22710116
terapi anestesi
hipokalium Pembimbing:
Dr. Bambang Soekotjo, MSC, Sp.An
PENDAHULUAN
bab I
LATAR BELAKANG
1. Deplesi Kalium
2. Kehilangan K+ melalui jalur Ekstra-renal
3. Kehilangan Ginjal
4. Kehilangan Gastrointestinal
PATOFISIOLOGI
SEJARAH DAN PEMERIKSAAN
FISIK
Anamnesis yang terfokus mencakup evaluasi untuk
kemungkinan kehilangan GI. Riwayat kelumpuhan,
hipertiroidisme, atau penggunaan insulin atau agonis
beta menunjukkan kemungkinan pergeseran transeluler
yang menyebabkan hipokalemia redistributif.
Pemeriksaan fisik harus fokus pada identifikasi aritmia
jantung dan manifestasi neurologis, yang berkisar dari
kelemahan umum hingga kelumpuhan.
ANALISA LAB EKG
manifestasi EKG pertama dari hipokalemia adalah
penurunan amplitudo gelombang T. Perkembangan
lebih lanjut dapat menyebabkan depresi interval ST,
inversi gelombang T, perpanjangan interval PR, dan
gelombang U. Aritmia yang berhubungan dengan
hipokalemia termasuk bradikardia sinus, takikardia
ventrikel atau fibrilasi, dan torsade de pointes.
Introduction to English Class
PENGOBATAN HIPOKALEMIA
hipokalemia yang terkait dengan penggunaan diuretik,
menghentikan diuretik atau mengurangi dosisnya
mungkin efektif. Strategi lain, jika diindikasikan untuk
mengobati kondisi komorbid, adalah penggunaan
angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor,
angiotensin receptor blocker ( ARB), beta blocker, atau
diuretik hemat kalium karena masing-masing obat ini
dikaitkan dengan peningkatan kalium serum.
PERTIMBANGAN ANESTESI
Kalium intravena harus diberikan jika atrium atau ventrikel
aritmia terjadi. Solusi intravena glukosa bebas harus
digunakan dan hiperventilasi harus dihindari untuk mencegah
penurunan lebih lanjut dalam plasma [K +]. Peningkatan
sensitivitas terhadap blocker neuromuskuler (NMBS) akan
dapat dilihat pada status hipokalemia, oleh karena itu dosis
NMBS harus dikurangi 25-50%, dan stimulator saraf harus
digunakan untuk mengikuti tingkat kelumpuhan dan kecukupan
reversinya.
KOREKSI HIPOKALEMIA
Rumus total body kalium intraseluler =(0.40 x
berat badan x 145 mEg/L).:
o Kalium Plasma 2.6 – 3.5 mEq/liter + 5% -10%
o Kalium Plasma 1.8– 2.5 mEq/liter + 10% -20%
o Kalium Plasma <1.8 mEq/liter = > 20%
KESIMPULAN
Keputusan untuk melanjutkan dengan operasi elektif sering
didasarkan pada plasma lebih rendah [K +] antara 3 dan 3,5 mEq /
L. Keputusan, bagaimanapun, juga harus didasarkan pada tingkat
perkemkembangan hipokalemia serta ada atau tidak adanya
disfungsi organ sekunder. Peningkatan sensitivitas terhadap blocker
neuromuskuler (NMBS) akan dapat dilihat pada status hipokalemia,
oleh karena itu dosis NMBS harus dikurangi 25-50%, dan
stimulator saraf harus digunakan untuk mengikuti tingkat
kelumpuhan dan kecukupan reversinya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anthony, J. (2015) Potassium disorder Hypokalemia and Hyperkalemia . American Family
Physycan. Vol: 92 Hal : 487_495.
2. Asmar, A. (2012). A Physycolgy Based approach to the treatment of a patient with
hypokalemia. Author Manuscript. Hal : 1-11.
3. Thomas, C. (2017).Hypokalemia, 2018 a clinical Update Hal 237-267.
4. Paice BJ, Paterson KR, Onyanga-Omara F, Donnelly T, Gray JM, Law- son DH. Record linkage
study of hypokalaemia in hospitalized patients. Postgrad Med J. 2017;62(725):187-191.
5. Lippi G, Favaloro EJ, Montagnana M, Guidi GC. Prevalence of hypo- kalaemia: the experience of
a large academic hospital. Intern Med J. 2010;40(4):315-316.
6. Gennari FJ. Disorders of potassium homeostasis. Hypokalemia and hyperkalemia. Crit Care Clin.
2002;18(2):273-288.
7. Mount DB, Zandi-Nejad K. Disorders of potassium balance. In: Taal MW, Chertow GM, Marsden
PA, Brenner BM, Rector FC, eds. Brenner and Rector’s The Kidney. Philadelphia, Pa.:
Elsevier/Saunders; 2012.