Anda di halaman 1dari 25

PERIODIK PARALISIS

Muhammad Afdhal Ruslan, Sri Muryati

1. Pendahuluan

Sinyal listrik pada otot skeletal, jantung, dan saraf merupakan

suatu alat untuk mentransmisikan suatu informasi secara cepat dan jarak

yang jauh. Kontraksi otot skeletal diinisiasi dengan pelepasan ion kalsium

oleh retikulum sarkoplasma, yang kemudian terjadi aksi potensial pada

motor end-plate yang dicetuskan oleh depolarisasi dari transverse tubule

(T tubule). Ketepatan dan kecepatan dari jalur sinyal ini tergantung aksi

koordinasi beberapa kelas voltage-sensitive kanal ion. 1

Mutasi dari gen dari kanal ion tersebut akan menyebabkan kelainan

yang diturunkan pada manusia. Kelainan tersebut merupakan

chanelopathies yang cenderung menimbulkan gejala yang paroksismal,

miotonia atau periodik paralisis dari otot-otot skeletal. Defek pada kanal

ion tersebut dapat meningkatkan eksitasi elektrik suatu sel, menurunkan

kemampuan eksitasi, bahkan dapat menyebabkan kehilangan kemampuan

eksitasi. Dan kehilangan dari eksitasi listrik pada otot skeletal merupakan

kelainan dasar dari periodik paralisis. Paralisis hipokalemia adalah

kelainan yang ditandai dengan kadar kalium yang rendah (< 3,5 mmol/L)

pada saat serangan, disertai kelemahan sampai kelumpuhan otot skeletal. 1


Hipokalemia dapat terjadi karena adanya faktor pencetus tertentu

misalnya makanan dengan kadar karbohidrat tinggi, istirahat sesudah

latihan fisik, perjalanan jauh, pemberian obat tertentu, operasi, menstruasi,

konsumsi alkohol dan lain-lain. Kadar insulin juga dapat mempengaruhi

kelainan ini pada banyak penderita, karena insulin akan meningkatkan

aliran kalium ke dalam sel. Pada saat serangan akan terjadi pergerakan

kalium dari cairan ekstra selular masuk ke dalam sel, sehingga pada

pemeriksaan kalium darah terjadi hipokalemia. Kadar kalium biasanya

dalam batas normal diluar serangan. 1

Pencetus untuk setiap individu berbeda, juga tidak ada korelasi

antara besarnya penurunan kadar kadar kalium serum dengan beratnya

paralisis atau kelemahan otot skeletal. Serangan dapat berlangsung dari

beberapa menit sampai beberapa hari. Kelemahan dalam serangan dapat

general atau fokal. Penderita dapat mengalami serangan hanya sekali,

tetapi dapat juga serangan berulang dengan interval waktu serangan juga

bervariasi. Paralisis periodik hipokalemi menyebabkan kelemahan pada

otot proksimal dan otot distal, namun otot proksimal biasa lebih parah

terkena dibandingkan otot distal, Otot yang sering terkena otot bahu dan

pinggul, dapat juga mengenai otot lengan, kaki, dan mata. Otot diafragma

dan otot jantung jarang terkena, pernah juga dilaporkan kasus yang

mengenai otot menelan dan otot pernapasan.2,3,4


Berdasarkan etiologinya paralisis hipokalemi dibagi menjadi 2

yaitu idiopatik periodik paralisis hipokalemi disertai tirotoksikosis dan

secondary periodic paralisis hipokalemi tanpa tirotoksikosis.5

Selain itu faktor genetik juga mempengaruhi terjadinya paralisis

hipokalemi, terdapat 2 bentuk dari hipokalemic periodik paralysis yaitu

familial hipokalemi dan sporadic hipokalemi. Familial hipokalemi

diturunkan secara autosomal dominan, kebanyakan kasus dinegara Barat

dan sebaliknya di Asia kasus terbanyak adalah sporadik hipokalemi yang

disebabkan oleh tirotoksikosis hipokalemi.6

2. Definisi

Periodik paralisis hipokalemi merupakan kelainan pada membran

sel yang sekarang ini dikenal sebagai salah satu kelompok kelainan

penyakit chanellopathies pada otot skeletal. Kelainan ini

dikarakteristikkan dengan terjadinya suatu episodik kelemahan tiba-tiba

yang diakibatkan gangguan pada kadar kalium serum. Periodik paralisis

ini dapat terjadi pada suatu keadaan hiperkalemia atau hipokalemia.7

Paralisis hipokalemi merupakan penyebab dari acute flacid

paralisis dimana terjadi kelemahan otot yang ringan sampai berat hingga

mengancam jiwa seperti cardiac aritmia dan kelumpuhan otot pernapasan.

Beberapa hal yang mendasari terjadinya hipokalemi paralisis antaralain

tirotoksikosis, renal tubular acidosis, Gitelman Syndrome, keracunan

barium, pemakaian obat golongan diuretik dan diare, namun dari beberapa
kasus sulit untuk diidentifikasi penyebabnya, salah diagnosa akan

mengakibatkan penatalaksanaan yang salah juga.8

Periodik paralisis adalah penyakit langka dengan kelainan pada

dominan autosomal yang ditandai dengan kelemahan kekuatan otot

berulang, yang dapat terjadi karena mutasi pada saluran natrium (Na) dan

kalium (K). Hal ini diklasifikasikan sebagai paralisis periodik hipokalemia

atau hiperkalemik sesuai dengan kadar kalium serum selama serangan.

Keadaan tersering dari periodik paralisis adalah periodik paralisis

hipokalemia dan telah dilaporkan dengan prevalensi 1 dalam 100.000

kelahiran, tapi bisa berakibat fatal jika tidak dilakukan penaganan. Pasien

bangun di pagi hari dengan kelemahan khas. Pasien mengeluhkan mati

rasa di keempat tungkainya. System pernapasan dan otot-otot wajah

biasanya tidak terpengaruh, tapi kematian akibat kegagalan pernapasan

juga telah dilaporkan. tinggi diet karbohidrat, stres dan latihan fisik berat

adalah salah satu penyebab yang menjadi memicu serangan. Rata-rata 2-36

jam serangan dapat diringankan dengan terapi penggantian kalium.9

3. Insiden Dan Epidemologi

Pada populasi umum, data mengenai hipokalemia sukar

diperkirakan, namun kemungkinan besar kurang dari 1% subyek sehat

mempunyai kadar kalium lebih rendah dari 3,5 mEq/L. Asupan kalium

berbeda-beda tergantung usia, jenis kelamin, latar belakang etnis dan

status sosioekonomik. Apakah perbedaan asupan ini menghasilkan

perbedaan derajat hipokalemia atau perbedaan sensitivitas terhadap


gangguan hipokalemia tidak diketahui. Diperkirakan sampai 21% pasien

rawat inap memiliki kadar kalium lebih rendah dari 3,5 mEq/L, dengan 5%

pasien memiliki kadar kalium lebih rendah dari 3 mEq/L. Pada pasien

yang menggunakan diuretik non-hemat kalium, hipokalemia dapat

ditemukan pada 20-50% pasien. Pasien keturunan Afrika dan wanita lebih

rentan, risiko juga ditingkatkan dengan penyakit seperti gagal jantung dan

sindroma nefrotik. Kelompok lain dengan insidens tinggi menderita

hipokalemia termasuk kelompok dengan gangguan pola makan, insidens

berkisar antara 4,6% sampai 19,7%; pasien dengan AIDS di mana sampai

23,1% pasien rawat inap menderita hipokalemia dan juga pasien alkoholik

yang berkisar sampai 12,6% dan diduga disebabkan oleh penurunan

reabsorpsi kalium pada tubulus ginjal terkait hipomagnesemia.10

Keadaan tersering dari periodik paralisis adalah periodik paralisis

hipokalemia dan Insidensinya yaitu 1 dari 100.000 periodik paralisis

hipokalemi banyak terjadi pada pria daripada wanita dengan rasio 3-4 : 1.

Usia terjadinya serangan pertama bervariasi dari 1-20 tahun, frekuensi

serangan terbanyak di usia 15-35 tahun dan kemudian menurun dengan

peningkatan usia.11

Bila gejala-gejala dari sindroma tersebut dapat dikenali dan

diterapi secara benar maka pasien dapat sembuh dengan sempurna.


4. Etiologi

a. Penurunan asupan kalium

Asupan kalium normal berkisar antara 40-120 mEq per hari,

kebanyakan diekskresikan kembali di dalam urin. Ginjal memiliki

kemampuan untuk menurunkan ekskresi kalium menjadi 5 sampai 25

mEq per hari pada keadaan kekurangan kalium. Oleh karena itu,

penurunan asupan kalium dengan sendirinya hanya akan menyebabkan

hipokalemia pada kasus-kasus jarang. Meskipun demikian, kekurangan

asupan dapat berperan terhadap derajat keberatan hipokalemia, seperti

dengan terapi diuretik atau penggunaan terapi protein cair untuk

penurunan berat badan secara cepat. 10

b. Peningkatan laju kalium masuk ke dalam sel

Distribusi normal kalium antara sel dan cairan ekstraselular

dipertahankan oleh pompa Na-K- ATPase yang terdapat pada

membran sel. Pada keadaan tertentu dapat terjadi peningkatan laju

kalium masuk ke dalam sel sehingga terjadi hipokalemia transien. 10

c. Peningkatan jumlah insulin

Insulin membantuk masuknya kalium ke dalam otot skeletal dan sel

hepatik, dengan cara meningkatkan aktivitas pompa Na-K-ATPase

(gambar 1). Efek ini paling nyata pada pemberian insulin untuk pasien

dengan ketoasidosis diabetikum atau hiperglikemia nonketotik berat.

Konsentrasi kalium plasma juga dapat menurun oleh karena

pemberian karbohidrat. Oleh karenanya, pemberian kalium klorida di


dalam larutan mengandung dekstrosa pada terapi hipokalemia dapat

menurunkan kadar kalium plasma lebih lanjut dan menyebabkan aritmia

kardiak. 10

Gambar 1. Hormon-hormon penyebab perpindahan kalium ke dalam sel, yang

terutama adalah insulin dan beta-adrenergik.7

d. Paralisis hipokalemik periodic

Kelainan ini jarang ditemui dan disebabkan oleh etiologi yang

belum pasti dan ditandai dengan serangan-serangan kelemahan otot

potensial fatal atau paralisis yang dapat memengaruhi otot-otot

pernapasan. Serangan akut, pada keadaan di mana terjadi aliran kalium

masuk ke dalam sel secara tiba-tiba dapat menurunkan kadar kalium

plasma sampai serendah 1,5 - 2,5 mEq/L, seringkali dicetuskan oleh

istirahat sehabis olah raga, stres, atau makanan tinggi karbohidrat,

yang merupakan keadaan-keadaan di mana terjadi pelepasan epinefrin

atau insulin. Hipokalemia seringkali disertai dengan hipofosfatemia dan

hipomagnesemia.Serangan berulang dengan kadar kalium plasma normal

diantara serangan membedakan antara paralisis periodik dengan

paralisis hipokalemik lainnya, seperti yang dapat dijumpai pada


beberapa hipokalemia berat oleh karena asidosis tubular ginjal (renal

tubular acidosis, RTA). Meskipun demikian, kemampuan untuk

membedakan antara kelainan-kelainan ini sulit secara klinis. 10

e. Hipotermia

Baik oleh karena kecelakaan atau diinduksi secara sengaja dapat

menyebabkan kalium masuk ke dalam sel dan menurunkan kadar

konsentrasi kalium plasma sampai di bawah 3,0 sampai 3,5 mEq/L. 10

f. Peningkatan kehilangan melalui gastrointestinal

Kehilangan sekresi gastrik atau intestinal dari penyebab apapun

(muntah, diare, laksatif atau drainase tabung) dikaitkan dengan

kehilangan kalium dan kemungkinan hipokalemia. Konsentrasi kalium

pada kehilangan kalium saluran cerna bawah cukup tinggi (20-50

mEq/L) pada sebagian besar kasus. Sebagai perbandingan, konsentrasi

kalium pada sekresi gastrik hanya 5-10 mEq/L; sehingga deplesi

kalium pada keadaan ini utamanya disebabkan oleh karena kehilangan

urin. Keadaan berikut ini yang menyebabkan kehilangan kalium urin

pada kebocoran asam lambung. Alkalosis metabolik terkait

meningkatkan konsentrasi bikarbonat plasma dan oleh karenanya

beban bikarbonat pada filtrasi ginjal berada di atas ambang batas

reabsorptif. Sebagai akibatnya, lebih banyak natrium bikarbonat dan air

yang dihantarkan kepada lokasi sekresi kalium distal dalam kombinasi

peningkatan aldosteron terinduksi hipovolemia. Efek nettonya adalah

peningkatan sekresi kalium dan kehilangan kalium urin secara besar-


besaran. Pada keadaan ini juga terjadi pengeluaran natrium secara tidak

wajar, sehingga hanya rendahnya kadar klorida urin yang menunjukkan

adanya deplesi volume. 10

Kebocoran kalium urin yang diamati pada kehilangan sekresi gastrik

biasanya paling jelas pada beberapa hari pertama, setelah itu,

kemampuan reabsorsi bikarbonat meningkat, sehingga terjadi

pengurangan kehilangan natrium, bikarbonat dan kalium urin secara

signifikan. Pada saat ini, pH urin jatuh dari di atas 7,0 menjadi asam (di

bawah 6,0). 10

Sebaliknya kehilangan dari saluran cerna bagian bawah (terutama

karena diare) biasanya dikaitkan dengan kehilangan bikarbonat dan

asidosis metabolik. Meskipun demikian, beberapa pasien dengan diare

faktisiosa atau penggunaan laksatif berlebihan dapat mengalami

hipokalemia dengan metabolik alkalosis. 10

Hipokalemia oleh karena kehilangan saluran cerna bagian bawah

paling sering terjadi pada saat kehilangan timbul dalam jangka waktu

lama, seperti pada adenoma vilosa atau tumor pensekresi peptida

intestinal vasoaktif (VIPoma). Pada beberapa kasus, meskipun demikian,

peningkatan kehilangan faeses tidak dapat menjelaskan semua defisit

kalium. Subyek normal biasanya mendapatkan asupan kalium sekitar 80

mEq per hari. Ekskresi kalium normal harus turun di bawah 15-25

mEq/hari pada keadaan defisit kalium. oleh karenanya, kehilangan


faeses (biasanya sekitar 10 mEq/hari) harus melewati 55-65 mEq/hari

untuk dapat menginduksi hipokalemia. Banyak pasien hipokalemik

mempunyai kadar ekskresi kalium faeses yang lebih rendah, sehingga

mengindikasikan bahwa faktor- faktor lain (seperti penurunan asupan

dan mungkin ekskresi kalium urin terinduksi hiperaldosteronisme) juga

memainkan peranan penting. 10

g. Peningkatan kehilangan urin

Ekskresi kalium urin sebagian besar dikendalikan oleh sekresi

kalium di nefron distal, terutama oleh sel-sel prinsipal di tubulus

koledokus kortikal. Proses ini dipengaruhi oleh dua faktor: aldosteron

dan hantaran air serta natrium distal. Aldosteron berpengaruh sebagian

melalui perangsangan reabsorpsi natrium, pemindahan natrium kationik

membuat lumen menjadi elektronegatif relatif, sehingga mendorong

sekresi kalium pasif dari sel tubular ke lumen melalui kanal-kanal spesifik

kalium di membran luminal. 10

Dengan demikian, kebocoran kalium urin umumnya memerlukan

peningkatan antara kadar aldosteron atau aliran distal, sementara

parameter lainnya normal atau juga meningkat. Pada sisi lain,

hiperaldosteronisme terkait hipovolemia biasanya tidak menyebabkan

hipokalemia, oleh karena penurunan aliran distal terkait (sebab adanya

peningkatan reabsorpsi proksimal, sebagian dipengaruhi oleh

angiotensin II) mengimbangi efek stimulasi aldosteron. 10


h. Diuretik

Jenis apapun yang beraksi pada daerah proksimal lokasi sekresi

kalium, asetazolamid, diuretik ansa henle dan tiazid, akan

meningkatkan hantaran distal dan juga, lewat induksi penurunan

volume, mengaktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron. Sebagai

akibatnya, ekskresi kalium urin akan meningkat, menyebabkan

hipokalemia apabila kehilangan ini lebih besar dari asupan (gambar 2). 10

Gambar 2. Efek diuretik terhadap penurunan kadar kalium di dalam darah. 10


i. Poliuria

Orang normal, pada keadaan kekurangan kalium, dapat

menurunkan konsentrasi kalium sampai 5 10 mEq/L. Namun apabila

produksi urin sampai melebihi 5-10 L/hari, maka kehilangan kalium

wajib dapat di atas 50-100 mEq per hari. Permasalahan ini paling

mungkin terjadi pada keadaan polidipsia primer, di mana produksi

urin dapat meningkat selama jangka waktu lama. Derajat poliuria

yang sama juga dapat dijumpai pada diabetes insipidus sentral, namun

biasanya pasien dengan keadaan ini cepat mencari bantuan medis segera

setelah poliuria dimulai. 10

j. Peningkatan pengeluaran keringat

Pengeluaran keringat harian biasanya dapat diabaikan, oleh karena

volumenya rendah dan konsentrasi kalium hanya berkisar antara 5

10 mEq/L. Namun pada pasien-pasien yang berolahraga pada iklim

panas dapat mengeluarkan keringat sampai 10 L atau lebih per hari,

sehingga menyebabkan penurunan kadar kalium bila kehilangan ini

tidak digantikan. Kehilangan kalium dari keringat juga dapat terjadi

pada fibrosis kistik. Ekskresi kalium urin juga dapat berkontribuis, oleh

karena pelepasan aldosteron ditingkatkan baik oleh olahraga ataupun

kehilangan volume. 10

5. Manifestasi Klinis Dan Diagnosis

Derajat manifestasi cenderung seimbang dengan keberatan dan

lama hipokalemia. Gejala biasanya tidak timbul sampai kadar kalium


berada di bawah 3,0 mEq/L, kecuali kadar kalium turun secara cepat

atau pasien tersebut mempunyai faktor-faktor yang memperberat seperti

kecenderungan aritmia karena penggunaan digitalis. Gejala biasanya

membaik dengan koreksi hipokalemia. 10

Manifestasi klinis dari paralisis periodik hipoklemi biasa muncul

pada dekade pertama atau kedua, serangan berat biasa pada pagi hari dan

diperberat oleh aktivitas atau mengkonsumsi tinggi karbohidrat sehari

sebelum serangan terjadi, serangan biasa di provokasi oleh stress, infeksi,

demam, menstruasi, kurang tidur, alcohol,kelelahan dan penggunaan obat-

obatan beta agonis, insulin, kortikosteroid, serangan didahului oleh gejala

prodormal seperti parastesia, kelelahan, kadang sesak nafas, pasien biasa

ketika bangun pagi merasakan kelemahan ekstremitas yang simetris, durasi

terjadinya mulai dari beberapa jam sampai 8 hari paling sering, jarang

lebih dari 72 jam, serangan terjadi secara intermiten, dan frekuensi nya

dapat meningkat sampai setiap hari, frekuensi terjadi pada umur < 30

tahun dan jarang terjadi pada umur > 50 tahun. Durasi dan frekuensi

serangan paralisis pada sangat bervariasi, mulai dari beberapa kali setahun

sampai dengan hampir setiap hari, sedangkan durasi serangan mulai dari

beberapa jam sampai beberapa hari.4,12

Dari hasil pemeriksaan fisis pasien biasanya mengalami

kelumpuhan tipe Lower Motor Neuron (LMN) yang tandai dengan seluruh

gerakan, baik voluntary maupun yang reflektori tidak dapat dibangkitkan


(hilangnya refleks tendon dan tidak adanya refleks patologi), tonus otot

menghilang, dan adanya atrofi otot.13

Kelemahan atau paralisis otot biasanya timbul pada kadar kalium

plasma <2,5 mEq/L. Kadar CPK (Creatinin Protein Kinase ) meningkat

pada saat terjadi serangan. Pada pemeriksaan kadar kalium di urin, jika

rasio kreainin dan kalium <1,5 dapat ditentukan paralisis periodik

hipokalemi primer (karena perpindahan kalium ke dalam sel) atau

sekunder (kekurangan intake kalium atau kehilangan lewat

gastrointestinal). 4,12

Diagnosa kelainan hipokalemik periodik paralisis ditegakkan

berdasarkan kadar kalium darah rendah [kurang dari 3,5 mmol/L (0,93,0

mmol/L) ] pada waktu serangan, riwayat mengalami episode flaccid

paralysis dengan pemeriksaan lain dalam batas normal. Paralisis yang

terjadi pada penyakit ini umumnya berlokasi di bahu dan panggul meliputi

juga tangan dan kaki, bersifat intermiten, serangan biasanya berakhir

sebelum 24 jam. Terdapat 2 bentuk kelainan otot yang diobservasi yaitu

episode paralitik dan bentuk miopati, kedua keadaan ini dapat terjadi

secara terpisah ataupun bersama-sama. Sering terjadi bentuk paralitik

murni, kombinasi episode paralitik dan miopati yang progresifitasnya

lambat jarang terjadi, demikian pula bentuk miopatik murni jarang terjadi.

Episode paralitik ditandai terutama adanya flaccid paralysis dengan

hipokalemia sehingga dapat terjadi para paresis atau tetraparesis.


6. Patogenesis Gejala

Gejala neuromuskular dan kardiak yang diinduksi oleh

hipokalemia terkait dengan perubahan pembentukan aksi potensial.

Kemudahan untuk membentuk aksi potensial (disebut eksitabilitas

membran) terkait oleh besaran potensial membran istirahat dan juga

keadaan aktivasi kanal membran natrium; pembukaan kanal-kanal

natrium ini yang menyebabkan terjadinya difusi pasif natrium

ekstraselular ke dalam sel merupakan langkah pertama dalam proses ini.

Menurut rumus Nernst, potensial membran istirahat terkait dengan rasio

konsentrasi kalium intraselular terhadap ekstraselular. Penurunan

konsentrasi kalium plasma akan meningkatkan rasio ini dan oleh

karenanya menghiperpolarisasi membran sel (membuat potensial

istirahat menjadi lebih elektronegatif). Keadaan ini meningkatkan

permeabilitas natrium, yang meningkatkan eksitabilitas membran. 10

Sebagai tambahan terhadap peningkatan automatisitas kardiak ini

(terkait eksitabilitas membran), hipokalemia juga menunda repolarisasi

ventrikular. Hal ini memperpanjang durasi periode refrakter relatif dan

mempredisposisi terjadinya aritmia re-entrans. 10

Efek hipokalemia terhadap ginjal sebagian terkait dengan

penurunan ekspresi aquaporin-2, kanal antidiuretik sensitif hormon,

gangguan terhadap transpor natrium-kalium pada ansa henle dan

peningkatan asidosis intraselular oleh karena keluarnya kalium dari sel

diikuti dengan masuknya H+ ke dalam sel untuk mempertahakan


elektronetralitas. 10

Gambar 3. Algoritma diagnosis paralisis periodik hipokalemi.4

7. Tipe Periodik Paralisis

1. Hipokalemik Periodik Paralisis

a. Definisi

Paralisis periodik hipokalemia adalah suatu kondisi yang

menyebabkan episode otot lemah ekstrim biasanya dimulai pada masa

kanak-kanak atau remaja. Paling sering, episode ini melibatkan

ketidakmampuan sementara untuk menggerakkan otot-otot di lengan

dan kaki. Serangan menyebabkan kelemahan berat atau kelumpuhan

yang biasanya berlangsung dari jam ke hari. Beberapa orang mungkin

memiliki episode hampir setiap hari, sementara yang lain mengalami

mereka mingguan, bulanan, atau jarang.


Serangan dapat terjadi tanpa peringatan atau bisa dipicu oleh

faktor-faktor seperti istirahat setelah latihan, penyakit virus, atau obat-

obatan tertentu. Seringkali, besar, makan kaya karbohidrat atau

olahraga berat di malam hari dapat memicu serangan setelah bangun

pagi hari berikutnya. Meskipun individu yang terkena biasanya

mendapatkan kembali kekuatan otot mereka antara serangan, episode

berulang dapat menyebabkan kelemahan otot yang terus-menerus di

kemudian hari. Orang dengan paralisis periodik hipokalemia telah

mengurangi kadar kalium dalam darah mereka (hipokalemia) selama

episode kelemahan otot. Para peneliti sedang menyelidiki bagaimana

kadar kalium rendah mungkin berhubungan dengan kelainan otot

dalam kondisi ini.

Orang dengan paralisis periodik hipokalemia telah mengurangi

kadar kalium dalam darah mereka (hipokalemia) selama episode

kelemahan otot. Para peneliti sedang menyelidiki bagaimana kadar

kalium rendah mungkin berhubungan dengan kelainan otot dalam

kondisi ini.

Mutasi pada gen CACNA1S dan SCN4A menyebabkan

kelumpuhan periodik hypokalemic. CACNA1S dan SCN4A gen

memberikan instruksi untuk membuat protein yang memainkan peran

penting dalam otot digunakan untuk gerakan (otot rangka). Bagi tubuh

untuk bergerak normal, otot-otot ini harus tegang (kontrak) dan

bersantai dalam cara yang terkoordinasi. kontraksi otot yang dipicu


oleh aliran atom bermuatan positif tertentu (ion) ke dalam sel otot.

Protein CACNA1S dan SCN4A membentuk saluran yang mengontrol

aliran ion ini. Saluran dibentuk oleh protein CACNA1S mengangkut

ion kalsium ke dalam sel, sedangkan saluran yang dibentuk oleh

protein SCN4A mengangkut ion natrium.

Mutasi pada CACNA1S atau gen SCN4A mengubah struktur biasa

dan fungsi kalsium atau natrium saluran. saluran yang diubah tidak

dapat benar mengatur aliran ion ke dalam sel otot, yang mengurangi

kemampuan otot rangka berkontraksi. Karena kontraksi otot yang

dibutuhkan untuk gerakan, gangguan dalam transportasi ion yang

normal mengarah ke episode kelemahan otot yang parah atau

kelumpuhan.

Sebagian kecil orang dengan ciri-ciri dari kelumpuhan periodik

hypokalemic tidak telah mengidentifikasi mutasi pada CACNA1S

atau SCN4A gen. Dalam kasus ini, penyebab kondisi tidak diketahui.

2. Hiperkalemik Periodik Paralisis

Paralisis periodik Hyperkalemic adalah suatu kondisi yang

menyebabkan episode otot lemah ekstrim atau kelumpuhan, biasanya

dimulai pada masa bayi atau anak usia dini. Paling sering, episode ini

melibatkan ketidakmampuan sementara untuk menggerakkan otot-otot

di lengan dan kaki. Episode cenderung meningkatkan frekuensi sampai

pertengahan usia dewasa, setelah itu mereka lebih jarang terjadi.


Faktor-faktor yang dapat memicu serangan termasuk istirahat setelah

latihan, makanan kaya kalium seperti pisang dan kentang, stres,

kelelahan, alkohol, kehamilan, paparan suhu dingin, obat-obatan

tertentu, dan periode tanpa makanan (puasa). kekuatan otot biasanya

kembali normal antara serangan, meskipun banyak orang yang terkena

dampak terus mengalami kekakuan ringan (myotonia), terutama di

otot-otot wajah dan tangan. Kebanyakan orang dengan kelumpuhan

periodik hyperkalemic telah peningkatan kadar kalium dalam darah

mereka (hiperkalemia) selama serangan. Hasil hiperkalemia ketika

otot-otot weakor lumpuh melepaskan ion kalium ke dalam aliran

darah. Dalam kasus lain, serangan berhubungan dengan kadar kalium

darah normal (normokalemia). Menelan kalium bisa memicu serangan

pada individu yang terkena, bahkan jika kadar kalium darah tidak naik.

Mutasi pada gen SCN4A dapat menyebabkan kelumpuhan periodik

hyperkalemic. Gen SCN4A menyediakan instruksi untuk membuat

protein yang memainkan peran penting dalam otot digunakan untuk

gerakan (otot rangka). Bagi tubuh untuk bergerak normal, otot-otot ini

harus tegang (kontrak) dan bersantai dalam cara yang terkoordinasi.

Salah satu perubahan yang membantu kontraksi otot strigger adalah

aliran atom bermuatan positif (ion), termasuk natrium, ke dalam sel

otot. Saluran bentuk protein SCN4A yang mengontrol aliran ion

natrium ke dalam sel-sel ini.


Mutasi pada gen SCN4A mengubah struktur biasa dan fungsi

natrium channel. saluran diubah tetap terbuka terlalu lama atau tidak

tetap tertutup cukup lama, memungkinkan ion natrium lebih mengalir

ke sel-sel otot. Peningkatan ion natrium ini memicu kalium dari sel-sel

otot, yang menyebabkan lebih banyak saluran natrium untuk membuka

dan merangsang aliran ion natrium lebih ke sel-sel ini. Perubahan-

perubahan dalam transportasi ion mengurangi kemampuan otot rangka

berkontraksi, menyebabkan episode kelemahan otot atau kelumpuhan.

Dalam 30 sampai 40 persen dari kasus, penyebab kelumpuhan

periodik hyperkalemic adalah idiopatik. Mutasi di gen lain, yang

belum teridentifikasi, kemungkinan menyebabkan gangguan dalam

kasus ini.

8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan paralisis periodik hipokalemi bertujuan untuk

menormalkan kadar kalium dalam darah dan mencegah kekambuhan

gejala. Penatalaksanaan periodic paralysis hypokalemic terdiri dari 2 yaitu

non medikamentosa dan medikamentosa. Penatalaksanaan non

medikamentosa yaitu mengurangi asupan garam , mengurangi asupan

karbohidrat (pilih karbohidrat yang lambat diserap dalam tubuh seperti

roti, cereal, buah, susu, yogurt), makanan tinggi kalium seperti pisang,

alvokat, almond, tomat dll serta ,mengindari minuman alcohol.14

Penatalaksanaan medikamentosa yaitu dapat diberikan sediaan

kalium secara oral atau intravena. Disarankan untuk memberikan secara


oral, kecuali bila terdapat hipokalemia berat, gangguan jantung dan

pernafasan pada penderita Sediaan KCl tidak boleh diberikan langsung,

harus dilarutkan dalam cairan infus, yang dipakai adalah normal saline,

karena larutan dektrose dapat menyebabkan penurunan sementara K+

serum sebesar 0,2-1,4 mmol/l karena stimulasi pelepasan insulin oleh

glukosa. Penggantian 40-60 mmol K+ menghasilkan kenaikan 1-1,5

mmol/l dalam K+ serum, tetapi ini sifatnya sementara karena K+ akan

berpindah kembali ke dalam sel. Pemantauan teratur dari K+ serum

diperlukan untuk memastikan bahwa defisit terkoreksi. Konsentrasi K+

>60 mmol/l sebaiknya dihindari melalui vena perifer, karena cenderung

menyebabkan nyeri dan sklerosis vena.14

Sediaan kalium dapat diberikan berdasarkan derajat dari

hipokalemi :

Ringan (3,0-3,4) koreksi kalium 72mmol/day - 75mmol/day)

Sedang (2,5-2,9) koreksi kalium 96mmol/day-100mmol/day)

Berat (<2,5 mmol/l) koreksi kalium 40mmol KCl in 1L* 0.9%

NaCl.14

Koreksi hipokalemi menggunakan rumus :

Terapi profilaksis dapat diberikan acetazolamide 125-1000

perhari. Pada awalnya obat ini diberikan untuk periodik paralisis tipe

hiperkalemi, kemudian diketahui ternyata acetazolamide sama efektifnya


dalam mengurangi frekuensi serangan bila diberikan pada paralisis

hipokalemi. Mekanisme kerja asetazolamid sampai saat ini masih belum

jelas, tetapi penelitian terakhir mengungkap bahwa obat ini bekerja dengan

menstimulasi langsung calcium activated K channels sehingga kelemahan

otot berkurang. Dapat juga diberikan spironolactone 100-200 mg perhari.

Pasien Harus menghindari faktor pencetus termasuk asupan berat

karbohidrat, diet tinggi garam, dan konsumsi alkohol sampai membaik.15,16

9. Komplikasi

Komplikasi kardiovaskular merupakan penyebab paling signifikan

untuk morbiditas dan mortalitas karena hipokalemia. meskipun

hipokalemia telah diimplikasikan pada terjadinya beberapa aritmia

ventrikel dan atrial, yang paling banyak mendapatkan perhatian adalah

aritmia ventrikel. Hipokalemia juga mempunyai banyak peranan di

dalam sistem organ yang beragam, yang pada akhirnya akan

menyebabkan penyakit kardiovaskular, seperti:

Defisiensi kalium berperanan dalam kejadian hipertensi.

Gangguan dalam metabolisme glukosa oleh karena gangguan pelepasan

kalium dan sensitivitas perifer meyebabkan gangguan metabolisme

lipid dan disfungsi endotel, sehingga meningkatkan risiko

aterosklerosis.

Kombinasi disfungsi endotel dan sel otot polos vaskular meningkatkan

vasokonstriksi, sehingga meningkatkan kemungkinan iskemia organ


target.

Terapi hipertensi dengan diuretik tanpa memperhatikan homeostasis

kalium dapat mengekakserbasi terjadinya kerusakan organ target dengan

mengakibatkan kelainan metabolik.

Pasien-pasien ini mempunyai risiko lebih tinggi untuk hipokalemia letal

pada keadaan-keadaan penuh stres seperti infark miokardial, syok septik

atau ketoasidosis diabetikum.3


DAFTAR PUSTAKA

1. Pertiwi S Amanda. Penatalaksanaan Paralisis Hipokalemia pada Pria 46


Tahun. 2015 Available on : URL : http://ukeunila.com/wp
content/uploads/2015/12/AMANDA-SAMURTI-PERTIWI.pdf
2. Soule BR, Simone NL. Hypokalemic periodic paralysis: a case report and
review of the literature. Cases J. 2008; 1:256.
3. Feldman EL, Rusel WGJW, Zifko UA. Atlas of Neuromuscular Disease a
Pratical Guideline. Springer-Verlag. New York. 2004
4. Pardede SO, Fahriani R. Paralisis Periodik Hipokalemik Familial.
Counting Medical Education. 2012.
5. Wi JK, Lee HJ, Kim EY, Cho JH, Chin SO, Rhee SY, Moon JY, Lee
SH, Jeong KH, Gyoo C, Lee TW. 2012. Etiology of hypokalemic
paralysis. Korea Journal of Medicine. 10(1):18-25
6. Robinson JE, Morin VI, Douglas MJ, Wilson RD. 2010. Familial
hypokalemic periodic paralysis and Wolff parkinson-white syndrome
in pregnancy. Canada Journal Anaesth. 47:160164.
7. Browmn RH, Mendell JR., Braundwald E, Fauci AS, Kasper DL,
Hauser SL, Longob DL, Jameson JR. 2011. Muscular dystrophies and
other muscle diseases. Harrisons 9.-Principles of internal medicine.
15 th Eds. USA: McGraw-Hill. pp.2538.
8. Kalita J, Nair PP, Kumar G. 2010. Renal tubular acidosis presenting as
respiratory paralysis: Report of a case and review of literature. Neurol
India. 58:106108.
9. Nesrin C, Ummu A, Zeynep Selen K, Birce Dilge T and Cahide Y. 2016.
Hypokalemic Periodic Paralysis Case: Report of a case and review of
literature. Vol.1 No.3:14.
10. Sumantri Stevent. Pendekatan Diagnostik Hipokalemia. 2009 Available on
:URL:http://internist.weebly.com/uploads/1/6/7/2/16728952/2009_sumant
ri_kasus_pendekatan_diagnostik_hipokalemia.pdf
11. Lin SH, Lin YF, Halperin ML.2004. Hypokalemia and paralysis. Q J Med.
94:133139.
12. Singh MB. Bhatia R. Emegencies in Neurology. Kundi. India. 2011
13.Mardjono M, Sidharta P.. Neurologi Klinik Dasar. Dian Rakyat. Jakarta.
2010
14. Dietary Guidelines for Hypokalemic Period Paralysis. Maret 2012.
http://www.qld.au/masters/coyright.asp
15.Guideline for the Management of Hypokalaemia in Adults. Medicines
Information, CGH: August 2010
16. Levitt J. Practical Aspect in The Management of Hypokalemic Periodic
Paralysis. Journal of Translation Medicine. 2008
17. Lister Hill National Center for Biomedical Communications U.S. National
Library of Medicine National Institutes of Health Department of Health &
Human Services. 2017 Available on :
https://ghr.nlm.nih.gov/condition/hypokalemic-periodic-paralysis
18. Lister Hill National Center for Biomedical Communications U.S. National
Library of Medicine National Institutes of Health Department of Health &
Human Services. 2017 Available on :
https://ghr.nlm.nih.gov/condition/hyperkalemic-periodic-paralysis

Anda mungkin juga menyukai