 3 X 24 jam nutrisi
diharapkan 3. 2 Identifikasi alergi dan
masalah teratasi intoleransi makanan
dengan kriteria 3. 3 Identifikasi makanan
hasil : disukai
 Porsi makanan 3. 4 Identifikasi kebutuhan
yang dihabiskan kalori dan jenis
meningkat nutrien
 Kekuataan otot 3. 5 Identifkasi perlunya
menelan penggunaan selang
meningkat nasogastrik
 Berat abdan 3. 6 Monitor asupan
membaik makanan

 Indeks massa 3. 7 Monitor berat badan


tubuh (IMT) 3. 8 Monitor hasil
membaik pemeriksaan
 Frekuensi laboratorium
makan membaik Terapeutik
 Nafsu makan 3. 9 Lakukan oral hhygiene
membaik sebelum makan, jika
perlu.
3. 10 Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis,
priramida makanan)
3. 11 Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yangs sesuai
3. 12 Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah kontipasi
3. 13 Berikan makanan
tinggi kalori dan tinggi
protein
3. 14 Berikan suplemen
makanan, jika perlu
3. 15 Hentikan pemberian
makan melalui selang
nasogastrik jika
asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
3. 16 Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
3. 17 Ajarkan diet yang di
programkan
Kolaborasi
3. 18 Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan (mis, pereda
nyeri,antlemetik, jika
perlu
3. 19 Kolaborasikan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
3. Penurunan Setelah dilakukan Perawatan Jantung
curah jantung tindakan (1.02075)
(D.0008) keperawatan selama Observasi :
(SDKI) 3x24 jam masalah a. Identifikasi tanda/gejala
penurunan curah primer penurunan curah
jantung dapat jantung ( meliputi
teratasi. dispnea, kelelahan,
edema,ortopnea,
paroxysmal nocturnal
Kh : dyspnea, peningkaan
Dapat beraktivitas cvp )
seperti semula secara b. Identifikasi tanda/gejala
bertahap tanpa rasa sekunder enurunan curah
lelah dan sesak jantung (peningkatan
napas. berat badan,
hepatomegali, distensi
vena jugularis, palpitasi,
ronkhi basah, oliguria,
batuk, kulit pucat.)
c. Monitor intake dan output
cairan
d. Monitor berat badan
setiap hari diwaktu yang
sama
e. Monitor saturasi oksigen
f. Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum
dan sesudah aktivitas.
Terapeutik :
a. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen > 94%
Edukasi :
a. Anjurkan beraktivitas
fisik sesuai toleransi
b. Anjurkan beraktivitas
secara bertahap
c. Ajarkan pasien dan
keluarga untuk mengukur
berat badan harian
Kolaborasi :
a. Rujukan ke program
rehabilitasi jantung.
4. Gangguan Mobilitas Fisik Dukungan Ambulasi
Mobilitas meningkat (1.06171)
Fisik (L.05042) Setelah Observasi
(D.0054) dilakukan tindakan 6. 1 Identifikasi adanya
keperawatan 3 x 24 nyeri atau keluhan
jam diharapkan fisik lainnya
Mobilitas Fisik 6. 2 Identifikasi toleransi
Meningkat dengan fisik melakukan
kriteria hasil ambulasi
- Pergerakan 6. 3 Monitor frekuensi
ekstermitas jantung dan tekanan
darah sebelum
- meningkat (5) memulai ambulasi
- Kekuatan otot 6. 4 Monitor kondisi
meningkat (5) umum selama
- Rentang gerak melakukan ambulasi
(ROM) Terapeutik
meningkat (5) 6. 5 Fasilitasi aktivitas
- Nyeri menurun ambulasi dengan alat
(5) bantu (mis. tongkat,
- Kelemahan kruk)
fisik menurun 6. 6 Fasilitasi melakukan
(5) mobilisasi fisik, jika
perlu
6. 7 Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
ambulasi
Edukasi
6. 8 Jelaskan tujuan dan
prosedur ambulasi
6. 9 Anjurkan melakukan
ambulasi dini
6. 10 Ajarkan ambulasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis.
berjalan dari tempat
tidurke kursi roda,
berjalan dari tempat
tidur ke kamar mandi,
berjalan
sesuaitoleransi)
DAFTAR PUSTAKA

Andra Saferi Wijaya. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2. Yogyakarta: Nuha


Medika.
Aspaiani,RY. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada pasien Gangguan
Kardiovaskuler : aplikasi nic&noc. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Nurarif,a.h. (2015).Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis
Dan Nanda Nic Noc.yogyakarta : medication publishing yogyakarta.
Ongkowijaya, J., & Wantania, F. E. (2016). Hubungan Hiperurisemia Dengan
Kardiomegali Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif. 4, 0–5.
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
DPP PPNI. Jakarta Selatan.
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP . (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
DPP PPNI. Jakarta Selatan.
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
DPP PPNI. Jakarta Selatan.
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai