KELOMPOK 1
1. DARA RISWA ARWULAN
2. SITI MARDIYAH AMBONB
3. REFITA RIZAL
4. ABUBAKAR TATROMAN
5. GALIH GALANTAMA
6. AGUS HEHANUSA
KELAS : PROGSUS
SEMESTER 1
LAPORAN PENDAHULUAN
GAGAL GINJAL (CKD)
1. Pengertian
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Gagal ginjal kronis terjadi dengan lambat selama berbulan-bulan atau bertahun-
tahun, dengan penurunan bertahap dengan fungsi ginjal dan peningkatan bertahap
dalam gejala-gejala, menyebabkan penyakit ginjal tahap akhir (PGTA). Gagal ginjal
kronis biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap.
Gangguan fungsi ginjal adalah penurunan laju filtrasi glomerulus yang dapat
digolongkan ringan, sedang dan berat. Azotemia adalah peningkatan nitrogen urea
darah (BUN) dan ditegakkan bila konsentrasi ureum plasma meningkat.
2. Etiologi
Gagal ginjal kronik merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang
progresif dan irreversible dari berbagai penyebab. Sebab-sebab gagal ginjal kronik
yang sering ditemukan dapat dibagi menjadi delapan kelas.
Klasifikasi sebab-sebab gagal ginjal kronik :
a. Infeksi : Pielonefritis kronik
b. Penyakit peradangan : Glomerulonefritis
c. Penyakit vascular hipertensi : Nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna, stenosis
arteria renalis.
d. Gangguan jaringan penyambung : Lupus eritematosus sistemik, Poliarteritis nodosa,
sklerosis sistemik progresif.
e. Gangguan kongerital dan hereditas : Penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal.
f. Penyakit metabolic : Diabetes militus, gout, hiperpara tiroidisme, amiloidosis.
g. Nefropati toksik : Penyalahgunaan analgesik, nefropati timbale
h. Nefropati obstruktif : Saluran kemih bagian atas kalkuli , neoplasma,
fibrosisretroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostate, struktur urea,
anomaly kongetal pada leher kandung kemih dan uretra.
3. Patofisiologi
Penurunan fungsi ginjal akan mengakibatkan berbagai manifestasi klinik
mengenai dihampir semua sistem tubuh manusia, seperti:
d. Sistem Kardiovaskuler
Pada gagal ginjal kronik hampir selalu disertai hipertensi, mekanisme terjadinya
hipertensi pada Gagal Ginjal Kronik oleh karena penimbunan garam dan air, atau
sistem renin angiostensin aldosteron (RAA). Sesak nafas merupakan gejala yang
sering dijumpai akibat kelebihan cairan tubuh, dapat pula terjadi perikarditis yang
disertai efusi perikardial. Gangguan irama jantung sering dijmpai akibat gangguan
elektrolit.
e. Sistem Endokrin
Gangguan seksual seperti penurunan libido, ion fertilitas sering dijumpai pada
Gagal Ginjal Kronik, pada wanita dapat pula terjadi gangguan menstruasi sampai
aminore. Toleransi glukosa sering tergangu paa Gagal Ginjal Kronik, juga gangguan
metabolik vitamin D.
f. Gangguan lain
Akibat hipertiroid sering terjadi osteoporosis, osteitis, fibrasi, gangguan elektrolit
dan asam basa hampir selalu dijumpai, seperti asidosis metabolik, hiperkalemia,
hiperforfatemi, hipokalsemia.
4. Pemerikasaan Penunjang
Urine.
Volum : Biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau urine tak keluar (anuria)
Warna : Secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh pus bakteri, lemak,
partikel koloid, forfat atau urat. Sedimen kotor, kecoklatan menunjukan adanya
darah, HB, mioglobin.
Berat jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukan kerusakan ginjal berat).
Osmolalitas : Kurang dari 350 mosm/kg menunjukan kerusakan tubular, dan rasio urine/serum
sering 1:1 Klirens keratin : Mungkin agak menurun
Natrium : Lebih besar dari 40 m Eq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi natrium.
Protein : Derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukan kerusakan glomerulus bila
SDM dan fragmen juga ada.
Darah
BUN / Kreatin : Meningkat, biasanya meningkat dalam proporsi kadar kreatinin16mg/dL
diduga tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5)
Hitung darah lengkap :
Ht : Menurun pada adanya anemia
Hb : biasanya kurang ari 78 g/Dl
SDM : Waktu hidup menurun pada defisiensi aritropoetin seperti pada azotemia.
GDA : pH : Penurunan asidosis metabolik (kurang dari 7,2) terjadi karena kehilangan
kemampuan ginjal untuk mengeksresi hydrogen dan amonia atau hasil akhir katabolisme
protein. Bikarbonat menurun, PCO2 menurun . Natrium
Serum : Mungkin rendah (bila ginjal “kehabisan Natrium” atas normal (menunjukan status dilusi
hipernatremia).
Kalium : Peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai dengan perpindahan seluler (asidosis)
atau pengeluaran jaringan. Pada tahap akhir, perubahan EKG mungkin tidak terjadi
sampai kalium 6,5 MPq atau lebih besar.
Magnesium/Fosfat : Meningkat, Kalsium : Menurun.
Protein (khususnya Albumin) : Kadar serum menurun dapat menunjukkan kehilangan protein
melalui urine, perpindahan cairan, penurunan pemasukan, atau penurunan sintesis
karena kurang asam amino esensial.
Osmolalitas Serum : Lebih besar dari 285 mOsm/kg, sering sama dengan urine.
KUB fota : Menunujukkan ukuran ginjal / ureter / kandung kemih dan adanya obstruksi (batu)
Piolegram Retrograd : Menunujukkan abnormallitas pelvis ginjal dan ureter.
Arteriogram Ginjal : Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskular massa.
Sistouretrogram Berkemih : Menunjukan ukuran kandung kemih, refluks ke dalam ureter,
terensi. Ultrasono Ginjal : Menentukan ukuran ginjal dan adanya massa, kista,
obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas.
Biopsi Ginjal : Mungkin dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan untuk
diagnosis histoligis. Endoskopi Ginjal, Nefroskopi : Dilakukan untuk menentukan
pelvis ginjal, keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif.
EKG : Mungkin abnormal menunjukan ketidakseimbangan elektrolit dan asam/basa.
Foto Kaki, Tengkorak, Kolmna Spiral dan Tangan : Dapat menunjukan demineralisasi.
(Rencana Askep, Marilyn E Doenges dkk)
5. Pencegahan
6. Pengobatan / Penatalaksanaan
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan NANDA internasional 2015-2017 yang mungkin muncul
pada pasein CKD yaitu :
1) Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
2) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
3) Penuruan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
4) Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
koagulopati (uremia)
5) Risiko cidera berhubungan dengan profil darah yang abnormal (uremia)
6) Risiko ketidakefektifan perusi jaringan ginjal berhubungan dengan hipoksia
7) Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan berkurangnya
suplai oksigen ke jaringan
8) Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual dan muntah/anoreksia
9) Nyeri kronis berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal kronis
10) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
11) Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasiv berulang
12) Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status cairan.
3. Rencana keperawatan
Monitor cairan
1. Tentukan jumlah dan
jenis intake/asupan cairan
serta kebiasaan eliminasi
2. Monitor asupan
pengeluran
3. Periksa turgor kulit
4. Monitor berat badan
5. Monitor tekanan darah,
denyut jantung dan
pernafasan
6. Berikan dialisis dan
catat respon pasien
3 Penuruan curah
setelah dilakukan Manajemen asam basa:
jantung berhubungan tindakan keperawatan, Asidosis Metabolik
dengan perubahan
diharpakan pasien 1. Monitor pernafasan
kontraktilitas menunjukkan 2. Monitor ketidak
keefektifan pompa seimbangan eletrolit yang
Defenisi : Ketidak jantung. berhubungan dengan
adekuatan darah yang asidosis metabolik.
dipompa oleh jantung Kriteria Hasil: 3. Monitor tanda dan
untuk memenuhi 1. Tekanan darah sistol gejala rendahnya HCO3
kebutan metabolik dalam rentang normal atau kelebihan ion
tubuh. 2. Tekanan darah diastol hydrogen (pernafasan
dalam rentang normal kussmaul, kelemahan,
Batasan 3. Tidak ada distensi diorientasi, sakit kepal,
Karakteristik: vena leher anoreksia)
4. Tidak ada disritmia 4. Berikan cairan sesuai
Perubahan 5. Tidak ada indikasi
Frekuensi/Irama peningkatan berat badan 5. Monitor intake dan
Jantung 6. Tidak ada kelelahan output
7. Saturasi oksigen
a. Aritmia Perawatan jantung
b. Brakikardia Setelah dilakukan 1. Monitor status
c. Takikardia tindakan keperawatan, kardiovaskuler (lakukan
pasien menunjukkan EKG)
Perubahan Preload Status sirkulasi yang 2. Evaluasi adanya nyeri
a. Penurunan tekanan baik. 3. Catat adanya disritmia
vena sentral jantung
b. Distensi vena Kriteria Hasil : 4. Catat adanya tanda dan
jugular c. Edema 1. Capillary reffil dalam gejala penurunan cardiac
d. Keletihan rentang normal output
e. Peningkatan CVP 2. Tidak ada pitting 5. Monitor status
f. Peningkatan PAWP edema pernafasan yang
g. Peningkatan berat menandakan gagal jantung
badan 6. Monitor adanya
perubahan tekanan darah
Perubahan Afterload 7. Monitor toleransi
a. Oliguria aktivitas pasien
b. Perubahan warna 8. Monitor tanda-tanda
kulit vital 9. Kolaborasi
pemberian obat
kortikosteroid: prednison,
dexamethazon
Monitor tanda-tanda
vital
7 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan Manajemen Energi
berhubungan dengan asuhan keperawatan, 1. Anjurkan pasien
ketidak seimbangan diharapkanpasien mengungkapkan perasaan
antara suplai dan menunjukkan toleransi secara verbal mengenai
kebutuhan oksigen terhadap aktifitas. keterbatasan yang dialami
2. Monitor intake/asupan
Defenisi : Kritria Hasil: nutrisi untuk mengetahui
Ketidakcukupan energi 1. Frekuensi pernafasan sumber energy yang
psikologis atau ketika beraktivitas tidak adekuat 3. Monitor lokasi
fisiologis untuk tergannggu dan sumber ketidak
melanjutkan atau 2. Tekanan darah sitolik nyamanan/nyeri yang
menyelesaikan ketika beraktivitas tidak dialami pasien selama
aktivitas kehidupan terganggu aktivitas
sehari-hari yang harus 3. Tekanan darah 4. Bantu pasien
atau yang ingin diastolik ketika identifikasi pilihan
dilakukan. beraktivitas tidak aktivitas-aktivitas yang
terganggu akan dilakukan.
Batasan 5. Lakukan ROM
Karakteristik: a. Setelah dilakukan aktif/pasif untuk
Respon tekanan darah asuhan keperawatan, menghilangkan
abnormal terhadap diharapkanpasien ketegangan otot.
aktivitas menunjukkan.daya 6. Bantu pasien dalam
b. Ketidaknyama nan tahan terhadap toleransi aktivitas sehari-hari yang
setelah beraktivitas aktivitas. terartut sesuai kebutuhan
c. Dipsnea setelah (berpindah, bergerak, dan
beraktivitas Kriteria Hasil: perawatan diri)
d. Menyatakan merasa 1. Aktivitas fisik tidak
letih e. Menyatakan terganggu Terapi aktivitas
merasa lemah 2. Serum elektrolit darah 1. Bantu pasien untuk
tidak terganggu mengidentifikasi aktivitas
3. Tidak ada letargi yang diinginkan
4. Tidak ada kelelahan 2. Berikan kesempatan
keluarga untuk terlibat
Setelah dilakukan dalam aktivitas, dengan
asuhan keperawatan, cara yang tepat
diharapkanpasien 3. Bantu pasien untuk
menunjukkan energi meningkatkan motivasi
psikomotor. diri dan penguatan.
4. Ciptakan lingkungan
Kriteria Hasil: yang aman untuk dapat
1. Menunjukkan tingkat melakukan pergerakan
energi yang stabil otot secara berkala sesuai
2. Menunjukkan dengan indikasi
kemampuan untuk
menyelesaikan tugas Manajemen Nyeri
sehari-hari 1. Lakukan pengkajian
nyeri secara komprehensif
2. Observasi adanya
petunjuk nonverbal
mengenai ketidak
nyamanan. 3.
Demonstrasikan tindakan
penurun nyeri
nonfarmakologi dengan
teknik nafas dalam
8 Nyeri kronis Setelah dilakukan Manajemen nyeri
berhubungan dengan tindakan keperawatan 1. Lakukan pengkajian
gangguan diharapkan Tingkat nyeri komprehensif yang
muskuloskeletal kronis Nyeri berkurang. meliputi lokasi,
karakteristik, onset/durasi,
Defenisi: Pengalaman Kriteria Hasil: frekuensi, kualitas,
sensorik dan emosional 1. Tidak ada nyeri yang intensitas atau beratnya
tidak menyenangkan dilaporkan nyeri dan factor pencetus
dengan kerusakan 2. Tidak ada ekspresi 2. Ajarkan prinsip-prinsip
jaringan aktual atau nyeri wajah manajemen nyeri
potensial, atau 3. Tidak ada keringat 3. Dorong pasien untuk
digambarkan sebagai berlebih memonitor nyeri dan
suatu kerusakan; 4. Tidak ada menangani nyerinya
awitan yang tiba-tiba mengerinyit 5. dengan tepat
atau lambat dengan Frekuensi nafas normal 4. Ajarkan teknik non-
intensitas dari ringan 6. Tekanan darah farmakologis (seperti:
hingga berat, terjadi normal 7. Denyut nadi biofeedback, TENS,
konstan atau berulang radial normal hypnosis, relaksasi,
tanpa akhir yang dapat bimbingan antisipatif,
dianstipasi atau terapi music, terapi
diprediksi dan bermain, terapi aktivitas,
berlangsung lebih dari akupressur, aplikasi
tiga(>3) bulan. panas/dingin dan pijatan,
sebelum, sesudah dan jika
Batasan memungkinkan, ketika
karakteristik: a. Bukti melakukan aktivitas yang
nyeri menimbulkan nyeri,
b. Ekspresi wajah nyeri sebelum nyeri terjai atau
(meringis) meningkat dn bersaman
c. Hambatan dengan tindakan
kemampuan penurunan rasa nyeri
meneruskan aktivitas lainnya)
sebelumnya 5. Gunakan pengontrolan
d. Perubahan pola tidur nyeri sebelum nyeri
bertambah berat
6. Pastikan pemberian
analgesik dan atau strategi
nonfarmakologis sebelum
dilakukan prosedur yang
menimbulkan nyeri
7. Dukung istirahat/tidur
yang adekuat untuk
membantu penurunan
nyeri 8. Berikan informasi
yang akurat untuk
meningkatkan
pengetahuan dan respon
keluarga terhadap
pengalaman nyeri
9. Monitor kepuasan
pasien terhadap
manajemen nyeri dalam
interval yang spesifik
9 Risiko infeksi Setelah dilakukan Kontrol infeksi
berhubungan dengan asuhan keperawatan, 1. Bersihkan lingkungan
tindakan invasiv pasien menunjukkan setelah dipakai pasien lain
berulang tidak mengalami infeksi 2. Pertahankan teknik
dengan indikator isolasi 3. Anjurkan pasien
Defenisi: Mengalami Keparahan infeksi: Baru menggunakan alat
peningkatan risiko Lahir. pelindungan diri
terserang organisme 4. Instruksikan pada
patogenik Kriteria Hasil: pengunjung untuk
1. Tidak ada ketidak mencuci tangan saat
stabilan suhu tubuh berkunjung dan setelah
2. Tidak ada kulit berkunjung meninggalkan
berbintikbintik pasien
3. Tidak ada kejang 5. Gunakan sabun
4. Tidak ada antimikrobia untuk cuci
peningkatan jumlah sel tangan
darah putih 6. Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan
7. Pertahankan lingkungan
aseptik selama
pemasangan alat
8. Tingktkan intake nutrisi
10 Risiko kerusakan Setelah dilakukan Manajemen pruritus
integritas kulit asuhan keperawatan, 1. Tentukan penyebab dari
berhubungan dengan diharapkan pasien tidak terjadinya pruritus
perubahan status mengalami kerusakan 2. Lakukan pemeriksaan
cairan. integritas jaringan : kulit fisik untuk
& membran mukosa. mengidentifikasi
Defenisi : Beresiko terjadinya kerusakan kulit
mengalami perubahan Kriteria hasil: 3. Pasang perban atau
kulit yang buruk. 1. Perfusi jaringan tidak balutan pada tangan atau
terganggu siku ketika pasien tidur,
2. Integritaskulittidak untuk membatasi gerakan
terganggu menggaruk yang tidak
3. Tidak ada pigmentasi terkontrol
abnormal 4. Anjurkan pasien untuk
4. Tidak ada menghindari sabun mandi
pengelupasan kulit dan minyak yang
5. Tidak ada eritema mengandung parfurm
6. Tidak ada luka/ lesi 5. Anjurkan pasien untuk
padakulit tidak memakai pakaian
ketat 6. Anjurkan pasien
untuk memotong kuku
7. Anjurkan pasien mandi
dengan air hangat kuku
8. Anjurkan pasien untuk
menggunakan telapak
tangan ketika menggosok
area kulit yang luas atau
cubit kulit dengan
perlahan.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana
asuhan keperawatan dalam bentuk intervensi keperawatan guna memantu klien
mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Asmadi, 2008). Implementasi keperawatan
terdiri dari beberapa komponen:
a. Tanggal dan waktu dilakukan implementasi keperawatan.
b. Diagnosis keperawatan.
c. Tindakan keperawatan berdasarkan intervensi keperawatan.
d. Tanda tangan perawat pelaksana.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah penilaian terakhir keperawatan yang didasarkan pada
tujuan keperawatan yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan
keperawatan didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria hasil yang telah
ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada individu (Nursalam, 2008). Evaluasi
keperawatan dilakukan dalam bentuk pendekatan SOAP. Evaluasi keperawatan
terdiri dari beberapa komponen yaitu
a. Tanggal dan waktu dilakukan evaluasi keperawatan.
b. Diagnosa keperawatan.
c. Evaluasi keperawatan.