Anda di halaman 1dari 78

i

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN


PERAWAT DALAM PELAKSANAAN HAND HYGINE SEBELUM DAN
SESUDAH MELAKUKAN TINDAKAN KEPERAWATAN DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS PANGGUNG JAYA

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :

ANDI SAPUTRA
NPM 2021206203071P

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
LAMPUNG
2022

i
Daftar Riwayat Hidup

Data Diri

Nama : Andi Saputra

Tempat Tanggal Lahir : Panaragan Jaya, 16 Mei 1986

Jenis kelamin : Laki-Laki

Setatus Perkawinan : Menikah

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Ayah : Bpk Sumardi

Ibu : Alm. Ibu Rusilah

Riwayat Pendidikan

1. SDN 002 Panaragan Jaya 1993-1998

2. SMPN 02 Tulang Bawang Tengah 1998-2001

3. SMUN 01 TUMIJAJAR 2001-2004

4. D3 Akper Panca Bhakti Bandar Lampung 2004-2007

5. Universitas Muhamadiyah Pringsewu 2021-sekarang

ii
PERSEMBAHAN

Skripsi ini Penulis persembahkan kepada :

1. Alm. Ibunda dan Ayahanda yang selalu menyayangi, membimbing, dan

mendoakan untuk keberhasilan dalam studi anaknya.

2. Istri dan anakku tercinta Nindy dan xaviera yang selalu memberikan

semangat dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini, serta selalu

menanti dan siap menerima keberhasilan studiku.

3. Rekan-rekan mahasiswa seperjuangan yang selalu membantu dan

memberikan motivasi kepada penulis.

4. Almamater Fakultas Universitas Muhammadiyah Pringsewu yang sangat

penulis cintai.

iii
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan pertolongannya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian dan penyusunan skripsi ini dengan judul “Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Kepatuhan Perawat Dalam Pelaksanaan Hand Hygine

Sebelum Dan Sesudah Melakukan Tindakan Keperawatan Di Wilayah Puskesmas

Panggung Jaya Tahun 2022”.

Penulisan skripsi ini disusun agar memenuhi salah satu syarat dalam

menyelesaikan pendidikan Sarjana (Strata 1) pada Program Studi S1 Keperawatan

di Universitas Muhammadiyah Pringsewu. Penulis memahami, bantuan dan

bimbingan yang diberikan selama penulis menempuh pendidikan sangat berarti

bagi penulis. Oleh sebab itu, ucapan terima kasih penulis berikan kepada:

1. Ibu Elmi Nuryati, M. Epid, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Pringsewu.

2. Ibu Ns. Rita Sari, M.Kep, selaku Ketua Program Studi S1 Ilmu

Keperawatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu.

3. Ibu Ns. Desi Kurniati, M.Kep, Sp.Kep.An, selaku Dosen pembimbing I.

4. Ibu Ns. Desi Ari M.Y, M.Kep, Sp.Kep.Mat, selaku Dosen pembimbing II.

5. Istri dan anak tercinta, serta keluarga yang tiada henti – hentinya

senantiasa memberikan Doa dan dukungan baik secara moril maupun

materil.

iv
6. Seluruh dosen dan staf Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Universitas

Muhammadiyah Pringsewu yang telah berkenan membuka wawasan ilmu

pengetahuan kepada penulis.

7. Kepala Puskesmas Panggung Jaya serta seluruh staff yang telah berkenan

membantu dalam pengambilan data penulis.

8. Rekan-rekan seangkatan yang telah bersama-sama dalam suka maupun

duka selama proses studi pada Program Studi S1 Keperawatan di

Universitas Muhammadiyah Pringsewu.

Harapan penulis kedepan semoga skripsi ini dapat dilanjutkan dan

dipertahankan pada akhir studi yang penulis tempuh di Universitas

Muhammadiyah Pringsewu ini, dan semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi

para pembaca. Akhir kata, penulis sadar bahwa skripsi ini masih memiliki banyak

kekurangan. Semoga Allah SWT memberi balasan yang setimpal dengan bantuan

yang pembaca berikan untuk penulis.

Pringsewu, Januari 2023

Andi saputra

v
DAFTAR ISI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................................ii


PERSEMBAHAN...................................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................viii
DAFTAR TABEL...................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan masalah.........................................................................................6
C. Tujuan penelitian...........................................................................................6
1 Tujuan umum...........................................................................................6
2 Tujuan khusus..........................................................................................6
D. Ruang lingkup penelitian..............................................................................7
E. Manfaat Penelitian........................................................................................7
1 Manfaat Teoritis......................................................................................7
2 Manfaat Metodologis...............................................................................8
3 Manfaat Praktis........................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................12
A Hand Hygine...............................................................................................12
1 Definisi Hand Hygine............................................................................12
2 Tujuan Hand Hygine.............................................................................13
3 Indikasi Hand Hygine............................................................................13
5 Macam Hand Hygine.............................................................................18
6 Teknik hand Hygine..............................................................................19
7 Hal-hal yang Diperhatikan Dalam Hand Hygine antara lain:...............24
8 Kepatuhan..............................................................................................25
B Kerangka Teori...........................................................................................44
C Kerangka Konsep........................................................................................45
D Hipotesis......................................................................................................46

vi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................47
A. Desain Penelitian.........................................................................................47
B. Variabel Penelitian......................................................................................47
C. Definisi Operasional...................................................................................48
D. Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................................50
E. Populasi dan Sampel...................................................................................50
F. Langkah-langkah dalam pengumpulan dan Manajemen Penelitian di
Lapangan............................................................................................................52
G. Intrumen Penelitian.....................................................................................53
H. Teknik dan Analisa Data.............................................................................54

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Teori...................................................................................44


Gambar 3.3 Kerangka Konsep...............................................................................45

DAFTAR TABEL

viii
Tabel 3.1 Definisi Operasional .............................................................................48

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Puskesmas sebagai intansi pelayanan kesehatan yang berhubungan langsung

dengan pasien harus mengutamakan pelayanan kesehatan yang aman, sesuai

dengan standar pelayanan. Pasien yang sedang menjalani perawatan di puskesmas,

baik dengan penyakit dasar tunggal maupun pasien dengan penyakit dasar lebih

dari satu, secara umum keadaannya tentu kurang baik, sehingga daya tahan

tubuhnya menurun. Hal ini akan mempermudah terjadinya infeksi silang karena

kuman– kuman, virus dan sebagainya akan masuk ke dalam tubuh penderita

dengan mudah. Infeksi atau yang sekarang disebut sebagai infeksi yang

berhubungan dengan pelayanan kesehatan atau Health-care Associater Infection

(HAIs) merupakan masalah penting di seluruh dunia yang meningkat.

(Nurahmani, 2018)

World Health Organization (WHO) tahun 2015 Prevalensi HAIs di rumah sakit

dunia mencapai 9% atau kurang lebih 1,40 juta pasien rawat inap di rumah sakit

seluruh dunia terkena infeksi nosokomial. Penelitian yang dilakukan oleh WHO

menunjukkan bahwa sekitar 8,70% dari 55 rumah sakit di 14 negara yang berada

di Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara, dan Pasifik menunjukkan adanya HAIs.

Prevalensi HAIs paling banyak di Mediterania Timur dan Asia Tenggara yaitu
2

sebesar 11,80% dan 10% sedangkan di Eropa dan Pasifik Barat masingmasing

sebesar 7,70% dan 9%

Prevalansi HAls di Negara-negara berpendapatan tinggi berkisar antara 3,5-

12% sementara prevelensi di Negara-negara berpendapatan rendah dan menengah

berkisar antara 5,7-19,1% ,termasuk 7,1% di Indonesia ( Hasan, 2016). Kejadian

infeksi nasokomial di Indonesia masih sanagat tinggi, , masih di temukan infeksi

sebesar 55,1% untuk rumah sakit pemerintah dan 35,7% untuk rumah sakit

sewasta. Di Negara-negara berkembang termasuk Indonesia prevalensi rata-rata

terjadinya infeksi adalah 9,1% dengan variasi 6,1% - 16,0%. (EWP. Sari, 2016).

Penelitian yang dilakukan Trisakti (2014) di Rumah Sakit Umum Dr. H. Abdul

Moeloek , jenis penelitian kuantitatif jumlah populasi adalah seluruh ruang

perawatan yang berjumlah 16 ruang perawatan. Didapatkan hasil penelitian

menggunakan uji regresi sederhana menunjukan adanya hubungan linier antara

jumlah angka kuman udara dalam ruangan perawatan rumah sakit Umum Dr. H.

Abdul Moeloek (p value = 0,057).

Puskesmas Panggung Jaya Mesuji merupakan puskesmas rawat inap dengan

fasilitas dan kemampuan medik lebih banyak di bandingkan puskesmas rawat

jalan di wilayah Mesuji, sehingga setiap hari Puskesmas Panggung Jaya di padati

oleh banyaknya pasien yang masuk serta pengunjung. Bedasarkan data yang

dilaporkan tim pencegahan dan pengendalian infeksi Puskesmas Panggung Jaya

terbanyak pada tahun 2021 ditemukan infeksi kasus Covid 19 sebanyak 20% dari

tenaga kesehatan yang berkerja di Puskesmas Panggung jaya


3

Data penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo,

Makassar di dapatkan angka kejadian infeksi nosokomial sebanyak 18,78%.

(Hasanuddin, 2010), Hal ini dikuatkan pula oleh Saragih dan Rumapea(2010)

dalam penelitian yang dilakukan di rumah sakit Columbia Asia Medan didapatkan

angka kejadian infeksi nosokomial sebesar 6 %. Menurut Hilmawaty (2020)

kejadian nosokomial di puskemas Dungingi, Gorontalo kejadian infeksi

nosokomial sebanyak 15%.

Mencuci tangan lima momen untuk petugas kesehatan yang benar berdasarkan

standar Word Health Organization (WHO) yaitu : sebelum bersentuhan dengan

pasien, sebelum melakukan prosedur bersuh atau seteril, setelah bersentuhan

dengan cairan tubuh pasien , setelah bersentuhan dengan lingkungan pasien

(WHO 2017). Beberapa hasil penelitian kepatuhan hand hygine perawat dalam

menjaga dirinya melalui upaya membersihkan tangan masih sangat rendah. Hal ini

biasa diketahui dari data riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 yang

menunjukkan baru 47,0% petugas kesehatan yang berprilaku benar dalam hand

hygine.

Dasar kewaspadaan universal adalah melalui hand hygine secara benar,

pengunaan alat pelindung, desinfeksi dan pencegahan tusukan alat tajam, dalam

upaya mencegah transmisi mikroorganisme melalui darah dan cairan tubuh.

Kegagalan untuk melakukan kebersihan tangan dan kesehatan tangan yang tepat

dianggap sebagai sebab utama terjadinya infeksi rumah sakit dan penyebaran

multiresistensi di ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan telah diakui


4

sebagai kontributor yang penting terhadap timbulnya wabah. (Jamaludin ,dkk,

2012)

Pelaksanaan hand hygine itu sediri belum mendapat perhatian yang serius di

berbagai instansi kesehatan di Indonesia, kegagalan dalam pelaksanaan hand

hygine di picu oleh keterbatasan ketersediaan fasilitas hand hygiene, seperti

wastafel, handuk kertas, pengering tangan dan cairan antiseptic. Namun ketika

sudah ada ketersediaan fasilitas , kendala berikut adalah kurangnya kesadaran

petugas kesehatan (perawat) untuk melakukan prosedur hand hygiene. Lowrance

Green dalam Notoadmodjo (2010) mengemukanan bahwa prilaku dipergaruhi

oleh 3 faktor utama adalah Faktor predisposisi yang mencakup (Pengetahuan,

sikap, motivasi, kepercaan, keyakinan dan nilai-nilai). Faktor pendukung yang

mencakup (tersedia atau tidak tersedianya ketersediaan fasilitas atau sarana

kesehatan lain), dan Faktor pendorong yang mencakup (sikap dan perilaku

petugas perawat).

Menurut peneliti Yenni Harianti di RSUD dr. Zainal Abidin Banda Aceh, 2016

dengan judul hubungan karakteristik perawat dalam kepatuhan melakukan

kebersihan tangan, .tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan dapat

diketahui bahwa tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan kebersihan tangan

berada pada katagori tidak patuh (91,5%). Sementara yang paling tinggi tingkat

kepatuhan dalam melakukan kebersihan tangan berada pada moment setelah

kontak dengan pasien yaitu 85,5%, yang paling rendah tingkat kepatuhan dalam

melakukan kebersihan tangan berada pada moment sebelum kontak dengan pasien

yaitu 19,6% dan tingkat kepatuhan rata-rata yaitu 54,3% (14)


5

Perawat mempunyai peran besar dalam rantai transmisi infeksi ini. Akan tetapi

kepatuhan hand hygine sering kali kurang optimal. Perawat sering kali mencuci

tangan hanya sebelum dan sesudah menangani pasien saja. Penelitian yang di

lakukan pada 40 rumah sakit yang melaporkan bahwa kepatuhan tenaga kesehatan

yang melakukan hand hygine sebelum dan setelah berfariasi antara 24% sampai

89% rata-rata 56,6% (Ananingsih, 2016).

Hasil survey awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 6 s.d 22 Oktober 2022

di Puskesmas Panggung jaya dengan melakukan observasi 10 orang perawat di

ruang rawat inap, yang tidak melakukan hand hygiene sebelum tindakan 4 orang

(20%) dan sesudah melakukan tindakan keperawatan 3 orang (40%), sebelum

sebelum dan sesudah melakukan tindakan 3 orang (40%). Dari hasil wawancara

yang dilakukan peneliti kepada kepala ruangan mengatakan bahwa “jenis hand

hygiene yang di gunakan air mengalir (wastafel) Cuma tersedian di ruang

Nerstion. Hand hygiene yang di gunakan di ruangan ini adalah handrub yang

tersedian di setiap sudut ruangan tetapi tidak berfungsi di karenakan handrub

sering tidak ada.

Oleh karena itu penelitian ini dilakukan terhadap perawat untuk mengkaji

tingkat kepatuhan perawat dalam memalkukan hand hygine serta faktor-faktor

yang memepengaruhinya. Kepatuhan perawat dalam melakukan hand hygine

sangat penting dilakukan , karena ketidakpatuhan dapat menimbulkan dampak

antara lain: Bagi pasien, penambahan diagnosa penyakit dan memperpanjang

jumlah hari rawatan sehingga dapat menyebabkan kematian. Bagi pengunjung,

dapat menularkan kepada orang lain setelah meninggalkan puskesmas. Bagi


6

perawat, akan menjadi pembawa kuman yang menularkan ke pasien lain dan diri

sendiri. Bagi puskesmas, akan menurunkan mutu puskesmas.

Melihat fenomena di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang

berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Perawat Dalam

Pelaksanaan Hand Hygiene Sebelum dan sesudah melakukan Tindakan

Keperawatan Diwilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Panggung Jaya”.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dapat di rumuskan masalah

penelitian ini adalah faktor apakah yang Berhubungan Terhadap Kepatuhan

Perawat dalam Hand Hygiene sebelum dan sesudah melakukan tindakan di

Puskesmas Panggung Jaya Tahun 2022.

C. Tujuan penelitian

1 Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang

memengaruhi perawat terhadap kepatuhan dalam hand hygiene sebelum

dan sesudah melakukan tindakan didi puskesmas panggung jaya Tahun

2022.

2 Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui Kepatuhan perawat dalam melakukan hand hygiene

sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan di puskesmas

panggung jaya tahun 2022.


7

b. Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan perawat

dalam melakukan hand hygiene sebelum dan sesudah melakukan

tindakan keperawatan di puskesmas panggung jaya tahun 2022.

c. Untuk mengetahui Hubungan Sikap Dengan Kepatuhan perawat dalam

melakukan hand hygiene sebelum dan sesudah melakukan tindakan

keperawatan di puskesmas panggung jaya tahun 2022.

d. Untuk mengetahui Hubungan Ketersediaan Sarana Dengan Kepatuhan

perawat dalam melakukan hand hygiene sebelum dan sesudah

melakukan tindakan keperawatan didi puskesmas panggung jaya tahun

2022.

D. Ruang lingkup penelitian

Topik yang diteliti adalah kepatuhan dalam melakukan hand hygine

sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan di Puskesmas Panggung

Jaya, Kecamatan Rawajitu Utara. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember

2022. Populasi penelitian ini adalah seluruh nakes yang bekerja di puskesmas

panggung jaya sebanyak 20 orang. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 20

responden. Metode penelitian ini adalah analitik deskriptif dengan pendekatan

cross sectional. Adapun data yang digunakan adalah data primer yaitu berupa

pembagian kuesioner kepada responden. Untuk mengetahui hasil, peneliti

menggunakan Chi-square untuk melihat adanya hubungan antara kedua variabel

menggunakan alat bantu pengolahan SPSS statistic windows versi 21.


8

E. Manfaat Penelitian

1 Manfaat Teoritis

Secara keilmuan hasil penelitian dapat bermanfaat untuk referensi

pada penelitian selanjutnya, namun hasil dari penelitian hanya bersifat

mengonfirmasi teori yang sudah ada, tidak menghasilkan teori baru.

2 Manfaat Metodologis

Hasil penelitian ini secara metodologis tidak menghasilkan metodologi

baru, peneliti hanya menggunakan dan mengembangkan metode yang sudah

ada

3 Manfaat Praktis

a. Bagi Universitas Muhammadyah Pringsewu

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi

untuk memperluas wawasan mahasiswa mengenai Hand Hygine

b. Bagi Responden

Dengan mengikuti penelitian ini responden dapat mengetahui

seberapa besar tingkat kepatuhan dan motivasinya dalam melakukan

Hand Hygine. Sehingga dapat meminimalisir terjadinya penularan

penyakit.

c. Bagi Peneliti
9

Penelitian ini dapat menjadi pengalaman berharga dalam

menerapkan ilmu metode penelitian serta menambah pengetahuan dan

wawasan tentang Hand Hygine, khususnya untuk perawat,

d. Bagi Puskesmas Panggung Jaya

Menjadi acuan bagi pihak puskesmas panggung jaya dalam

meningkatan kepatuhan Hand hygine, dan memberikan Pendidikan

kepada pasien betapa pentingnya hand hygine untuk dilakukan dalam

upaya meminimalisir terjadinya penularan penyakit.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A Hand Hygine

1 Definisi Hand Hygine

Hang hygine adalah istilah umum yang berlaku baik untuk hand

hygine dengan sabun antiseptik, maupun handrup antiseptik. Pada tahun

1988 dan 1995, pedoman hand hygine dan antisepsis tangan di terbitkan

association for profesionals in infection controls (APIC) (Byoce dan Patted,

2022).

Hand hygine adalah proses yang secara mekanis melepaskan kotoran

dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air. Hand

hygine adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanis dari kulit

kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air. (Depkes RI, 2015)

Hand hygine adalah membasahi tangan dengan air mengalir untuk

menghindari penyakit, agar kuman yang menempel pada tangan benar-benar

hilang. Hand hygine juga mengurangi pemindahan mikroba ke pasien dan

menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang berada pada kuku, tangan

dan lengan. Teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan

pengontrolan penularan infeksi adalah hand hygine (M. Azhari, 2017)

Hand hygine dilakukan sebelum dan sesudah melakukan tindakan

keperawatan walaupun memakai sarung tangan dan alat perlingungan diri

lain. Tindakan ini untuk mengurangi mikroorganisme yang ada ditangan


13

sehingga penyebaran infeksi dapat dikurangi. Jadi, hand hygiene adalah

tindakan membersihkan kedua tangan dari mikroorganisme, debu, dan

kotoran dengan cara menggosok kedua tandan dengan mengunakan air dan

sabun secara bersamaan kemudian dibilas dengan air mengalir.(Arfianti,

2010)

2 Tujuan Hand Hygine

Tujuan hand hygine menurut Departemen Kesehatan RI (2010) adalah

sebagai berikut:

1 Meminilamkann atau menghilangkan mikroorganisme yang ada di tangan

2 Mencegah perpindahan mikroorganisme dari lingkungan ke pasien dan

dari pasien ke petugas (infeksi silang).

3 Indikasi Hand Hygine

Indikasi saat melakukan hand hygine adalah sebelum dan setelah kontak

dengan pasien atau melakukan prosedur, seperti mengganti balutan,

menggunakan tempat sputum, melakukan injeksi, penggantian infus, drainase

atau darah. Sebelum dan sesudah memegang pelatanan yang digunakan pasien.

Setelah kontak dengan cairan tubuh dan sebelum prosedur aseptic, ( (WHO,2009

dalam Agustanti, N., & D. Rokhanawati. 2017)

Hand hygiene atau membersihkan dillakukan pada saat :

1. Setalah menangani darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi dan benda-benda

yang tekontaminasi dan Setiap kontak dengan pasien yang berbedalosis

adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri


14

2. Setiap tugas dan tindakan pada pasien yang sama untuk mencegah

kontaminasi silang pada tenpat yang berbenda dan Segera setelah melepas

sarung tangan

Menggunakan sabun biasa, sabu antimiroba atau cairan antiseptic

Jika tangan tidak terlihat kotor gunakan agen antiseptik yang mengandung

sedikit air dan alkohol untuk menghilangkan kontaminasi pada tangan

secara rutin pada semua situasi klinis yaitu ((WHO,2009 dalam Agustanti,

N., & D. Rokhanawati. 2017)

3. ):

a. Setelah kontak dengan kulit klien (ketika sedang memeriksa frekwensi

nadi, tekanan darah, mengangkat klien, injeksi, atau menganti infus)

b. Sebelum makan

c. Setelah kontak dengan cairan tubuh atau sekret, membran mokosa, kulit

yang tidak utuh atau perban luka selama tangan tidak kotor.

d. Ketika berpindah dari bagian tubuh yang terkontaminasi ke bagian

tubuh yang bersih saat merawat klien.

e. Setelah kontak dengan objek benda mata di daerah sekitar klien.

f. Sebelum merawat klien dengan netropeni berat atau bentuk supresi

imun berat lain.

g. Sebelum memasang kateter urine atau alat invasif lainnya.

h. Setalah melepas sarung tangan

Mengindikasikan hand hygine sebagai berikut (WHO,2009 dalam

Agustanti, N., & D. Rokhanawati. 2017)


15

a. Hand hygiene dengan air dan sabun ketika terlihat kotor atau terpapar

dengan darah atau cairan tubuh lainnya atau setelah menggunakan toilet

b. Sebelum dan sesudah menyentuh pasien

c. Setelah melakukan prosedur invasif dengan atau tanpa mengunakan

sarung tangan

d. Setelah bersentuhan dengan kulit yang tidak intact, membrane mukosa,

atau balutan luka.

e. Bila berpindah dari satu bagian tubuh yang terkontaminasu ke bagian

tubuh yang lainnya dalam satu perawatan pada pasien yang sama.

f. Setelah kontak dengan peralatan medis

g. Setelah melepaskan sarung tangan steril dan non steril

h. Sebelum pemberian medikasi atau mempersiapkan makanan hand

hygine menggunakan alkohol, handrub atau hand hygiene dengan sabun

anti bakterial dengan air mengalir.

Indikasi hand hygine menurut World Health Organization dalam “My 5

Moments for Hand Hygiene”. yaitu :

Sebelum kontak Kapan? Bersihkan tangan sebelum menyentuh pasien Kapan?


dengan pasien Untuk menlindungi pasien dari bakteri
pathogen yang ada pada tangan petugus
Sebelum Kenapa ? Bersihkan tangan segera sebelum melakukan
melakukan tindakan aseptic
tindakan asptik Kenapa?Untuk melingungi pasien dari bakteri patogen,
termasuk yang berasal dari permukaan tubuh pasien sendiri,
memasuki bagian dalam tubuh.
Setelah kontak Kapan? Bersihkan tangan setelah kontak atau resiko kontak
dengan cairan dengan cairan tubuh pasien (dan setelah melepas sarung
tubuh pasien tangan)
16

Kenapa? Untuk melindungi perawat da area sekelilingnya


bebas dari bakteri patogen yang berasal dari pasien.
Setelah kontak Kapan? Bersihkan tangan setelah menyentuh pasien, sesaat
dengan pasien setelah meninggalkan pasien.
Kepana? Melingungi perawat dan area sekelilingnya bebas
dari bakteri patogen yang berasal dari pasien
Setelah kontak Kapan? Bersihkan tangan setelah menyentuh objek atau
dengan area furniture yang ada disekitar pasien, walaupun tidak menyentuk
sekitar pasien dari pasien
Kenapa? melindungi perawat dari bakteri patoge yang berasal
dari pasien.

4 Sarana Hand Hygine

Sarana adalah segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan

ketersediaan fasilitas yang berfungsi sebagai alat utama dan pembantu

dalam pelaksanaan pekerjaan, dan juga dalam rangka kepentingan yang

sedang berhubungan dengan organisasi kerja. Pengertian lain dari sarana

dan prasarana adalah seperangkat alat yang digunakan dalam suatu proses

kegiatan baik alat tersebut merupakan peralatan pembantu maupun

peralatan utama, yang keduanya berfungsi untuk mewujudkan tujuan yang

hendak dicapai dan dalam hal ini sarana yang dimaksud yaitu sarana yang

berkaitan dengan hand hygine. (WHO,2009 dalam Agustanti, N., & D.

Rokhanawati. 2017)

a. Air mengalir

Sarana utama utama hand hygiene adalah air mengali dengan saluaran

pembuangan atau bak penampungan yang memadai. Dengan guyuran air

mengalir tesebut maka mekroorganisme yang terlepas karena gesekan

mekanis atau kimiawi saat hand hygiene akan terhalau dan tidak

menempel lagi dipermukaan kulit. Air mengalir tersebut dapat berupa kran
17

atau dengan cara mengguyur dengan gayung, namun cara menguyur

dengan gayung memiliki risiko cukup besar untuk terjadinyaa

pencermaran, baik melalui gagang gayung ataupun percikan air bekas

cucian kembali ke bak penampung air bersih. Air kran bukan berarti harus

PAM, namun dapat diupayakan secara sederhana dengan tangki berkran di

ruang pelayanan/perawatan kesehatan agar mudah dijangkau oleh para

petugas kesehatan.

b. Sabun dan Deterjen

Bahan tersebut tidak membunuh mikroorganisme tertapi menghambat dan

mengurangi jumlah mikroorganisme dengan jalan mengurangi tegangan

permukaan sehingga mikroogarnisme terlepas dari permukaan kulit dan

mudah terbawa oleh air. Jumlah mikroorganisme semakin berkurang

dengan meningkat frekuensi hand hygiene, namun di lain pihak dengan

seringnya menggunakan sabun dan deterjen maka lapisan lemak kulit akan

hilang dan membuat kulit terjadi kering dan pecah-pecah. Hilangnya

lapisan lemak akan memberikan peluang untuk tumbuhnya kembali

mikrooganisme.

c. Larutan Antiseptik

Larutan antiseptik atau disebut juga antimikroba topical, dipakai pada kulit

atau jaringan hidup lainnya untuk menghambat aktivitas atau membunuh

mikrooganisme pada kulit. Antiseptik memiliki bahan kimia yang

memungkinkan untuk mengunakan pada kulit dan selaput mukosa.

Antiseptik memiliki keragaman dalam efektivitas, aktivitas, akibat dan


18

rasa pada kulit setelah dipakai sesuai dengan keragaman jenis antiseptik

tersebut dan reaksi kulit masing-masing individu. Kulit manusia tidak

dapat disterilkan. Tujuan yang ingin dicapai adalah penurunan jumlah

mikrooganisme pada kulit secara maksimal terutama kuman transien.

Kreteria memiliki antiseptik adalah sbb :

1. Memiliki efek yang luas, menghambat atau merusak mikrooganisme

secara luas (gram positif dan gram negatif, virus lipofilik, basilus dan

tuberkulisis, fungsi, endospora)

2. Efektifitas

3. Kecepatan aktivitas awal

4. Efek residu, aksi yang lama setelah pemakaian untuk meredam

perumbuhan

5 Macam Hand Hygine

Hand hygiene medis dibedakan menjadi 3 jenis yaitu : (WHO,2009

dalam Agustanti, N., & D. Rokhanawati. 2017)

a. Handcrub: menggunakan gel dengan alkohol selama 20-30 detik

(dilakukan 4 gerak setiap langkah hand hygiene secara berulang)

dilakukan pada saat tangan tidak kotor

b. Handwash; menggunakan air mengalir dengan sabun selama 40-60 detik

(dilakukan 8 gerakan setiap langkah hand hygiene berulang) dilakukan

pada saat tangan dan setelah melakukan 5 kali melakukan handrub.


19

c. Hand Hygiene bedah; suatu upaya membersihkan tangan dari benda asing

dan mikrooganisme dengan menggunkan metode yang paling maksimal

sebelum melakukan prosedur bedah. Upaya mengurangi mikrooganisme

potoge pada area tangan, hand hygiene metode bedah dilakukan dengan

sangat hati-hati dan dalam waktu relatif lama. Pelaksanaan tangan dengan

hand hygiene efektif membutuhkan waktu sekitar 2-4 menit.

Membersihkan tangan merupakan pilar dan indicator mutu dalam

mencegah dan mengendalikan infeksi, sehingga wajib dilakukan setiap

petugas rumah sakit. Membersihkan tangan dapat dilakukan dengan hand

hygiene dengan air mengalir (handwash) dan menggunkan antiseptik

berbasis alkohol (handrub).

6 Teknik hand Hygine

Membersihkan tangan merupakan pilar dan indicator mutu dalam

mencegah dan mengendalikan infeksi, sehingga wajib dilakukan setiap

petugas rumah sakit. Membersihkan tangan dapat dilakukan dengan hand

hygiene dengan air mengalir (handwash) dan menggunkan antiseptik

berbasis alkohol (handrub) (WHO,2009 dalam Agustanti, N., & D.

Rokhanawati. 2017).

a. Hand hygiene dengan air mengalir (handwash)

Hand hygiene dengan air mengalir dan sabun merupakan teknik hand

hygiene yang paling ideal. Dengan hand hygiene , kotoran tak terlihat dan

bakteri patogen yang terdapat pada area tangan dapat dikurangi secara

maksimal. Hand hygiene dengan hand hygiene disarankan untuk


20

melakukan sesering mungkin, bila kondisi dan sumber daya

memungkinkan. Pelaksanaan hand hygiene dengan hand hygiene efektif

membutuhkan waktu 40-6- detik, dengan langkah sebagai berikut :

1. Basahi tangan dengan air mengalir

2. Tuangkan sabun kurang lebih 5 cc untuk menyabuni seluruh

permukaan tangan.

3. Mulai teknik enam langkah :

a. Gosok tangan dengan posisi telapak pada telapak tangan

b. Gosok telapak tangan kanan diatas punggun tangan kiri dengan

jari-jari saling menjalin dan sebaliknya.

c. Gosok kedua telapak tangan dan jari-jari saling menjalin

d. Gosok punggung jari-jari pada telapak tangan yang berlawanan

dengan jari-jari saling mengunci.

e. Gosok memutar ibu jari kiri dengan tangan kanan mengunci pada

ibu jari tangan kiri dan sebaliknya.

f. Gosok kuku jari-jari kiri memutar pada telapak tangan kanan dan

sebaliknya.

4. Bilas tangan dengan air mengalir

5. Keringkan tangan sekering mungkin dengan tisu.

6. Gunakan tisu untuk mematikan kran.

b. Hand hygiene menggunakan antiseptik berbasis alkohol (handrub)

Pada pelaksanaan hand hygiene, hand hygiene terkadang tidak dapat

dilakukan karena kondisi atau keterbatasan sumber daya. Banyak pasie


21

yang kontak dengan petugas dalam satu waktu, atau salitnya mendapatkan

sumber air bersih yang memadai menjadi kendala dalam melaksanakan

hand hygiene dengan hand hygiene. Dengan alasan ini, WHO

menyarankan alternatif lain dalam melakukan hand hygiene, yaitu dengan

handrub berbasis alkohol.

1. Keuntungan Handcrub

WHO merekomendasikan handrub berbasis alkohol kerena beberapa

hal sebagai berikut :

a) Berdasarkan bukti, keutungan intrinsik dari reaksinya yang cepat,

efektfif terhadap aktifitas mikroba spectrum luas dengan resiko

minimal terhadap resistensi mikro bacterial.

b) Cocok untuk digunakan pada area untuk ketersediaan fasilitas

kesehatan dengan akses dan dukungan sumber daya yang berbtas

dalam hal ketersediaan fasilitas i hand hygiene (termasuk air

bersih, tisu, handuk, dan sebagainya)

c) Kemampuan promotif yang lebih besar dalam mendukung upa

hand hygiene karena prosesnya yang cepat dan lebih nymana untuk

dilakukan.

d) Keuntungan finansial, mengurangi biaya yang perlu dikeluarkan

rumah sakit.

e) Resiko minimal terhadap adverse avent karena meningkatnya

keamanan, berkaitan dengan akseptabilitas dan toleransinya

dibandingkan dengan produk lain.


22

2. Teknik Hand Hygine menggunakan Handcrub

Pelaksanaan membersihkan tangan dengan menggunakan alkohol

based handcrub efektif membutuhkan waktu sekitar 20-30 detik

melalui 6 langkah kebersihan tangan. Prosedur ini dimulai dengan

menuangkan 3-5 ml handrub kedalam telapa tangan :

a) Menggosok bagia dalam telapa tangan

b) menggosok punggung tangan bergantian

c) Menggosok sela-sela jari tangan

d) Menggosok ruas jari tangan dengan mengaitkan kedua tangan

e) Menggosok ibu jari tangan bergantian

f) Menggosok ujung jari tangan.

c. Hand hygiene metode bedah

Hand hygiene metode bedah adalah suatu upaya membersihkan

tangan dari benda asing dan mikroorganisme dengan menggunakaan

metode yang paling maksimal sebelum melakukan prosedur bedah.

Dengan tujuan tertinggi dalam upaya mengurangi mikoorganisme patogen

pada area tangan, hand hygiene metode bedah melakukan dengan sangat

hati-hati dalam waktu yang relatif lebih lama. Pelaksanaan membersihkan

dengan hand hygiene efektif membutuhkan waktu sekitar 2-6 menit

melalui 3 tahap dengan langkah-langkah : (WHO,2009 dalam Agustanti,

N., & D. Rokhanawati. 2017).

1. Membasahi tangan dengan air mengalir, dimulai dari ujung jari sampai

2 cm diatas siku.
23

2. Menempatkan sekitar 15 ml (3x tekanan dispenser) cairan handrub

ditelapak tangan kiri, dengan menggunakan siku lengan yang lain atau

dengan dorongan lutut untuk megoperasikan dispenser.

3. Meratakan dan menggosok cairan handrub

4. Ratakan dengan kedua telapak tangan dilanjutkan dengan menggosok

pungung, sela-sela jari tangan kiri dan kanan dan sebaliknya.

5. Kedua telapa tangan, jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling

menggosok dan mengait dilanjutkan dengan membersihkan kedua inu

jari dan ujung kuku jari bergantian.

6. Mengambil pembersih kuku dan bersihkan dalam air mengalir

7. Mengambil sikat steril yang sudah berisi cairan handrub

8. Menyikat tangan kanan dan tangan kiri bergantian

9. Kuku dengan gerakan searah dari atas kebawah pada kedua tangan.

10. Jari-jari seakan mempunyai empat sisi, sela jari, secara urut mulai dari

ibu jari sampai dengan kelingking.

11. Telapak tangan, punggung melalui gerakan menglingkar

12. Daerah pergelangan tangan atas siku dengan gerakan melingkar.

13. Ulangi cara ini pada tangan selama 2 menit.

14. Membilas tangan dengan air mengalir dari arah ujung jari ke siku

dengan memposisikan tangan tegak.

15. Lakukan sekali lagi menyikat tangan kanan dan tangan kiri

16. Kuku dengan gerakan tegak searah dari atas kebawah pada kedua

tangan
24

17. Jari-jari seakan mempunyai empat sisi, sela-sela jari, secara urut mulai

dari ibu jari sampai dengan kelingking.

18. Telapak tangan dan punggung dengan gerakan melingkar.

19. Daerah pergelangan tangan atas sampai dengan siku dengan gerakan

melingkar dilakukan selama 2 menit.

20. Membiarkan air menetes dari tangan sampai dengan siku.

21. Mengeringkan menggunakan handuk steril yang dibagi dua bagia, satu

bagian untuk tangan kiri dan bagian yang lain untuk tangan kanan.

22. Memutar dari jari-jari tangan ke arah siku

23. Meletakan handuk pada tempat yang disediakan,.

7 Hal-hal yang Diperhatikan Dalam Hand Hygine antara lain:

Sebelum dan sesudah melakukan hand hygiene, ada hal-hal yang

harus diperhatikan agar tujuan hand hygiene dapat tercapai, diantaranya

adalah: (WHO,2009 dalam Agustanti, N., & D. Rokhanawati. 2017).

a. Perawatan kuku tangan

Kuku tangan harus dalam keadaan bersih dan pendek. Kuku yang panjang

dapat menimbulkan potensi akumulasi bakteri patoge yang terdapat

dibawah kuku.

b. Akesoris

Tidak diperkenankan mempergunakan perhiasan pada area tangan seperti

cincin, karena adanya resiko akumulasi bakteri patogen pada perhiasan

yang dicapai.

c. Kosmetik
25

Kosmetik yang dipakai petugas kesehatan seperti cat kuku, dapat

menyimpankan bakteri patogen, juga dapat terlepas dari tangan dan

berpindah saat melakukan kontak dengan pasien. Hal ini sangat berbahaya

dan disarankan untuk tidaka dilakukan.

d. Penggunaan handuk atau tisu

Pengeringan tangan sebaiknya menggunakan tisu disposable. Namun bila

terapat keterbatasan dalam sumber daya, handuk yang bersih juga dapat

digunakan sekali, dan kemudia harus melalui proses pembersihan agar

dapat dipakai kembali dikemudian hari.

8 Kepatuhan

a. Definisi Kepatuhan

Kepatuhan berasal dari kata patuh. Menurut KBBI (Kamus Besar

Bahasa Indonesia), patuh berarti suka menurut perintah, taat kepada

perintah atau atauran dan berdisiplin. Kepatuhan berarti bersifat patuh,

ketaatan, tunduk, patuh pada ajaran dan aturan.

Kepatuhan didefinisikan oleh Chaplin (1989) sebagai pemenuhan,

mengalah tunduk dengan kerelaan; rela memberi, menyerah, mengalah;

membuat suatu keinginan konformitas sesuai dengan harapan atau

kemauan orang lain. Menurut Milgram (1963) kepatuhan terkait dengan

ketaatan pada peraturan aturan. Kepatuhan terhadap aturan pertama kali

dipublikasikan pada tahun 1963, salah satu dari beberapa eksperimen

psikologi terkenal pada abad 20. Dari hasil penelitiannya didapat bahwa

kepatuhan muncul bukan karena adanya keinginan dari pelaksana perintah


26

untuk menyesuaikan diri, tetapi karena didasarkan akan kebutuhan untuk

menjadi apa yang lingkungan harapkan atau reaksi yang timbul untuk

merespon tuntutan lingkungan sosial yang ada.

Menurut (Taylor, 2006 dalam Ivan, 2017) kepatuhan adalah

memenuhi permintaan orang lain, didefinisikan sebagai suatu tindakan

atau perbuatan yang dilakukan berdasarkan keinginan orang lain atau

melakukan apa-apa yang diminta oleh orang lain, kepatuhan mengacu

pada perilaku yang terjadi sebagai respon terhadap permintaan langsung

dan berasal dari pihak lain.

Blass (1999:57) mengungkapkan bahwa kepatuhan adalah menerima

perintah-perintah dari orang lain. Kepatuhan dapat terjadi dalam bentuk

apapun, selama individu tersebut menunjukkan perilaku taat terhadap

sesuatu atau seseorang. Misalnya kepatuhan terhadap kebijakan atau

standar operasional tertentu.

Herbert Kelman (dalam Tondok, Ardiansyah dan Ayuni, 2012)

mendefinisikan kepatuhan sebagai perilaku mengikuti permintaan otoritas

meskipun individu secara personal individu tidak setuju dengan

permintaan tersebut. Kepatuhan mengandung arti kemauan mematuhi

sesuatu dengan takluk tunduk (Neufeldt, Victoria David B. Guralnik

dalam Kusumadewi, 2012).

Sedangkan menurut Notoatmodjo (2012) Kepatuhan merupakan

respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).


27

Reaksi ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap suatu individu

dan individu ini merespon (Notoadmojo, 2012)

Menurut Shaw (dalam Umami, 2010) kepatuhan berhubungan

dengan harga diri seseorang di mata orang lain. Orang yang telah memiliki

konsep bahwa dirinya adalah orang yang pemurah, akan menjadi malu

apabila dia menolak memberikan sesuatu ketika orang lain meminta

sesuatu padanya. Kebebasan untuk bersikap, juga seringkali mendorong

orang untuk mengikuti kemauan orang lain. Semakin orang dibebaskan

untuk memilih semakin cenderung orang tersebut untuk patuh. Hal ini

disebabkan adanya ambiguitas situasi sapa rasa aman yang dimiliki akibat

kebebasan dalam memilih. Ambiguitas situasi yang dimaksud berkaitan

dengan akibat dari reaksi yang akan diterima jika seseorang memilih

pilihan tertentu. Hal ini akan menimbulkan kecemasan jika memilih

pilihan yang tidak tepat. Bersamaan dengan itu pula, kebebasan

mengakibatkan seseorang merasa bebas untuk mengambil keputusan untuk

dirinya sendiri sehingga menimbulkan rasa aman. Rasa aman selanjutnya

akan menumbuhkan rasa percaya terhadap lingkungan sehingga orang

dengan sukarela mematuhi otoritas. Kecemasan maupun rasa aman akan

mendorong orang untuk berlaku patuh.

Kepatuhan terjadi ketika seseorang menerima pengaruh tertentu

karena ia berharap mendapatkan reaksi yang menyenangkan dari orang

yang berkuasa atau dari kelompok. Tindakan tersebut hanya ketika diawasi

oleh pihak yang berwenang (Maradona, 2009).


28

Menurut Puspaningrum (2016) beberapa teori yang menjelaskan

tentang kepatuhan adalah teori obedience dan compliance. Bila

diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, baik obedience maupun

compliance memiliki arti yang sama yaitu kepatuhan namun sebenarnya

jika dimaknai obedience dan compliance memiliki beda makna. Berikut

adalah perbedaan compliance dan obedience :

1. Compliance.

Compliance berarti melakukan sesuatu atau suatu respon yang

diberikan terhadap situasi dari luar subyek. Menurut Feldman (2011)

Compliance adalah bentuk kepatuhan yang menjelaskan bahwa

tindakan seseorang yang bersedia melakukan suatu hal karena

menyetujui sebuah permintaan dan bukan karena perintah atau paksaan

dari atasan. Misalnya, seorang tenaga kerja akhirnya menggunakan

safety shoes setelah menyetujui bahwa safety shes akan melindungi

kaki dari kejatuhan benda berat.

2. Obedience

Feldman (2011 ) menjelaskan bahwa kepatuhan (obedience)

adalah perubahan sikap dan tingkah laku seseorang untuk mengikuti

permintaan atau perintah orang lain tanpa memperdulikan persetujuan

orang tersebut. Misalnya, tenaga kerja menggunakan safety shoes jika

supervisor memerintahkan tenaga kerja menggunakan safety sheos.

Berdasarkan dua teori kepatuhan compliance dan obedience yang

menjelaskan definisi kepatuhan di atas disimpulkan bahwa kepatuhan


29

merupakan suatu tindakan yang dilakukan seseorang tenaga kerja

karena stimulus tertentu. Stimulus yang menyebabkan kepatuhan

tersebut dapat berupa permintaan, peraturan, perintah maupun paksaan

yang akhirnya menimbulkan tindakan patuh untuk mengekuti stimulus.

(Niven, 2013)

Neil Nevin, (2013) mendefinisikan kepatuhaan adalah sejauh

mana perilaku pasien sesuai ketentuan yang diberikan oleh

professional kesehatan. Kepatuhan merupakan istilah yang dipakai

untuk menjelaskan ketaatan atau pasrah pada tujuan yang telah

ditetapkan. (Niven, 2013)

Kepatuhan merupakan kesadaran dan kesediaan seseorang

menaati semua peraturan dan norma-norma sosial yang berlaku.

Kepatuhan yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab

seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini

mendorong semangat kerja, gairah kerja, dan terwujudnya tujuan

masyarakat.(Gabit ,1999 dalam Ivan, 2017 )

b. Faktor Yang berhubungan dengan Kepatuhan

Kepatuhan merupakan perilaku individu melakukan kesetiaan. Menurut

Lowren Green dalam Notoadmodjo, 2010, prilaku diperilaku oleh 3 faktor

utama, yaitu faktor-faktor predesposisi (predisposing factor), yaitu terwujud

dalam pengetahuan, sikap, dan sebagainya: faktor-faktor pendukung (enabling

factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya

ketersediaan fasilitas - fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya


30

ketersediaan fasilitas untuk hand hygiene ; dan faktor-faktor pendorong

(reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas

kesehatan, atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari

perilaku masyarakat (Notoatmojo, 2012).

1. Faktor prediposiosi

Faktor-faktor predisposisi meliputi pengetahuan, sikap, keyakinan,

nilai-nilai dan persepsi, berhubungan dengan motivasi individu atau

kelompok untuk bertindak. Dalam pengertian umum dapat disimpulkan

faktor predisposisi sebagai pilihan pribadi yang memicu seseorang

individu atau kelompok ke pengalaman pendidikan.

Dalam hal apapun pilihan ini dapat mendukung atau menghambat

perilaku kesehatan. Sebagai faktor demografi seperti status sosio ekonomi,

umur, jenis kelamin dan ukuran keluarga juga penting sebagai faktor

predisposisi meskipun mereka berada diluar pengaruh langsung program

pendidikan kesehatan. (Notoatmojo,2012).

a. Pengetahuan

1. Pengertian pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman

pengertian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan

lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan (Notoatmojo,2012).
31

Pengetahuan merupakan sesuatu hal yang dapat menjadikan

seseorang untuk mengenal dari suatu objek, pengetahuan bisa

didapatkan berdasarkan pengalaman dan penglihatan oleh indera,

dengan demikian pengetahuan itu sangatlah penting, dengan

adanya pengetahuan maka dapat memberikan wawasan yang luas

pada setiap individu, dan dapat mengaplikasikannya dalam situasi

tertentu (Notoatmojo,2012).

2. Tingkat Pengetahun

Pengetahuan dalam aspek koginitif dibagi menjadi 6 tingkatan

yaitu (Dewi,2014) :

a. Tahu

Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, dari seluruh pelajaran yang telah dipelajari.

Termasuk dalam tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu

yang bersifat spesifik dari selurh bahan yang dipelajari. Oleh

sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling

rendah. Kasta kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang

apa yang dipelajari yang artinya hanya sekedar tahu.

b. Memahami

Memahami ini diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan

dapat menginterpretasikan ke kondisi sebenarnya. Orang yang


32

telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan terhadap obyek yang dipelajari.

c. Aplikasi

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari

pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat

diartikan sebagai aplikasi atau hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

Misalnya dengan menggunakan rumus statistik dalam

perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan

prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah dari kasus kesehatan

kesehatan yang diberikan

d. Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih

dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada

kaitannya satu sama lain

e. Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria-kriteria yang sudah ada.

f. Mencipta
33

Mencipta yaitu menempatkan beberapa elemen atau mengambil

semua unsur pokok secara bersama-sama membangun suatu

keseluruhan yang logis dan fungsional serta membuat sesuatu

yang memiliki fungsi atau mengorganisasikan kembali elemen-

elemen tersebut ke dalam pola atau struktur yang baru

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi kepatuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dibagi menjadi

dua yaitu faktor internal dan eksternal. Berikut uraian dengan

masing-masing faktor tersebut (Dewi,2014).

a) Faktor internal

1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan

seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke

arah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk

berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai

keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan dapat

mempengaruhi seseorang pada pola hidup terutama dalam

motivasi dan mudah menerima informasi.

2. Pekerjaan

Pekerjaan adalah aktivitas yang harus dilakukan

terutama untuk menunjang kehidupan dan kehidupan

keluarga.

3. Umur
34

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat

lahirkan sampai berulang tahun

b) Faktor eksternal

1. Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar

manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi

perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

2. Sosial budaya

Sistem sosial budaya yang ada dalam masyarakat juga

mempengaruhi sikap dalam penerimaan informasi.

b. Sikap

Sikap (attitude) merupakan konsep paling penting dalam

psikologis sosial yang membahas unsur sikap sebagai individu maupun

kelompok. Banyak kajian dilakukan untuk merumuskan pengertian sikap,

proses terbentuknya sikap, maupun perubahan. Banyak pula penelitian

telah dilakukan terhadap sikap kaitanya dengan efek perannya dalam

pembentukan karakter dan sistem hubungan antara kelompok serta

pilihan-pilihan yang ditentukan berdasarkan lingkungan dan pengaruhnya

terhadap perubahan (Notoatmojo,2012).


35

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau

objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapatan dan emosi yang

bersangkutan. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, tetapi

kesiapan untuk bereaksi terhadap objek lingkungan tertentu sebagai suatu

penghayatan terhadap objek, atau sikap merupakan perilaku terselubung

atau perilaku tetutup yang merupakan kesiapan dan kesedian untuk

bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu

(Notoatmojo,2011).

Sikap bermula dari perasa (suka atau tidak suku) yang terkait

dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap

dapat dibentuk sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan.

Sikap terkait dengan suatu kondisi yang internal yang memengaruhi

pilihan untuk bertindak dan kecenderungan untuk memilik obyek terdapat

pada diri pembelajar, buka kinerja yang spesifik (Dewi,2014).

Sikap mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perilaku, karena

sikap itu membantu seseorang dalam merasakan dunianya dan

memberikan pedoman kepada perilaku yang dapat membantu dalam

menjelaskan dunianya. Sikap juga membantu seseorang merasa aman di

suatunlingkungannya yang pada mulanya tampak asing. Sikap diperoleh

melalui proses seperti pengalaman, pembelajaran, identifikasi dan diubah,

intensif, lemah, ataupun sebaliknya. Sikap merupakan proses yang

dinamik, sehingga media dan kehidupan seseorang akan

memengaruhinya. Sikap dapat membantu personal karena adanya


36

intensitas perasaan gagal. Sikap berada disetiap orang sepanjang waktu

dan secara spontan.

Berdasarkan uria diatas, maka sikap memiliki tiga komponen yaitu :

(Dewi, 2014).

1 Komponen kognisi yang berhubungan dengan beliefs, ide dan konsep

2 Komponen afeksi yang berhubungan kehidupan emosional seseorang

3 Komponen konasi yang merupakan kecenderungan yang bertingkah

laku.

Dari tiga komponen di atas dapat dipahami bahwa aspek kognitif

atau kognisi dari suatu sikap menunjukkan pada suatu ide, anggapan,

pengetahuan, ataupun keyakinan seseoarang terhadap objek sikap,

aspek afektif dari suatu sikap menunjukkan pada gejala emosi atau

perasaan seseorang terhadap objek sikap dan aspek afektif dapat

dirasakan sebagai hal yang menyenangkan atau tidak menyenangkan,

sedangkan aspek konatif atau konasi menunjukkan pada prilaku

seseorang yang merupakan predisposisi atau kesiapa seseorang untuk

bertindak mengantisipasi objek sikap (Notoatmojo,2012).

Selanjutnya pengaruh sikap, baik berdampak positif mampun

negatif akan memengaruhi struktur regenerasi selanjutnya. Oleh

karena itu psikolog sosial percaya, sumber-sumber penting sikap

orang dewasa adalah propaganda dan sugesti dari penguasa, kaum

usahawan, lembaga pendidikan, dan agensi lainnya, yang berusaha

untutk memengaruhi tingkah laku orang lain. Oleh karena itu berbeda
37

dalam derajat maupun dalan jenisnya para psikolog telah membuat

teknik-teknik untuk mengukur sikap. Beberapa tipe skala sikap telah

dikembangkan untuk diterapkan pada individual dan kelompok-

kelompok, serta teknik-teknik masa dari penyelidikan pendapatan

umum yang telah dikembangkan untuk penafsiran dan penilaian sikap-

sikap rasional. Selanjutnya dapat ditegaskan bahwa pada diri

seseorang, sikap terdiri 3 komponen pokok yaitu : (Notoatmojo,2012).

1 Kepercayaan atau keyakinan ide dan konsep terhadap objek artinya

bagaimana keyakinan dan pendapatan atau pemikiran seseorang

terhadap objek.

2 Kehidupan emosional atau evalusi orang terhada[ objek artinya

bagaimana penilaian (terkandung) didalamnya faktor emosi orang

tersebut terhadap objek.

3 Kecederungan untuk bertindak (trend to behove) artinya sikap

adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau

perilaku terbuka. Sikap adalah ancang-acanng untuk bertindak atau

berperilaku terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak

atau berperilaku terbuka (tindakan.

Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap

yang utuh (total attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh ini,

pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memgang peranan penting.

Sikap juga mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya sebagai

berikut menerima (receiving) menerima diartikan bahwa seseorang atau


38

subejek maupun menerima stimulus yang diberikan (objek). Menanggapi

(responding) menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau

tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. Menghargai

(voluing) Menghargai disini diartikan subjek atau seseorang memberikan

nilai yang positif terhadap objek atau stimulus dalam arti membahasnya

dengan orang lain merespon. Bertanggung jawaqb (responsible) Sikap

yang paling tinggi tingkaatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa

yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu

berdasarkan keyakinanya, dia harus berani mengambil risiko bila ada

orang lain yang mencemoohkan atau adanya risiko lain

(Notoatmojo,2012).

Tindakan suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu

tindakan nyata (overt behovior). Adapun tingkat praktek/tindakan yaitu

Persepsi (Perception) yaitu mengenal dan memilih berbagai objek

sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. Respon terpimpin

(Guided Respons) yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan

dengan tindakan yang diambil. Respon terpimpin ( Guided Respons) yaitu

dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan

contoh (Notoatmojo,2012).

1 Mekanisme (Mechanism) menunjukka apabila seseorang telah dapat

melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis ataupun sesuatu iru

sudah menjadi kebiasaan.


39

2 Adaptasi (Adaptation) yaitu merupakan suatu praktek atau tindakan

yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah

dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi tindakan tersebut.

a. Sifat sikap

1 Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati,

menyenangi, mengharapkan objek tertentu.

2 Sikap negatif terdapat tercenderungan untuk menjauhi,

menghindari, membeci, tidakan menyukai objek tertentu.

b. Indikator untuk sikap kesehatan

1 Sikap terhadap sakit dan penyakit Adalah bagaimana atau

pendapat seseorang terhadap gejala atau tanda-tanda penyakit,

penyebab penyakit, cara penularan penyakit, cara mencegahan

penyakit, dan sebagainya.

2 Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat Adalah penilaian

atau pendapatan seseorang terhadap cara-cara memeliharaan dan

cara-cara (berperilaku) hidup sehat. Dengan perkataan lain

pendapatan atau penilaian terhadap makanan, minuman, olahraga,

relaksasi (istirahat) atau istirahat cukup, dan sebagainya bagi

kesehatan.

3 Sikap terhadap kesehatan lingkungan Adalah pendapat atau

penilaian seseorang terhadap lingkungan dan pengaruhnya

terhadap kesehatan. Misalnya pendapat atau penilaian terhadap air

bersih, pembangunan limbah, polusi dan sebagainya


40

c. Faktor – faktor yang mempengaruhi sikap

1 Pengalaman pribadi

2 Pengaruh orang lain dianggap penting Pada umumnya, individu

cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah

dengan sikap orang yang dianggap penting.

3 Pengaruh kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh

sikap kita terhadap berbagai masalah.

4 Media masa

Dalam pemberian surat kabar maupun radio atau media

komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan

secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya,

akibat berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

5 Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga

agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah

mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut

mempengaruhi sikap.

6 Faktor emosional

Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pertanyaan yang

didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran

frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahan ego.


41

2. Faktor Pendukung

Faktor-faktor pendukung adalah kempuan/keahlian dan semua

sumber atau media yang diperlukan untuk menciptakan atau memunculkan

perilaku kesehatan. sumber atau media yang dimaksud antara lain

ketersediaan sarana pelayanan kesehatan dan prasarana atau ketersediaan

fasilitas-fasilitas , personalia, sekolah-sekolah, klinik kesehatan maupun

sumber-sumber sejenis. Faktor-faktor pendukung juga berkaitan dengan

aksesibilitas berbagai sumber daya. Biaya, jarak, sarana transportasi yang

ada dan waktu pemakaian sarana kesehatan juga merupakan bagian dari

faktor-faktor pendukung (Notoatmojo,2012).

Faktor-faktor ini mencakup berbagai keterampilan dan sumber daya yang

perlu untuk melakukan perilaku kesehatan. Faktor-faktor ini mencakup

ketersedian sarana prasarana atau ketersediaan fasilitas yang pada

hakikatnya mendukung atau meningkatkan terwujudnya perilaku

kesehatan, misalnya air bersih, alat hand hygiene, dsb.

1 Ketersediaan fasilitas

Ketersediaan fasilitas kesehatan merupakan prasaranan dalam

pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas yang baik akan

mempengaruhi minat perawat untuk melakukan hand hygiene sehingga

perawat sadar dan peduli akan kesehatannya. Hal ini terbukti jika

seseorang yang memanfaatkan ketersediaan fasilitas kesehatan secara


42

baik akan mempunyai taraf kesehatan yang lebih baik. Hal ini akan

membuat individu merasa bertanggungjawab terhadap kesehatannya

dan akan memanfaatkan ketersediaan fasilitas dengan baik

(Notoatmojo,2012).

Insiden infeki nosokomial disebabkan oleh beberapa faktor yaitu

faktor ketersediaan fasilitas rumah sakit yang belum memenuhi

standar, faktor kepemimpinan, dan faktor tenaga kerja itu sendiri

doktor, perawat, bidan, apoteker, fisioterapi dan profesi kesehatan

lainnya (Tiraniza E ,2013).

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia ketersediaan fasilitas adalah

sarana untuk melancarkan fungsi. Artinya lainnya adalah kemudahan.

Definisi ketersediaan fasilitas adalah sesuatu berupa benda maupun

uang yang dapat mempermudahkan serta memperlancarkan

pelaksanaan suatu usaha tertentu. Ada juga pengertian ketersediaan

fasilitas menurut pendapat ahli diantaranya Zakiah Drajadjat, seorang

pakar psikologi islam, yang berpendapat ketersediaan fasilitas artinya

segala sesuatu yang bisa mempermudahkan upaya serta memperlancar

kerja dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu sedangkan menurut

Suharsini Arikunto yang merupakan doses dan peneliti di bidang

pendidikan dan penelitian, ketersediaan fasilitas artinya segala sesuatu

hal yang dapat memudahkan dan memperlancar pelaksanaan segala

sesuatu (KBBI).

2 Jarak ke tempat hand hygine


43

Jarak adalah seberapa jauh lintasan yang ditempuh seseorang untuk

mencapai suatu tempat. Kurangnya ketersediaan ketersediaan fasilitas

yang dibutuhkan untuk pelaksanaan hand hygiene perawat meliputi

tidak tersedianya ketersediaan fasilitas wastafel serta jarak yang jauh

untuk menuju tempat cuci tangan. Salah satu kendala dalam

ketidakpatuhan terhadap pelaksanaan hand hygiene adalah sulitnya

mengakses tempat cuci tangan atau persediaan alat lainnya yang

digunakan untuk melakukan hand hygiene . Kemudahan dalam

mengakses persediaan alat-alat untuk melakukan hand hygiene, bak

cuci tangan, sabun atau alkohol jell adalah sangat penting untuk

membuat kepatuhan menjadi optimal sesuai standar (Damanik,2010).

3 Media

Media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan suatu

kelompok yang dapat dipergunakan untuk berbagai kegiatan

pembelajaran. Dalam pengertian ini media dipandang sebagai

komponen yang ada dalam lingkungan kelompok orang baik

lingkungan fisik, social, dan psikososial yang dapat menimbulkan

minat seseorang. Media juga didefinisikan sebagai segala alat fisik

yang dapat menyajikan pesan serta merangsang seseorang untuk

bekerja. Jadi media dilihat sebagai alat fisik dengan wujud tertentu

yang digunakan untuk menyajikan suatu pesan, sehingga dalam proses

pembelajaran mampu meningkatkan perhatian seseorang dalam proses


44

bekerja atau sebagai suatu saran untuk menimbulkan minat/rangsangan

dalam pekerjaannya (Kemenkes RI, 2011).

Media disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada

pada setiap manusia itu dapat diterima atau ditangkap melalui panca

indera. Dimana semakin banyak indera yang digunakan untuk

menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula

pengertian/pengetahuan yang diperoleh. Dalam hal ini media yang

dimaksud adalah pendukung terlaksananya proses hand hygiene seperti

poster tentang cara mencuci tangan (Kemenkes RI, 2011).


45

B Kerangka Teori

Hand Hygine

Faktor Prediposisi

1 Pengetahuan
2 Sikap
3 Kepercayaan nilai-nilai

Faktor Pendukung Kepatuhan perawat dalam


melakukan Hand Hygine
1 Ketersediaan fasilitas atau
sarana-sarana kesehatan
lainya
2 Jarak
3 media

Faktor pendorong

Gambar 3.1 Bagan Kerangka Teori


46

C Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian merupakan kerangka hubungan antara konsep

yang dapat di ukur atau diamati dalam penelitian,terdiri dari variabel- variabel

serta hubungan antar variabel, kerangka konsep mengacu pada kerangka teori dan

dikembangkan dari tujuan penelitian yang telah dirumuskan (Notoatmodjo, 2015).

Variabel independen Variabel dependen

Pengetahuan
Kepatuhan perawat
Sikap dalam melakukan Hand
Hygine

Ketersediaan fasilitas

Gambar 3.2 Bagan Kerangka Konsep

Kerangka Konsep Faktor – Faktor yang berhubungan dengan kepatuhan


perawat dalam melakukan Hand Hygine sebelum dan sesudah melakukan
tindakan di Puskesmas Panggung Jaya Tahun 2022
47

D Hipotesis

Berdasarkan bentuk rumusnya, hipotesa digolomhkan menjadi 2 yakni

hipotesa kerja (hipotesa alternatif) yang menyatakan adanya hubungan antara

variable Y dan X, dan hipotesa nol (hipotesa statistik) yang menyatakan tidak

adanya hubungan antara variabel Y dan X. berdasarkan kerangka konsep yang

telah di tunjukan di atas maka, hipotesa penelitian ini adalah :

1. Hipotesis Nol (H0)

Tidak adanya hubungan perawat dengan kepatuhan hand hygine sebelum

dan sesudah melakukan tindakan keperawatan di wilayah kerja puskesmas

panggung jaya

Tidak adanya hubungan pengetahuan perawat dengan kepatuhan hand

hygine sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan di wilayah

kerja puskesmas panggung jaya

Tidak adanya hubungan sikap perawat dengan kepatuhan hand hygine

sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan di wilayah kerja

puskesmas panggung jaya

Tidak adanya hubungan ketersediaan fasilitas dengan kepatuhan hand

hygine sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan di wilayah

kerja puskesmas panggung jaya


48

2. Hipotesis alternatif (Ha)

Ada hubungan kepatuhan perawat dalam melakukan hand hygine sebelum

dan sesudah melakukan tindakan keperawatan di wilayah kerja puskesmas

panggung jaya

Ada hubungan pengetahuan dan kepatuhan perawat dalam melakukan

hand hygine sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan di

wilayah kerja puskesmas panggung jaya

Ada hubungan sikap dan kepatuhan perawat dalam melakukan hand

hygine sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan di wilayah

kerja puskesmas panggung jaya

Ada hubungan ketersediaan fasilitas dan kepatuhan perawat dalam

melakukan hand hygine sebelum dan sesudah melakukan tindakan

keperawatan di wilayah kerja puskesmas panggung jaya


49
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitin ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan deskriptif

kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional, yang bertujuan agar dapat

mempelajari hubungan antar variabel dengan cara mengamati dan

mengidentifikasi variabel dependent dan variabel independent yang

dikumpulkan dalam satu waktu dalam waktu bersamaan.

Data yang diteliti diperoleh dari data primer dari pengukuran

menggunakan kuisioner yang didapat dari responden yang berada di wilayah

kerja Puskesmas Panggung Jaya.

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki anggota-anggota suatu

kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain

(Notoatmodjo, 2015).

Variabel merupakan sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau

ukuran yang dimiliki atau yang didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu

konsep pengertian tertentu.(Notoatmodjo, 2015)

Dalam penelitian ini memiliki 2 (dua) Variabel. Variabel Independen dan

Variabel Dependen. Dibawah ini uraian Variabel-Variabel dalam penelitian:


51

1. Variabel Independen

Merupakan variabel yang menjadi sebab berubahnya variabel

dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan,

sikap, dan ketersediaan fasilitas.

2. Variabel Dependen

Merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena

adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah

kepatuhan hand hygine


52
C. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Variabel Dependen
1 Kepatuhan Ketaatan dalam menjalankan Kuesioner Mengisi 1. Patuh 1 Nominal
perawat dalam Hand Hygine 6 langkah Hand Kuesioner 2. Tidak patuh 0
melakukan Hand Indikator : Hygine
Hygine 1. Sebelum dan sesudah
melakukan tindakan ke pasein
2. Sebelum melakukan tindakan
aseptic
3. Setelah terpapar cairan tubuh
pasien
4. Setelah kontak di sekitar
lingkungan pasien
Variabel Independen
2 Pengetahuan Sesuatu yang diketahu dan Menghitung Mengisi 2. Baik(1) Ordinal
dipahami oleh responden sekor Kuesioner 3. Kurang(0)
tentang Hand Hygine pengetahuan
(sekor masimal
10)
1. Baik, jika skor
>5
Kurang, jika
skor ≤ 5
54

3 Sikap Tingkat antusiasme dalam Menghitung Mengisi 2. Baik(1) Ordinal


melakukan Hand Hygine sekor sikap kuesioner 3. Buruk(0)
(sekor masimal
10)
1. Baik, jika skor
>5
Kurang, jika
skor ≤ 5

4 Ketersediaan Keteresediaan fasilitas atau Menghitung Mengisi 2. Ada(1) Ordinal


Faselitas sarana yang di butuhkan sekor kuesioner 3. Tidak ada(0)
perawat dalam melakukan ketersediaan
hand hygine faselitas(sekor
masimal 10)
1. Baik, jika skor
>2
Kurang, jika
skor ≤ 2
D. Lokasi dan Waktu Penelitian

1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Panggung Jaya yang beralamat

di Jalan Abdi Pradja, Kelurahan Panggung Jaya, Kecamatan Rawajitu Utara,

Kab. Mesuji, Lampung.

2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari 2023.

E. Populasi dan Sampel

1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2013), populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Perawat yang bekerja di

puskesmas panggung jaya, sebanyak 20 orang.

2 Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi dalam mengambil sampel penelitian ini digunakan cara atau teknik

tertentu (Notoatmodjo, 2014). Sehingga sampel tersebut sedapat mungkin

mewakili populasinya. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang

diteliti, untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini

dengan menggunakan metode sensus. Jika populasi kurang dari 100 maka

sampel dapat dipilih semua, tetapi bila lebih dari seratus, maka dapat
56

diambil 10-15% atau 20-25% (Suharsimi Arikunto, 2013). Sampel dalam

penelitian adalah 20 responden.

3 Teknik Pengambilan Sampel

Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

Total Sampling yaitu pengembilan sampel yang seluruh populasinya

dijadikan sample. Pengambilan sampel yang tidak didasarkan atas

kemungkinan yang dapat diperhitungkan. Metode pengambilan sampel ini

menggunakan Teknik total sampling, yaitu seluruh populasi dijadikan

sampel.

4 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria subjek penelitian yang bisa mewakili

sampel penelitian serta memenuhi syarat untuk dijadikan sampel

(Notoatmodjo, 2010)

yaitu :

1. Seorang Perawat

2. Bersedia untuk dijadikan responden atau sampel penelitian

3. Ada di lokasi penelitian pada saat pengumpulan data

5 Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah kriteria inklusi yang dikeluarkan. Kriteria

eksklusi dalam penelitian ini yaitu :

1. Perawat menolak untuk menjadi responden

2. Perawat yang sedang cuti bekerja


57

F. Jalanya Penelitian

1 Persiapan Penelitian

Pada tahap persiapan terdapat beberapa hal yang harus dilakukan, hal-hal

tersebut meliputi :

a. Menentukan Tema Penelitian

b. Menemukan Lokasi Penelitian

c. Melakukan Survei Pendahuluan ke lokasi Penelitian

d. Menentukan permasalahan yang akan diteliti

e. Menyusun proposal penelitian

f. Menetapkan jadwal kegiatan penelitian

2 Tahap Administratif

a. Peneliti mengajukan permohonan kelayakan etik penelitian ke

Komisi Etik Penelitian Universitas Muhammadiyah Pringsewu.

b. Peneliti mengajukan surat permohonan izin melaksanakan

penelitian dari institusi pendidikan program studi S1 Ilmu

Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Pringsewu yang ditunjukkan kepada Kepala Puskesmas Panggung

Jaya Kec. Rawajitu Utara Kab. Mesuji Lampung.

c. Peneliti melakukan pertemuan dengan Kepala Puskesmas

Panggung Jaya dan perawat yang ditunjuk untuk menjadi

enumerator dalam penelitian ini untuk menyampaikan maksud,

tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian.


58

3 Tahap Teknis

a. Penelitian ini tidak dilakukan sendiri, tetapi dibantu oleh rekan

perawat Puskesmas Panggung Jaya yang disebut enumerator yang

berjumlah 2 orang. Kualifikasi enumerator adalah memiliki jenjang

pendidikan minimal Diploma III atau berpengalaman kerja

minimal 1 tahun serta dapat membaca dan menulis. Sebelum

penelitian dilakukan, peneliti member penjelasan tentang tujuan

dari kuesioner kepada enumerator.

b. Peneliti melakukan persamaan persepsi dengan enumerator

penelitian yang ditunjuk pada penelitian ini.

c. Peneliti/enumerator memberikan penjelasan tentang tujuan,

manfaat, prosedur penelitian, serta hak dan kewajiban kepada

responden yang memenuhi kriteria inklusi penelitian ini.

Selanjutnya responden yang bersedia mengikuti penelitian diminta

untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent).

d. Pengambilan data dilakukan pada hari pengambilan obat yang telah

ditentukan oleh puskesmas yaitu pada hari selasa. Responden

dikumpulkan di ruangan dan duduk dengan jarak yang cukup agar

masing-masing responden dapat mengisi kuesioner secara mandiri.

e. Setelah proses pengambilan data selesai, enumerator akan

mengecek kelengkapan isian kuesioner, jika ada kuesioner yang

belum lengkap terisi maka responden diminta untuk melengkapi,


59

dan jika sudah lengkap terisi maka kuesioner dapat dikumpulkan.

Setelah pengambilan data selesai, enumerator mengucapkan terima

kasih atas partisipasi responden dan memberikan konsumsi serta

souvenir penelitian. Kemudian dilakukan pengolahan data.

G. Langkah-langkah dalam pengumpulan dan Manajemen Penelitian di

Lapangan

1 Sumber Data

Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan terbagi atas data primer

dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari responden dengan

menggunakan kuesioner kepada responden. Sedangkan data sekunder

diperoleh dari Puskesmas Panggung Jaya serta dari instansi terkait dengan

penelitian yang dilakukan.

2 Instrumen

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.

Kuesioner diartikan sebagai daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan

baik, dimana dalam kuesioner berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus

dijawab dan diisi oleh responden (Notoatmodjo, 2012).

Intrumen ini dibagi menjadi lima bagian yang terdiri dari bagian

pertama data demografi yang berisi nama (inisial), umur, jenis kelamin,

pendidikan, dan lama bekerja. Bagian kedua berisi tentang pengisian

kuisioner, berupa langkah-langkah mencuci tangan dengan benar dan


60

lembar observasi 5 momen mencuci tangan di adopsi dari kuesioner

penelitian Nurahmani (2018).

a. Kusioner Kepatuhan adalah tindakan nyata yang dilakukan perawat

secara langsung dalam melakukan hand hygiene atau kegiatan yang

dilakukan perawat dalam 6 langkah hand hygiene dan dalam setiap

moment hand hygiene, yaitu melakukan kebersihan tangan pada saat,

sebelum menyentuh pasien, sebelum melakukan tindak aseptik, setelah

terpapar cairan tubuh pasien, setelah kontak pasien, dan setalah kotak

lingkungan disekitar pasien. Pengukuran kepatuhan dilakukan dengan

observassi langsung tindakan perawat terhadap 6 langkah hand hygiene

dan 5 moment hand hygiene.

b. Pengukuran pengetahuan dilakukan dengan ketentuan untuk pertanyaan

dengan jawaban “benar” diberi skor 1 dan untuk jawaban “salah” diberi

skor 0. Jumlah Pertanyaan untuk pengetahuan yaitu 10. Selanjutnya

apabila score yang didapat > 5 maka pengetahuan responden berada pada

katagori baik dan apabila score yang didapat < 5 maka pengetahuan

responden berada pada katagori kurang.

c. Pengukuran sikap dilakukan dengan ketentuan menjawab alternatif

pernyataan positif : Setuju (S) nilai 3, Tidak Setuju (TS) nilai 2 dan Sangat

tidak setuju (STS) nilai 1 dan sebaliknya apabila pertanyaan dalam bentuk

negatif maka penilaiannya adalah : Setuju (S) nilai 1, Tidak Setuju (TS) nilai

2 dan Sangat tidak setuju (STS) nilai 3. Selanjutnya apabila score nilai yang

didapat > 5 maka sikap responden berada pada katagori baik dan apabila

score yang didapat < 5 maka sikap responden berada pada katagori buruk.
61

d. Pengukuran ketersediaan fasilitas dilakukan dengan ketentuan untuk

pertanyaan dengan jawaban “ya” diberi skor 1 dan untuk jawaban “tidak”

diberi skor 0. Jumlah Pertanyaan untuk ketersediaan fasilitas yaitu 5.

Selanjutnya apabila score yang didapat > 2 maka ketersediaan fasilitas

berada pada katagori ada dan apabila score yang didapat < 2 maka

ketersediaan fasilitas berada pada katagori tidak ada.

H. Intrumen Penelitian

1. Uji Validitas

Uji validitas pada penelitian ini dilakukan dengan analisis faktor

pengguna alat bantu SPSS. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah

pertanyaan pada kuesioner layak untuk diteliti. Uji validitas dilakukan

kepada 20 responden yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan.

Untuk meneliti sejauh mana tingkat ketepatan dan kecermatan suatu

alat ukur dalam melaksanakan fungsi ukurnya, maka dilakukan uji coba

pada tiap-tiap item instrumen yang akan disajikan dalam penelitian.

Pengujian ini dilakukan dengan cara menghitung reabilitas Crobach’s Alpha

dibandingkan dengan Alpha Crobach’s if item delete. Jika nilai Alpha


62

Crobach’s if item delete lebih kecil dari nilai reabilitas Crobach’s Alpha

atau apabila nilai r-hitung lebih besar nilai r-tabel, pada nilai signifikansi

(CI=95%), maka item dinyatakan valid dan reliabel.

Untuk tabel α =0,05 derajat kebebasan df = 20 jika hasil r hitung >

berarti valid, demikian sebaliknya jika r hitung < r tabel maka tidak valid.

Jadi nilai r tabel dilihat pada r tabel pada α 5% atau tingkat kepercayan 95%

maka diperoleh nilai r tabel adalah 0,444.

2. Uji Reabilitas

Uji Reabilitas adalah serangkai pengukuran atau serangkai alat ukur

yang memiliki konsistensi bila pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur

itu dilakukan berulang. Suatu konstruktur atau variabel dikatakan reliable,

jika memiliki nilai alpha cronbach ≥ 0,50 (Sugiyono, 2013). Uji reabilitas

yang dilakukan terhadap 20 orang responden. Uji reabilitas dalam penelitian

ini menggunakan rumus cronbach alpa. Nilai tingkat keandalan Cronbach’s

Alpha minimum adalah 0,60 (Hair, 2014). Nilai tingkat keandalan

Cronbach’s Alpha dapat ditunjukan pada tabel berikut ini:

I. Etika Penelitian

Etika penelitian diperlukan untuk menghindari terjadinya tindakan

yang tidak etis dalam melakukan penelitian, maka dilakukan prinsip-prinsip

sebagai berikut (Notoadmodjo,2018) :

1 Lembar Persetujuan (Informed consent)


63

Lembar persetujuan berisi penjelasan mengenai penelitian yang dilakukan,

tujuan penelitian, tata cara penelitian, manfaat yang diperoleh responden,

dan resiko yang mungkin terjadi. Pernyataan dalam lembar persetujuan

jelas dan mudah dipahami sehingga responden tahu bagaimana

penelitian ini dijalankan. Untuk responden yang bersedia maka mengisi

dan menandatangani lembar persetujuan secara sukarela.

2 Anonimitas

Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak mencantumkan nama

responden,tetapi lembar tersebut hanya diberi kode/ inisial.

3 Confidentiality (Kerahasiaan)

Confidentiality yaitu tidak akan menginformasikan data dan hasil penelitian

berdasarkan data individual, namun data dilaporkan berdasarkan

kelompok.

4 Sukarela

Peneliti bersifat sukarela dan tidak ada unsur paksaan atau tekanan secara

langsung maupun tidak langsung dari peneliti kepada calon responden

atau sampel yang akan diteliti.

5 Beneficence

Peneliti memberikan penjalasan kepada responden penelitian tentang tujuan

penelitian serta manfaat penelitian yang akan didapatkan bagi responden

penelitian.
64

6 Non-malfincene

Non-malfincene adalah suatu prinsip yang mana peneliti tidak melakukan

perbuatan yang memperburuk pasien.

7 Justice

Peneliti memperlakukan sama rata seluruh responden tanpa membedakan

responden. berdasrkan kedudukan sosial, pendidikan maupun status

sosial responden.

8 Autonomy

Peneliti menyamarkan identitias responden penelitian sebagai upaya

menjaga privasi responden, peneliti menggunakan inisial sebagai ganti

identitas responden.

J. Teknik dan Analisa Data

1. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan agar data yang telah dikumpulkan dapat

dibaca serta menghasilkan informasi yang benar dan tepat. Pengolahan data

dalam penelitian ini menggunakan aplikasi pengolah data Statistik Package

for the Social Sciences (SPSS). Menurut (Notoatmodjo, 2015), Tahap-tahap

dalam pengolahan data menggunakan komputer adalah:

2. Editing
65

Secara umum editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isi

formulir atau kuesioner yang telah di isi. Dalam penelitian ini yang

dilakukan oleh peneliti adalah memeriksa kembali data responden yang

diperoleh atau dikumpulkan. Kemudian editing dilakukan pada tahap

mengumpulkan data atau setelah data terkumpul (Notoatmodjo, 2015).

3. Coding

Bertujuan mengidentifikasi data yang terkumpul dan memberikan angka. hal

ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam melakukan analisa data.

Dalam penelitian ini yang dilakukan oleh peneliti adalah kuesioner diedit

atau disunting, selanjutnya dilakukan pengkodean atau coding, yakni

memberikan kode pada hasil jawaban pertanyaan masing-masing responden

(Notoatmodjo, 2015).

4. Entry Data

Setelah semua isian kuesioner terisi penuh, benar dan juga sudah melewati

pengkodingan, maka langkah selanjutnya adalah memproses data yang

dianalisis. Proses data dilakukan dengan cara meng-entry data dari

kuesioner ke perangkat computer (Notoatmodjo, 2015).

5. Cleaning Data

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry untuk

melihat kemungkinan ada kesalahan kode, ketidak lengkapan, dan kemudian

dilakukan koreksi. Setelah semua data diolah, peneliti melakukan

pengecekan kembali untuk memastikan tidak ada kesalahan kode atau

ketidaklengkapan (Notoatmodjo, 2015).


66

6. Tabulating Data

Memasukan data dalam table distribusi frekuensi yang disajikan dalam

persentase sehingga diperoleh data dari masing-masing variabel

(Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini peneliti melakukan tabulasi data

menggunakan software SPSS versi 25 for windows (Notoatmodjo, 2015).

K. Analisis Data

Analisis data bertujuan untuk memperoleh gambaran dari hasil penelitian

yang telah dirumuskan dalam tujuan penelitian, membuktikan hipotesis

penelitian yang telah dirumuskan, dan memperoleh kesimpulan secara umum

dari penelitian yang merupakan kontribusi dalam pengembangan ilmu yang

bersangkutan.

Data yang telah diolah mengunakan sistem computer akan

diinterpretasikan sehingga analisis data tersebut menunjukan hasil penelitian

(Notoatmodjo, 2015). Penelitian umumnya mengunakan analisis univariat dan

bivariat. Analisis tersebut dapat dijelaskan dibawah ini:

1 Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Pada umumnya dalam

analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap

variabel. Analisis univariat dalam penelitian ini bertujuan untuk

menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari variabel independen

yaitu pengetahuan dan variabel dependen (Notoatmodjo, 2015).


67

2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk menganalisis dua variabel yang

diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2015).Analisis bivariat

ini menggunakan uji chi square pada SPSS for windows 21, untuk

mengetahui kebermaknaan nilai p value apakah H0 diterima atau ditolak.

Hasil akhir uji statistik adalah mengetahui apakah keputusan uji H0

ditolak atau gagal ditolak. Ketentuan jika p value <α (0,05) maka H0

ditolak. Artinya ada hubungan yang bermakna antara variabel independen

dan dependen.

Dalam bidang kesehatan untuk mengetahui derajat hubungan, dikenal

ukuran risiko relative (RR) dan odss rasio (OR).Risiko relative

membandingkan risiko pada kelompok ter-ekspose dengan kelompok tidak

ter-ekspose.Sedangkan odss rasio membandingkan odd pada kelompok ter-

ekspose. Ukuran RR pada umumnya digunakan pada desain kohort,

sedangkan ukuran OR biasanya digunakan pada desain kasus control atau

potonglintang (Cross Sectional), dan dalam penelitian ini peneliti

menggunakan nilai OR.


68

DAFTAR PUSTAKA

Agustanti, N., & D. Rokhanawati. (2017). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi


Kepatuhan Hand Hygiene 5 Moment Pada Bidan Di Ruang Bersalin Dan
Ruang Bougenvil RSUD Dr Soedirman Kebumen. Tersedia dalam
http://digilib.unisayogya.ac.id. Diakses tanggal 3 Maret 2018.

Ananingsih (2016). kepatuhan 5 momen hand hygine pada petugas di


laboratorium klinik cito Yogyakarta

Arfianti, D. R. (2010). Factor-Faktor yang Berhubungan Dengan Tingkat


Kepatuhan Hand Hygiene. Universitas muhammadiyah Semarang

Departemen Kesehatan RI. (2010). Program Penyuluhan Kesehatan Masyarakat,


Jakarta.

Kemenkes RI. (2010). Pedoman Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Dewi. (2014). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Pengetahuan


Lansia Tentang Gout Arthritis dan Pencegahannya Di Puskesmas Jatiasih
Bekasi
69

E, Sari.(2014). Hubungan barrier nursing dan kateterisasi urin dengan kejadian


infeksi nosokomial urinary tract infection pada pasien terpasang indwelling
kateter tahun 2013 hingga tahun 2014 di RSU Haji Surabaya.

Feldman. (2011). Family nursing : Research theory and practice, fifth edition.
John Wiely And Son.

Hasanudin. (2010). Studi Tentang Gambaran Infeksi Nosokomial di Bangsal


Penyakit Dalam Lontara I Bawah Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo,
Makassar

Ivan. (2017). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Perawat


Dalam Pelaksanaan Tehnik Tarik Nafas Dalam Terhadap Penurunan Tingkat
Nyeri Pada Pasien Pasca Bedah Di Bangsal Bedah Rsud Wates Kabupaten
Kulon Progo

Jamaluddin J, dkk.(2012). Kepatuhan Cuci Tangan 5 Momen di Unit Perawatan


Intensif. Artikel Penelitian. Jakarta Utara

K.Azhari, Muhammad. (2017). Penerapan Hand Hygienis Dan Penggunaan Alat


Pelindung Diri Dalam Pencegahan Danpengendalian Infeksi Nosokomial Di
Ruang Isolasi RSUD Labuang Baji Makassar

Notoadmojo, S. (2010). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.

Notoadmojo, S. (2012). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.

Notoatmodjo. (2014a). Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Rineka


Cipta.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi penelitian kesehatan. Mitra Cendikia press.

Notoatmodjo, S. (2014b). Ilmu perilaku kesehatan. Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta


70

Nurahmi. (2018). Faktor Yang Memengaruhi Perawat Terhadap Kepatuhan


Dalam Melakukan Hand Hygiene Sebelum Dan Sesudah Melakukan
Tindakan Di Ruang Inap Rumah Sakit Cut Meutia Langsa Tahun 2018

Puspaningrum, M. (2016). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat


Kepatuhan Penggunaan APD Pada Pekerja Bagian Tabung Gas Liquified
Petroleum Gas (LPG)

Departemen Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta:


Departemen Kesehatan RI : 2013.

Saragih, Rumapea. (2012). Hubungan Karakteristik Perawat Dengan Tingkat


Kepatuhan Perawat Melakukan Cuci Tangan di Rumah Sakit Columbia Asia
Medan. Fakultas Ilmu Keperawatan.

Tondok,M.S., Ardiansyah, F. & Ayuni. (2012). Intensi Kepatuhan Menggunakan


Helm Pada Pengendara Sepeda Motor: Aplikasi Teori Perilaku Terencana.
http://www.repository.ubaya.ac.id.

Umami. (2010). Hubungan antara dukungan social dengan kepatuhan terhadap


aturan pada mahasiswa penghuni mahad sunan ampel al aly di universitas
negri malang

WA. Trisakti. (2014). Prediksi Kejadian Infeksi Nosokomialdi Ruang


Perawatan Rumah Sakit Umum Dr. H. Abdul Moeloek Lampung

WHO. Hand Hygiene Technical Reference Manual : to be Used by Health Care


Workers, Trainers and Observers of Hand Hygiene Practices; 2009

Yeni Haryati. (2016) karakteristik perawat dalam kepatuhan melakukan


kebersihan tangan di RSUD dr. Zainal Abidin Banda Aceh

.
71

Anda mungkin juga menyukai