Askep CKD aplikasi Nanda NIC NOC merupakan konsep asuhan keperawatan
secara teoritis yang diberikan kepada pasien dengan masalah gagal ginjal kronis
atau CKD. Pada konsep askep CKD pada artikel ini menggunakan konsep Nanda
NIC NOC mulai dari pengkajian, diagnose keparawatan, intervensi keperawatan
menggunakan ilmu keperawatan Nanda NIC NOC.
Gagal ginjal kronis atau biasa kita sebit dengan CKD (cronic kodney disease)
merupakan suatu keadaan dimana ginjal mengalami kegagalan fungsi ginjal untuk
mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit yang di
disebabkan oleh rusaknya struktur ginjal yang progresif dengan dengan gejala
penumpukan sisa metabolic didalam darah.
Gagal ginjal kronis juga disingkat dengan GGK adalah suatu sindrom klinis yang
disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif,
dan cukup lanjut. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerulus kurang dari 50
ml/menit.
Gagal ginjal kronis dapat disebabkan oleh beberapa kondisi baik yang berasal dari
ginjal itu sendiri atau dapat dari luar tubuh. Akan tetapi apapun penyebab gagal
ginjal kronis, respon yang terjadi terhadap tubuh adalah penurunan fungsi ginjal
secara progresif.
Beberapa kondisi dari ginjal sendiri yang dapat menyebabkan gagal ginjal kronis
adalah sebagai berikut:
Penyakit pada saringan yang ada di dalam ginjal yaitu glomerulus seperti
glomerulonephritis atau peradangan pada glomerulus ginjal.
Infeksi kuman seperti pyelonefritis, ureteritis yang berasal dari infeksi saluran
kemih dan lain-lain.
Batu ginjal seperti nefrolitiasis atau urolitiasis
Kista di ginjal seperti polcystis kidney
Trauma langsung yang terjadi pada ginjal pada kondisi kecelakaan
Keganasan pada ginjal seperti kanker ginjal
Sumbatan pada saluran di dalam ginjal seperti tumor, batu,
penyempitan/striktur
Beberapa penyakit dari luar ginjal yang dapat menyebabkan terjadinya gagal ginjal
adalah sebagai berikut:
Pada kondisi gagal ginjal kronis, setiap sistem tubuh biasanya akan dipengaruhi oleh
kondisi seperti uremia, maka pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan gejala.
Tingkat keparahan gejala yang muncul tergantung juga dari tingkat kerusakan ginjal,
kondisi lain yang mendasari gagal ginjal , dan juga usia dari pasien itu sendiri.
Gejala yang muncul pada sistem kardiovaskuler pada gagal ginjsl kronis biasanya
mencakup hipertensi atau darah tinggi yang di akibatkan oleh retensi cairan dan
natrium dari aktivasi system rennin-angiotenin-aldosteron, gagal jantung kongestif,
dan edema pulmoner atau edema paru-paru yang di akibatkan oleh penumpukan
cairan yang berlebihan di paru-paru dan perikarditis atau radang pada lapisan luar
jantung yang di akibatkan oleh iritasi pada lapisan pericardial oleh toksin uremia.
Sedangkan gejala yang sering muncul pada kulit pasien adalah mencakup rasa gatal
yang parah (pruritis). Butiran uremik, suatu penumpukan kristal urea di kulit, saat ini
jarang terjadi akibat penanganan dini dan agresif terhadap penyakit ginjal tahap
akhir.
Gejala yang muncul pada sistem gastrointestinal biasanya anoreksia, mual, muantah
dan cegukan. Perubahan neuromuskuler mencakup perubahan tingkat kesadaran,
ketidak mampuan berkonsentrasi, kedutan otot dan kejang.
Menurut Long, 1996, gejala dini dari gagal ginjal kronik adalah seperti lethargi, sakit
kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang, mudah tersinggung,
depresi. Sedangkan gejala lebih lanjut dari gagal ginjal kronis adalah anoreksia,
mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau
tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga
sangat parah.
Penyakit gagal ginjal kronis selain dapat mengganggu fungsi ginjal juga dapat
menyebabkan komplikasi pada tubuh, diantaranya adalah:
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan utama yang harus dilakukan
untuk melihat bagaimana fungsi ginjal apakah masih normal atau sudah abnormal.
Pemeriksaan laboratorium berikut dapat dilakukan untuk mendiagnosis gagal ginjla
kronis.
Laju Endap Darah biasanya tinggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan
hipoalbuminemia. Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang
rendah.
Ureum dan kreatinin biasanya meningkat, biasanya perbandingan antara
ureum dan kreatinin kurang lebih 20 : 1. Perbandingan meninggi akibat
pendarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid, dan
obstruksi saluran kemih. Perbandingan ini berkurang ketika ureum lebih kecil
dari kreatinin, pada diet rendah protein, dan tes Klirens Kreatinin yang
menurun.
Hiponatremi yang pada umumnya disebabkan karena kelebihan cairan.
Hiperkalemia yang biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan
menurunya dieresis
Hipokalemia dan hiperfosfatemia: terjadi karena berkurangnya sintesis
vitamin D3 pada GGK.
Phosphate alkaline meningkat akibat dari gangguan metabolisme tulang,
terutama isoenzim fosfatase lindi tulang.
Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia yang umunya disebabkan
gangguan metabolisme dan diet rendah protein.
Peningkatan kadar gula darah yang di akibatkan oleh gangguan metabolisme
karbohidrat pada gagal ginjal ( resistensi terhadap pengaruh insulin pada
jaringan perifer ).
Hipertrigliserida yang diakibatkan oleh gangguan metabolisme lemak,
disebabkan peningkatan hormone insulin dan menurunnya lipoprotein lipase.
Asidosis metabolic dengan kompensasi respirasi menunjukan Ph yang
menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang menurun,
semuanya disebabkan retensi asam-asam organic pada gagal ginjal.
Radiology
Foto polos abdomen untuk dapat dilakukan untuk membantu menilai bentuk dan
besar ginjal (juga untuk melihat adanya batu atau obstruksi). Dehidrasi karena
proses diagnostic akan memperburuk keadaan ginjal, oleh sebab itu penderita
diharapkan tidak puasa dan harus minum.
Intra Vena Pielografi (IVP)
USG (ultrasonografi)
Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal
parenkim ginjal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter
proksimal, kandung kemih dan juga prostat.
EKG (elektrokardiogram)
Pemeriksaan EKG ini ntuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).
Tujuan dari penatalaksanaan medis pada gagal ginjal kronik adalah untuk
mempertahankan fungsi ginjal dan homeostasis tubuh selama mungkin. Semua
faktor yang berperan dalam terjadinya gagal ginjal kronik dicari dan kemudian
diatasi.
Selain itu tujuan penatalaksanaan adalah untuk menjaga keseimbangan cairan dan
elektrolit dan mencegah komplikasi-komplikasi untuk tubuh sebagai berikut :
Dialisis
Dialysis atau biasa kita sebut dialisa (cuci darah) dapat dlakukan untuk mencegah
komplikasi gagal ginjal yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis, dan kejang.
Dialysis memperbaiki abnormalitas biokimia, menyebabkan cairan, protein, dan
natrium dapat dikonsumsi sevara bebas, menghilangkan kecenderungan
pendarahan, dan membantu menyembuhkan luka.
Koreksi hiperkalemi
Koreksi anemia
Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat meninggikan Hb. Transfusi
darah hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang kuat, missal pada adanya
insufisiensi koroner.
Koreksi asidosis
Pengendalian hipertensi
Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa, dan vasodilator dilakukan. Mengurangi
intake garam dalam mengendalikan hipertensi harus hati-hati karena tidak semua
gagal ginjal disertai retensi natrium.
Transplantasi ginjal
Dengan pencangkokan ginjal yang sehat ke pasien GGK, maka seluruh faal ginjal
diganti oleh ginjal yang baru.
ASKEP CKD APLIKASI NANDA NIC NOC
Identitas Klien
Silahkan masukkan identitas klien mulai dari nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan,
tempat tiinggal, dan lain-lain. Identitas klien disini dapat menjadi penunjang informasi
dalam memberikan asuhan keperawatan.
Keluhan Utama
Keluhan utama yang biasanya muncul pada kondisi gagal ginjal kronis atau CKD
pada umumnya bervariasi, mulai dari urine output sedikit bahkan hingga tidak ada
urin output, gelisah hingga terjadi penurunan kesadaran, anoreksia atau hilang nafsu
makan, mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah berkepanjangan, napas
berbau khas (bau ureum), dan dapat terjadi gatal-gatal pada kulit.
Gejala paling khas pasien CKD biasanya terjadi penurunan urin output dan
penumpukan cairan atau edema pada ekstremitas atas maupun bawah.
Kaji adanya penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, gagal jantung,
penggunaan obat-obat nefrotoksik, Benign prostatic hyperplasia (BPH), dan
prostektomi. Kaji adanya riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi system
prkemihan yang berulang, penyakit diabetes mellitus, dan penyakit hipertensi pada
masa sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab. Penting untuk dikaji
mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi
terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan.
PROMOSI KESEHATAN
Data Subjektif:
Riwayat penyakit yang seperti DM, Hipertensi, batu ginjal, dan lain-lain
Pengetahuan tentang penyakit biasanya kurang
DO:
KU biasanya tergantung dari berat ringannya gagal ginjal kronis mulai dari KU
sedang hingga sakit parah
TTV : TD biasanya tinggi, takikardi, takipnea, suhu meningkat
Terkadang ada riwayat pengoabatan/obat yg digunakan klien pada masa lalu
NUTRISI
DS:
Mual dan muntah, anoreksia
BB dapat menurun
Riwayat DM
DO:
Diare sekunder dari bau mulut ammonia, peradangan mukosa mulut, dan ulkus
saluran cerna sehingga sering di dapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan.
ELIMINASI
Sistem Urinarius
DS:
Riwayat penyakit kandung kemih seperti batu ginjal, BPH dan lain-lain
BAK biasanya sedikit dan bahkan tidak BAK
DO:
BAK sedikit dan bahkan tidak ada
Sistem Integuman
DS:
Kulit kering dan kasar
DO:
Itegritas kulit buruk dan elastisitas kulit jelek
DO:
Penampilan umum selama beraktivitas biasanya klien kelelahan
Risiko cidera saat berativitas
Kardiovaskular
DS:
Edema ekstremitas
DO:
Edema ekstremitas atas dan bawah
Turgor kulit jelek
Suhu biasanya normal
Auskultasi jantung, bunyi jantung normal
Respirasi
DS:
Napas cepat hingga sesak bau khas amoniak
DO:
RR biasanya lebih dari 20
Kualitas pernapasan cepat dangkal
Laboratorium
Radiology
Foto polos abdomen untuk dapat dilakukan untuk membantu menilai bentuk dan
besar ginjal (juga untuk melihat adanya batu atau obstruksi). Dehidrasi karena
proses diagnostic akan memperburuk keadaan ginjal, oleh sebab itu penderita
diharapkan tidak puasa dan harus minum.
Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal
parenkim ginjal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter
proksimal, kandung kemih dan juga prostat.
EKG (elektrokardiogram)
Pemeriksaan EKG ini ntuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).
1 gangguan eksterm
2 berat
3 sedang
4 ringan
5 tidak ada gangguan
Indikator 1 2 3 4 5
Keseimbangan asupan dan
haluaran dalam 24 jam
Berat badan stabil
Berat jenis urin dalam batas norma
Suara napas tambahan
Stress, distensi vena leher, dan
edema perifer
Pengkajian
Tentukan lokasi dan derajat edema perifer, sacral, dan periorbital pada skala
1+ sampai 4+
Kaji komplikasi pulmonal atau kardiovaskuler yang diindikasikan dengan
peningkatan tanda gawat napas, nadi, TD, buni jantung yang abnormal, dan
suara napas tidak normal
Kaji ekstremitas atau bagian tubuh yang edema terhadap gangguan sirkulasi
dan integritas kulit
Kaji efek pengobatan
Pantau secara teratur lingkar abdomen atau ekstremitas
Aktivitas kolaboratif
Konsultasikan ke dokter jika tanda dan gejala kelebihan cairan menetap atau
memburuk
Berikan diuretic, jika perlu
Aktivitas lain
Perawatan dirumah
Bantu klien dan keluarga untuk menerapkan pembatasan diet dan latihan fisik
kedalam gaya hidup mereka
Kaji tingkat kepatuhan terhadap program terapi medis dan pengobatan
Kaji keluarga apakah mengenali tanda dan gejala memburuknya tingkat
kelebihan volue cairan dan bilamana harus menghubungi layanan kesehatan
primer atau ambulan darurat
Instruksikan klien untuk menimbang berat badannya setiap hari dengan alat
timbangn yang sama, beritahu dokter jika terdapat perubahan lebih dari 1,5
kg dalam 24 jam
Tentukan apakah ada factor yang dapat untuk mengganggu kemampuan
klien atau motivasi klien untuk mematuhi pembatasan cairan dan diet
1 sangat berat
2 berat
3 sedang
4 ringan
5 tidak mengalami
Indikator 1 2 3 4 5
Penurunan asupan cairan
Penurunan asupan makanan
Penurunan haluaran urin
Gangguan keseimbangan cairan
Gangguan elektrolit serum
Gangguan status nutrisi
Penurunan berat badan
Pengkajian
Aktivitas kolaboratif
Aktivitas lain
Tinggikan bagian kepala tempat tidur atau ubah posisi pasien lateral untuk
mencegah aspirasi
Pertahankan kebersihan klien dan tempat tidur saat terjadi muntah
Pindahkan segera benda-benda yang menimbulkan bau
Jangan menjadwakan tindakan yang menyebabkan nyeri atau mual sebelum
atau sesudah makan
Berikan perawatan mulut setelah terjadi muntah
Berikan kain basah yang dingin dipergelangan tangan, leher dan dahi pasien
Tawarkan makanan dingin dan makanan lainnya dengan aroma minimal
Pemantauan nutrisi (NIC): perhatikan perubahan ststus nutrisi yang signifikan
dan sesegera lakukan penanganan, jika perlu
Perawatan dirumah
1. Tidak adekuat
2. Sedikit adekuat
3. Cukup adekuat
4. Adekuat
5. Sangat adekuat
Indicator 1 2 3 4 5
Makanan oral, pemberian
makanan lewat selang, atau
nutrisi parenteral total
Asupan cairan oral atau IV
Pengkajian
Aktivitas kolaboratif
Aktivitas lain
MAKALAH
cushing sindrom
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT , karena atas berkat dan
limpahan rahmatnyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa masih terdapat banyak
kekurangan, baik sengaja maupun tidak sengaja, di karenakan keterbatasan ilmu
pengetahuan dan wawasan serta pengalaman yang kami miliki.
Untuk itu kami memohon maaf atas segala kekurangan tersebut, oleh karena itu
kami sangat berharap segala saran dan kritik serta masukan yang bersifat membangun dari
pembaca.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami kelmpok 4A sendiri,dan
kepada para pembaca sekalian. Amiiiin,
COVER .................................................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 2
A. Skenario Kasus 19
B. Daftar Pertanyaan 19
BAB IV PEMBAHASAN 20
A. Jawaban Pertanyaan 20
B. Informasi Tambahan 20
1. Jurnal Ilmiah 20
2. Diagnosa Banding 20
BAB V PENUTUP 21
A. Kesimpulan 21
B. Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 21
BAB I PENDAHULUAN
Kelenjar adrenal terdiri dari medula dan korteks. Korteks terdiri atas zona glomerulosa,
fasikulata, dan retikularis. Zona glomerulosa mensekresikan aldosteron dan dikendalikan oleh
mekanisme renin-angiotensin dan tidak bergantung pada hipofisis. Zona fasikulata dan retikularis
mensekresikan kortisol dan hormon androgenik dan dikendalikan oleh hipofisis melalui ACTH.
Sekresi ACTH oleh hipofisis dikendalikan oleh (1) faktor pelepas kortikotropin hipotalamus,
dan (2) efek umpan balik kortisol. Ketika terjadi suatu gangguan pada pembentukan hormon-
hormon tersebut baik berlebih maupun kekurangan, akan mempengaruhi tubuh dan menimbulkan
keabnormalan. Sindrom cushing adalah terjadi akibat kortisol berlebih.
B. Tujuan Penulisan
1. Umum
Sebagai proses pembelajaran dalam mengangkat diagnosa keperawatan pada penyakit sindrom
cushing.
A. Konsep Medis
1. Definisi Cushing Sindrom
Cushing Syndrome atau sindrom cushing adalah gangguan hormonal yang disebabkan oleh
paparan berkepanjangan akibat hormone kotisol yang tinggi. Gangguan ini juga sering disebut
dengan hypercortisolism. Sindrom cushing relatif langka dan paling sering mempengaruhi orang
dewasa berusia 20 tahun sampai 50 tahun. Orang yang gemuk dan menderita penyakit diabetes tipe
2 dengan hipertensi dan memiliki control buruk akan kadar gula darah, memiliki peningkatan risiko
yang lebih besar pada gangguan tersebut.
Pada sindrom cushing, kadar kortikosteroid berlebihan, biasanya dari produksi berlebihan pada
kelenjar adrenal. Sindrom cushing biasanya diakibatkan dari tumor yang menyebabkan kelenjar
adrenalin menghasilkan kortikosteroid berlebihan. Orang dengan sindrom cushing biasanya
menghasilkan lemak berlebihan melalui torso dan mempunyai bentuk wajah yang besar.
Sindrom cushing bisa terjadi juga pada orang yang harus menggunakan kortikosteroid dosis
tinggi karena keadaan medis serius. Mereka yang harus mengggunakan dosis tinggi memiliki gejala
yang sama dengan mereka yang menghasilkan terlalu banyak hormon tersebut. Gejala-gejalanya
bisa kadangkala terjadi bahkan jika kortikosteroid dihirup, seperti untuk asma, atau digunakan
khususnya untuk sebuah kondisi kulit
Sindrom cushing dibagi menjadi 2 jenis. Yaitu dependen ACTH dan independen ACTH. Pada
jenis dependen ACTH, hormon kortisol yang diproduksi secara berlebih oleh korteks adrenal
disebabkan oleh sekresi ACTH kelenjar hipofisis yang abnormal dan berlebihan. Keadaan ini juga
disebut sebagai penyakit cushing . Pada 80% pasien ini ditemukan adenoma hipofisis yang
menyekresi ACTH. Sedangkan 20% sisanya terdapat bukti-bukti histology hyperplasia hipofisis
kortikotrop. Pada kasus lain didapatkan kelebihan sekresi ACTH, hilangnya irama sirkadian normal
ACTH dan berkurangnya sensitivitas sistem control umpan balik ke tingkat kortisol dalam darah
Adanya sindrom cushing dapat ditentukan berdasarkan riwayat kesehatan dan pemeriksaan
fisik pada pasien, Diagnosis umumnya ditegakkan berdasarkan kadar kortisol yang abnormal dalam
darah dan urine. Berbagai macam tes spesifik dapat menentukan ada tidaknya irama sirkadian
normal pelepasan kortisol dan meanisme pengaturan umpan balik yang sensitif. Tidak adanya irama
sirkadian atau hilangnya kepekaan system pengaturan umpan balik merupakan cirri sindrom cushing
Sindrom cushing disebabkan oleh pemberian glukortikoid jangka panjang dalam dosis
farmakologik atau oleh sekresi kortisol yang berlebihan akibat gangguan aksis hipotalamus-hipofisis-
adrenal (spontan). Sindrom cushing terjadi ketika jaringan tubuh yang terkena tingkat tinggi kortisol
terlalu lama. Banyak orang mengembangkan sindrom cushing karena mereka mengambil hormon
glukokortikoid-steroid yang secara kimiawi mirip dengan kortisol yang diproduksi secara alami
seperti prednisone untuk asma, rheumatoid arthritis, lupus, dan penyakit inflamasi lainnya. Bahan
tersebut juga digunakan untuk menekan sistem kekebalan tubuh setelah transplantasi untuk
menjaga tubuh dari menolak organ baru atau jaringan. Orang lain mengembangkan sindrom cushing
karena tubuh mereka memproduksi terlalu banyak hormon kortisol.
Penyebab paling umum dari sindrom Cushing adalah pemberian glukokortikoid eksogen
ditentukan oleh seorang praktisi kesehatan untuk mengobati penyakit lain (disebut sindrom cushing
iatrogenik's). Hal ini dapat menjadi efek pengobatan steroid dari berbagai gangguan seperti asma
dan rheumatoid arthritis, atau dalam imunosupresi setelah transplantasi organ. Penambahan ACTH
sintetik juga mungkin, tapi ACTH kurang sering diresepkan karena biaya dan kegunaan yang lebih
rendah. Meskipun jarang, Sindrom Cushing juga dapat disebabkan penggunaan
medroksiprogesteron. Selain itu, beberapa kekacauan sistem tubuh sendiri akan merespon untuk
mensekresi kortisol. Biasanya, ACTH dilepaskan dari kelenjar pituitari bila diperlukan untuk
merangsang pelepasan kortisol dari kelenjar adrenal. Dalam pituitari Cushing, seorang adenoma
jinak mengeluarkan ACTH hipofisis. Ini juga dikenal sebagai penyakit Cushing dan bertanggung jawab
atas 70% dari sindrom Cushing endogen's. Sindrom Cushing juga disebabkan oleh tumor hipofisis
atau tumor yang melepaskan ACTH.
Pada tumor korteks adrenal dapat terjadi tanpa bergantung pada kontrol ACTH yang dengan
kemampuannya untuk menyekresi kortisol secara autonomi dalam korteks adrenal. Tumor korteks
adrenal yang akhirnya menjadi sindrom cushing yang jinak (adenoma) atau yang ganas (karsinoma).
Adenoma korteks adrenal dapat menyebabkan sindrom cushing berat, namun biasanya berkembang
secara lamba dan gejala dapat timbul bertahun-tahun sebelum diagnosis ditegakkan. Sebaliknya,
karsinoma adreokortikal berkembang secara cepat dan dapat menyebabkan metastasis serta
kematian.
Gejala sindrom cushing salah satunya adalah terjadi peningkatan berat badan yang cepat,
terutama dari badan dan wajah dari anggota badan (obesitas sentral). Tanda umum lainnya adalah
pertumbuhan bantalan lemak di sepanjang tulang leher dan di bagian belakang leher (punuk kerbau)
dan wajah bulat sering disebut sebagai moon face. Gejala lain termasuk hiperhidrosis (keringat
berlebihan), telangiectasia (pelebaran kapiler), penipisan kulit yang menyebabkan mudah memar
dan kekeringan, khususnya tangan dan selaput lendir, ungu atau merah striae. Berat badan pada
sindrom cushing akan meregangkan kulit yang tipis dan lemah hingga menyebabkan perdarahan
pada pantat, lengan, kaki atau payudara. Selain itu, kelemahan otot proksimal (pinggul, bahu), dan
hirsutisme (wajah laki-pola pertumbuhan rambut), kebotakan dan atau menyebabkan rambut
menjadi sangat kering dan rapuh. Dalam kasus yang jarang terjadi, sindrom cushing dapat
menyebabkan hiperkalsemia, yang dapat menyebabkan nekrosis kulit. Kelebihan kortisol juga dapat
mempengaruhi sistem endokrin lainnya dan menyebabkan insomnia, menghambat aromatase, libido
berkurang, impotensi, amenorea / oligomenore dan infertilitas akibat peningkatan di androgen.
Pasien dengan sindrom cushing akan sering mengalami gangguan psikologis, mulai dari euforia
ke psikosis. Depresi dan kecemasan juga umum. Perubahan kulit lainnya mencolok yang mungkin
muncul dalam sindrom Cushing termasuk jerawat, kerentanan terhadap infeksi dermatofit dan
malassezia dangkal, dan karakteristik keunguan, striae atrofi pada perut. Tanda-tanda lainnya
termasuk poliuria, hipertensi persisten (karena peningkatan kortisol tentang efek vasoconstrictive
epinefrin) dan resistensi insulin (terutama umum dalam produksi ACTH ektopik), menyebabkan
hiperglikemia (gula darah tinggi) dan resistensi insulin yang dapat menyebabkan diabetes mellitus.
Resistensi insulin ini disertai dengan perubahan kulit seperti nigricans acanthosis di ketiak dan di
sekitar leher, serta tanda kulit di ketiak. Sindrom Cushing yang tidak diobati dapat menyebabkan
penyakit jantung dan kematian meningkat.
Sindrom Cushing karena kelebihan ACTH juga dapat mengakibatkan hiperpigmentasi, Hal ini
disebabkan produksi hormon yang merangsang melanosit sebagai produk sampingan dari sintesis
ACTH dan dari Pro-opiomelanocortin (POMC). Kortisol juga dapat menunjukkan aktivitas
mineralcorticoid dalam konsentrasi tinggi, memperburuk hipertensi dan menyebabkan hipokalemia
(umum di sekresi ACTH ektopik). Selanjutnya, gangguan pencernaan, infeksi oportunistik dan
gangguan penyembuhan luka (kortisol adalah hormon stres, sehingga menekan respon imun dan
inflamasi). Osteoporosis juga merupakan masalah dalam sindrom Cushing karena, sebagaimana
disebutkan sebelumnya, membangkitkan respon stres kortisol seperti. Akibatnya, perawatan tulang
(dan jaringan lainnya) menjadi sekunder untuk pemeliharaan respon stres. Selain itu, Cushing dapat
menyebabkan sakit sendi, terutama di pinggul, bahu, dan punggung bawah.
Kadar kortikosteroid tinggi setiap waktu meningkatkan tekanan darah, melemahkan tulang
(osteoporosis), dan mengurangi perlawanan terhadap infeksi. Resiko terbentuknya batu ginjal dan
diabetes meningkat, dan gangguan mental, termasuk depresi dan halusinasi, bisa terjadi. Wanita
biasanya memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur. Anak dengan sindrom cushing lambat
tumbuh dan tetap pandek. Pada beberapa orang, kelenjar adrenal juga menghasilkan androgen
dalam jumlah besar (testosteron dan hormon sejenisnya), menyebabkan moon face dan bulu
rambut tubuh pada wanita dan kebotakan.
Penyebab cushing sindrom adalah peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap.
Untuk lebih memahami manifestasi klinik sindrom chusing, kita perlu membahas akibat-akibat
metabolik dari kelebihan glikokorikoid. Korteks adrenal mensintesis dan mensekresi empat jenis
hormon:
a. Glukokortikoid. Glukokortikoid fisiologis yang disekresi oleh adrenal manusia adalah kortisol
c. Androgen
d. Estrogen
Distribusi jaringan adiposa terakumulasi didaerah sentral tubuh Obesitas Wajah bulan (moon
face). Memadatnya fossa supraklavikulare dan tonjolan servikodorsal (punguk bison), Obesitas
trunkus dengan ekstremitas atas dan bawah yang kurus akibat atropi otot memberikan penampilan
klasik perupa penampilan Chusingoid.
3. Elektrolit
Efek minimal pada elektrolit serum. Kalau diberikan dalam kadar yang terlalu besar dapat
menyebabkan retensi natrium dan pembuangan kalium. Menyebabkan edema, hipokalemia dan
alkalosis metabolic
4. Sistem kekebalan
Ada dua respon utama sistem kekebalan; yang pertama adalah pembentukan antibody humoral
oleh sel-sel plasma dan limfosit B akibat ransangan antigen yang lainnya tergantung pada reaksi-
reaksi yang diperantarai oleh limfosit T yang tersensitasi.
5. Sekresi lambung
Sekeresi asam lambung dapat ditingkatkan sekresi asam hidroklorida dan pepsin dapat meningkat.
Faktor-faktor protekitif mukosa dirubah oleh steroid dan faktor-faktor ini dapat mempermudah
terjadinya tukak.
6. Fungsi otak
Perubahan psikologik terjadi karena kelebihan kortikosteroid, hal ini ditandai dengan oleh ketidak
stabilan emosional, euforia, insomnia, dan episode depresi singkat.
7. Eritropoesis
Involusi jaringan limfosit, rangsangan pelepasan neutrofil dan peningkatan eritropoiesis. Namun
secara klinis efek farmakologis yang bermanfaat dari glukokortikoid adalah kemampuannya untuk
menekan reaksi peradangan. Dalam hal ini glukokortikoid dapat menghambat hiperemia, ekstra
vasasi sel, migrasi sel, dan permeabilitas kapiler, menghambat pelapasan kiniin yang bersifat
pasoaktif dan menekan fagositosis. Efeknya pada sel mast; menghambat sintesis histamin dan
menekan reaksi anafilaktik akut yang berlandaskan hipersensitivitas yang dperantarai anti bodi.
Penekanan peradangan sangat deperlukan, akan tetapi terdapat efek anti inflamasi yang merugikan
penderita. Pada infeksi akut tubuh mungkin tidak mampu melindungi diri sebagai layaknya
sementara menerima dosis farmakologik.
didapati limfositofeni, jumlah netrofil antara 10.000 25.000/mm3. eosinofil 50/ mm3
hiperglekemi (Dm pada 10 % kasus) dan hipokalemia.
Pemeriksaan kadar kortisol dan overnight dexamethasone suppression test yaitu memberikan 1
mg dexametason pada jam 11 malam, esok harinya diperiksa lagi kadar kortisol plasma. Pada
keadaan normal kadar ini menurun. Pemerikaan 17 hidroksi kortikosteroid dalam urin 24 jam (hasil
metabolisme kortisol), 17 ketosteroid dalam urin 24 jam.
3. Tes-tes khusus untuk membedakan hiperplasi-adenoma atau karsinoma :
a. Urinary deksametasone suppression test. Ukur kadar 17 hidroxikostikosteroid dalam urin 24 jam,
kemudian diberikan dexametasone 4 X 0,5 mg selama 2 hari, periksa lagi kadar 17 hidroxi
kortikosteroid bila tidak ada atau hanya sedikit menurun, mungkin ada kelainan. Berikan
dexametasone 4 x 2 mg selama 2 hari, bila kadar 17 hidroxi kortikosteroid menurun berarti ada
supresi-kelainan adrenal itu berupa hiperplasi, bila tidak ada supresi kemungkinan adenoma atau
karsinoma.
b. Short oral metyrapone test. Metirapone menghambat pembentukan kortisol sampai pada 17
hidroxikortikosteroid. Pada hiperplasi, kadar 17 hidroxi kortikosteroid akan naik sampai 2 kali, pada
adenoma dan karsinoma tidak terjadi kenaikan kadar 17 hidroxikortikosteroid dalam urine.
d. Test stimulasi ACTH, pada adenoma didapati kenaikan kadar sampai 2 3 kali, pada kasinoma
tidak ada kenaikan (Mansjoer, 2007).
Pengobatan sindrom cushing tergantung ACTH tidak seragam, bergantung apakah sumber ACTH
adalah hipofisis / ektopik.
b. Jika terdapat bukti hiperfungsi hipofisis namun tumor tidak dapat ditemukan maka sebagai
gantinya dapat dilakukan radiasi kobait pada kelenjar hipofisis.
c. Kelebihan kortisol juga dapat ditanggulangi dengan adrenolektomi total dan diikuti pemberian
kortisol dosis fisiologik.
d. Bila kelebihan kortisol disebabkan oleh neoplasma disusul kemoterapi pada penderita dengan
karsinoma/ terapi pembedahan.
e. Digunakan obat dengan jenis metyropone, amino gluthemide yang bisa mensekresikan kortisol.
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Tanggal pengkajian :
Ruangan :
a. Nama :
b. No. MR :
c. Umur :
d. Pekerjaan :
e. Agama :
f. Jenis kelamin :
g. Alamat :
h. Tanggal masuk RS :
i. Alasan masuk RS :
j. Cara masuk RS :
k. Penanggung jawab :
1) Obat :
2) Makanan :
a. Keluhan Utama
Biasanya adanya memar pada kulit, klien mengeluh lemah, terjadi kenaikan berat badan.
Kaji apakah keluarga pernah menderita penyakit cushing sindrom atau kelainan kelenjar
adrenal lainnya
Biasanya pasien obesitas, lemah,muka tampak bulat ( moon face ), nyeri pinggang kulit
berminyak serta tumbuh jerawat lengan dan kaki kurus degan atrofi otot, kulit cepat memar,
penyembuhan luka sulit, menstruasi terhenti
g. Integument : turgor kulit buruk, kulit kemerahan, terdapat bulu halus, striae
h. Thorak
Perkusi : sonor
Perkusi : pekak
2.5 Abdomen
3.1 ekstremitas : atrofi otot ekstremitas, tulang terjadi osteoporosis, otot lemah
A. Skenario Kasus
An. E berusia 4,5 tahun. Di bawa orang tuanya ke rumah sakit, karena sejak 1 bulan terakhir
berat badan anaknya semakin hari semakin bertambah, orang tuanya memang mengaku kalau
akhir2 ini nafsu makan anaknya meningakat, namun orang tua si anak.khawatir karena pertumbuhan
berat badan anaknya tidak seperti pertumbuhan anak2 pada umumnya.saat di lakukan pemeriksaan
di dapatkan tubuh bagian atas obesitas,(di atas pinggang) sedangkan lengan dan kaki kurus.wajah
bulat penuh (moon face) merah,striae pada perut,td : 140/90 mmhg. Ibu klien mengatakan gejala ini
mulai muncul setelah anaknya mengkonsumsi obat prednison yang di belinya di toko obat karena
anaknya juga menglami asma bronchial.
B. Daftar pertanyaan
BAB IV PEMBAHASAN
A. Jawaban Pertanyaan
1. Jurnal Ilmiah
Abstract
Objective: Transsphenoidal surgery (TSS) harbors a potential for hypopituitarism,
cerebrospinal fluid (CSF) leaks, and other complications. We utilized the Nationwide Inpatient
Sample Database (NIS) to compare inpatient complication rates between Cushings disease (CD) and
non-Cushings disease (NCD) patients undergoing TSS. Methods: Inpatient hospitalization data for
960 CD and 12 110 NCD patients who underwent TSS between 2002 and 2010 were accessed.
Demographic information, outcomes, and complication rates were evaluated. Results: Patients with
CD had a female predilection (81.7%) and were younger (40.5 14.4 years) than NCD patients
(47.8% female; 52.1 16.3 years) (P < .001). Length of stay and total charges did not differ between
groups. Patients with CD had significantly greater postoperative diabetes insipidus rates (14.0% vs
9.6%, P < .001) and urinary/renal complications (1.7% vs 0.9%, P = .027). After adjusting for possible
confounders, the relationship between urinary/renal complications and CD status strengthened.
There was no difference in rates of CSF leak and iatrogenic pituitary disorders overall. Conclusion: No
differences were noted in the rate of early CSF leaks between postoperative TSS CD and NCD
patients. Postoperative diabetes insipidus did not significantly differ between groups after adjusting
for confounders. Only odds of urinary/renal complications in CD patients was significant after
adjustment.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Sindrom cushing adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek metabolik gabungan dari
peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. Kadar yang tinggi ini dapat terjadi
secara spontan atau karena pemberian dosis farmakologik senyawa-senyawa glukokortikoid.
B. Saran
Dengan selesainya makalah ini disusun, kami berharap pembaca dapat mempelajari dan
memahami tentang gangguan kelenjer adrenal sindrom cushing. Kami juga mengharapkan adanya
kritik dan saran yang membangun, sehingga kami dapat menjadi lebih baik untuk masa yang akan
datang dalam penyusunan makalah.
DAFTAR PUSTAKA
http://istanakeperawatan.blogspot.co.id/2011/11/asuhan-keperawatan-cushing-syndrome.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Sindrom_Cushing
http://lizatulhandayani.blogspot.co.id/2015/05/askep-sindrom-cushing.html
Makanan yang terlalu banyak mengandung bumbu atau malah makanan yang
mengandung mikroorganisme penyebab penyakit diduga sering menjadi faktor
penyebab gastritis akut. Bentuk terberat dari gastritis akut disebabkan oleh karena
mencerna asam atau alkali yang kuat kuat, yang dapat menyebabkan mukosa
lambung menjadi iritasi atau perforasi.
Penyebab lain yang dapat menyebabkan gastritis akut atau maag akut itu mencakup
kafein, alkohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi dan endotoksin bakteri
(bakteri yang masuk setelah menelan makanan yang terkontaminasi).
Penyebab gastritis atrofik kronik dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna
dari lambung atau oleh bakteri helicobacter pylori (H.pylori). Minum-minuman
beralkohol terlalu berlebihan dan merokok merupakan predisposisi timbulnya
gastritis atrofik kronik yang paling banyak terjadi.
Gastritis atau maag dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu gastritis
superfisial akut dan gastritis atrofik kronik.
Gastritis Tipe A merupakan suatu penyakit autoimun yang dapat disebabkan oleh
adanya autoantibodi tubuh terhadap sel parietal, yang dapat menimbulkan atrofi dan
infiltrasi seluler. Hal ini sering dihubungkan dengan penyakit autoimun seperti
penyakit anemia penisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung.
Tipe B yang kadang disebut juga sebagai gastritis H. pylori dapat mempengaruhi
antrum dan pylorus yaitu ujung bawah lambung yang letaknya dekat dengan
duodenum ini dihubungkan dengan bakteri H. pylori yang ada di lambung.
Tanda dan gejala dari gastritis superfisial akut dan gastritis atrofik kronik memiliki
tanda dan gejala yang sedikit berbeda.
Gastritis superfisialis akut dapat menimbulkan tanda dan gejala seperti pasien dapat
mengalami ketidaknyamanan, nyeri kepala, malaise, mual, anoreksia atau hilang
nafsu makan, sering disertai dengan muntah dan cegukan, nyeri epigastrium,
perdarahan dan juga dapat terjadi hematemesis.
Sedangkan gastritis atrofik kronik dapat timbul tanda dan gejala seperti pasien
dengan gastritis tipe A secara khusus asimtomatik atau tidak menimbulkan gejala
kecuali untuk gejala defesiensi vitamin B12 dan pada gastritis tipe B biasanya pasien
mengeluh anoreksia (nafsu makan buruk), nyeri ulu hati setelah makan, perut
kembung, sensasi asam di mulut dan dapat terjadi mual dan muntah.
Gastritis atau maag jika tidak ditangani dengan serius dapat menyebabkan
komplikasi yang serius terhadap tubuh. Berikut adalah komplikasi yang dapat terjadi
dari gastritis superfisial akut dan juga gastritis atrofik kronik.
Bila pasien mampu mengkonsumsi makanan melalui mulut, diet yang mengandung
gizi tinggi sangat dianjurkan. Obat-obat anti muntah juga dapat membantu
menghilangkan mual dan muntah.
Bila gejala menetap dan tidak hilang dengan cara-cara diatas, pemberian cairan
tambahan perlu diberikan secara parenteral.
Gastritis kronik sendiri dapat diatasi dengan memodifikasi pola diet pasien,
meningkatkan istrahat, mengurangi tingkat stress dan selanjutnya dapat memulai
farmakoterapi. H. pylori dapat diatasi dengan pemberian antibiotic (seperti tetrasiklin
atau amoxicillin). Pasien dengan gastritis kronis tipe A biasanya mengalami
malabsorbsi vitamin B12 yang disebabkan oleh adanya antibody terhadap faktor
intrinsic dan dapat diberikan pengobatan dengan pemberian vitamin B12.
Identitas Klien
Silahkan masukkan identitas klien mulai dari nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan,
tempat tiinggal, dan lain-lain. Identitas klien disini dapat menjadi penunjang informasi
dalam memberikan asuhan keperawatan.
Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering ditimbulkan oleh penyakit gastritis ini biasanya nyeri ulu
hati pada area epigastrium dan dapat juga disertai mual dan muntah.
Ada atau tidak riwayat penyakit seperti hipertensi atau diabetes mellitus dan lain-
lain.
PROMOSI KESEHATAN
Data Subjektif:
Penyakit yang lalu lalu ada atau tidak
Pengetahuan tentang penyakit klien apakah tahu atau tidak
DO:
KU biasanya tampak sakit sedang hingga berat
TTV : TD biasanya normal dan juga bisa naik, Takikardi, takipneau dan suhu tubuh
biasanya dapat naik.
Pengoabatan/obat yg digunakan seperti obat pereda nyeri
NUTRISI
DS:
Klien biasanya mengeluh kurang nafsu makan, mual, muntah-muntah.
DO:
Jumlah makanan yg dikonsumsi tampak sedikit
BB dapat menurun dan klien tampak lemas
ELIMINASI
Sistem Urinarius
DS:
Biasanya tidak ada keluhan
DO:
Tidak ada masalah
Sistem gastrointestinal
DS:
Riwayat penyakit pencernaan seperti perdarahan saluran pencernaan, hemoroid,
konstipasi dan lain-lain
Stres atau program diet yang sedang dijalankan
DO:
Pengkajian abdomen:
Inspeksi biasanya tampak kembung atau normal
Palpasi biasanya klien kesakitan di area epigastrium
Perkusi biasanya hipersonor
Auskultasi bising usus biasanya normal
Sistem Integuman
DS:
Kelainan kulit seperti, lesi atau atau kulit kering
DO:
Integritas biasanya normal serta turgor kulit tidak elastis
DO:
Klien tampak gelisah dan susah tidur
DS:
DO:
Klien tampak meringis kesakitan
DO:
Perilaku yang menampakkan rasa cemas, duka, rasa ingin menguasai, rasa takut
DS:
KENYAMANAN
DS:
Nyeri perut hingga melilit
Rasa tidak nyaman pada perut
DO:
Klien tampak kesakitan
Pengkajian
Manajemen nyeri:
Manajemen nyeri:
Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan
berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur
Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (relaksasi, distraksi, terapi)
Aktivitas kolaboratif
Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiate yang terjadwal
(missal, setiap 4 jam selama 36 jam) atau PCA
Manajemen nyeri:
Perawatan dirumah
1 tidak pernah
2 jarang
3 kadang-kadang
4 sering
5 selalu
Indicator 1 2 3 4 5
Merencanakan strategi koping untuk situasi
penuh tekanan
Mempertahankan performa peran
Memantau distorsi persepsi
Memantau manifestasi perilaku ansietas
Menggunakan teknik relaksasi untuk
meredakan ansietas
Pengkajian
Aktivitas kolaboratif
penurunan ansietas (NIC); berikan obat untuk menurunkan ansietas jika perlu
Aktivitas lain
pada saat ansietas berat, dampingi pasien, bicara dengan tenang, dan
berikan ketenangan serta rasa nyaman
beri dorngan kepada pasien untuk mengungkapkan secara verbal pikiran dan
perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas
bantu pasien untuk memfokuskan pada situasi saat ini, sebagai cara untuk
mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi
ansietas
sediakan pengalihan melaui televise, radio, permainan serta terapi okupasi
untuk menurunkan ansietas dan memperluas fokus
coba teknik seperti imajinasi bombing dan relaksasi progresif
dorong pasien untuk mengekspresikan kemarahan dan iritasi, serta izinkan
pasien untuk menangis
yakinkan kembali pasien melalui sentuhan, dan sikap empatik secara verbal
dan nonverbal secara bergantian
sediakan lingkungan yang tenang dan batasi kontak dengan orang lain
sarankan terapi alternative untuk mengurangi ansietas yang dapat diterima
oleh pasien
singkirkan sumber-sumber ansietas jika memungkinkan
Indicator 1 2 3 4 5
Makanan oral, pemberian
makanan lewat selang, atau
nutrisi parenteral total
Asupan cairan oral atau IV
Pengkajian
Manajemen nutrisi:
Aktivitas kolaboratif
Aktivitas lain
Apendiksitis atau sering kita sebut sehari-hari dengan usus buntu merupakan
peradangan atau inflamasi yang terjadi pada apendiks. Apendisitis merupakan
penyebab nyeri pada abdomen akut yang paling banyak ditemukan.
Penyakit usus buntu atau apendisitis ini dapat mengenai semua umur, baik laki-laki
maupun perempuan, akan tetapi penyakit ini lebih sering menyerang laki-laki berusia
antara 10 sampai 30 tahun.
Etiologi Apendisitis
Penyebab apendisitis atau usus buntu biasanya dapat disebabkan oleh beberapa
hal dibawah ini, antara lain adalah:
Fekolit atau massa fekal padat karena konsumsi diet rendah serat
Tumor apendiks
Cacing ascaris di dalam saluran pencernaan
Erosi mukosa apendiks karena parasit e. Histolytica
Hiperplasia jaringan limfe
Apendiks merupakan suatu organ kecil yang letaknya berada di bagian bawah coloc
ascenden. Apendiks bentuknya menggelantung seperti daging tumbuh kecik di
bagian bawah colon ascenden atau sering disebut dengan umbai cacing.
Apendiks ini sering disebut dengan usus buntu. Apendiks sendiri sebenarnya
merupakan saluran kecil di dalam saluran pencernaan yang tidak ada
sambungannya, kakanya disebut dengan usus buntu.
Pathway
Tanda dan gejala yang umum terjadi pada pasien usus buntu atau apendisitis
adalah sebagai berikut:
Nyeri hingga kram di daerah perut kuadran kanan bawah
Anoreksia atau hilang nafsu makan
Mual dan muntah
Demam ringan pada tahap awal penyakit dan dapat naik ketika terjadi
peritonotis.
Nyeri lepas pada pemeriksaan perut
Bising usus menurun atau tidak ada sama sekali.\
Konstipasi atau susah buang air besar
Diare atau mencret
Disuria atau kencing sedikit
Gejala berkembang dengan cepat dan kondisi dapat didiagnosis dalam 4
sampai 6 jam setelah munculnya gejala pertama.
Komplikasi Apendisitis
Komplikasi dari usus buntu atau apendisitis akut adalah keadaan yang terjadi akibat
dari perforasi atau kebocoran usus, seperti peritonitis generalisata, abses dan
pembentukan fistula, dan konsekuensi penyebaran melalui pembuluh darah,
pieloflebitis supuratif (radang dan trombosis vena porta), abses hepar dan
septikemia.
Radang atau inflamasi dapat menjadi kronis dan dapat menyebabkan obstruksi pada
leher apendiks, sehingga akan menyebabkan retensi mukus dan kemudian
menimbulkan mukokel.
Iapendisitis atau usus buntu ini sering tidak menimbulkan masalah klinis, akan tetapi
walaupun jarang, dapat terjadi ruptur dari sel epitel yang mensekresi mukus dapat
dan dapat menyebar ke kavum atau rongga peritoneum.
Peemeriksaan penunjang
Penatalaksanaan apendisitis dapat dibagi menjadi beberapa tahap, mulai dari taham
sebelum operasi hingga tahap setelah operasi.
Sebelum Operasi
Operasi
Pasca Operasi
Penatalaksanaan apendisitis setelah menjalani operasi adalah sebagai berikut:
Kemudian jika pada kondsi masa apendiks dengan proses radang yang telah
mereda ditandai dengan :
Keadaan umum telah membaik dengan tidak terlihat sakit, suhu tubuh tidak
tinggi lagi.
Pemeriksaan lokal abdomen tidak terdapat tanda-tanda peritonitis dan hanya
teraba massa dengan jelas dan nyeri tekan ringan.
Laboratorium hitung lekosit dan hitung jenis normal.
Identitas Klien
Silahkan masukkan identitas klien mulai dari nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan,
tempat tiinggal, dan lain-lain. Identitas klien disini dapat menjadi penunjang informasi
dalam memberikan asuhan keperawatan.
Keluhan Utama
Keluhan utama yang khas pada pasien apendisitis ini adalah nyeri perut kanan
bawah
PROMOSI KESEHATAN
Data Subjektif:
Penyakit yang lalu seperti penyakit saluran pencernaan
Pengetahuan tentang penyakit biasanya kurang
DO:
KU tampak sakit sedang hingga berat
TTV: takikardi, takipnea, TD naik dan suhu tubuh biasanya meningkat.
NUTRISI
DS:
Tidak nafsu makan, mual dan muntah
DO:
Tampak tidak nafsu makan
Sistem gastrointestinal
DS:
Riwayat penyakit pencernaan, hemoroid dan konstipasi
DO:
Pengkajian abdomen:
Inspeksi biasanya pada apendisitis sudah buruk tampak kemerahan pada perut
kanan bawah.
Palpasi pada kuadran kanan bawah akan menghasilkan nyeri takan dan nyeri lepas
Perkusi abdomen pekak
Auskultasi bising usus normal hingga tidak ada bising usus.
DO:
Suhu biasanya tinggi
Keluar keringat
Merah, bengkak, panas pada perut kanan bawah
KENYAMANAN
DS:
Nyeri pada perut terutama kanan bawah
DO:
Tampak kesakitan dan gelisah
Laboratorium
USG
Pengkajian
Manajemen nyeri:
Manajemen nyeri:
Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan
berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur
Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (relaksasi, distraksi, terapi)
Aktivitas kolaboratif
Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiate yang terjadwal
(missal, setiap 4 jam selama 36 jam) atau PCA
Manajemen nyeri:
Perawatan dirumah
1 tidak pernah
2 jarang
3 kadang-kadang
4 sering
5 selalu
Indicator 1 2 3 4 5
Merencanakan strategi koping untuk situasi
penuh tekanan
Mempertahankan performa peran
Memantau distorsi persepsi
Memantau manifestasi perilaku ansietas
Menggunakan teknik relaksasi untuk
meredakan ansietas
Pengkajian
Aktivitas kolaboratif
penurunan ansietas (NIC); berikan obat untuk menurunkan ansietas jika perlu
Aktivitas lain
pada saat ansietas berat, dampingi pasien, bicara dengan tenang, dan
berikan ketenangan serta rasa nyaman
beri dorngan kepada pasien untuk mengungkapkan secara verbal pikiran dan
perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas
bantu pasien untuk memfokuskan pada situasi saat ini, sebagai cara untuk
mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi
ansietas
sediakan pengalihan melaui televise, radio, permainan serta terapi okupasi
untuk menurunkan ansietas dan memperluas fokus
coba teknik seperti imajinasi bombing dan relaksasi progresif
dorong pasien untuk mengekspresikan kemarahan dan iritasi, serta izinkan
pasien untuk menangis
yakinkan kembali pasien melalui sentuhan, dan sikap empatik secara verbal
dan nonverbal secara bergantian
sediakan lingkungan yang tenang dan batasi kontak dengan orang lain
sarankan terapi alternative untuk mengurangi ansietas yang dapat diterima
oleh pasien
singkirkan sumber-sumber ansietas jika memungkinkan
penurunan ansietas (NIC);
1 sangat berat
2 berat
3 sedang
4 ringan
5 tidak mengalami
Indikator 1 2 3 4 5
Penurunan asupan cairan
Penurunan asupan makanan
Penurunan haluaran urin
Gangguan keseimbangan cairan
Gangguan elektrolit serum
Gangguan status nutrisi
Penurunan berat badan
Memperlihatkan hidrasi, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:
1 gangguan eksterm
2 berat
3 sedang
4 ringan
5 tidak ada gangguan
Indikator 1 2 3 4 5
Peningkatan hematokrit
Membrane mukosa lembab
Peningkatan hematokrit
Rasa haus
Bola mata cekung dan lembab
Penurunan tekanan darah
Nadi cepat dan lemah
Pengkajian
Aktivitas kolaboratif
Aktivitas lain
Tinggikan bagian kepala tempat tidur atau ubah posisi pasien lateral untuk
mencegah aspirasi
Pertahankan kebersihan klien dan tempat tidur saat terjadi muntah
Pindahkan segera benda-benda yang menimbulkan bau
Jangan menjadwakan tindakan yang menyebabkan nyeri atau mual sebelum
atau sesudah makan
Berikan perawatan mulut setelah terjadi muntah
Berikan kain basah yang dingin dipergelangan tangan, leher dan dahi pasien
Tawarkan makanan dingin dan makanan lainnya dengan aroma minimal
Pemantauan nutrisi (NIC): perhatikan perubahan ststus nutrisi yang signifikan
dan sesegera lakukan penanganan, jika perlu
Perawatan dirumah
Factor resiko infeksi akan hilang yang dibuktikan dengan pengendalian resiko
komunitas, penyakit menular, status imun, keparahan infeksi, keparahan
infeksi bai baru lahir, pengendalian resiko PMS, dan penyembuhan luka
primer dan sekunder.
Pasien akan memperlihatkan pengendalian resiko PMS yang dibuktikan oleh
indicator sebagai berikut:
1 tidak pernah
2 jarang
3 kadang-kadang
4 sering
5 selalu
Indicator 1 2 3 4 5
Memantau perilaku seksual
terhadap resiko pajanan PMS
Mengikuti strategi
pengendalian pemajanan
Menggunakan metode
pengendalian penularan PMS
Pengkajian
Pantau tanda dan gejala infeksi (suhu, denut jantung, drainase, penampilan
luka, sekresi, penampilan urin, suhu kulit, lesi kulit, keletihan dan malaise)
Kaji factor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi
Pantau hasil laboratorium (hitung darah lengkap, hitung granulosit, absolute,
hitung jenis, protein serum, albumin)
Amati penampilan praktek hygiene personal untuk perlindungan terhadap
infeksi
Jelaskan pada ppasien dan keluarga mengapa sakit atau terapi meningkatkan
resiko terhadap infeksi
Instruksikan untuk menjaga personal hygiene
Jelaskan manfaat dan rasional serta efek samping imunisasi
Berikan pasien dan keluarga metode untuk mencatat imunisasi
Aktivitas kolaboratif
Ikuti protocol institusi untuk melaporkan suspek infeksi atau kultur positif
Pengendalian infeksi (NIC): berikan terapi antibiotic, bila diperlukan
Aktivitas lain
Perawatan dirumah
Sebelum kita bahas tentang asuhan keperawatan hipertensi, ada baiknya kita
tau laporan pendahuluan hipertensi berikut ini.
Definisi Hipertensi
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah dimana tekanan sistolik lebih dari
140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.
Berdasarkan penyeabnya, hipertensi atau tekanan darah tinggi dibagi menjadi dua
bagian, diantaranya adalah:
Hipertensi esensial
Hipertensi jenis ini belum diketahui apa yang menjadi penyebabnya, akan tetapi ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan tekanan darah seperti
genetik atau keturunan, usia, obesitas atau kegemukan, hiperkolesterol, tinggi
mengkonsumsi natrium, merokok, alkohol, obat-obat tertentu serta faktor stress.
Hipertensi sekunder
Hipertensi jenis kedua ini biasanya disebabkan oleh suatu penyakit tertentu seperti
penyakit ginjal dan diabetes melitus.
Beberapa faktor diatas diduga dapat memicu terjadinya peningkatan tekanan darah
atau hipertensi.
Tekanan darah merupakan salah satu faktor yang ada dalah tanda-tanda vital
manusia. Tekanan darah juga dapat digunakan untuk menentukan apakah
seseorang tersebut dalam keadaan normal atau sehat atau sedang sakit.
Untuk pasien hipertensi biasanya tekanan darah ini merupakan hal yang sangat
penting untuk diperiksa, karena dapat menentukan seberapa parah hipertensi
seseorang.
Tekanan darah merupakan suatu tekanan yang ada didalam aliran pembuluh darah
dalam keadaan normal. Tekanan yang ada didalam pembuluh darah kita dapat
meningkat ataupun menurun, sesuai dengan kondisi-kondisi tertentu.
Setelah kita tahu apa itu tekanan darah, berapa sih tekanan darah normal itu. Ok,
dibawah ini akan saya tuliskan tekanan darah normal mulai dari bayi hingga dewasa.
Penting untuk diingat bahwa tekanan darah seseorang yang satu dengan yang
lainnya berbeda-beda tergantung usia, pekerjaan, ataupun hal tertentu lainnya yang
dapat mempengaruhinya.
Setelah kita mengetahui berapa tekanan darah normalnya, maka berapa sih tekanan
darah dapat dikatakan tinggi?
Seperti yang saya sudah singgung diatas bahwa tekanan darah seseorang itu
dapatdipengaruhi oleh beberapa hal. Disini dikatakan tekanan darah tinggi atau
hipertensi jika tekanan sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari
90mmHg.
Akan tetapi perlu diperhatikan untuk lansia biasanya tekanan darah sistolik lebih dari
120mmHg hingga 140mmHg biasanya masih dalam rentang normal dan tidak
menimbulkan gejala apapun.
Tekanan darah tinggi dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tingkatan mulai dari
hipertensi ringan hingga hipertensi berat.
Klasifikasi hipertensi
Perlu diingat bahwa klasifikasi hipertensi diatas tidak untuk menilai seseorang yang
sedang mengkonsumsi obat anti hipertensi. Jadi klasifikasi diatas diperuntukkan
untuk seseorang yang murni mengalami hipertensi tanpa konsumsi obat
antihipertensi.
Itulah tadi klasifikasi hipertensi yang dapat saya jelaskan, mudah-mudahan dapat
bermanfaat. Kritik dan saran anda jika ada yang salah batau keliru.
Pathway
Pathway Hipertensi
Tanda dan gejala yang dapat timbul oleh penyakit hipertensi adalah sebagai
berikut:
Nyeri kepala
Nyeri atau tengkuk terasa berat
Susah tidur
Mudah lelah dan emosional
Gemetar
Nadi cepat setelah aktivitas
Terkadang juga disertasi mual, muntah, sesak hingga epistaksis
Komplikasi
Pemeriksaan penunjang
EKG, pemeriksaan EKG dilakukan untuk melihat apakah ada kelainan pada
jantung seperti hipertropi ventrikel
Kalium dalam serum biasanya ditemukan meningkat dari ambang normal
Pemeriksaan gula darah perlu dilakukan jika ada indikasi diabetes melitus
Pemeriksaan urin seperti ureum dan kreatinin biasanya akan meningkat pada
keadaan kronis
Protein urin biasanya didapatkan positif
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang perlu dilakukan selanjutnya adalah merubah gaya hidu anda
seperti di bawah ini agar hipertensi dapat dikontrol dan dicegah, antara lain:
Keluhan Utama
Kebanyakan kasus hipertensi akan mengeluhkan nyeri kepala dan tengkuk atau
leher belakang terasa berat
Promosi kesehatan
DS:
Klien biasanya mengatakan memiliki riwayat hipertensi atau DM
DO:
KU biasanya tampak sakit sedang hingga berat
TTV seperti TD biasanya naik
Nadi dan pernapasan juga dapat naik
Nutrisi
DS:
BB kebanyakan mengalami obesitas
Nafsu makan terkadang juga dapat menurun
Aktivitas dan istirahat
Pengkajian
Manajemen nyeri:
Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan
berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur
Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (relaksasi, distraksi, terapi)
Aktivitas kolaboratif
Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiate yang terjadwal
(missal, setiap 4 jam selama 36 jam) atau PCA
Manajemen nyeri:
Perawatan dirumah
1 tidak pernah
2 jarang
3 kadang-kadang
4 sering
5 selalu
Indicator 1 2 3 4 5
Merencanakan strategi koping untuk situasi
penuh tekanan
Mempertahankan performa peran
Memantau distorsi persepsi
Memantau manifestasi perilaku ansietas
Menggunakan teknik relaksasi untuk
meredakan ansietas
Pengkajian
Aktivitas kolaboratif
penurunan ansietas (NIC); berikan obat untuk menurunkan ansietas jika perlu
Aktivitas lain
pada saat ansietas berat, dampingi pasien, bicara dengan tenang, dan
berikan ketenangan serta rasa nyaman
beri dorngan kepada pasien untuk mengungkapkan secara verbal pikiran dan
perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas
bantu pasien untuk memfokuskan pada situasi saat ini, sebagai cara untuk
mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi
ansietas
sediakan pengalihan melaui televise, radio, permainan serta terapi okupasi
untuk menurunkan ansietas dan memperluas fokus
coba teknik seperti imajinasi bombing dan relaksasi progresif
dorong pasien untuk mengekspresikan kemarahan dan iritasi, serta izinkan
pasien untuk menangis
yakinkan kembali pasien melalui sentuhan, dan sikap empatik secara verbal
dan nonverbal secara bergantian
sediakan lingkungan yang tenang dan batasi kontak dengan orang lain
sarankan terapi alternative untuk mengurangi ansietas yang dapat diterima
oleh pasien
singkirkan sumber-sumber ansietas jika memungkinkan
1 gangguan eksterm
2 berat
3 sedang
4 ringan
5 tidak ada gangguan
Indikator 1 2 3 4 5
Saturasi oksigen saat
beraktivitas
Frekuensi pernapasan
saat beraktivitas
Kemampuan untuk
berbicara saat beraktivitas
fisik
Pengkajian
Kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri,
ambulasi, dan melakukan ADL
Kaji respon emosi, sosial dan spiritual terhadap aktivitas
Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas
Ajarkan pada pasien dan orang terdekat tentang teknik perawatan diri yang
akan meminimakan konsumsi oksigen
Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu untuk
mencegah kelelahan
Aktivitas kolaboratif
Perawatan dirumah
Askep stroke aplikasi Nanda NIC NOC merupakan konsep asuhan keperawatan
secara teoritis yang diberikan kepada pasien dengan masalah stroke. Pada
konsep askep stroke pada artikel ini menggunakan konsep Nanda NIC NOC mulai
dari pengkajian, diagnose keparawatan, intervensi keperawatan menggunakan ilmu
keperawatan Nanda NIC NOC.
Definisi
Penyakit stroke atau biasa disebut dalam bahasa medisnya CVD (cerebro vascular
disease) merupakan suatu keadaan dimana otak mengalami kegagalan fungsi yang
diakibatkan oleh terganggunya atau bahkan terhentinya suplai aliran darah ke
bagian otak yang disebabkan oleh tersumbat atau pecahnya pembuluh darah otak.
Stroke merupakan manifestasi klinik dari gangguan fungsi otak baik secara
menyeluruh atau sebagian yang berlangsung dengan cepat atau lambat dan dapat
menyababkan kematian jika tidak mendapatkan penanganan dengan cepatdan
tepat.
Klasifikasi Stroke
Stroke non hemoragik merupakan jenis stroke yang terjadi tanpa disertai dengan
perdarahan didalam otak. Stroke non hemoragik ini biasanya terjadi disebabkan oleh
tidak lancarnya aliran darah atau bahkan tersumbatnya aliran darah didalam
pembuluh darah otak sehingga otak tidak mendapatkan suplai darah dan oksigen.
Stroke non hemoragik ini biasanya disebabkan oleh sumbatan seperti lemak,
bekuan darah, dan lain-lain serta penyempitan dinding pembuluh darah atau
aterosklerosis yang terjadi pada seseorang.
Stroke non hemoragik ini biasanya gejalanya seperti nyeri kepala, kesemutan pada
salah satu ekstremitas atau kelemahan salah satu ekstremitas dan dapat juga
hingga terjadi penurunan kesadaran.
Stroke non hemoragik ini biasanya dapat ditangani dengan pemberian obat-obatan
penghancur kolesterol atau thrombus dan biasanya seiring dengan pengobatan yang
rutin stroke jenis ini dapat hilang.
Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik merupakan jenis stroke yang terjadi disertai dengan pecahnya
pembuluh darah otak. Stroke hemoragik ini biasanya paling banyak disebabkan oleh
tekanan darah tinggi. Selain tekanan darah tinggi, biasanya pembuluh darah di otak
mengalami penyumbatan atau penyempitan sehingga dengan tingginya tekanan
darah dan pembuluh darah tidak mampu menahan dan menyebabkan pembuluh
darah otak menjadi pecah.
Tanda dan gejalanya stroke hemoragik ini biasanya penurunan kesadaran dengan
disertai dengan riwayat hipertensi atau darah tinggi. Pada umumnya pasien stroke
hemoragik ini juga memiliki riwayat jatuh sebelum terjadi serangan stroke.
Stroke jenis ini harus dapat ditangani dengan segera, cepat dan tepat. Jika stroke
hemoragik ini tidak segera mendapat penanganan dengan tepat dapat
menyebabkan kematian.
Penyebab Stroke
Thrombosis Serebral
Thrombosis serebral atau bekuan darah yang ada didalam aliran darah yang
biasanya diakibatkan oleh kerusakan dinding pembuluh darah oleh karena kondisi
atau penyakit tertentu sehingga thrombus sampai ke pembuluh darah otak dan
akhirnya menyumbat pembuluh darah otak dan mengakibatkan stroke.
Emboli Cerebral
Emboli biasanya disebabkan oleh sumbatan pembulih daran oleh lemak dan benda
lain seperti udara yang ada didalam aliran darah atau akibat dari plak-plak atau
timbunan lemak di dalam dinding pembuluh darah yang lisis dan terbawa oleh darah
menuju ke otan dan akhirnya menyebabkan pembuluh darah otak tersumbat.
Iskemia Otak
Iskemia otak merupakan penurunan aliran darah ke otak yang diakibatkan oleh
kelainan pembuluh darah atau aterosklerosis dan sumbatan pembuluh darah otak
sehingga menyebabkan terganggunya suplai darah ke otak dan akhirnya dapat
menyebabkan stroke.
Hipertensi
Penyakit jantung seperti jantung coroner, gagal jantung, dan penyakit jantung
bawaan lainnya
Kolesterol yang tinggi
Obesitas atau kegemukan
Peningkatan hematocrit didalam darah
Penyakit diabetes mellitus
Perokok dan konsumsi alcohol
Pathway Stroke
Pathway Stroke
Tanda dan gejala stroke menurut beberapa ahli dapat di tandai dengan gejala-gejala
tergantung dari lokasi stroke tersebut dan tingkat kepadarahan stroke tersebut.
Berikut adalah tanda dan gejala yang dapat terjadi jika terserang stroke:
Kehilangan motoric
Jika stroke terjadi pada pusat motoric di otak maka dapat menimbulkan tanda dan
gejala seperti hemiplegi atau kelemahan pada satu sisi tubuh dan hemiparesis atau
kelemahan pada salah satu sisi tubuh.
Kehilangan komunikasi
Jika stroke terjadi pada area broca atau area pusat pengendali komunikasi maka
dapat menimbulkan tanda dan gejala seperti disartria atau kesulitan bicara (pelo),
disfasia atau afasia (sulit bicara atau tidak bias bicara), apraksia dan lain-lain.
Gangguan persepsi
Jika stroke terjadi pada bagian otak yang mengandalikan sistem-sistem indra seperti
pendengaran, penglihatan dan lain-lain dapat menyebabkan gangguan pada sistem
persepsi atau indra tersebut. Sebagai contoh mengalami gangguan penglihatan atau
gangguan penglihatan.
Jika stroke terjadi pada bagian otak yang mengatur kendali kandung kemih atau
reflek kemih maka akan mengakibatkan terganggunya proses miksi dan dapat terjadi
gangguan pada pola eliminasi uri seperti inkontinensia uri dan lain-lain.
Itulah sedikit contoh tanda dan gejala dari stroke sesuai dengan bagian-bagian otak
yang mengalami stroke. Jadi tanda dan gejala stroke dapat lihat dari bagian otak
yang mana yang terjadi stroke sehingga dapat dengan mudah diketahuinya.
Komplikasi Stroke
Stroke dapat mengakibatkan komplikasi yang sangat berbahaya bagi tubuh manusia
dan dapat mengakibatkan kematian. Berikut adalah komplikasi yang dapat
diakibatkan oleh stroke:
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pasien stroke sangat perlu dilakukan dengan cepat agar
dapat segera di lakukan tindakan untuk memberikan pertolongan. Pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi untuk melihat pasien stroke ada dua teknik yang dapat
dilakukan yaitu CT Scan dan MRI. CT scan dapat dilakukan untuk mendeteksi
bagian otak yang mengalami stroke dengan mudah dan cepat dan relative lebih
murah. Akan tetapi CT scan kurang sensitive dibandingkan dengan pemeriksaan
MRI misalkan pada kasus stroke hiperakut.
Pemeriksaan Laboratorium
Hematocrit juga dapat diperiksa untuk melihat apakah ada peningkatan hematocrit.
Jika hematocrit meningkat dapat terjadi penurunan sel darah merah dan biasanya
juga diiringi dengan penurunan kadar oksigen dalam darah.
Pemeriksaan neurologis
Penatalaksanaan Stroke
Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan stroke bertujuan agar tidak terjadi kematian otak berlanjut dan luas
sehingga perlu penatalaksanaan yang cepat dan tepat.
Penatalaksanan medis
Selain penatalaksanaan medis disini perawat juga memiliki peranan penting dalam
memberikan penatalaksanan keperawatan diantaranya yang dapat dilakukan
perawat adalah:
Fisioterapi pasca stroke harus dilakukan secara rutin dan dengan penuh
kesabaran karena memang rehabilitasi stroke memangnmemakan waktu
cukup lama.
Beberapa pasien stroke terkadang mengalami kesulitan menelan dan
kebanyakan keluarga menganggap pasien tidak mau makan dan akhirnya
pasien kekurangan gizi. Sebaiknya keluarga dapat membantu klien untuk
melatih menelan kepada klien.
Penderita stroke kebanyakan disabilitasnya sering jatuh dan depresi sehingga
pendampingan dan dukungan oleh keluarga serta semangat yang diberikan
oleh keluarga akan sangat diperlukan untuk memulihkan pasca stroke klien.
Identitas Klien
Silahkan masukkan identitas klien mulai dari nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan,
tempat tiinggal, dan lain-lain. Identitas klien disini dapat menjadi penunjang informasi
dalam memberikan asuhan keperawatan.
Keluhan Utama
Pada pasien stroke, keluhan utama yang sering muncul biasanya adalah kelemahan
anggota gerak sebalah badan, bicara pelo, kelemahan, bahkan dapat terjadi
penurunan kesadaran atau tidak sadarkan diri.
Serangan stroke, pada umumnya terjadi dengan sangat mendadak baik pada saat
klien melakukan aktivitas ataupun sedang istirahat. Biasanya muncul gejala seperti
nyeri kepala, mual, muntal, badan mati sebelah atau lemah sebelam atau
keseluruhan bahkan terjadi penurunan kesadaran.
Biasanya klien memiliki riwayat penyakit seperti darah tinggi, kolesterol, DM,
penyakit jantung, anemia, riwayat perokok dan obesitas.
PROMOSI KESEHATAN
Data Subjektif:
Kesehatan umum klien tampak sedang hingga buruk atau tidak sadar.
Penyakit yang lalu lalu seperti darah tinggi, Diabetes mellitus, anemia, penyakit
jantung.
Pengetahuan tentang penyakit biasanya tidak tahu.
DO:
KU biasanya tampak sakit sedang hingga berat atau tidak sadar.
TTV : TD biasanya hingga 200/120 mmHg
Pengoabatan/obat yg digunakan biasanya memiliki riwayat penggunaan obat-obatan
vasodilator dan aspirin.
NUTRISI
DS:
Kebiasaan makan klien biasanya sering mengkonssi makanan yang berlemak atau
asin.
Gangguan menelan atau mengunyah biasanya terjadi.
Diabetes atau sedang menjalani perawatan DM
Ada atau tidak ketergantungan alcohol atau obat tertentu
DO:
Infus dan NGT terpasang atau tidak
Intake atau output setiap hari bagaimana
ELIMINASI
Sistem Urinarius
DS:
Biasanya klien mengalami masalah BAK yang tidak terkontrol.
DO:
Kateter urin terpasang untuk mengeluarkan urin.
Sistem gastrointestinal
DS:
Biasanya terjadi konstipasi karena factor imobilisasi
DO:
Pengkajian abdomen:
Inspeksi tampak datar
Palpasi perut klien lembut
Perkusi tidak ada distensi
Auskultasi biasanya bising usus normal
Sistem Integuman
DS:
Kelainan kulit, lesi atau sariawan
DO:
Pengkajian kulit, integritas serta turgor kulit?
Pemasangan IV terapi, lokasi, waktu dan ukuran IV kateter bagaimana?
Aktivitas
DS:
Keterbatasan dalam aktivitas karena kelemahan.
Kemampuan melaksanakan aktivitas tidak mampu
ADLsnya klien biasanya perlu bantuan
Makan, minum, berpakaian, mandi dan toileting perlu bantuan.
DO:
Respon terhadap aktifitas seperti perubahan nadi, pola napas dan lain-lain biasanya
meningkat.
Penampilan umum selama beraktivitas biasanya lemas.
Risiko cidera saat berativitas biasanya tinggi
Kardiovaskular
DS:
Penyakit jantung atau pembuluh darah aseperti PJK biasanya ada
DO:
TD biasanya Tinggi hingga sistolik diatas 200 mmHg
Turgor kulit serta hidrasi biasanya jelek
Suhu tinggi ada atau tidak
Auskultasi jantung, bunyi jantung normal
Respirasi
DS:
Menggunakan oksigen
DO:
RR biasanya normal
SPO2 biasanya normal
Pemeriksaan dada:
Inspeksi dada simetris
Perkusi dada somor
Auskultasi suara napas normal
DO:
Penjagaan fisik saat aktvitas tertentu
Reaksi pupil biasanya nirmal atau midriasis jika sudar kritis
Masalah indra seperti penglihatan kabur dan lain-lain
Kelemahan fisik
Komunikasi
DS:
Klien sulit bicara
DO:
bicara tampak pelo dan mulut mengot
DO:
Perilaku yang menampakkan rasa cemas, duka, rasa ingin menguasai, rasa takut
DO:
Resiko untuk : komplikasi immobilisasi dan jatuh
Laboratorium
Biasanya dapat diperiksa darah rutin untuk melihat normal atau tidaknya kadar
hematocrit yang dapat mempengaruhi jumlah sel darah merah. Pemeriksaan gula
darah kolesterol untuk melihat penyebab stroke itu sendiri dan kreatinin fosfokinase
untuk melhat fungsi ginjal.
Radiologi
Pemeriksaan radiologi disini adalah dengan memeriksa CT scan atau dengan MRI
untuk melihat dimana lokasi dan seberapa luas area otak yang mengalami stroke.
Dengan pemeriksaan ini tentunya dapat menentukan tindakan selanjutnya untuk
menangani stroke apakah akan dilakukan pembedahan atau tidak.
Neurologis
Pemeriksaan neurologis seperti GCS dan refleks serk ta respon pupil untuk melihat
tingkat keparahan serangan stroke itu sendiri.
Menunjukkan status sirkulasi dan kognisi, yang dibuktikan oleh indicator sebagai
berikut:
1 gangguan eksterm
2 berat
3 sedang
4 ringan
5 tidak ada gangguan
Indikator 1 2 3 4 5
TD sistolik dan diastolik
Bruit pembuluh darah besar
Hipotensi ortostatik
Berkomunikasi dengan jelas dan
sesuai dengan usia serta kemampuan
Menunjukkan perhatian, konsentrasi
dan orientasi kognitif
Menunjukkan memori jangkan panjang
dan saat ini
Mengolah informasi
Membuat keputusan yang tepat
Pasien akan:
TTV
PO2, PCO2, pH dan kadar bikarbonat
PaCO2 dan SaO2 dan kadar Hb untuk mnentukan pengiriman oksigen
kejaringan
Periksa pupil
Periksa mata
Sakit kepala
Tingkat kesadaran dan orientasi
Memori, alam perasaan dan afek
Curah jantung
Reflek corneal, batuk dan muntah
Tonus otot, pergerakan motorik, gaya berjalan dan kesesuaian
Aktivitas kolaboratif
Aktivitas lain
Perawatan dirumah
1 gangguan eksterm
2 berat
3 sedang
4 ringan
5 tidak ada gangguan
Indikator 1 2 3 4 5
Saturasi oksigen saat
beraktivitas
Frekuensi pernapasan
saat beraktivitas
Kemampuan untuk
berbicara saat beraktivitas
fisik
Pengkajian
Kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri,
ambulasi, dan melakukan ADL
Kaji respon emosi, sosial dan spiritual terhadap aktivitas
Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas
Ajarkan pada pasien dan orang terdekat tentang teknik perawatan diri yang
akan meminimakan konsumsi oksigen
Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu untuk
mencegah kelelahan
Aktivitas kolaboratif
Aktivitas lain
Perawatan dirumah