Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

SISTEM PERKEMIHAN

DISUSUN OLEH
ANDI SAPUTRA
NIM :2022207209542

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
GGK (GAGAL GINJAL KRONIK)
A. Definis
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindroma klinis yang disebab kan oleh
penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun berlangsung progresif dan cukup
lanjut. Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan
uremia ( Smaltzer, 2001).
Gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten dan
inrevesibel. (Arif Mansjoer, 2001).
Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir merupakan gangguan fungsi
renal yang progresif dan irreversible. Di mana kemampuan tubuh gagal untuk
memepertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan
uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner & Suddart, 2001).
Gagal ginjal kronis ( chronic renal failure) adalah kerusakan ginjal progresif yang
berakibat fatal dan ditandai dengan anemia (urea dan limbah nitrogen yang berada dalam
darah). (Nursalam, 2008).
B. Etiologi
Gagal ginjal kronik dapat timbul dari hamper semua penyakit. Apapun sebabnya,
dapat menimbulkan perburukan fungsi ginjal secara progresif. Dibawah ini terdapat
beberapa penyebab gagal ginjal kronik.
 Tekanan Darah Tinggi
 Glomerulonefritis
 Lupus Eritematosus Sistemik (SLE)
 Penyakit Ginjal Polikistik
 Pielonefritis
 Diabetes Melitus
C. Patofisiologi
Gagal ginjal kronik disebabkan karena adanya penyakit yang terdapat pada ginjal,
sehingga mengakibatkan kegagalan ginjal. Maka lama kelamaan jumlah nefron
mengalami kerusakan bertambah. Dengan adanya peran dan fungsi ginjal maka hasil
metabolisme protein akan berkumpul didalam tubuh, penurunan fungsi ginjal
mengakibatkan pembuangan hasil sisa metabolisme gagal yang dimulai dengan
pertukaran didalam pembuluh darah tidak adekuat karena ketidak mampuan ginjal
sebagai penyaring, Nitrogen) menumpuk dalam darah. Akibatnya ginjal tidak dapat
melakukan fungsinya lagi yang menyebabkan peningkatan kadar serum dan kadar
nitrogen ureum, kreatin, asam urat, fosfor meningkat dalam tubuh dan menyebabkan
terganggunya fungsi ginjal dan organ organ tubuh lain.
Perjalanan umum ginjal kronik dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium satu
dinamakan penurunan cadangan ginjal . Pada stadium ini kreatin serum dan BUN
dalam keadaan normal dan penderita asimtomatik (tanpa gejala). Gangguan fungsi ginjal
akan dapat diketahui dengan tes GFR.
Stadium dua dinamakan insufisiensi ginjal , dimana lebih dari 75% jaringan yang
berfungsi telah rusak dan GFR 25% dari normal. Pada tahap ini BUN baru mulai stadium
insufisiensi ginjal gejala nokturia dan poliuria diakibatkan kegagalan pemekatan.
Nokturia (berkemih pada malam hari) sebanyak 700 ml atau berkemih lebih dari
beberapa kali. Pengeluaran urine normal sekitar 1500 ml perhari atau sesuai dengan
jumlah cairan yang diminum.
Stadium ke tiga dinamakan gagal ginjal stadium akhir uremia . sekitar 90% dari
massa nefron telah hancur atau sekitar 200.000 yang masih utuh. Nilai GFR nya hanya
10% dari keadaan normal dan bersihakan kreatin sebesar 5-10 ml/menit. Penderita
biasanya ologuri (pengeluaran urien kurang dari 500 ml/hari) karena kegagalan
glomelurus uremik. Fungsi ginjal menurun, produk akhir metabolisme protein. Terjadi
uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh.
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:
1. Sistem kardiovaskuler
 Hipertensi
 Pitting edema
 Edema periorbital
 Pembesaran vena leher
 Friction sub pericardial
2. Sistem Pulmoner
 Krekel
 Nafas dangkal
 Kusmaull
 Sputum kental dan liat
3. Sistem gastrointestinal
 Anoreksia, mual dan muntah
 Perdarahan saluran GI
 Ulserasi dan pardarahan mulut
 Nafas berbau ammonia
4. Sistem musculoskeletal
 Kram otot
 Kehilangan kekuatan otot
 Fraktur tulang
E. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
 Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan
hipoalbuminemia. Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang
rendah.
 Ureum dan kreatini : Meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan kreatinin
kurang lebih 20 : 1. Perbandingat meninggi akibat pendarahan saluran cerna,
demam, luka bakar luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih.
Perbandingan ini berkurang ketika ureum lebih kecil dari kreatinin, pada diet
rendah protein, dan tes Klirens Kreatinin yang menurun
 Hiponatremi : Umumnya karena kelebihan cairan. Hiperkalemia : biasanya terjadi
pada gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunya dieresis
 Hipokalemia dan hiperfosfatemia: terjadi karena berkurangnya sintesis vitamin D3
pada GGK.
 Phosphate alkaline : meninggi akibat gangguan metabolisme tulang, terutama
isoenzim fosfatase lindi tulang.
 Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia : umunya disebabkan gangguan
metabolisme dan diet rendah protein.
 Peninggian gula darah, akibat gangguan metabolism karbohidrat pada gagal ginjal (
resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan perifer ).
 Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan peninggian
hormone insulin dan menurunnya lipoprotein lipase.
 Asidosis metabolic dengan kompensasi respirasi menunjukan Ph yang menurun,
BE yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang menurun, semuanya
disebabkan retensi asam-asam organic pada gagal ginjal.
2. Radiology
Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal ( adanya batu atau adanya
suatu obstruksi ). Dehidrasi karena proses diagnostic akan memperburuk keadaan
ginjal, oleh sebab itu penderita diharapkan tidak puasa.
3. IIntra Vena Pielografi (IVP)
Untuk menilai system pelviokalisisdan ureter.
4. USG
Untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan parenkim
ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.
5. EKG
Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis,
aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia)
F. Penatalaksanaan
Untuk mendukung pemulihan dan kesembuhan pada klien yang mengalami CKD
maka penatalaksanaan pada klien CKD terdiri dari penatalaksanan medis/farmakologi,
penatalaksanan keperawatan dan penatalaksanaan diet. Dimana tujuan penatalaksaan
adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal dan homeostasis selama mungkin.
1. Penatalaksanaan medis
 Cairan yang diperbolehkan adalah 500 sampai 600 ml untuk 24 jam atau dengan
menjumlahkan urine yang keluar dalam 24 jam ditamnbah dengan IWL 500ml,
maka air yang masuk harus sesuai dengan penjumlahan tersebut.
 Pemberian vitamin untuk klien penting karena diet rendah protein tidak cukup
memberikan komplemen vitamin yang diperlukan
 Hiperfosfatemia dan hipokalemia ditangani dengan antasida mengandung
alumunium atau kalsium karbonat, keduanya harus diberikan dengan makanan.
 Hipertensi ditangani dengan berbagai medikasi antihipertensif dan control volume
intravaskuler.
 Asidosis metabolik pada gagal ginjal kronik biasanya tampa gejala dan tidak
memerlukan penanganan, namun demikian suplemen makanan karbonat atau
dialisis mungkin diperlukan untuk mengoreksi asidosis metabolic jika kondisi ini
memerlukan gejala.
 Hiperkalemia biasanya dicegah dengan penanganan dialisis yang adekuat disertai
pengambilan kalium dan pemantauan yang cermat terhadap kandungan kalium
pada seluruh medikasi oral maupun intravena. Pasien harus diet rendah kalium
kadang – kadang kayexelate sesuai kebutuhan
 Anemia pada gagal ginjal kronis ditangani dengan epogen (eritropoetin manusia
rekombinan). Epogen diberikan secara intravena atau subkutan tiga kali seminggu
 Transplantasi ginjal.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
 Hitung intake dan output yaitu cairan : 500 cc ditambah urine dan hilangnya cairan
dengan cara lain (kasat mata) dalam waktu 24 jam sebelumnya.
 Elektrolit yang perlu diperhatikan yaitu natrium dan kalium. Natrium dapat
diberikan sampai 500 mg dalam waktu 24 jam.
3. Penatalaksanaan Diet
 Kalori harus cukup : 2000 – 3000 kalori dalam waktu 24 jam.
 Karbohidrat minimal 200 gr/hari untuk mencegah terjadinya katabolisme protein
 Lemak diberikan bebas.
 Diet uremia dengan memberikan vitamin : tiamin, riboflavin, niasin dan asam folat.
 Diet rendah protein karena urea, asam urat dan asam organik, hasil pemecahan
makanan dan protein jaringan akan menumpuk secara cepat dalam darah jika
terdapat gagguan pada klirens ginjal. Protein yang diberikan harus yang bernilai
biologis tinggi seperti telur, daging sebanyak 0,3 – 0,5 mg/kg/hari.
G. Komplikasi
1. Hiperkalemia
2. Perikarditis, efusi pericardial
3. Hipertensi
4. Anemia
5. Penyakit tulang
6. Dehidrasi
7. Kulit : gatal gatal
8. Gastrointestinal : mual, muntah, anoreksia, dan dada seperti terbakar, bau nafas
menyerupai urin
9. Neurologis dan Pisikatri : kelelahan,kehilangan kesadaran, koma, iritasi neurologis
(tremor, ateriksis, agitasi, meningismus, peningkatan tonus otot bkejang
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian dengan pasien gagal ginjal kronik, meliputi :
 Identitas
 Keluhan utama
 Riwayat penyakit saat ini
 Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat Penyakit Keluarga
 Pemeriksaan Fisik
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan keluaran urine, diet berlebih
dan retensi cairan dan natrium.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual,
muntah, pembatasan diet dan perubahan membrane mukosa mulut.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk sampah
dan prosedur

INTERVENSI KEPERAWATAN

Dx. Tujuan Intervensi Rasional


Kelebihan volume Tujuan :  Identifikasi faktor  Untuk menentukan tindakan
cairan berhubungan
dengan penurunan Setelah dilakukan penyebab keperawatan

keluaran urine, diet asuhan keperawaan  Pembatasan cairan akan


berlebih dan retensi selama 3 x 24 jam  Batasi masukan cairan menentukan berat tubuh
cairan dan natrium klien dapat
ideal, haluaran urin, dan
mempertahankan berat
respon terhadap terapi.
tubuh ideal tanpa
kelebihan cairan.  Pemahaman meningkatkan
kerjasama pasien dan
Kriteria Hasil :  Jelaskan pada pasien
keluarga dalam pembatasan
dan keluarga tentang
Haluaran urine tepat cairan
pembatasan cairan.
dengan berat  Kenyamanan pasien
jenis/hasil lab meningkatkan kepatuhan
terhadap pembatasan diet.
mendekati normal.  Bantu pasien dalam  Diuretic bertujuan untuk
BB stabil. menghadapi menurunkan volume plasma
ketidaknyamanan akibat dan menurunkan retensi
TTV dalam batas
pembatasan cairan. cairan di jaringan sehingga
normal (RR: 16-24
x/menit; N: 60-100  Berikan diuretic menurunkan resiko terjadinya
x/menit; TD: 120/80; edema paru.
T: 36,5-37,5 0C)

Tidak ada edema

Turgor kulit baik

Membran mukosa
lembab

Perubahan nutrisi Tujuan :  Berikan makanan dalam  Memenuhi kebutuhan nutrisi


kurang dari kebutuhan porsi kecil tapi sering dengan meminimalkan rasa
tubuh berhubungan Setelah dilakukan
mual dan muntah
dengan anoreksia, mual, asuhan keperawatan  Beri nutrisi dengan diet  Memenuhi kebutuhan nutrisi
muntah, pembatasan diet selama 3x24 jam klien lunak, tinggi kalori adekuat
dan perubahan dapat
tinggi protein
membrane mukosa mempertahankan
mulut masukan nutrisi yang  Anjurkan kepada orang
adekuat tua klien/keluarga untuk  Menambah selera makan dan
memberikan makanan dapat menambah asupan
Kriteria Hasil : yang disukai nutrisi yang dibutuhkan klien
 Berikan antiemetik,
Nafsu makan
antasida sesuai indikasi
meningkat
 Mengatasi mual/muntah,
Tidak ada keluhan
menurunkan asam lambung
anoreksia, nausea.  Kaji kemampuan makan yang dapat memicu
klien mual/muntah
Porsi makan
dihabiskan  Untuk mengetahui perubahan
nutrisi klien dan sebagai
BB meningkat indikator intervensi
selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA

Ayi, Dian. 2013. Askep Gagal Ginjal


Kronik. http://smilebeautyfull.blogspot.com/2013/01/askep-gagal-ginjal-kronik.html .
Diakses pada tanggal 17 September 2013 pukul 12.05 WIB

Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk


Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC

Hendra. 2013. Askep Gagal Ginjal Kronik. http://riwayataskep.blogspot.com/2013/02/askep-


gagal-ginjal-kronik.html . Diakses pada tanggal 17 September 2013 pukul 12.02 WIB

Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi Konep Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.

Ridho Muhammad. 2012. Asuhan Keperawatan pada Pasien Gagal Ginjal


Kronik. http://ridhoinhealthy.blogspot.com/2012/07/asuhan-keperawatan-pada-penderita-
gagal_31.html . Diakses pada tanggal 4 Oktober 2013 pada pukul 12.11 WIB

Sibuea, Dr.W.Herdin. 2005. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Rineka Cipta


Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC

Tollen, Zainal. 2013. Askep Gagal Ginjal


Kronik. http://zallien.blogspot.com/2013/06/asykep-gagal-ginjal.html . Diakses pada tanggal
4 Oktober 2013 pada pukul 12.17 WIB

Anda mungkin juga menyukai