Anda di halaman 1dari 26

DEPARTEMEN KESEHATAN ANAK FK USYIAH/ RSUDZA B.

ACEH
Refarat
Oleh : Rizky Fajri
Sub Bagian : Neuropediatri
Pembimbing : Anidar, Dr, dr., SpA(K), M.Kes
Jufitriani Ismy, dr. SpA, M.Kes
Tanggal : Desember 2020

PERIODIK PARALISIS HIPOKALEMIA

Pendahuluan

Periodik paralisis merupakan kelainan pada membran yang sekarang ini

dikenal sebagai salah satu kelompok kelainan penyakit chanellopathies pada otot

skeletal. Kelainan ini dikarakteristikkan dengan terjadinya suatu episodik

kelemahan tiba-tiba yang disertai gangguan pada kadar kalium serum. Paralisis

periodik adalah suatu sindrom klinis dengan kelemahan / paralisis otot akut.

Penyakit yang berat dapat dimulai pada masa anak-anak, sedangkan kasus yang

ringan seringkali mulai pada dekade ketiga. Penyakit ini sebagian besar bersifat

herediter dan diturunkan secara autosomal dominan. Prevalensi 1 per 100.000

populasi. Mekanisme yang mendasari penyakit ini adalah malfungsi pada ion

channel pada membran otot skelet / channelopathy. 1

Mutasi dari gen dari kanal ion tersebut akan menyebabkan kelainan yang

diturunkan pada manusia. Kelainan tersebut merupakan chanelopathies yang

cenderung menimbulkan gejala yang paroksismal, miotonia atau periodik paralisis

dari otot-otot skeletal. Defek pada kanal ion tersebut dapat meningkatkan eksitasi

elektrik suatu sel, menurunkan kemampuan eksitasi, bahkan dapat menyebabkan

kehilangan kemampuan eksitasi. Dan kehilangan dari eksitasi listrik pada otot

1
skeletal merupakan kelainan dasar dari periodik paralisis. Paralisis hipokalemia

adalah kelainan yang ditandai dengan kadar kalium yang rendah (K< 3,5 mmol/L)

pada saat serangan, disertai kelemahan sampai kelumpuhan otot skeletal. 1

Hipokalemia dapat terjadi karena adanya faktor pencetus tertentu misalnya

makanan dengan kadar karbohidrat tinggi, istirahat sesudah latihan fisik,

perjalanan jauh, pemberian obat tertentu, operasi, menstruasi, konsumsi alkohol

dan lain-lain. Kadar insulin juga dapat mempengaruhi kelainan ini pada banyak

penderita, karena insulin akan meningkatkan aliran kalium ke dalam sel. Pada saat

serangan akan terjadi pergerakan kalium dari cairan ekstra selular masuk ke dalam

sel, sehingga pada pemeriksaan kalium darah terjadi hipokalemia. Kadar kalium

biasanya dalam batas normal diluar serangan. 1

Pencetus untuk setiap individu berbeda, juga tidak ada korelasi antara

besarnya penurunan kadar kadar kalium serum dengan beratnya paralisis atau

kelemahan otot skeletal. Serangan dapat berlangsung dari beberapa menit sampai

beberapa hari. Kelemahan dalam serangan dapat general atau fokal. Penderita

dapat mengalami serangan hanya sekali, tetapi dapat juga serangan berulang

dengan interval waktu serangan juga bervariasi. Paralisis periodik hipokalemi

menyebabkan kelemahan pada otot proksimal dan otot distal, namun otot

proksimal biasa lebih parah terkena dibandingkan otot distal, Otot yang sering

terkena otot bahu dan pinggul, dapat juga mengenai otot lengan, kaki, dan mata.

Otot diafragma dan otot jantung jarang terkena, pernah juga dilaporkan kasus

yang mengenai otot menelan dan otot pernapasan.2,3,4

2
Berdasarkan etiologinya paralisis hipokalemi dibagi menjadi 2 yaitu

idiopatik periodik paralisis hipokalemi disertai tirotoksikosis dan secondary

periodic paralisis hipokalemi tanpa tirotoksikosis.5

Selain itu faktor genetik juga mempengaruhi terjadinya paralisis

hipokalemi, terdapat 2 bentuk dari hipokalemic periodic paralysis yaitu familial

hipokalemi dan sporadic hipokalemi. Familial hipokalemi diturunkan secara

autosomal dominan, kebanyakan kasus dinegara Barat dan sebaliknya di Asia

kasus terbanyak adalah sporadik hipokalemi yang disebabkan oleh tirotoksikosis

hipokalemi.6

Definisi

Paralisis periodik adalah suatu sindrom klinis dengan kelemahan / paralisis

otot akut.Penyakit yang berat dapat dimulai pada masa anak-anak, sedangkan

kasus yang ringan seringkali mulai pada dekade ketiga. Penyakit ini sebagian

besar bersifat herediter dan diturunkansecara autosomal dominan. Prevalensi 1 per

100.000 populasi. Mekanisme yang mendasaripenyakit ini adalah malfungsi pada

ion channel pada membran otot skelet /channelopathy.1

Kelompok penyakit otot yang dikenal dengan periodik paralisis (PP)

cirinya adalah episode kelemahan flaksid otot yang terjadi pada interval yang

tidak teratur. Umumnya diturunkan dan lebih episode daripada periode. Penyakit

ini dapat dibagi dengan baik dalamkelainan primer dan sekunder. Karakteristik

umum PP primer sebagai berikut : (1)diturunkan; (2) umumnya dihubungkan

dengan perubahan kadar kalium serum; (3) kadang disertai myotonia; dan

3
(4) myotonia dan PP primer keduanya akibat defek ion channel.1Paralisis

hipokalemi merupakan penyebab dari acute flacid paralisis dimana terjadi

kelemahan otot yang ringan sampai berat hingga mengancam jiwa seperti cardiac

aritmia dan kelumpuhan otot pernapasan. Beberapa hal yang mendasari terjadinya

hipokalemi paralisis antaralain tirotoksikosis, renal tubular acidosis, Gitelman

Syndrome, keracunan barium, pemakaian obat golongan diuretik dan diare, namun

dari beberapa kasus sulit untuk diidentifikasi penyebabnya, salah diagnosa akan

mengakibatkan penatalaksanaan yang salah juga.8

Periodik paralisis adalah penyakit langka dengan kelainan pada dominan

autosomal yang ditandai dengan kelemahan kekuatan otot berulang, yang dapat

terjadi karena mutasi pada saluran natrium (Na) dan kalium (K). Hal ini

diklasifikasikan sebagai paralisis periodik hipokalemia atau hiperkalemik sesuai

dengan kadar kalium serum selama serangan. Keadaan tersering dari periodik

paralisis adalah periodik paralisis hipokalemia dan telah dilaporkan dengan

prevalensi 1 dalam 100.000 kelahiran, tapi bisa berakibat fatal jika tidak dilakukan

penaganan. Pasien bangun di pagi hari dengan kelemahan khas. Pasien

mengeluhkan mati rasa di keempat tungkainya. System pernapasan dan otot-otot

wajah biasanya tidak terpengaruh, tapi kematian akibat kegagalan pernapasan juga

telah dilaporkan. tinggi diet karbohidrat, stres dan latihan fisik berat adalah salah

satu penyebab yang menjadi memicu serangan. Rata-rata 2-36 jam serangan dapat

diringankan dengan terapi penggantian kalium.9

Insiden Dan Epidemologi

4
Pada populasi umum, data mengenai hipokalemia sukar diperkirakan,

namun kemungkinan besar kurang dari 1% subyek sehat mempunyai kadar kalium

lebih rendah dari 3,5 mEq/L. Asupan kalium berbeda-beda tergantung usia, jenis

kelamin, latar belakang etnis dan status sosioekonomik. Apakah perbedaan asupan

ini menghasilkan perbedaan derajat hipokalemia atau perbedaan sensitivitas

terhadap gangguan hipokalemia tidak diketahui. Diperkirakan sampai 21% pasien

rawat inap memiliki kadar kalium lebih rendah dari 3,5 mEq/L, dengan 5% pasien

memiliki kadar kalium lebih rendah dari 3 mEq/L. Pada pasien yang

menggunakan diuretik non-hemat kalium, hipokalemia dapat ditemukan pada 20-

50% pasien. Pasien keturunan Afrika dan wanita lebih rentan, risiko juga

ditingkatkan dengan penyakit seperti gagal jantung dan sindroma nefrotik.

Kelompok lain dengan insidens tinggi menderita hipokalemia termasuk kelompok

dengan gangguan pola makan, insidens berkisar antara 4,6% sampai 19,7%;

pasien dengan AIDS di mana sampai 23,1% pasien rawat inap menderita

hipokalemia dan juga pasien alkoholik yang berkisar sampai 12,6% dan diduga

disebabkan oleh penurunan reabsorpsi kalium pada tubulus ginjal terkait

hipomagnesemia.10

Keadaan tersering dari periodik paralisis adalah periodik paralisis

hipokalemia dan Insidensinya yaitu 1 dari 100.000 periodik paralisis hipokalemi

banyak terjadi pada pria daripada wanita dengan rasio 3-4 : 1. Usia terjadinya

serangan pertama bervariasi dari 1-20 tahun, frekuensi serangan terbanyak di usia

15-35 tahun dan kemudian menurun dengan peningkatan usia.11

5
Bila gejala-gejala dari sindroma tersebut dapat dikenali dan diterapi secara

benar maka pasien dapat sembuh dengan sempurna.

Etiologi

 Penurunan asupan kalium

Asupan kalium normal berkisar antara 40-120 mEq per hari,

kebanyakan diekskresikan kembali di dalam urin. Ginjal memiliki

kemampuan untuk menurunkan ekskresi kalium menjadi 5 sampai 25 mEq per

hari pada keadaan kekurangan kalium. Oleh karena itu, penurunan asupan

kalium dengan sendirinya hanya akan menyebabkan hipokalemia pada kasus-

kasus jarang. Meskipun demikian, kekurangan asupan dapat berperan

terhadap derajat keberatan hipokalemia, seperti dengan terapi diuretik atau

penggunaan terapi protein cair untuk penurunan berat badan secara cepat. 10

 Peningkatan laju kalium masuk ke dalam sel

Distribusi normal kalium antara sel dan cairan ekstraselular

dipertahankan oleh pompa Na-K- ATPase yang terdapat pada membran sel.

Pada keadaan tertentu dapat terjadi peningkatan laju kalium masuk ke dalam

sel sehingga terjadi hipokalemia transien. 10

 Peningkatan jumlah insulin

Insulin membantuk masuknya kalium ke dalam otot skeletal dan sel

hepatik, dengan cara meningkatkan aktivitas pompa Na-K-ATPase (gambar 1).

Efek ini paling nyata pada pemberian insulin untuk pasien dengan

6
ketoasidosis diabetikum atau hiperglikemia nonketotik berat. Konsentrasi

kalium plasma juga dapat menurun oleh karena pemberian karbohidrat. Oleh

karenanya, pemberian kalium klorida di dalam larutan mengandung dekstrosa

pada terapi hipokalemia dapat menurunkan kadar kalium plasma lebih lanjut

dan menyebabkan aritmia kardiak. 10

Gambar 1. Hormon-hormon penyebab perpindahan kalium ke dalam sel, yang

terutama adalah insulin dan beta-adrenergik.7

Paralisis hipokalemik periodik

Kelainan ini jarang ditemui dan disebabkan oleh etiologi yang belum

pasti dan ditandai dengan serangan-serangan kelemahan otot potensial fatal

atau paralisis yang dapat memengaruhi otot-otot pernapasan. Serangan akut,

pada keadaan di mana terjadi aliran kalium masuk ke dalam sel secara tiba-

tiba dapat menurunkan kadar kalium plasma sampai serendah 1,5 - 2,5 mEq/L,

seringkali dicetuskan oleh istirahat sehabis olah raga, stres, atau makanan

tinggi karbohidrat, yang merupakan keadaan-keadaan di mana terjadi

pelepasan epinefrin atau insulin. Hipokalemia seringkali disertai dengan

hipofosfatemia dan hipomagnesemia.Serangan berulang dengan kadar kalium

7
plasma normal diantara serangan membedakan antara paralisis periodik

dengan paralisis hipokalemik lainnya, seperti yang dapat dijumpai pada

beberapa hipokalemia berat oleh karena asidosis tubular ginjal (renal tubular

acidosis, RTA). Meskipun demikian, kemampuan untuk membedakan antara

kelainan-kelainan ini sulit secara klinis. 10

Hipotermia

Baik oleh karena kecelakaan atau diinduksi secara sengaja dapat

menyebabkan kalium masuk ke dalam sel dan menurunkan kadar konsentrasi

kalium plasma sampai di bawah 3,0 sampai 3,5 mEq/L. 10

Peningkatan kehilangan melalui gastrointestinal

Kehilangan sekresi gastrik atau intestinal dari penyebab apapun

(muntah, diare, laksatif atau drainase tabung) dikaitkan dengan kehilangan

kalium dan kemungkinan hipokalemia. Konsentrasi kalium pada kehilangan

kalium saluran cerna bawah cukup tinggi (20-50 mEq/L) pada sebagian besar

kasus. Sebagai perbandingan, konsentrasi kalium pada sekresi gastrik hanya

5-10 mEq/L; sehingga deplesi kalium pada keadaan ini utamanya disebabkan

oleh karena kehilangan urin. Keadaan berikut ini yang menyebabkan kehilangan

kalium urin pada kebocoran asam lambung. Alkalosis metabolik terkait

meningkatkan konsentrasi bikarbonat plasma dan oleh karenanya beban

bikarbonat pada filtrasi ginjal berada di atas ambang batas reabsorptif. Sebagai

akibatnya, lebih banyak natrium bikarbonat dan air yang dihantarkan kepada

lokasi sekresi kalium distal dalam kombinasi peningkatan aldosteron terinduksi

8
hipovolemia. Efek nettonya adalah peningkatan sekresi kalium dan kehilangan

kalium urin secara besar-besaran. Pada keadaan ini juga terjadi pengeluaran

natrium secara tidak wajar, sehingga hanya rendahnya kadar klorida urin yang

menunjukkan adanya deplesi volume. 10

Kebocoran kalium urin yang diamati pada kehilangan sekresi gastrik

biasanya paling jelas pada beberapa hari pertama, setelah itu, kemampuan

reabsorsi bikarbonat meningkat, sehingga terjadi pengurangan kehilangan

natrium, bikarbonat dan kalium urin secara signifikan. Pada saat ini, pH urin

jatuh dari di atas 7,0 menjadi asam (di bawah 6,0). 10

Sebaliknya kehilangan dari saluran cerna bagian bawah (terutama

karena diare) biasanya dikaitkan dengan kehilangan bikarbonat dan asidosis

metabolik. Meskipun demikian, beberapa pasien dengan diare faktisiosa atau

penggunaan laksatif berlebihan dapat mengalami hipokalemia dengan

metabolik alkalosis. 10

Hipokalemia oleh karena kehilangan saluran cerna bagian bawah paling

sering terjadi pada saat kehilangan timbul dalam jangka waktu lama, seperti

pada adenoma vilosa atau tumor pensekresi peptida intestinal vasoaktif

(VIPoma). Pada beberapa kasus, meskipun demikian, peningkatan kehilangan

faeses tidak dapat menjelaskan semua defisit kalium. Subyek normal biasanya

mendapatkan asupan kalium sekitar 80 mEq per hari. Ekskresi kalium normal

harus turun di bawah 15-25 mEq/hari pada keadaan defisit kalium. oleh

9
karenanya, kehilangan faeses (biasanya sekitar 10 mEq/hari) harus melewati

55-65 mEq/hari untuk dapat menginduksi hipokalemia. Banyak pasien

hipokalemik mempunyai kadar ekskresi kalium faeses yang lebih rendah,

sehingga mengindikasikan bahwa faktor- faktor lain (seperti penurunan asupan

dan mungkin ekskresi kalium urin terinduksi hiperaldosteronisme) juga

memainkan peranan penting. 10

Peningkatan kehilangan urin

Ekskresi kalium urin sebagian besar dikendalikan oleh sekresi kalium di

nefron distal, terutama oleh sel-sel prinsipal di tubulus koledokus kortikal.

Proses ini dipengaruhi oleh dua faktor: aldosteron dan hantaran air serta

natrium distal. Aldosteron berpengaruh sebagian melalui perangsangan

reabsorpsi natrium, pemindahan natrium kationik membuat lumen menjadi

elektronegatif relatif, sehingga mendorong sekresi kalium pasif dari sel tubular

ke lumen melalui kanal-kanal spesifik kalium di membran luminal. 10

Dengan demikian, kebocoran kalium urin umumnya memerlukan

peningkatan antara kadar aldosteron atau aliran distal, sementara parameter

lainnya normal atau juga meningkat. Pada sisi lain, hiperaldosteronisme

terkait hipovolemia biasanya tidak menyebabkan hipokalemia, oleh karena

penurunan aliran distal terkait (sebab adanya peningkatan reabsorpsi

proksimal, sebagian dipengaruhi oleh angiotensin II) mengimbangi efek

stimulasi aldosteron. 10

Diuretik

10
Jenis apapun yang beraksi pada daerah proksimal lokasi sekresi kalium,
asetazolamid, diuretik ansa henle dan tiazid, akan meningkatkan hantaran
distal dan juga, lewat induksi penurunan volume, mengaktivasi sistem renin-
angiotensin-aldosteron. Sebagai akibatnya, ekskresi kalium urin akan
meningkat, menyebabkan hipokalemia apabila kehilangan ini lebih besar dari
asupan (gambar 2). 10

Gambar 2. Efek diuretik terhadap penurunan kadar kalium di dalam darah. 10

Patofisiologi

Hipokalemia merupakan kelainan elektrolit yang sering terjadi pada

praktek klinis yang didefinisikan dengan kadar kalium serum kurang dari 3,5

mEq/L, pada hipokalemia sedang kadar kalium serum 2,5-3 mEq/L, dan

hipokalemia berat kadar kalium serumnya kurang dari 2,5 mEq/L. Keadaan ini

dapat dicetuskan melalui berbagai mekanisme, termasuk asupan yang tidak

adekuat, pengeluaran berlebihan melalui ginjal atau gastrointestinal, obat-obatan,

dan perpindahan transelular (perpindahan kalium dari serum ke intraselular).

11
Gejala hipokalemi ini terutama terjadi kelainan di otot. Konsentrasi kalium serum

pada 3,0-3,5 mEq/L berhubungan dengan suatu keadaan klinis seperti kelemahan

otot ringan, fatigue, dan mialgia. Pada konsentrasi serum kalium 2,5-3,0 mEq/L

kelemahan otot menjadi lebih berat terutama pada bagian proximal dari tungkai.

Ketika serum kalium turun hingga dibawah dari 2,5 mEq/L maka dapat terjadi

kerusakan struktural dari otot, termasuk rhabdomiolisis dan miogobinuria.

Peningkatan osmolaritas serum dapat menjadi suatu prediktor terjadinya

rhabdomiolisis. Selain itu suatu keadaan hipokalemia dapat mengganggu kerja

dari organ lain, terutama sekali jantung yang banyak sekali mengandung otot dan

berpengaruh terhadap perubahan kadar kalium serum. Perubahan kerja jantung ini

dapat kita deteksi dari pemeriksaan elektrokardiogram (EKG). Perubahan pada

EKG ini dapat mulai terjadi pada kadar kalium serum dibawah 3,5 dan 3,0 mEq/L.

Kelainan yang terjadi berupa inversi gelombang T, timbulnya gelombang U dan

ST depresi, pemanjangan dari PR, QRS, dan QT interval.8,9

Periodik paralisis hipokalemi (HypoPP) merupakan bentuk umum dari

kejadian periodik paralisis yang diturunkan, dimana kelainan ini diturunkan secara

autosomal dominan. Dari kebanyakan kasus pada periodik paralisis hipokalemi

terjadi karena mutasi dari gen reseptor dihidropiridin pada kromosom 1q.

Reseptor ini merupakan calcium channel yang bersama dengan reseptor ryanodin

berperan dalam proses coupling pada eksitasi-kontraksi otot. Fontaine et.al telah

berhasil memetakan mengenai lokus gen dari kelainan HypoPP ini terletak

tepatnya di kromosom 1q2131. Dimana gen ini mengkode subunit alfa dari L-type

12
calcium channel dari otot skeletal secara singkat di kode sebagai CACNL1A3.

Mutasi dari CACNL1A3 ini dapat disubsitusi oleh 3 jenis protein arginin (Arg)

yang berbeda, diantaranya Arg-528-His, Arg-1239-His, dan Arg-1239-Gly. Pada

Arg-528-His terjadi sekitar 50 % kasus pada periodik paralisis hipokalemi familial

dan kelainan ini kejadiannya lebih rendah pada wanita dibanding pria. Pada

wanita yang memiliki kelainan pada Arg-528-His dan Arg-1239-His sekitar

setengah dan sepertiganya tidak menimbulkan gejala klinis.9

Sebagai gejala klinis dari periodik paralisis hipokalemi ini ditandai dengan

kelemahan dari otot-otot skeletal episodik tanpa gangguan dari sensoris ataupun

kognitif yang berhubungan dengan kadar kalium yang rendah di dalam darah dan

tidak ditemukan tanda-tanda miotonia dan tidak ada penyebab sekunder lain yang

menyebabkan hipokalemi. Gejala pada penyakit ini biasanya timbul pada usia

pubertas atau lebih, dengan serangan kelemahan yang episodik dari derajat ringan

atau berat yang menyebabkan quadriparesis dengan disertai penurunan kapasitas

vital dan hipoventilasi, gejala lain seperti fatigue dapat menjadi gejala awal yang

timbul sebelum serangan, namun hal ini tidak selalu diikuti dengan terjadinya

serangan kelemahan. Serangan sering terjadi saat malam hari atau saat bangun

dari tidur dan dicetuskan dengan asupan karbohidrat yang banyak serta riwayat

melakukan aktivitas berat sebelumnya yang tidak seperti biasanya. Serangan ini

dapat terjadi hingga beberapa jam sampai yang paling berat dapat terjadi beberapa

hari dari kelumpuhan tersebut.10

13
Distribusi kelemahan otot dapat bervariasi. Kelemahan pada tungkai

biasanya terjadi lebih dulu daripada lengan dan sering lebih berat kelemahannya

dibanding lengan, dan bagian proksimal dari ekstremitas lebih jelas terlihat

kelemahannya dibanding bagian distalnya. Terkecuali, kelemahan ini dapat juga

terjadi sebaliknya dimana kelemahan lebih dulu terjadi pada lengan yang

kemudian diikuti kelemahan pada kedua tungkai dimana terjadi pada pasien ini.

Otot-otot lain yang jarang sekali lumpuh diantaranya otot-otot dari mata, wajah,

lidah, pharing, laring, diafragma, dan spingter, namun pada kasus tertentu

kelemahan ini dapat saja terjadi. Saat puncak dari serangan kelemahan otot,

refleks tendon menjadi menurun dan terus berkurang menjadi hilang sama sekali

dan reflek kutaneus masih tetap ada. Rasa sensoris masih baik, Setelah serangan

berakhir, kekuatan otot secara umum pulih biasanya dimulai dari otot yang

terakhir kali menjadi lemah. Miotonia tidak terjadi pada keadaan ini, dan bila

terjadi dan terlihat pada klinis atau pemeriksaan EMG menunjukkan terjadinya

miotonia maka diagnosis HypoPP kita dapat singkirkan.10,11

Selain dari anamnesa, pemeriksaan penunjang lain seperti laboratorium

darah dalam hal ini fungsi ginjal, elektrolit darah dan urin, urinalisa urin 24

jam, kadar hormonal seperti T4 dan TSH sangat membantu kita untuk

menyingkirkan penyebab sekunder dari hipokalemia. Keadaan lain atau

penyakit yang dapat menyebabkan hipokalemi diantaranya intake kalium yang

kurang, intake karbohidrat yang berlebihan, intoksikasi barium, kehilangan

kalium karena diare, periodik paralisis karena tirotoksikosis, renal tubular

14
asidosis, dan hyperaldosteronism. 11

Manifestasi Klinis Dan Diagnosis

Derajat manifestasi cenderung seimbang dengan keberatan dan lama

hipokalemia. Gejala biasanya tidak timbul sampai kadar kalium berada di

bawah 3,0 mEq/L, kecuali kadar kalium turun secara cepat atau pasien

tersebut mempunyai faktor-faktor yang memperberat seperti kecenderungan

aritmia karena penggunaan digitalis. Gejala biasanya membaik dengan koreksi

hipokalemia. 10

Manifestasi klinis dari paralisis periodik hipoklemi biasa muncul pada

dekade pertama atau kedua, serangan berat biasa pada pagi hari dan diperberat

oleh aktivitas atau mengkonsumsi tinggi karbohidrat sehari sebelum serangan

terjadi, serangan biasa di provokasi oleh stress, infeksi, demam, menstruasi,

kurang tidur, alcohol,kelelahan dan penggunaan obat-obatan beta agonis, insulin,

kortikosteroid, serangan didahului oleh gejala prodormal seperti parastesia,

kelelahan, kadang sesak nafas, pasien biasa ketika bangun pagi merasakan

kelemahan ekstremitas yang simetris, durasi terjadinya mulai dari beberapa jam

sampai 8 hari paling sering, jarang lebih dari 72 jam, serangan terjadi secara

intermiten, dan frekuensi nya dapat meningkat sampai setiap hari, frekuensi

terjadi pada umur < 30 tahun dan jarang terjadi pada umur > 50 tahun. Durasi dan

frekuensi serangan paralisis pada sangat bervariasi, mulai dari beberapa kali

15
setahun sampai dengan hampir setiap hari, sedangkan durasi serangan mulai dari

beberapa jam sampai beberapa hari.4,12

Dari hasil pemeriksaan fisis pasien biasanya mengalami kelumpuhan tipe

Lower Motor Neuron (LMN) yang tandai dengan seluruh gerakan, baik voluntary

maupun yang reflektori tidak dapat dibangkitkan (hilangnya refleks tendon dan

tidak adanya refleks patologi), tonus otot menghilang, dan adanya atrofi otot.13

Kelemahan atau paralisis otot biasanya timbul pada kadar kalium plasma

<2,5 mEq/L. Kadar CPK (Creatinin Protein Kinase ) meningkat pada saat terjadi

serangan. Pada pemeriksaan kadar kalium di urin, jika rasio kreainin dan kalium

<1,5 dapat ditentukan paralisis periodik hipokalemi primer (karena perpindahan

kalium ke dalam sel) atau sekunder (kekurangan intake kalium atau kehilangan

lewat gastrointestinal). 4,12

Diagnosa kelainan hipokalemik periodik paralisis ditegakkan berdasarkan

kadar kalium darah rendah [kurang dari 3,5 mmol/L (0,9–3,0 mmol/L) ] pada

waktu serangan, riwayat mengalami episode flaccid paralysis dengan pemeriksaan

lain dalam batas normal. Paralisis yang terjadi pada penyakit ini umumnya

berlokasi di bahu dan panggul meliputi juga tangan dan kaki, bersifat intermiten,

serangan biasanya berakhir sebelum 24 jam. Terdapat 2 bentuk kelainan otot yang

diobservasi yaitu episode paralitik dan bentuk miopati, kedua keadaan ini dapat

terjadi secara terpisah ataupun bersama-sama. Sering terjadi bentuk paralitik

murni, kombinasi episode paralitik dan miopati yang progresifitasnya lambat

jarang terjadi, demikian pula bentuk miopatik murni jarang terjadi. Episode

16
paralitik ditandai terutama adanya flaccid paralysis dengan hipokalemia sehingga

dapat terjadi para paresis atau tetraparesis.

Gejala

Gejala neuromuskular dan kardiak yang diinduksi oleh hipokalemia

terkait dengan perubahan pembentukan aksi potensial. Kemudahan untuk

membentuk aksi potensial (disebut eksitabilitas membran) terkait oleh besaran

potensial membran istirahat dan juga keadaan aktivasi kanal membran natrium;

pembukaan kanal-kanal natrium ini yang menyebabkan terjadinya difusi pasif

natrium ekstraselular ke dalam sel merupakan langkah pertama dalam proses

ini. Menurut rumus Nernst, potensial membran istirahat terkait dengan rasio

konsentrasi kalium intraselular terhadap ekstraselular. Penurunan konsentrasi

kalium plasma akan meningkatkan rasio ini dan oleh karenanya

menghiperpolarisasi membran sel (membuat potensial istirahat menjadi lebih

elektronegatif). Keadaan ini meningkatkan permeabilitas natrium, yang

meningkatkan eksitabilitas membran. 10

Sebagai tambahan terhadap peningkatan automatisitas kardiak ini (terkait

eksitabilitas membran), hipokalemia juga menunda repolarisasi ventrikular.

Hal ini memperpanjang durasi periode refrakter relatif dan mempredisposisi

terjadinya aritmia re-entrans. 10

Efek hipokalemia terhadap ginjal sebagian terkait dengan penurunan

ekspresi aquaporin-2, kanal antidiuretik sensitif hormon, gangguan terhadap

transpor natrium-kalium pada ansa henle dan peningkatan asidosis

17
intraselular oleh karena keluarnya kalium dari sel diikuti dengan masuknya H+

ke dalam sel untuk mempertahakan elektronetralitas. 10

Gambar 3. Algoritma diagnosis paralisis periodik hipokalemi.4

Tipe Periodik Paralisis

 Hipokalemik Periodik Paralisis

Paralisis periodik hipokalemia adalah suatu kondisi yang menyebabkan

episode otot lemah ekstrim biasanya dimulai pada masa kanak-kanak atau remaja.

Paling sering, episode ini melibatkan ketidakmampuan sementara untuk

menggerakkan otot-otot di lengan dan kaki. Serangan menyebabkan kelemahan

berat atau kelumpuhan yang biasanya berlangsung dari jam ke hari. Beberapa

orang mungkin memiliki episode hampir setiap hari, sementara yang lain

mengalami mereka mingguan, bulanan, atau jarang.

Serangan dapat terjadi tanpa peringatan atau bisa dipicu oleh faktor-faktor

seperti istirahat setelah latihan, penyakit virus, atau obat-obatan tertentu.

Seringkali, besar, makan kaya karbohidrat atau olahraga berat di malam hari dapat

memicu serangan setelah bangun pagi hari berikutnya. Meskipun individu yang

terkena biasanya mendapatkan kembali kekuatan otot mereka antara serangan,

18
episode berulang dapat menyebabkan kelemahan otot yang terus-menerus di

kemudian hari. Orang dengan paralisis periodik hipokalemia telah mengurangi

kadar kalium dalam darah mereka (hipokalemia) selama episode kelemahan otot.

Para peneliti sedang menyelidiki bagaimana kadar kalium rendah mungkin

berhubungan dengan kelainan otot dalam kondisi ini.

Orang dengan paralisis periodik hipokalemia telah mengurangi kadar

kalium dalam darah mereka (hipokalemia) selama episode kelemahan otot. Para

peneliti sedang menyelidiki bagaimana kadar kalium rendah mungkin

berhubungan dengan kelainan otot dalam kondisi ini.

Mutasi pada gen CACNA1S dan SCN4A menyebabkan kelumpuhan

periodik hypokalemic. CACNA1S dan SCN4A gen memberikan instruksi untuk

membuat protein yang memainkan peran penting dalam otot digunakan untuk

gerakan (otot rangka). Bagi tubuh untuk bergerak normal, otot-otot ini harus

tegang (kontrak) dan bersantai dalam cara yang terkoordinasi. kontraksi otot yang

dipicu oleh aliran atom bermuatan positif tertentu (ion) ke dalam sel otot. Protein

CACNA1S dan SCN4A membentuk saluran yang mengontrol aliran ion ini.

Saluran dibentuk oleh protein CACNA1S mengangkut ion kalsium ke dalam sel,

sedangkan saluran yang dibentuk oleh protein SCN4A mengangkut ion natrium.

Mutasi pada CACNA1S atau gen SCN4A mengubah struktur biasa dan

fungsi kalsium atau natrium saluran. saluran yang diubah tidak dapat benar

mengatur aliran ion ke dalam sel otot, yang mengurangi kemampuan otot rangka

19
berkontraksi. Karena kontraksi otot yang dibutuhkan untuk gerakan, gangguan

dalam transportasi ion yang normal mengarah ke episode kelemahan otot yang

parah atau kelumpuhan.

Sebagian kecil orang dengan ciri-ciri dari kelumpuhan periodik

hypokalemic tidak telah mengidentifikasi mutasi pada CACNA1S atau SCN4A

gen. Dalam kasus ini, penyebab kondisi tidak diketahui.

Hiperkalemik Periodik Paralisis

Paralisis periodik Hyperkalemik adalah suatu kondisi yang menyebabkan

episode otot lemah ekstrim atau kelumpuhan, biasanya dimulai pada masa bayi

atau anak usia dini. Paling sering, episode ini melibatkan ketidakmampuan

sementara untuk menggerakkan otot-otot di lengan dan kaki. Episode cenderung

meningkatkan frekuensi sampai pertengahan usia dewasa, setelah itu mereka lebih

jarang terjadi. Faktor-faktor yang dapat memicu serangan termasuk istirahat

setelah latihan, makanan kaya kalium seperti pisang dan kentang, stres, kelelahan,

alkohol, kehamilan, paparan suhu dingin, obat-obatan tertentu, dan periode tanpa

makanan (puasa). kekuatan otot biasanya kembali normal antara serangan,

meskipun banyak orang yang terkena dampak terus mengalami kekakuan ringan

(myotonia), terutama di otot-otot wajah dan tangan. Kebanyakan orang dengan

kelumpuhan periodik hyperkalemik telah peningkatan kadar kalium dalam darah

mereka (hiperkalemia) selama serangan. Hasil hiperkalemia ketika otot-otot

weakor lumpuh melepaskan ion kalium ke dalam aliran darah. Dalam kasus lain,

serangan berhubungan dengan kadar kalium darah normal (normokalemia).


20
Menelan kalium bisa memicu serangan pada individu yang terkena, bahkan jika

kadar kalium darah tidak naik.

Mutasi pada gen SCN4A dapat menyebabkan kelumpuhan periodik

hyperkalemic. Gen SCN4A menyediakan instruksi untuk membuat protein yang

memainkan peran penting dalam otot digunakan untuk gerakan (otot rangka).

Bagi tubuh untuk bergerak normal, otot-otot ini harus tegang (kontrak) dan

bersantai dalam cara yang terkoordinasi. Salah satu perubahan yang membantu

kontraksi otot strigger adalah aliran atom bermuatan positif (ion), termasuk

natrium, ke dalam sel otot. Saluran bentuk protein SCN4A yang mengontrol aliran

ion natrium ke dalam sel-sel ini.

Mutasi pada gen SCN4A mengubah struktur biasa dan fungsi natrium

channel. saluran diubah tetap terbuka terlalu lama atau tidak tetap tertutup cukup

lama, memungkinkan ion natrium lebih mengalir ke sel-sel otot. Peningkatan ion

natrium ini memicu kalium dari sel-sel otot, yang menyebabkan lebih banyak

saluran natrium untuk membuka dan merangsang aliran ion natrium lebih ke sel-

sel ini. Perubahan-perubahan dalam transportasi ion mengurangi kemampuan otot

rangka berkontraksi, menyebabkan episode kelemahan otot atau kelumpuhan.

Dalam 30 sampai 40 persen dari kasus, penyebab kelumpuhan periodik

hyperkalemic adalah idiopatik. Mutasi di gen lain, yang belum teridentifikasi,

kemungkinan menyebabkan gangguan dalam kasus ini.

Penatalaksanaan

21
Penatalaksanaan paralisis periodik hipokalemi bertujuan untuk

menormalkan kadar kalium dalam darah dan mencegah kekambuhan gejala.

Penatalaksanaan periodic paralysis hypokalemic terdiri dari 2 yaitu non

medikamentosa dan medikamentosa. Penatalaksanaan non medikamentosa yaitu

mengurangi asupan garam , mengurangi asupan karbohidrat (pilih karbohidrat

yang lambat diserap dalam tubuh seperti roti, cereal, buah, susu, yogurt), makanan

tinggi kalium seperti pisang, alvokat, almond, tomat dll serta ,mengindari

minuman alcohol.14

Penatalaksanaan medikamentosa yaitu dapat diberikan sediaan kalium

secara oral atau intravena. Disarankan untuk memberikan secara oral, kecuali bila

terdapat hipokalemia berat, gangguan jantung dan pernafasan pada penderita

Sediaan KCl tidak boleh diberikan langsung, harus dilarutkan dalam cairan infus,

yang dipakai adalah normal saline, karena larutan dektrose dapat menyebabkan

penurunan sementara K+ serum sebesar 0,2-1,4 mmol/l karena stimulasi

pelepasan insulin oleh glukosa. Penggantian 40-60 mmol K+ menghasilkan

kenaikan 1-1,5 mmol/l dalam K+ serum, tetapi ini sifatnya sementara karena K+

akan berpindah kembali ke dalam sel. Pemantauan teratur dari K+ serum

diperlukan untuk memastikan bahwa defisit terkoreksi. Konsentrasi K+ >60

mmol/l sebaiknya dihindari melalui vena perifer, karena cenderung menyebabkan

nyeri dan sklerosis vena.14

Sediaan kalium dapat diberikan berdasarkan derajat dari hipokalemi :

 Ringan (3,0-3,4) à koreksi kalium 72mmol/day - 75mmol/day)

22
 Sedang (2,5-2,9) à koreksi kalium 96mmol/day-100mmol/day)

 Berat (<2,5 mmol/l) à koreksi kalium 40mmol KCl in 1L* 0.9% NaCl.14

Koreksi hipokalemi menggunakan rumus :

Terapi profilaksis dapat diberikan acetazolamide 125-1000 perhari. Pada

awalnya obat ini diberikan untuk periodik paralisis tipe hiperkalemi, kemudian

diketahui ternyata acetazolamide sama efektifnya dalam mengurangi frekuensi

serangan bila diberikan pada paralisis hipokalemi. Mekanisme kerja asetazolamid

sampai saat ini masih belum jelas, tetapi penelitian terakhir mengungkap bahwa

obat ini bekerja dengan menstimulasi langsung calcium activated K channels

sehingga kelemahan otot berkurang. Dapat juga diberikan spironolactone 100-200

mg perhari. Pasien Harus menghindari faktor pencetus termasuk asupan berat

karbohidrat, diet tinggi garam, dan konsumsi alkohol sampai membaik.15,16

Komplikasi

Komplikasi kardiovaskular merupakan penyebab paling signifikan untuk

morbiditas dan mortalitas karena hipokalemia. meskipun hipokalemia telah

diimplikasikan pada terjadinya beberapa aritmia ventrikel dan atrial, yang

paling banyak mendapatkan perhatian adalah aritmia ventrikel. Hipokalemia

juga mempunyai banyak peranan di dalam sistem organ yang beragam, yang

pada akhirnya akan menyebabkan penyakit kardiovaskular, seperti:

 Defisiensi kalium berperanan dalam kejadian hipertensi.


23
 Gangguan dalam metabolisme glukosa oleh karena gangguan pelepasan

kalium dan sensitivitas perifer meyebabkan gangguan metabolisme

lipid dan disfungsi endotel, sehingga meningkatkan risiko

aterosklerosis.

 Kombinasi disfungsi endotel dan sel otot polos vaskular meningkatkan

vasokonstriksi, sehingga meningkatkan kemungkinan iskemia organ

target.

 Terapi hipertensi dengan diuretik tanpa memperhatikan homeostasis

kalium dapat mengekakserbasi terjadinya kerusakan organ target dengan

mengakibatkan kelainan metabolik.

 Pasien-pasien ini mempunyai risiko lebih tinggi untuk hipokalemia

letal pada keadaan-keadaan penuh stres seperti infark miokardial, syok

septik atau ketoasidosis diabetikum.3

DAFTAR PUSTAKA

1. Pardede SO, Fahriani R. Paralisis Periodik Hipokalemik Familial.


Counting Medical Education. 2012
2. Soule BR, Simone NL. Hypokalemic periodic paralysis: a case report and

24
review of the literature. Cases J. 2008; 1:256.
3. Feldman EL, Rusel WGJW, Zifko UA. Atlas of Neuromuscular Disease a
Pratical Guideline. Springer-Verlag. New York. 2004
4. Pertiwi S Amanda. Penatalaksanaan Paralisis Hipokalemia P. 2015
Available on : URL : http://ukeunila.com/wp
content/uploads/2015/12/AMANDA-SAMURTI-PERTIWI.pdf.
5. Wi JK, Lee HJ, Kim EY, Cho JH, Chin SO, Rhee SY, Moon JY, Lee
SH, Jeong KH, Gyoo C, Lee TW. 2012. Etiology of hypokalemic
paralysis. Korea Journal of Medicine. 10(1):18-25
6. Robinson JE, Morin VI, Douglas MJ, Wilson RD. 2010. Familial
hypokalemic periodic paralysis and Wolff parkinson-white syndrome
in pregnancy. Canada Journal Anaesth. 47:160–164.
7. Browmn RH, Mendell JR., Braundwald E, Fauci AS, Kasper DL,
Hauser SL, Longob DL, Jameson JR. 2011. Muscular dystrophies and
other muscle diseases. Harrison’s 9.-Principles of internal medicine.
15 th Eds. USA: McGraw-Hill. pp.2538.
8. Kalita J, Nair PP, Kumar G. 2010. Renal tubular acidosis presenting as
respiratory paralysis: Report of a case and review of literature. Neurol
India. 58:106–108.
9. Nesrin C, Ummu A, Zeynep Selen K, Birce Dilge T and Cahide Y. 2016.
Hypokalemic Periodic Paralysis Case: Report of a case and review of
literature. Vol.1 No.3:14.
10. Sumantri Stevent. Pendekatan Diagnostik Hipokalemia. 2009 Available on
:
URL:http://internist.weebly.com/uploads/1/6/7/2/16728952/2009_sumantr
i_kasus_pendekatan_diagnostik_hipokalemia.pdf
11. Lin SH, Lin YF, Halperin ML.2004. Hypokalemia and paralysis. Q J Med.
94:133–139.
12. Singh MB. Bhatia R. Emegencies in Neurology. Kundi. India. 2011

25
13. Mardjono M, Sidharta P.. Neurologi Klinik Dasar. Dian Rakyat. Jakarta.
2010
14. Dietary Guidelines for Hypokalemic Period Paralysis. Maret 2012.
http://www.qld.au/masters/coyright.asp
15. Guideline for the Management of Hypokalaemia in Adults. Medicines
Information, CGH: August 2010
16. Levitt J. Practical Aspect in The Management of Hypokalemic Periodic
Paralysis. Journal of Translation Medicine. 2008
17. Lister Hill National Center for Biomedical Communications U.S. National
Library of Medicine National Institutes of Health Department of Health &
Human Services. 2017 Available on :
https://ghr.nlm.nih.gov/condition/hypokalemic-periodic-paralysis
18. Lister Hill National Center for Biomedical Communications U.S. National
Library of Medicine National Institutes of Health Department of Health &
Human Services. 2017 Available on :
https://ghr.nlm.nih.gov/condition/hyperkalemic-periodic-paralysis

26

Anda mungkin juga menyukai