Anda di halaman 1dari 10

HIPOKALEMIA

Definisi
Hipokalemia didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana konsentrasi kalium dalam darah
dibawah 3.5 mEq/L yang disebabkan oleh berkurangnya jumlah kalium total ditubuh atau adanya
gangguan perpindahan ion kalium ke sel-sel.

Perubahan kadar kalium dalam serum

Hipokalemia merupakan kejadian yang sering ditemukan di klinik. Terdapat 3 mekanisme


terjadinya hipokalemia yaitu berkurangnya asupan kalium, peningkatan ekskresi kalium melalui
ginjal dan traktus urinarius dan redistribusi kalium dari ekstraseluler ke intraseluler.2Ambilan
kalium sel dipicu oleh alkalinemia, insulin, stimulasi beta adrenergik dan santin. Aldosteron juga
mampu mencetuskan ambilan kalium oleh sel setelah konsumsi makanan. Insulin dan katekolamin
adrenergik akan meningkatkan ambilan kalium ke dalam sel melalui stimulasi Na+/K+-ATP
aseyang terdapat padamembran sel. Insulin menyebabkan umpan balik, hiperkalemia akan
menstimulasi sekresi insulin dan hipokalemia akan menghambat sekresi kalium. Hal ini tidak
terjadi pada stimulasi adrenergik, namun blokade adrenergik akan meningkatkan kalium serum
dan agonis adrenergik akan menurunkan kalium serum.

Sintesis N+/K+ ATP ase juga distimulasi oleh hormon tiroid yang berperan pada kejadian
hipokalemia pada kondisi Hipertiroidisme.

Pemberian alkali menyebabkan kalium masuk ke dalam sel. Pada gagal ginjal kronik,
pemberian bikarbonat hanya sedikit mempengaruhi distribusi kalium transsellular.
Peran aldosteron dalam distribusi kalium transselular masih belum jelas, namun hormon
ini merupakan regulator mayor cadangan kalium tubuh melalui eksresi kalium di ginjal. Deplesi
kalium atau hipokalemia juga dapat terjadi karena asupan makanan yang mengandung kalium yang
rendah.

Obat yang menginduksi kehilangan kalium secara abnormal


Diuretik
Tiazid dan loop diuretik akan memblock khlorida yaitu melalui hambatan reabsorbsi (menghambat
different membrane-transport protein) akibatnya hantaran natrium ke collecting tubulus
terganggu, reabsorbsi natrium akan menyebabkan perubahana gradien elektrokimia pada sekresi
kalium. Derajat hipokalemia pada pemberian tiazid secara langsung terkait dosis dan akan
meningkat dengan asupan natrium yang berlebih.

Kombinasi furosemid atau bumetanid dengan metolazon menyebabkan hipokalemia sedang atau
berat. Penggunaan acetazolamid menyebabkan peningkatan ekskresi kalium melalui hambatan
reabsorbsi hydrogen-linked sodium dan menyebabkan asidosis metabolik bersamaan denga
hipokalemia.

Antibiotik

Penicillin dan derivat sintetis yang diberikan secara intravena dengan dosis besar akan
meningkatkan ekskresi kalium ginjal melalui peningkatan hantaran natrium di distal nefron.
Aminoglycoside, cisplatin, dan foscarnet menginduksi deplesi magnesium. Amfoterisin B
menyebabkan hambatan sekresi ion hidrogen pada sel ductus collecting bersamaan dengan
kejadian deplesi magnesium.

Perpindahan Kalium dengan penyebab bukan Obat-obatan


Hipokalemia berat dapat terjadi pada hipertiroidisme yang ditandai dengan kelemahan otot
yang berat.

Familial hipokalemi periodik paralisis merupakan kelainan genetika outosom dominan,


berkaitan dengan mutasi gen encoding reseptor dehidroperidin, voltage-gated calcium channel,
ditandai dengan serangan kelemahan otot mendadak akibat penurunan kalium serum < 2,5
mmol/L, dicetuskan oleh asupan makanan kaya akan karbohidrat atau natrium, latihan berlebihan
dan umunya timbul spontan dalam waktu 24 jam. Pencegahan yang dapat dilakukan dapat berupa
pemberian spironolakton, triamteren dan acetazolamid.

Senyawa barium yang terhirup juga dapat meyebabkan hipokalemia melalui hambatan
pengeluaran kalium dari sel dan pada kondisi berat dapat menyebabkan kelemahan otot, paralisis
dan rhabdomiolisis. Barium juga menyebabkan muntah dan diare, hal ini juga menyebabkan
perburukan hipokalemia.

Pengobatan anemia pernisiosa berat dengan vitamin B dapat pula menyebabkan penurunan
kalium serum secara cepat akibat ambilan kalium secara cepat olel sel yang baru terbentuk.
Hipokalemia juga terjadi setelah transfusi washed red cell beku akibat ambilan kalium oleh sel.

Asupan yang tidak adekuat

Asupan kalium yang kurang dari 1 gram per hari (25 mmol per hari), deplesi kalium dan
hipokalemia akibat ekskresi kalium ginjal.

Kehilangan kaliun melalui feses

Konsentrasi kalium dalam feses berkisar 80-90 mmol per liter, namun karena kadar air dalam feses
yang sangat rendah sehingga kehilangan kalium dalam feses hanya 10 mmol per hari. Pada kondisi
diare, kadar kalium dalam feses akan menurun, namun jumlah feses yang yang banyak akan
menyebabkan hipokalemia. Volume feses akan meningkat akibat diare dengan infeksi, kemoterapi
pada kanker.

Kehilangan kalium melalui ginjal


Kehilangan kalium melalui ginjal dapat terjadi oleh berbagai sebab, yang diklasifikasikan
berdasarkan status keseimbangan asam basa. Secara Umum terbagi dalam 3 kelompok yaitu
Mineralocorticoid excess (Primary hyperaldosteronism,, Adrenal adenoma, Adrenal carcinoma,
Bilateral adrenal hyperplasia, Congenital adrenal hyperplasia*, 11bhydroxylase deficiency, 17a-
hydroxylase deficiency, Renin-secreting tumorsEctopic corticotropin syndrome, Cushing’s
syndrome, Pituitary, Adrenal, Glucocorticoid-responsive aldosteronism*, Renovascular
hypertension, Malignant hypertension, Vasculitis), Apparent mineralocorticoid excess (Liddle’s
syndrome*, 11b-hydroxysteroid dehydrogenase deficiency, Impaired chloride-associated sodium
transport (Bartter’s syndrome, Gitelman’s syndrome). Alkalosis metabolik akan menginduksi
deplesi khlorida akibat muntah atau drainase lambung. Hipokalemia berlangsung selama induksi
alkalosis sebagai akibat kehilangan kalium melalui ginjal.

Pendekatan Diagnosis
Gambaran klinis deplesi kalium sangat bervariasi, dan berat ringannya tergantung derajat
hipokalemia. Gejala jarang terjadi kecuali kalium kurang dari 3 mEq/L. Mialgia, kelemahan atau
kram otot ektremitas bawah merupakan keluhan yang sering. Hipokalemia yang lebih berat dapat
menyebabkan kelemahan progresif, hipoventilasi dan paralisis komplit. Deplesi kalium yang berat
dapat meningkatkan resiko aritmia dan rabdomiolisis. Fungsi otot polos juga dapat terganggu
dengan gambaran klinis ilues paralitik.

Pada hipokalemia berat terdapat keluhan lemas dan konstipasi. Pada kondisi kalium < 2,5
mmol/L, akan terjadi nekrosis otot dan pada kondisi kalium < 2 mmol/L akan terjadi ascending
paralise, bahkan mempengaruhi otot pernafasan. Keluhan yang terjadinya sejalan dengan
kecepatanpenurunan kadar kalium serum. Pada pasien tanpa penyakit jantung, dapat terjadi
abnormalitas konduksi otot jantung yang tidak lazim walaupun denngan kadar kalium kurang 3
mmol/L. Pada pasien dengan iskemia, gagal jantung atau hipertropi ventrikel kiri, hipokalemia
ringan atau sedang mampu mencetuskan aritmia. Kondisi hipokalemia akan memicu efek
aritmogenik pada digoxin. Deplesi kalium dan hipokalemia mampu meningkatkan tekanan darah
sistolik dan diastolik walaupun pada kondisi tanpa restriksi garam, kondisi ini mampu
mencetuskan retensi garam oleh ginjal.

Gejala neuro-muskular dan kardiak yang disebabkan hipokalemia berhubungan dengan


terjadinya gangguan potensial aksi. Berdasarkaan persamaan Nerst, potensial membran istirahat
behubungan dengan rasio konsentrasi kalium intraseluler-ekstraseluler. Penurunan konsentrasi
kalium serum (ekstraselular) akan meningkatkan rasio sehingga menyebabkan hiperpolarisasi
membran sel. membuat potensial membran istirahat lebih elektronegatif. Hal ini meningkatkan
permeabilitas natrium yang akan meningkatkan eksitabilitas membran. Hipokalemia juga
memperlambat repolarisasi ventrikel. Hal ini memperpanjang durasi periode refrakter relatif dan
memudahkan terjadinya reentrant.
Kalium
• Kation yang memiliki jumlah sangat besar dalam tubuh dan terbanyak di intrasel
• Kalium bersama dengan natrium(Na) dalam mengatur keseimbangan muatan elektrolit
cairan tubuh.
• Kadar kalium dalam plasma 3,5-5meq/L
• Kadar kalium<3,5meq/L Hipokalemia
• Kadar kalium>5meq/L Hiperkalemia
• Kedua keaadaan diatas dapat menyebabkan kelainan fatal listrik jantung yaitu aritmia
Fungsi kalium dalam tubuh
 Sintesis protein
• Kontraksi otot
• Konduksi saraf
• Pengeluaran hormon
• Transport cairan
• Perkembangan janin

Gejala Hipokalemia

Derajat Hipokalemia Gejala dan Tanda Klinis


Ringan-sedang Tanpa gejala atau dengan gejala ringan, terutama pada orang tua atau
pada orang yang menderita penyakit jantung atau ginjal
Berat Sistem renal Asidosis metabolik
Rabdomiolisis
Penyakit ginjal terkait hipokalemia
(tubulointerstitial nefritis, diabetes
insipidus nefrogenik, kista)
Sistem neuromuscular Kram otot
Kelemahan dan paresis
Paralisis asending
Sistem gastrointestinal Konstipasi
Paralisis mengakibatkan ileus usus,
anoreksia, dan mual muntah.
Sistem respirasi Gagal napas
Sistem kardiovaskuler Perubahan EKG (gelombang U,
gelombang T datar, perubahan segmen ST)
biasanya pada serum K+ <2,7 mmol/L.5
Aritmia jantung
Gagal jantung

Jika kadar kalium dalam darah kurang dari 2,5 mmol/L, maka kondisi ini dapat digolongkan
sebagai hipokalemia berat yang dapat membahayakan jiwa. Beberapa gejala hipokalemia berat
yang dapat muncul pada penderitanya adalah:

 Paralisis atau kelumpuhan.


 Kegagalan pernapasan.
 Kerusakan jaringan otot.
 Tidak ada pergerakan saluran pencernaan.

Pada penderita hipokalemia yang juga mengonsumsi obat golongan digitalis (misalnya digoxin),
dapat muncul gejala-gejala aritmia berupa takikardia, bradikardia, atau fibrilasi atrium dan
ventrikel. Selain itu, gejala berupa kehilangan nafsu makan, mual, dan muntah juga bisa terjadi.

Penyebab terjadinya hipokalemia


• Asupan K+ dari makanan yang menurun
• Pengeluaran kalium berlebihan :
1. Kehilangan melalui saluran cerna
2. Kehilangan melalui ginjal
3. Kehilangan melalui keringat
• Berpindahnya K+ ke dalam sel
Berpindahnya K+ ke dalam sel
1. Hipokalemia bisa terjadi tanpa perubahan cadangan kalium sel
2. Alkalosis metabolik
3. Faktor yang merangsag berpindahnya kalium dari intravascular ke intraseluler
antara lain; beban glukosa, insulin, obat adrenergik, bikarbonat, dsb.

Asupan K+ dari makanan

• Asupan K+ normal adalah 40-120mmol/hari.


• Eksresi K+ terus berlangsung meskipun tidak ada asupan.
• Mekanisme regulasi: Ginjal memberi tanggapan sesuai dengan mengurangi ekskresi K+
melalui urine (hanya cukup untuk mencegah terjadinya deplesi kalium berat)
• Kalium banyak ditemukan pada jeruk, pisang, kentang, alpukat, bayam, tomat, daging,
susu, dan kacang-kacangan.

Gejala klinis

• Kelemahan otot, perasaan lelah,nyeri otot, restless legs syndrom


• Parastesia dan hilangnya refleks tendon
• Berkurangnya motilitas usus, distensi abdomen (kembung), ileus paralitik
• Kelemahan otot pernapasan, nafas dangkal (tahap lanjut)
• Aritmia, berupa timbulnya fibrilasi atrium, takikardia venatrikular
• Gangguan toleransi glukosa dan gangguan metabolisme protein
• Tekanan darah dapat meningkat

Diagnosis hipokalemia
Diagnosis harus berfokus pada obat-obatan (khususnya obat pencahar, diuretik, antibiotik), diet,
kebiasaan makan, dan/atau gejala yang mengarah pada etiologi tertentu (misalnya kelemahan
periodik, muntah, dan diare).
• Ekskresi K+ ginjal dapat dinilai dengan pengumpulan urin 24 jam, nilai K+ <15 mmol
merupakan indikasi penyebab hipokalemia ekstrarenal
• Sebagai alternatif, rasio K+ terhadap kreatinin melebihi 13 mmol/g kreatinin (>1,5
mmol/mmol) menandakan adanya ekskresi K+ ginjal berlebihan.
• Kadar Cl- urin biasanya turun pada hipokalemia dari anion tidak terabsorbsi, seperti
antibiotik atau HCO3- (ion bikarbonat) penyebab paling umum alkalosis hipokalemik
kronik adalah muntah dan penyalahgunaan diuretik.

Penatalaksanaan
 Mengobati penyebab kekurangan kalium.
• Cara Pemberian Kalium Oral.
Penggantian kalium secara oral paling aman tetapi kurang ditoleransi karena iritasi lambung. Pada
hipokalemia ringan (kalium 3—3,5 mEq/L) dapat diberikan KCl oral 20 mEq 3 – 4 kali sehari5
dan edukasi diet kaya kalium. KCl harus selalu diberikan dalam larutan garam, bukan dekstrosa,
karena peningkatan insulin yang diinduksi dekstrosa dapat memperburuk hipokalemia.
• Pertimbangan Sediaan Kalium
KCl biasanya digunakan untuk menggantikan defisiensi K+ pada kondisi metabolik alkalosis dan
deplesi Cl-, terutama pada pasien muntah dan pengobatan diuretik.
 Memberikan obat-obatan untuk mengatasi diare dan muntah-muntah jika kedua hal
tersebut menjadi penyebab kekurangan kalium. Sedangkan, jika kalium banyak terbuang
melalui urine, maka beberapa jenis obat yang diberikan adalah:
1) Penghambat enzim pengubah angiotensin (angiotensin converting enzyme inhibitors)
Kelompok obat ini berfungsi untuk mencegah kehilangan kalium dalam darah melalui urine
dengan cara menghambat produksi aldosteron dalam ginjal. Efek samping yang seringkali muncul
dari penggunaannya adalah batuk-batuk, kelelahan, mulut kering, impotensi dan pusing, terutama
jika dikonsumsi bersamaan dengan obat antihipertensi. Beberapa contoh obat yang masuk ke
dalam golongan penghambat enzim pengubah angiotensin adalah captopril, enalapril, fosinopril,
dan ramipril.

2) Penghalang reseptor angiotensin II (angiotensin receptor blockers).


Kelompok obat ini berfungsi untuk mencegah kehilangan kalium melalui urine dengan cara
menghambat angiotensin II sehingga mengurangi sekresi hormon aldosteron pada ginjal. Contoh
obat dari golongan ini adalah valsartan, candesartan, dan losartan.
3) Golongan diuretik hemat kalium.
Kelompok obat ini bisa tetap berfungsi sebagai diuretik, namun tidak menyebabkan pengeluaran
kalium melalui urine. Contoh obat dari golongan ini adalah triamterene dan amilorida.
4) Golongan aldosteron antagonis selektif.
Kelompok obat ini dapat menghambat pengikatan aldosteron pada reseptor mineralokortikoid
secara selektif, sehingga dapat digunakan sebagai obat diuretik hemat kalium. Contoh obat dari
golongan ini adalah spironolactone dan eplerenone.
Daftar pustaka
Nathania, M. 2019, Hipokalemia-diagnosis dan tatalaksana, continuing professional development,
46(2): 103-108.

Anda mungkin juga menyukai