Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPOKALEMIA DI RUANG TOPAZ


RSUD H. BADARUDDIN KASIM

Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan Medikal Bedah


Program Profesi Ners

Disusun Oleh:

Mahfuz Azianoor
NIM: 11194692111032

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN PENDAHULUAN
HIPOKALEMIA DI RUANG TOPAZ
RSUD H. BADARUDDIN KASIM

Tanggal 10 Juni 2021

Disusun oleh :
Mahfuz Azianoor
NIM. 11194692111032

Banjarmasin, …………………….
Mengetahui,
Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

Onieqie Ayu Dhea Manto, Ns, M.Kep Era Sugiarti, S.Kep, Ns


NIK. 1166012014063 NIP. 198210232006042020
BAB I

KONSEP ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM

A. Anatomo dan Fisiologi

Gambar 1.1 Proses terjadinya Hipokalemia

Homeostasis Kalium

Kalium (K+) memainkan peran kunci dalam menjaga fungsi sel normal. K+ adalah
kation intraseluler utama, 98% kalium tubuh ditemukan intraseluler dan hanya 2% di
ekstraseluler. Hampir semua sel memiliki pompa Na-K-ATPase yang berfungsi memompa
natrium (Na+) keluar dari sel dan menarik K+ ke dalam sel, sehingga menciptakan gradien K+

membran sel (K+ dalam > K+ luar) untuk menjaga perbedaan potensial antar membran.1
Kalium ekstraseluler berlebihan (hiperkalemia) menurunkan aksi potensi membran, sementara
hipokalemia menyebabkan hiperpolarisasi dan tidak responsifnya membran.
Untuk mempertahankan konsentrasi K+ ekstraseluler dalam kisaran yang tepat,
beberapa faktor dapat memodulasi redistribusi K+ intraseluler-ekstraseluler dan ekskresinya.
 Pada intrasel, ditentukan oleh distribusi kalium di otot, tulang, hati, sel darah merah, dan

rongga interstisial. Homeostasis K+ internal terutama bergantung pada hormon seperti


insulin dan katekolamin; selain itu, keseimbangan asam basa melalui pertukaran ion
hidrogen ekstraseluler (H+) dan osmolalitas plasma mengatur penyerapan K+ seluler.
 Pada ekstrasel, ditentukan oleh tingkat asupan kalium (biasanya 100 mEq/hari), tingkat
berkemih (normalnya 90 mEq/ hari), dan ekskresi feses (biasanya 10 mEq/ hari).
Asupan K+ tidak meningkatkan plasma K+ secara signifikan. Secara teoritis, asupan 35 mEq

K+ akan meningkatkan kadar K+ plasma sebesar 2,5 mEq/l apabila distribusi total di
ekstraseluler.12 Pada kenyataannya, hanya sekitar seperempat asupan K+ tersisa di ekstraseluler,
karena adanya penyimpanan di sel otot, hati, dan sel darah merah sebagai penyangga (“buffer”).
Ginjal, sebagai penentu utama homeostasis K+ eksternal, mengeluarkan hampir 90% asupan
harian. Tubulus kontortus proksimal menyerap kembali sekitar 2/3 filtrat, juga menyerap

kembali sekitar 2/3 (70%) K+ yang disaring. 3 Reabsorpsi ini kebanyakan bersifat pasif dan
digerakkan oleh potensi elektrik tubulus yang bernilai positif sepanjang segmen S2 dan S3 dan
arus air paraseluler. Sepanjang lengkung Henle desending, K+ disekresikan ke dalam lumen
tubulus dari interstitium dan diserap kembali melalui kotransport Na-K-2 Cl pada bagian
asending tebal (+ 20%).
Sepanjang tubulus kontortus distal dan duktus kolektivus, terjadi sekresi bersih K+
yang dirangsang oleh aldosteron dan bila ada diet K+ berlebih. Pada defisiensi K+ terjadi
penurunan sekresi dan reabsorpsi. Regulasi ekskresi K+ ginjal berada pada duktus kolektivus dan
sebagian besar oleh perubahan tingkat sekresi K+.
Dalam duktus kolektivus, sekresi K+ dilakukan oleh sel prinsipal (melalui saluran
luminal K dan Na-K ATPase basolateral), sementara reabsorpsi K+ dilakukan oleh sel alfa
terinterkalasi melalui H-K ATPase luminal.
BAB II

KONSEP HIPOKALEMIA

A. DEFINISI
Hipokalemia atau hypopotassaemia (ICD-9), mengacu pada kondisi di mana
konsentrasi kalium (K+) dalam darah rendah. Tingkat normal kalium serum adalah
antara 3,5-5,0 mEq / L, setidaknya 95% dari kalium tubuh ditemukan di dalam sel,
dengan sisanya dalam darah. Ini gradien konsentrasi dipertahankan terutama oleh
pompa Na+/K+.

B. ETIOLOGI
Penyebab hipokalemia meliputi:
a. Antibiotik (penisilin, nafcillin, karbenisilin, gentamisin, amfoterisin B, foskarnet)
b. Diare (termasuk penggunaan pencahar terlalu banyak, yang dapat menyebabkan
diare)
c. Penyakit yang mempengaruhi kemampuan ginjal untuk mempertahankan kalium
(sindrom Liddle, sindroma Cushing, hiperaldosteronisme, Bartter sindrom, sindrom
Fanconi)
d. Diuretik obat, yang dapat menyebabkan buang air kecil yang berlebihan
e. Gangguan makan (seperti bulimia)
f. Makan dalam jumlah besar licorice atau menggunakan produk seperti teh herbal dan
mengunyah tembakau yang mengandung licorice dibuat dengan asam glycyrrhetinic
(zat ini tidak lagi digunakan dalam licorice dibuat di Amerika Serikat)
g. Magnesium Kekurangan
h. Berkeringat
i. Muntah

C. KLASIFIKASI
Hipokalemia adalah kondisi dimana kadar kalium dalam darah berada dibawah
normal. Kalium adalah bahan kimia (elektrolit) yang sangat penting untuk proses kerja
saraf dan otot sel, terutama sel otot jantung. Sehingga penurunan kadar kalium dapat
menyebabkan terganggunya kerja sel dalam tubuh. Kadar kalium darah normal adalah
3,6-5,2 mmol/L. Tingkat kalium yang sangat rendah (<2,5mmol/L) dapat menyebabkan
kematian sehingga membutuhkan terapi pengobatan secepatnya. Berikut klasifikasi
hipokalemia :
 Hipokalemia ringan memiliki kadar kalium 3,1 - 3,5 mmol/L
 Hipokalemia sedang memiliki kadar kalium 2,5 – 3,0 mmol/L
 Hipokalemia berat memiliki kadar kalium <2,5 mmol/L
Konsentrasi serum kalium berhubungan dengan keseimbangan tubuh antara cairan
intraseluler dan cairan ekstraseluler.
D. MANIFESTASI KLINIK
Hipokalemia ringan sering tanpa gejala, meskipun dapat menyebabkan
peningkatan tekanan darah kecil dan kadang-kadang dapat menimbulkan aritmia jantung.
Hipokalemia moderat, dengan konsentrasi kalium serum 2,5-3 mEq / L (Nl: 3,5-5,0 mEq
/ L), dapat menyebabkan kelemahan otot, mialgia, dan kram otot (karena terganggu
fungsi otot rangka), dan sembelit (dari terganggu fungsi otot halus). Dengan hipokalemia
yang lebih parah, dan hyporeflexia flaccid paralysis bisa terjadi. Ada laporan dari
rhabdomyolysis terjadi dengan hipokalemia yang mendalam dengan kadar kalium serum
kurang dari 2 mEq / L. Depresi pernapasan dari kerusakan parah fungsi otot rangka
ditemukan pada banyak pasien. Beberapa elektrokardiografi (EKG) temuan yang terkait
dengan hipokalemia mencakup diratakan atau terbalik gelombang T, gelombang U,
depresi ST dan interval PR yang luas. Karena repolarisasi berkepanjangan dari serat
Purkinje ventrikular, gelombang U menonjol terjadi, yang sering ditumpangkan pada
gelombang T dan oleh karena itu menghasilkan penampilan dari suatu interval QT
berkepanjangan.
E. PATOFISIOLOGI

a. Perpindahan Trans-selular
Hipokalemia bisa terjadi tanpa perubahan cadangan kalium sel. Ini
disebabkan faktor-faktor yang merangsang berpindahnya kalium dari intravaskular
ke intraseluler, antara lain beban glukosa, insulin, obat adrenergik, bikarbonat, dsb.
Insulin dan obat katekolamin simpatomimetik diketahui merangsang influks kalium
ke dalam sel otot. Sedangkan aldosteron merangsang pompa Na+/K+ ATP ase yang
berfungsi sebagai antiport di tubulus ginjal. Efek perangsangan ini adalah retensi
natrium dan sekresi kalium
Pasien asma yang dinebulisasi dengan albuterol akan mengalami penurunan
kadar K serum sebesar 0,2—0,4 mmol/L2,3, sedangkan dosis kedua yang diberikan
dalam waktu satu jam akan mengurangi sampai 1 mmol/L3. Ritodrin dan terbutalin,
yakni obat penghambat kontraksi uterus bisa menurunkan kalium serum sampai
serendah 2,5 mmol per liter setelah pemberian intravena selama 6 jam. 
Teofilin dan kafein bukan merupakan obat simpatomimetik, tetapi bisa
merangsang pelepasan amina simpatomimetik serta meningkatkan aktivitas Na+/K+
ATP ase. Hipokalemia berat hampir selalu merupakan gambaran khas dari keracunan
akut teofilin. Kafein dalam beberapa cangkir kopi bisa menurunkan kalium serum
sebesar 0,4 mmol/L. Karena insulin mendorong kalium ke dalam sel, pemberian
hormon ini selalu menyebabkan penurunan sementara dari kalium serum. Namun, ini
jarang merupakan masalah klinik, kecuali pada kasus overdosis insulin atau selama
penatalaksanaan ketoasidosis diabetes.
b. Deplesi Kalium
Hipokalemia juga bisa merupakan manifestasi dari deplesi cadangan kalium
tubuh. Dalam keadaan normal, kalium total tubuh diperkirakan 50 mEq/kgBB dan
kalium plasma 3,5--5 mEq/L. Asupan K+ yang sangat kurang dalam diet
menghasilkan deplesi cadangan kalium tubuh. Walaupun ginjal memberi tanggapan
yang sesuai dengan mengurangi ekskresi K+, melalui mekanisme regulasi ini hanya
cukup untuk mencegah terjadinya deplesi kalium berat. Pada umumnya, jika asupan
kalium yang berkurang, derajat deplesi kalium bersifat moderat. Berkurangnya
asupan sampai <10 mEq/hari menghasilkan defisit kumulatif sebesar 250 s.d. 300
mEq (kira-kira 7-8% kalium total tubuh) dalam 7—10 hari4. Setelah periode
tersebut, kehilangan lebih lanjut dari ginjal minimal. Orang dewasa muda bisa
mengkonsumsi sampai 85 mmol kalium per hari, sedangkan lansia yang tinggal
sendirian atau lemah mungkin tidak mendapat cukup kalium dalam diet mereka. 
c. Kehilangan K+ Melalui Jalur Ekstra-renal
Kehilangan melalui feses (diare) dan keringat bisa terjadi bermakna.
Pencahar dapat menyebabkan kehilangan kalium berlebihan dari tinja. Ini perlu
dicurigai pada pasien-pasien yang ingin menurunkan berat badan. Beberapa keadaan
lain yang bisa mengakibatkan deplesi kalium adalah drainase lambung (suction),
muntah-muntah, fistula, dan transfusi eritrosit.
d. Kehilangan K+ Melalui Ginjal
Diuretik boros kalium dan aldosteron merupakan dua faktor yang bisa
menguras cadangan kalium tubuh. Tiazid dan furosemid adalah dua diuretik yang
terbanyak dilaporkan menyebabkan hipokalemi.
e. Implikasi Klinik pada Pasien Penyakit Jantung 
Tidak mengherankan bahwa deplesi kalium sering terlihat pada pasien
dengan CHF. Ini membuat semakin bertambah bukti yang memberi kesan bahwa
peningkatan asupan kalium bisa menurunkan tekanan darah dan mengurangi risiko
stroke. Hipokalemia terjadi pada pasien hipertensi non-komplikasi yang diberi
diuretik, namun tidak sesering pada pasien gagal jantung bendungan, sindrom
nefrotik, atau sirosis hati. Efek proteksi kalium terhadap tekanan darah juga dapat
mengurangi risiko stroke. 
Deplesi kalium telah dikaitkan dalam patogenesis dan menetapnya hipertensi
esensial. Sering terjadi salah tafsir tentang terapi ACE-inhibitor (misal Kaptopril).
Karena obat ini meningkatkan retensi kalium, dokter enggan menambah kalium atau
diuretik hemat kalium pada terapi ACE-inhibitor. Pada banyak kasus gagal jantung
bendungan yang diterapi dengan ACE-inhibitor, dosis obat tersebut tidak cukup
untuk memberi perlindungan terhadap kehilangan kalium. 
Potensi digoksin untuk menyebabkan komplikasi aritmia jantung bertambah
jika ada hipokalemia pada pasien gagal jantung. Pada pasien ini dianjurkan untuk
mempertahankan kadar kalium dalam kisaran 4,5-5 mmol/L. Nolan dkk.
mendapatkan kadar kalium serum yang rendah berkaitan dengan kematian kardiak
mendadak di dalam uji klinik terhadap 433 pasien di UK. 
Hipokalemia ringan bisa meningkatkan kecenderungan aritmia jantung pada
pasien iskemia jantung, gagal jantung, atau hipertrofi ventrikel kanan. Implikasinya,
seharusnya internist lebih "care" terhadap berbagai konsekuensi hipokalemia.
Asupan kalium harus dipikirkan untuk ditambah jika kadar serum antara 3,5--4
mmol/L. Jadi, tidak menunggu sampai kadar < 3,5 mmol/L. 
F. PATHWAY

G. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi dari penyakit hipokalemia ini adalah sebagai berikut :
- Akibat kekurangan kalium dan cara pengobatan yang kurang hati-hati dapat
menimbulkan otot menjadi lemah, kalau tidak diatasi dapat menimbulkan
kelumpuhan.
- Hiperkalemia yang lebih serius dari hipokalemia, jika dalam pengobatan
kekuarangan kalium tidak berhati-hati yang memungkinkan terlalu banyaknya
kalium masuk kedalam pembuluh darah.
- Selain itu juga adapun hal-hal yang dapat timbul pada hipokalemia yaitu : Aritmia
(ekstrasistol atrial atau ventrikel) dapat terjadi pada keadaan hipokalemia terutama
bila mendapat obat digitalis, leus paralitik, Kelemahan otot sampai kuadriplegia,
Hipotensi ortostatik, Vakuolisasi sel epitel tubulus proksimal dan kadang-kadang
tubulus distal, Fibrosis interstisial, atropi atau dilatasi tubulus, PH urine kurang
akibatnya ekskresi ion H+ akan berkurang, Hipokalemia yang kronik bila ekskresi
kurang dari 20 mEq/L.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan yang paling penting dalam hipokalemia berat adalah menangani
penyebabnya, seperti memperbaiki diet, mengobati diare. Pasien tanpa sumber yang
signifikan kehilangan kalium dan yang tidak menunjukkan gejala hipokalemia mungkin
tidak memerlukan pengobatan. Hipokalemia ringan (> 3,0 mEq / L) dapat diobati
dengan lisan suplemen kalium klorida (Klor-Con, Sando-K, Lambat-K). Karena ini
sering menjadi bagian dari asupan gizi yang buruk, makanan yang mengandung kalium
mungkin disarankan, seperti sayuran berdaun hijau, tomat, buah jeruk, jeruk atau
pisang. Kedua suplemen makanan dan farmasi yang digunakan untuk orang yang
memakai obat diuretik. Hipokalemia berat (<3,0 mEq / L) mungkin memerlukan
intravena (IV) suplementasi. Biasanya, digunakan larutan garam, dengan 20-40 mEq
KCl per liter selama 3-4 jam. Pemberian kalium IV di tingkat lebih cepat (20-25 mEq /
jam) dapat predisposisi tachycardias ventrikel dan membutuhkan pemantauan intensif.
Tingkat umumnya aman adalah 10 mEq / jam. Bahkan di hipokalemia parah,
suplementasi oral lebih disukai diberikan profil keamanannya. Formulasi rilis
berkelanjutan harus dihindari dalam pengaturan akut. Kasus-kasus sulit atau resisten
dari hipokalemia mungkin dapat digunakan untuk diuretik hemat kalium, seperti
amilorid, triamterene, atau spironolactone atau eplerenone.
I. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
- Pengkajian
1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
1. Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral dan parenteral)
2. Tanda umum masalah elektrolit
3. Tanda kekurangan cairan seperti rasa dahaga, kulit kering, membrane
mukosa kering, konsentrasi urine dan urine output
4. Tanda kelebihan cairan: seperti kaki bengkak, kesulitan nafas dan BB
meningkat.
5. Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu status cairan
6. Status perkembangan seperti usia atau situasi social
b. Pengukuran klinik
Berat badan : kehilangan / bertambahnya berat badan menunjukkan adanya
masalah keseimbangan cairan. Perubahan berat badan :
Turun 2 % - 5 % Kekurangan volume cairan * ringan
Turun 5% - 10 % Kekurangan volume cairan * sedang
Turun 10 % - 15 % kekurangan volume cairan *berat
Turun 15 % - 20 % Kematian
Naik 2 % Kelebihan volume cairan ringan
Naik 5 % Kelebihan volume cairan sedang
Naik 8 % Kelebihan volume cairan berat
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama.
1. Keadaan umum : pengukuran tanda vital seperti :
a) suhu : Kekurangan volume cairan : < 36 – 37 ° c
Kelebihan volume cairan : > 35 – 36 ºC
b) Tekanan darah : Kekurangan volume ciran : < 120/80
Kelebihan volume cairan : > 120/80 atau tetap
c) Nadi : Kekurangan vol cairan : < 60-100x/mnt
Kelebihan volume cairan : > 60-100 x /mnt
d) Pernapasan : kekurangan volume cairan : > 16 – 24 x/ menit,
kelebihan volume cairan : < 16 – 24 x/menit
e) Pengukuran pemasukan cairan : cairan oral (NGT dan oral), cairan
parenteral termasuk obat-obatan IV, makanan yang cenderung
mengandung air, irigasi kateter atau NGT.
f) Pengukuran pengeluaran cairan : urine (volume, kejernihan /
kepekatan), feses (jumlah dan konsistensi), muntah, tube drainase,
IWL.
g) Ukur keseimbanagn cairan dengan akurat : normalnya sekitar +/- 200
cc.
2. Pemeriksaan fisik
Kesadaran : Mengkaji GCS
Kepala : Mesocepal
Fontanel : Cekung (Kekurangan volume cairan) Menonjol (Kelebihan
volume cairan)
Mata : Cekung, konjungtiva anemis, air mata berkurang atau tidak
ada (kekurangan volume cairan) Edema periorbital, papiledema
(kelebihan volume cairan)
Telinga : Bentuk simetris kanan dan kiri
Tenggorokan dan Mulut : Membran mukosa kering, lengket, bibir pecah-pecah
dan kering, salvias menurun, lidah di bagian
longitudinal menurun (kekurangan volume cairan)
Sistem Kadiovaskuler
Inspeksi :
- Kekurangan volume cairan : Vena leher datar
- Kelebihan volume cairan : Vena leher distensi
- Dependent body parts (Bagian-bagian tubuh yang tertekan pada saat
berbaring) : Tungkai, sacrum, punggung, Lambatnya
Palpasi :
 Kelebihan volume cairan : Denyut nadi kuat, Edema (bagian tubuh
dependent : punggung,sacrum, tungkai)
 Kekurangan volume cairan : Denyut nadi lemah, kapiler menurun
Auskultasi :
 Kekurangan volume cairan, Hiponatremia, Hiperkalemia,
Hipermagnesemia : Tekanan darah rendah atau tanpa perubahan, tekanan
darah pada posisi orthostatic
 Kelebihan Volume cairan : Hipertensi (tekanan darah tinggi)
Sistem Pernapasan
Inspeksi : Kelebihan Volume cairan : Peningkatan frekuensi napas, dispnea
Auskulatasi : Kelebihan volume cairan : krekels
Sistem Gastrointestinal
Inspeksi :
 Kekurangan volume cairan : Abdomen cekung
 Kekurangan volume cairan , hiperkalsemia, hiponatremia : muntah
 Hiponatremia : diare

Auskultasi : Kekurangan volume cairan, hipokalemia : hiperperistaltik disertai


diare atau hipoperistaltik
Perkusi : Thympani
Palpasi : tidak ada pembesaran dan massa, ada nyeri tekan di perut bagian
kanan bawah
Sistem Ginjal
Inspeksi :
 Kekurangan volume cairan : oliguria atau anuria, berat jenis urine meningkat
 Kelebihan volume cairan : dieresis (jika ginjal normal), oliguria atau anuria,
berat jenis urine meningkat
 Kulit
Suhu tubuh :
- Meningkat : hipernatremia, Ketidakseimbangan hiperosmolar, asidosis
metabolic
- Menurun : Kekurangan volume cairan
Inspeksi : kekurangan volume caiaran, asidosis metabolik : kering, kemerahan
Palpasi : Kekurangan volume cairan : turgor kulit tidak elastic, kulit dingin dan
lembab
- Perencanaan
Karena hipokalemia dapat mengancam jiwa, penting artinya untuk memantau
timbulnya hipokalemia pad pasien-pasien yang beresiko. Adanya keletihan,
anoreksia, kelemahan otot, penurunan mortilitas usus, parestesia, atau disritmia
harus mendorong perawat untuk memeriksa konsentrasi kalium serum. Jika
tersedia, elektrokardiogram dapat memberikan informasi yang bernmanfaat. Pasien-
pasien yang menerima digitalis yang berisiko mengalami defisiensi kalium harus
dipantau dengan ketat terhadap tanda-tanda terjadinya toksisitas digitalis karena
hipokalemia meningkatkan aksi digitalis. Pada kenyataannya, dokter biasanya
memilih untuk mempertahankan kadar kalium serum lebih besar dari 3,5 mEq/L (SI
: 3,5 mmol/L) pada pasien-pasien yang menerima digitalis.
Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Defisit Volume Cairan NOC: NIC :
Berhubungan dengan:  Fluid balance Pertahankan catatan intake
- Kehilangan volume  Hydration dan output yang akurat
cairan secara aktif  Nutritional Status : Monitor status hidrasi
- Kegagalan mekanisme Food and Fluid Intake ( kelembaban membran mukosa,
pengaturan Setelah dilakukan nadi adekuat, tekanan darah
DS : tindakan ortostatik ), jika diperlukan
- Haus keperawatan selama….. Monitor hasil lab yang sesuai
DO: defisit volume cairan dengan retensi cairan (BUN , Hmt
- Penurunan turgor teratasi dengan kriteria , osmolalitas urin, albumin, total
kulit/lidah hasil: protein )
- Membran mukosa/kulit  Mempertahankan Monitor vital sign setiap
kering urine 15menit – 1 jam
- Peningkatan denyut output sesuai dengan Kolaborasi pemberian cairan
nadi, penurunan tekanan usia dan BB, BJ urine IV
darah, penurunan normal, Monitor status nutrisi
volume/tekanan nadi  Tekanan darah, nadi, Berikan cairan oral
- Pengisian vena suhu tubuh dalam batas Berikan penggantian
menurun normal nasogatrik sesuai output (50 –
- Perubahan status  Tidak ada tanda tanda 100cc/jam)
mental dehidrasi, Elastisitas Dorong keluarga untuk
- Konsentrasi urine turgor kulit baik, membantu pasien makan
meningkat membran mukosa Kolaborasi dokter jika tanda
- Temperatur tubuh lembab, tidak ada rasa cairan berlebih muncul meburuk
meningkat haus yang berlebihan Atur kemungkinan tranfusi
- Kehilangan berat badan  Orientasi terhadap Persiapan untuk tranfusi
secara tiba-tiba waktu dan tempat baik Pasang kateter jika perlu
- Penurunan urine output  Jumlah dan irama Monitor intake dan urin
- HMT meningkat pernapasan dalam output
- Kelemahan batas normal setiap 8 jam
 Elektrolit, Hb, Hmt
dalam batas normal
 pH urin dalam batas
normal
 Intake oral dan
intravena adekuat
Kelebihan Volume NOC : NIC :
Cairan  Electrolit Pertahankan catatan intake
Berhubungan dengan : and acid base balance dan output yang akurat
- Mekanisme  Fluid balance Pasang urin kateter jika
pengaturan melemah  Hydration Setelah diperlukan
- Asupan cairan dilakukan tindakan Monitor hasil lab yang sesuai
berlebihan keperawatan selama …. dengan retensi cairan (BUN , Hmt
DO/DS : Kelebihan volume cairan , osmolalitas urin )
Berat badan teratasi dengan kriteria: Monitor vital sign
meningkat pada waktu  Terbebas Monitor indikasi retensi /
yang dari edema, efusi, kelebihan cairan (cracles, CVP ,
singkat anaskara edema, distensi vena leher, asites)
Asupan berlebihan  Bunyi nafas Kaji lokasi dan luas edema
dibanding output bersih, tidak ada Monitor masukan makanan /
Distensi vena jugularis dyspneu/ortopneu cairan
Perubahan pada pola  Terbebas Monitor status nutrisi
nafas, dyspnoe/sesak dari distensi vena Berikan diuretik sesuai
nafas, jugularis, interuksi
orthopnoe, suara nafas  Memelihara Kolaborasi pemberian obat:
abnormal (Rales atau tekanan vena sentral, ....................................
crakles), tekanan kapiler paru, Monitor berat badan
, pleural effusion output jantung dan Monitor elektrolit
Oliguria, azotemia vital sign DBN Monitor tanda dan gejala dari
Perubahan status  Terbebas Odema
mental, kegelisahan, dari kelelahan,
kecemasan kecemasan atau
bingung
Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
Berhubungan dengan :  Self Care :  Observasi adanya pembatasan
Tirah Baring ADLs klien dalam melakukan aktivitas
atau imobilisasi  Toleransi  Kaji adanya faktor yang
Kelemahan aktivitas menyebabkan kelelahan
menyeluruh  Konservasi  Monitor nutrisi dan sumber
Ketidakseimb Eneergi Setelah energi yang adekuat
angan antara suplei dilakukan tindakan  Monitor pasien akan adanya
oksigen dengan keperawatan selama …. kelelahan fisik dan emosi secara
kebutuhan Pasien bertoleransi berlebihan
Gaya hidup yang terhadap aktivitas dengan  Monitor respon kardivaskuler
dipertahankan. Kriteria terhadap aktivitas (takikardi,
DS: Hasil : disritmia, sesak nafas, diaporesis,
Melaporkan secara  Berpartisipasi dalam pucat, perubahan hemodinamik)
verbal adanya kelelahan aktivitas fisik tanpa  Monitor pola tidur dan
atau kelemahan. disertai peningkatan lamanya
Adanya dyspneu tekanan darah, nadi dan tidur/istirahat pasien
atau ketidaknyamanan RR  Kolaborasikan dengan Tenaga
saat beraktivitas.  Mampu melakukan Rehabilitasi Medik dalam
DO : aktivitas sehari hari merencanakan progran terapi yang
Respon abnormal (ADLs) secaramandiri tepat.
dari tekanan darah atau  Keseimbang  Bantu klien untuk
nadi terhadap aktifitas an aktivitas dan istirahat mengidentifikasi aktivitas yang
Perubahan ECG : mampu dilakukan
aritmia, iskemia  Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan
sosial
 Bantu untuk mengidentifikasi
dan mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
 Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek
 Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
 Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu luang
 Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
 Sediakan penguatan positif
bagi
yang aktif beraktivitas
 Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
 Monitor respon fisik, emosi,
social dan spiritual
Hipertermia NOC: NIC :
Berhubungan dengan : Thermoregulasi  Monitor suhu sesering
- penyakit/ trauma Setelah dilakukan mungkin
- peningkatan tindakan keperawatan  Monitor warna dan suhu kulit
metabolisme selama………..pasien  Monitor tekanan darah, nadi
- aktivitas yang menunjukkan : dan RR
berlebih Suhu tubuh dalam batas  Monitor penurunan tingkat
- dehidrasi normal dengan kreiteria kesadaran
DO/DS: hasil:  Monitor WBC, Hb, dan Hct
kenaikan suhu  Suhu 36  Monitor intake dan output
tubuh diatas rentang – 37C  Berikan anti piretik:
normal  Nadi dan  Kelola Antibiotik:
serangan atau RR dalam rentang ………………………..
konvulsi (kejang) normal  Selimuti pasien
kulit kemerahan  Tidak ada  Berikan cairan intravena
pertambahan RR perubahan warna kulit  Kompres pasien pada lipat
takikardi dan tidak ada pusing, paha dan aksila
Kulit teraba  Tingkatkan sirkulasi udara
panas/ hangat  Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
 Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
 Monitor hidrasi seperti turgor
kulit, kelembaban membran
mukosa)
Ketidakseimbangan NOC : NIC :
nutrisi  Nutritiona Weight Management
lebih dari kebutuhan l Status : food and  Diskusikan bersama pasien
tubuh Fluid Intake mengenai hubungan antara intake
Berhubungan dengan :  Nutritiona makanan, latihan, peningkatan BB
Intake yang berlebihan l Status : nutrient dan penurunan BB
terhadap kebutuhan Intake  Diskusikan bersama pasien
metabolisme tubuh  Weight mengani kondisi medis yang dapat
DS : control mempengaruhi BB
- Laporan adanya sedikit Setelah dilakukan  Diskusikan bersama pasien
aktivitas atau tidak ada tindakan mengenai kebiasaan, gaya hidup
aktivitas keperawatan selama …. dan factor herediter yang dapat
DO: Ketidak seimbangan mempengaruhi BB
- Lipatan kulit tricep > nutrisi  Diskusikan bersama pasien
25 lebih teratasi dengan mengenai risiko yang
mm untuk wanita dan > kriteria hasil: berhubungan dengan BB
15 mm untuk pria  Mengerti berlebih dan penurunan BB
- BB 20 % di atas ideal factor yang  Dorong pasien untuk merubah
untuk tinggi dan meningkatkan berat kebiasaan makan
kerangka tubuh ideal badan  Perkirakan BB badan ideal
- Makan dengan respon  Mengiden pasien Nutrition Management
eksternal (misalnya : tfifikasi tingkah laku  Kaji adanya alergi makanan
situasi sosial, sepanjang dibawah kontrol klien Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
hari)  Memodifi menentukan jumlah kalori dan
- Dilaporkan atau kasi diet dalam nutrisi yang dibutuhkan pasien.
diobservasi adanya waktu yang lama  Anjurkan pasien untuk
disfungsi pola makan untuk mengontrol meningkatkan intake Fe
(misal : memasangkan berat badan  Anjurkan pasien untuk
makanan dengan  Penuruna meningkatkan protein dan vitamin
aktivitas yang lain) n berat badan 1-2 C
- Konsentrasi intake pounds/mgg  Berikan substansi gula
makanan pada  Menggun  Yakinkan diet yang dimakan
menjelang akan energy untuk mengandung tinggi serat untuk
malam aktivitas sehari hari mencegah konstipasi
 Berikan makanan yang terpilih
( sudah dikonsultasikan dengan
ahli gizi)
 Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan harian.
 Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
 Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
 Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan Weight reduction
Assistance
 Fasilitasi keinginan pasien
untuk menurunkan BB
 Perkirakan bersama pasien
mengenai penurunan BB
 Tentukan tujuan penurunan BB
 Beri pujian/reward saat pasien
berhasil mencapai tujuan
 Ajarkan pemilihan makanan
Gangguan mobilitas NOC : NIC :
fisik  Joint Movement : Exercise therapy : ambulation
Berhubungan dengan : Active  Monitoring vital sign
- Gangguan metabolisme  Mobility Level sebelm/sesudah latihan dan lihat
sel  Self care : ADLs respon pasien saat latihan
- Keterlembatan  Transfer  Konsultasikan dengan terapi
perkembangan performance fisik tentang rencana ambulasi
- Pengobatan Setelah dilakukan sesuai dengan kebutuhan
- Kurang support tindakan  Bantu klien untuk
lingkungan keperawatan menggunakan tongkat saat
- Keterbatasan ketahan selama….gangguan berjalan dan cegah terhadap
kardiovaskuler mobilitas fisik teratasi cedera
- Kehilangan integritas dengan kriteria hasil:  Ajarkan pasien atau tenaga
struktur tulang  Klien meningkat kesehatan lain tentang teknik
- Terapi pembatasan dalam ambulasi
gerak aktivitas fisik  Kaji kemampuan pasien dalam
- Kurang pengetahuan  Mengerti tujuan dari mobilisasi
tentang kegunaan peningkatan mobilitas  Latih pasien dalam pemenuhan
pergerakan fisik  Memverbalisasikan kebutuhan ADLs secara mandiri
- Indeks massa tubuh perasaan dalam sesuai kemampuan
diatas 75 tahun percentil meningkatkan  Dampingi dan Bantu pasien
sesuai dengan usia kekuatan dan saat mobilisasi dan bantu penuhi
- Kerusakan persepsi kemampuan berpindah kebutuhan ADLs ps.
sensori  Memperagakan  Berikan alat Bantu jika klien
- Tidak nyaman, nyeri penggunaan alat Bantu memerlukan.
- Kerusakan untuk mobilisasi  Ajarkan pasien bagaimana
muskuloskeletal (walker) merubah posisi dan berikan
dan neuromuskuler bantuan jika diperlukan
- Intoleransi
aktivitas/penurunan
kekuatan dan stamina
- Depresi mood atau
cemas
- Kerusakan kognitif
- Penurunan kekuatan
otot, kontrol dan atau
masa
- Keengganan untuk
memulai gerak
- Gaya hidup yang
menetap, tidak
digunakan,
deconditioning
- Malnutrisi selektif atau
umum
DO:
- Penurunan waktu
reaksi
- Kesulitan merubah
posisi
- Perubahan gerakan
(penurunan untuk
berjalan, kecepatan,
kesulitan
memulai langkah
pendek)
- Keterbatasan motorik
kasar dan halus
- Keterbatasan ROM
Kerusakan integritas NOC : NIC : Pressure Management
kulit Tissue Integrity : Skin  Anjurkan p asien untuk
berhubungan dengan : and menggunakan pakaian yang
Eksternal : Mucous Membranes longgar
- Hipertermia atau Wound Healing : primer Hindari kerutan pada tempat
hipotermia dan tidur
- Substansi kimia sekunder  Jaga kebersihan kulit agar tetap
- Kelembaban Setelah dilakukan bersih dan kering
- Faktor mekanik tindakan Mobilisasi pasien (ubah posisi
(misalnya : keperawatan selama….. pasien) setiap dua jam sekali
alat yang dapat kerusakan integritas kulit Monitor kulit akan adanya
menimbulkan luka, pasien teratasi dengan kemerahan
tekanan, restraint) kriteria hasil: Oleskan lotion atau
- Immobilitas fisik  Integritas minyak/baby oil pada
- Radiasi kulit yang baik bisa derah yang tertekan
- Usia yang ekstrim dipertahankan Monitor aktivitas dan
- Kelembaban kulit (sensasi, elastisitas, mobilisasi pasien
- Obat-obatan temperatur, hidrasi, Monitor status nutrisi pasien
Internal : pigmentasi) Memandikan pasien dengan
- Perubahan status  Tidak ada sabun dan air hangat
metabolik luka/lesi pada kulit  Kaji lingkungan dan peralatan
- Tonjolan tulang  Perfusi yang menyebabkan tekanan
- Defisit imunologi jaringan baik Observasi luka : lokasi,
- Berhubungan dengan  Menunjukka dimensi,
dengan perkembangan n pemahaman dalam kedalaman luka,
- Perubahan sensasi proses perbaikan kulit karakteristik,warna cairan,
- Perubahan status dan mencegah granulasi, jaringan nekrotik, tanda
nutrisi terjadinya sedera tanda infeksi lokal, formasi
(obesitas, kekurusan) berulang traktus
- Perubahan status cairan  Mampu  Ajarkan pada keluarga tentang
- Perubahan pigmentasi melindungi kulit dan luka dan perawatan luka
- Perubahan sirkulasi mempertahankan  Kolaburasi ahli gizi pemberian
- Perubahan turgor kelembaban kulit dan diae TKTP, vitamin
(elastisitas kulit) perawatan alami Cegah kontaminasi feses dan
DO:  Menunjukkan urin
- Gangguan pada bagian terjadinya proses  Lakukan tehnik perawatan luka
tubuh penyembuhan luka dengan steril
- Kerusakan lapisa kulit  Berikan posisi yang
(dermis) mengurangi tekanan pada luka
- Gangguan permukaan
kulit
(epidermis)
Kurang Pengetahuan NOC: NIC :
Berhubungan dengan :  Kowlwdge : disease Kaji tingkat pengetahuan
keterbatasan kognitif, process pasien dan keluarga
interpretasi terhadap  Kowledge : health Jelaskan patofisiologi dari
informasi yang salah, Behavior Setelah penyakit dan bagaimana hal ini
kurangnya keinginan dilakukan tindakan berhubungan dengan anatomi dan
untuk keperawatan selama …. fisiologi, dengan cara yang tepat.
mencari informasi, tidak pasien menunjukkan Gambarkan tanda dan gejala
mengetahui sumber- pengetahuan tentang yang biasa muncul pada penyakit,
sumber proses penyakit dengan dengan cara yang tepat
informasi. kriteria hasil: Gambarkan proses penyakit,
DS: Menyatakan secara  Pasien dan keluarga dengan cara yang tepat
verbal Menyatakan pemahaman Identifikasi kemungkinan
adanya masalah tentang penyakit, kondisi, penyebab, dengan cara yang tepat
DO: ketidakakuratan prognosis dan program Sediakan informasi pada
mengikuti instruksi, pengobatan pasien tentang kondisi, dengan
perilaku tidak sesuai  Pasien dan keluarga cara yang tepat
mampu melaksanakan Sediakan bagi keluarga
prosedur yang dijelaskan informasi tentang kemajuan
secara benar pasien dengan cara yang tepat
 Pasien dan keluarga Diskusikan pilihan terapi
mampu menjelaskan atau
kembali apa yang penanganan
dijelaskan perawat/tim Dukung pasien untuk
kesehatan lainnya mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan, dengan
cara yang tepat

J. IMPLEMENTASI
Setelah rencana tindakan di susun maka untuk selanjutnya adalah pengolahan
data dan kemudian pelaksanaan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah
disusun tersebut. Dalam pelaksanaan implementasi maka perawat dapat melakukan
observasi atau dapat mendiskusikan dengan klien atau keluarga tentang tindakan yang
akan kita lakukan.

K. EVALUASI
Evaluasi adalah langkah terakhir dalam asuhan keperawatan, evaluasi dilakukan
dengan pendekatan SOAP ( data subjektif, data objektif, analisa dan planning ).
Dalam evaluasi ini dapat ditentukan sejauh mana keberhasilan rencana tindakan
keperawatan yang harus dimodifikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi.2012.Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar


Klien, Jakarta: Salemba Medika
Hidayat, A. Aziz Alimul.2013. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
North American Nursing Diagnosis Association. (2011-2012). Panduan Diagnosa
Keperawatan. Jakarta : Prima Medika.
Potter, P.A dan Perry, A, G. (20013). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses dan Praktik. Edisi 4 Volume 2. Jakarta:EGC
Smeltzer, S. C & Bare, B.G. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8 Volume 1. Jakarta : EGC.
http://taharuddin.com/keseimbangan-cairan-dan-elektrolit.html diakses pada Rabu,5 Agustus
2015 pukul 15.00 Wita.
http://www.kapukonline.com/2012/09/Prosedur-Pemenuhan-Kebutuhan-Cairan-dan-
Elektrolit.html diakses pada Rabu, 5 Agustus 2015 pukul 15.00 Wita.
http://informasitips.com/kebutuhan-air-minum-cairan-untuk-manusia-per-hari diakses pada
Rabu, 5 Agustus 2015 pukul 15.00 Wita.

Anda mungkin juga menyukai