Anda di halaman 1dari 104

Askep CKD Aplikasi Nanda NIC NOC

Ana Nurkhasanah Monday, December 26, 2016 Askep KMB

Askep CKD aplikasi Nanda NIC NOC merupakan konsep asuhan keperawatan
secara teoritis yang diberikan kepada pasien dengan masalah gagal ginjal kronis
atau CKD. Pada konsep askep CKD pada artikel ini menggunakan konsep Nanda
NIC NOC mulai dari pengkajian, diagnose keparawatan, intervensi keperawatan
menggunakan ilmu keperawatan Nanda NIC NOC.

DEFINISI CKD ATAU GAGAL GINJAL KRONIS

Gagal ginjal kronis atau biasa kita sebit dengan CKD (cronic kodney disease)
merupakan suatu keadaan dimana ginjal mengalami kegagalan fungsi ginjal untuk
mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit yang di
disebabkan oleh rusaknya struktur ginjal yang progresif dengan dengan gejala
penumpukan sisa metabolic didalam darah.
Gagal ginjal kronis juga disingkat dengan GGK adalah suatu sindrom klinis yang
disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif,
dan cukup lanjut. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerulus kurang dari 50
ml/menit.

PENYEBAB GAGAL GINJAL KRONIS

Gagal ginjal kronis dapat disebabkan oleh beberapa kondisi baik yang berasal dari
ginjal itu sendiri atau dapat dari luar tubuh. Akan tetapi apapun penyebab gagal
ginjal kronis, respon yang terjadi terhadap tubuh adalah penurunan fungsi ginjal
secara progresif.

Penyakit dari ginjal (intrinsik)

Beberapa kondisi dari ginjal sendiri yang dapat menyebabkan gagal ginjal kronis
adalah sebagai berikut:

Penyakit pada saringan yang ada di dalam ginjal yaitu glomerulus seperti
glomerulonephritis atau peradangan pada glomerulus ginjal.
Infeksi kuman seperti pyelonefritis, ureteritis yang berasal dari infeksi saluran
kemih dan lain-lain.
Batu ginjal seperti nefrolitiasis atau urolitiasis
Kista di ginjal seperti polcystis kidney
Trauma langsung yang terjadi pada ginjal pada kondisi kecelakaan
Keganasan pada ginjal seperti kanker ginjal
Sumbatan pada saluran di dalam ginjal seperti tumor, batu,
penyempitan/striktur

Penyakit dari luar ginjal (ekstrinsik)

Beberapa penyakit dari luar ginjal yang dapat menyebabkan terjadinya gagal ginjal
adalah sebagai berikut:

Penyakit sistemik seperti penyakit diabetes mellitus, hipertensi dan juga


kolesterol tinggi serta dyslipidemia
Infeksi seperti penyakit tb paru, sifilis, malaria dan juga hepatitis, dan lain-lain.
Preeklamsi pada ibu hamil
Penggunaan obat-obatan dalam jangka panjang
Kehilangan banyak cairan yang mendadak seperti pada kondisi luka bakar.

PATHWAY GAGAL GINJAL KRONIS

TANDA DAN GEJALA GAGAL GINJAL KRONIS

Pada kondisi gagal ginjal kronis, setiap sistem tubuh biasanya akan dipengaruhi oleh
kondisi seperti uremia, maka pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan gejala.
Tingkat keparahan gejala yang muncul tergantung juga dari tingkat kerusakan ginjal,
kondisi lain yang mendasari gagal ginjal , dan juga usia dari pasien itu sendiri.

Gejala yang muncul pada sistem kardiovaskuler pada gagal ginjsl kronis biasanya
mencakup hipertensi atau darah tinggi yang di akibatkan oleh retensi cairan dan
natrium dari aktivasi system rennin-angiotenin-aldosteron, gagal jantung kongestif,
dan edema pulmoner atau edema paru-paru yang di akibatkan oleh penumpukan
cairan yang berlebihan di paru-paru dan perikarditis atau radang pada lapisan luar
jantung yang di akibatkan oleh iritasi pada lapisan pericardial oleh toksin uremia.

Sedangkan gejala yang sering muncul pada kulit pasien adalah mencakup rasa gatal
yang parah (pruritis). Butiran uremik, suatu penumpukan kristal urea di kulit, saat ini
jarang terjadi akibat penanganan dini dan agresif terhadap penyakit ginjal tahap
akhir.

Gejala yang muncul pada sistem gastrointestinal biasanya anoreksia, mual, muantah
dan cegukan. Perubahan neuromuskuler mencakup perubahan tingkat kesadaran,
ketidak mampuan berkonsentrasi, kedutan otot dan kejang.

Menurut Long, 1996, gejala dini dari gagal ginjal kronik adalah seperti lethargi, sakit
kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang, mudah tersinggung,
depresi. Sedangkan gejala lebih lanjut dari gagal ginjal kronis adalah anoreksia,
mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau
tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga
sangat parah.

KOMPLIKASI GAGAL GINJAL KRONIS

Penyakit gagal ginjal kronis selain dapat mengganggu fungsi ginjal juga dapat
menyebabkan komplikasi pada tubuh, diantaranya adalah:

Hiperkalemia (tingginya kadar kalium didalam darah) yang diakibatkan


penurunan eksresi asidosis metabolic, katabolisme dan masukan diit berlebih
yang berlebihan.
Perikarditis, efusi perincardial dan juga temponade jantung
Hipertensi yang diakibatkan oleh retensi cairan dan natrium serta mal fungsi
sistem rennin angioaldosteron
Anemia yang di akibatkan oleh penurunan eritroprotein, rentang usia sel
darah merah, pendarahan gasstrointestinal akibat iritasi pada lapisan mukosa
saluran pencernaan.
Penyakit tulang seperti osteoporosis dan lain-lain yang diakibatkan oleh
retensi fosfat kadar kalium serum yang rendah metabolisme vitamin D,
abnormal dan peningkatan kadar aluminium

PEMERIKSAAN PENUNJANG PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS

Beberapa pemeriksaan penunjang berikut biasanya dapat dilakukan untuk


membantu melakukan diagnosis penyakit gagal ginjal kronis.

Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan utama yang harus dilakukan
untuk melihat bagaimana fungsi ginjal apakah masih normal atau sudah abnormal.
Pemeriksaan laboratorium berikut dapat dilakukan untuk mendiagnosis gagal ginjla
kronis.

Laju Endap Darah biasanya tinggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan
hipoalbuminemia. Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang
rendah.
Ureum dan kreatinin biasanya meningkat, biasanya perbandingan antara
ureum dan kreatinin kurang lebih 20 : 1. Perbandingan meninggi akibat
pendarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid, dan
obstruksi saluran kemih. Perbandingan ini berkurang ketika ureum lebih kecil
dari kreatinin, pada diet rendah protein, dan tes Klirens Kreatinin yang
menurun.
Hiponatremi yang pada umumnya disebabkan karena kelebihan cairan.
Hiperkalemia yang biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan
menurunya dieresis
Hipokalemia dan hiperfosfatemia: terjadi karena berkurangnya sintesis
vitamin D3 pada GGK.
Phosphate alkaline meningkat akibat dari gangguan metabolisme tulang,
terutama isoenzim fosfatase lindi tulang.
Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia yang umunya disebabkan
gangguan metabolisme dan diet rendah protein.
Peningkatan kadar gula darah yang di akibatkan oleh gangguan metabolisme
karbohidrat pada gagal ginjal ( resistensi terhadap pengaruh insulin pada
jaringan perifer ).
Hipertrigliserida yang diakibatkan oleh gangguan metabolisme lemak,
disebabkan peningkatan hormone insulin dan menurunnya lipoprotein lipase.
Asidosis metabolic dengan kompensasi respirasi menunjukan Ph yang
menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang menurun,
semuanya disebabkan retensi asam-asam organic pada gagal ginjal.

Radiology

Foto polos abdomen untuk dapat dilakukan untuk membantu menilai bentuk dan
besar ginjal (juga untuk melihat adanya batu atau obstruksi). Dehidrasi karena
proses diagnostic akan memperburuk keadaan ginjal, oleh sebab itu penderita
diharapkan tidak puasa dan harus minum.
Intra Vena Pielografi (IVP)

Pemeriksaan ini dilakukan Untuk menilai system pelviokalisis dan ureter.

USG (ultrasonografi)

Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal
parenkim ginjal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter
proksimal, kandung kemih dan juga prostat.

EKG (elektrokardiogram)

Pemeriksaan EKG ini ntuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).

PENATALAKSANAAN MEDIS GAGAL GINJAL KRONIS

Tujuan dari penatalaksanaan medis pada gagal ginjal kronik adalah untuk
mempertahankan fungsi ginjal dan homeostasis tubuh selama mungkin. Semua
faktor yang berperan dalam terjadinya gagal ginjal kronik dicari dan kemudian
diatasi.

Adapun penatalaksanaan gagal ginjal kronis yang dapat dilakukan adalah


penatalaksanaan konservatif yang meliputi pengaturan diet, cairan dan garam,
memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa, mengendalikan
hiperensi, penanggulangan asidosis, pengobatan neuropati, deteksi dan mengatasi
komplikasi.

Penatalaksanaan pengganti dari penatalaksanaan diatas diantaranya adalah dialysis


(hemodialysis atau peritoneal dialysis) dan juga transplantasi ginjal.

Selain itu tujuan penatalaksanaan adalah untuk menjaga keseimbangan cairan dan
elektrolit dan mencegah komplikasi-komplikasi untuk tubuh sebagai berikut :

Dialisis

Dialysis atau biasa kita sebut dialisa (cuci darah) dapat dlakukan untuk mencegah
komplikasi gagal ginjal yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis, dan kejang.
Dialysis memperbaiki abnormalitas biokimia, menyebabkan cairan, protein, dan
natrium dapat dikonsumsi sevara bebas, menghilangkan kecenderungan
pendarahan, dan membantu menyembuhkan luka.

Koreksi hiperkalemi

Mengendalikan kalium darah sangat penting karena hiperkalemi dapat menimbulkan


kematian mendadak. Hal yang pertama harus diingat adalah jangan menimbulkan
hiperkalemia. Selain dengan pemeriksaan darah, hiperkalemia juga dapat
didiagnosis dengan EEG dan EKG. Bila terjadi hiperkalemia, maka pengobatannya
adalah dengan mengurangi intake kalium, pemberian Na Bikarbonat, dan pemberian
infuse glukosa.

Koreksi anemia

Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat meninggikan Hb. Transfusi
darah hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang kuat, missal pada adanya
insufisiensi koroner.

Koreksi asidosis

Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari. Natrium


bikarbonat dapat diberikan peroral atau parenteral. Hemodialisis dan dialysis
peritoneal dapat juga mengatasi asidosis

Pengendalian hipertensi

Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa, dan vasodilator dilakukan. Mengurangi
intake garam dalam mengendalikan hipertensi harus hati-hati karena tidak semua
gagal ginjal disertai retensi natrium.

Transplantasi ginjal

Dengan pencangkokan ginjal yang sehat ke pasien GGK, maka seluruh faal ginjal
diganti oleh ginjal yang baru.
ASKEP CKD APLIKASI NANDA NIC NOC

Untuk selanjutnya langsung saja saya paparkan bagaimana konsep Asuhan


Keperawatan CKD Menggunakan Aplikasi Nanda NIC NOC yang saya dapat dari
literature-literatur.

Identitas Klien

Silahkan masukkan identitas klien mulai dari nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan,
tempat tiinggal, dan lain-lain. Identitas klien disini dapat menjadi penunjang informasi
dalam memberikan asuhan keperawatan.

Keluhan Utama

Keluhan utama yang biasanya muncul pada kondisi gagal ginjal kronis atau CKD
pada umumnya bervariasi, mulai dari urine output sedikit bahkan hingga tidak ada
urin output, gelisah hingga terjadi penurunan kesadaran, anoreksia atau hilang nafsu
makan, mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah berkepanjangan, napas
berbau khas (bau ureum), dan dapat terjadi gatal-gatal pada kulit.

Gejala paling khas pasien CKD biasanya terjadi penurunan urin output dan
penumpukan cairan atau edema pada ekstremitas atas maupun bawah.

Riwayat penyakit masa lalu

Kaji adanya penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, gagal jantung,
penggunaan obat-obat nefrotoksik, Benign prostatic hyperplasia (BPH), dan
prostektomi. Kaji adanya riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi system
prkemihan yang berulang, penyakit diabetes mellitus, dan penyakit hipertensi pada
masa sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab. Penting untuk dikaji
mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi
terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan.

DATA FOKUS PENGKAJIAN ASKEP CKD ATAU GAGAL GINJAL KRONIS


MENGGUNAKAN 13 DOMAIN NANDA

PROMOSI KESEHATAN
Data Subjektif:
Riwayat penyakit yang seperti DM, Hipertensi, batu ginjal, dan lain-lain
Pengetahuan tentang penyakit biasanya kurang

DO:
KU biasanya tergantung dari berat ringannya gagal ginjal kronis mulai dari KU
sedang hingga sakit parah
TTV : TD biasanya tinggi, takikardi, takipnea, suhu meningkat
Terkadang ada riwayat pengoabatan/obat yg digunakan klien pada masa lalu

NUTRISI
DS:
Mual dan muntah, anoreksia
BB dapat menurun
Riwayat DM

DO:
Diare sekunder dari bau mulut ammonia, peradangan mukosa mulut, dan ulkus
saluran cerna sehingga sering di dapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan.

ELIMINASI

Sistem Urinarius
DS:
Riwayat penyakit kandung kemih seperti batu ginjal, BPH dan lain-lain
BAK biasanya sedikit dan bahkan tidak BAK

DO:
BAK sedikit dan bahkan tidak ada

Sistem Integuman
DS:
Kulit kering dan kasar

DO:
Itegritas kulit buruk dan elastisitas kulit jelek

AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT


Aktivitas
DS:
Kelelahan saat beraktivitas

DO:
Penampilan umum selama beraktivitas biasanya klien kelelahan
Risiko cidera saat berativitas

Kardiovaskular
DS:
Edema ekstremitas

DO:
Edema ekstremitas atas dan bawah
Turgor kulit jelek
Suhu biasanya normal
Auskultasi jantung, bunyi jantung normal

Respirasi
DS:
Napas cepat hingga sesak bau khas amoniak

DO:
RR biasanya lebih dari 20
Kualitas pernapasan cepat dangkal

PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG DAPAT DI LAKUKAN UNTUK


MENUNJANG DIAGNOSA KEPERAWATAN CKD ATAU GAGAL GINJAL
KRONIS

Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan utama yang harus dilakukan


untuk melihat bagaimana fungsi ginjal apakah masih normal atau sudah abnormal.
Pemeriksaan laboratorium berikut dapat dilakukan untuk mendiagnosis gagal ginjla
kronis.
Laju Endap Darah biasanya tinggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan
hipoalbuminemia. Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang
rendah.
Ureum dan kreatinin biasanya meningkat, biasanya perbandingan antara
ureum dan kreatinin kurang lebih 20 : 1. Perbandingan meninggi akibat
pendarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid, dan
obstruksi saluran kemih. Perbandingan ini berkurang ketika ureum lebih kecil
dari kreatinin, pada diet rendah protein, dan tes Klirens Kreatinin yang
menurun.
Hiponatremi yang pada umumnya disebabkan karena kelebihan cairan.
Hiperkalemia yang biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan
menurunya dieresis
Hipokalemia dan hiperfosfatemia: terjadi karena berkurangnya sintesis
vitamin D3 pada GGK.
Phosphate alkaline meningkat akibat dari gangguan metabolisme tulang,
terutama isoenzim fosfatase lindi tulang.
Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia yang umunya disebabkan
gangguan metabolisme dan diet rendah protein.
Peningkatan kadar gula darah yang di akibatkan oleh gangguan metabolisme
karbohidrat pada gagal ginjal ( resistensi terhadap pengaruh insulin pada
jaringan perifer ).
Hipertrigliserida yang diakibatkan oleh gangguan metabolisme lemak,
disebabkan peningkatan hormone insulin dan menurunnya lipoprotein lipase.
Asidosis metabolic dengan kompensasi respirasi menunjukan Ph yang
menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang menurun,
semuanya disebabkan retensi asam-asam organic pada gagal ginjal.

Radiology

Foto polos abdomen untuk dapat dilakukan untuk membantu menilai bentuk dan
besar ginjal (juga untuk melihat adanya batu atau obstruksi). Dehidrasi karena
proses diagnostic akan memperburuk keadaan ginjal, oleh sebab itu penderita
diharapkan tidak puasa dan harus minum.

Intra Vena Pielografi (IVP)

Pemeriksaan ini dilakukan Untuk menilai system pelviokalisis dan ureter.


USG (ultrasonografi)

Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal
parenkim ginjal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter
proksimal, kandung kemih dan juga prostat.

EKG (elektrokardiogram)

Pemeriksaan EKG ini ntuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).

DIAGNOSE KEPERAWATAN YANG MUNGKIN DAPAT MUNCUL PADA PASIEN


CKD ATAU GAGAL GINJAL KRONIS

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan disfungsi ginjal dan retensi


natrium yang ditandai dengan penurunan keluaran urine dan retensi cairan
2. Mual berhubungan dengan iritasi lambung yang ditandai dengan anoreksia
dan muntah
3. Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

INTERVENSI KEPERAWATAN PADA PASIEN CKD ATAU GAGAL GINJAL


KRONIS

Diagnose 1 : Kelebihan volume cairan berhubungan dengan disfungsi ginjal


dan retensi natrium yang ditandai dengan penurunan keluaran urine dan
retensi cairan

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan pasien akan menunjukkan:

Kelebihan volume cairan dapat dikurangi, yang dibuktikan oleh


Keseimbangan elektrolit dan asam basa, keseimbangan cairan, fungsi ginjal
yang adekuat
Keseimbangan cairan tidak akan terganggu/kelebihan yang dibuktikan oleh
indicator sebagai berikut:

1 gangguan eksterm
2 berat
3 sedang
4 ringan
5 tidak ada gangguan
Indikator 1 2 3 4 5
Keseimbangan asupan dan
haluaran dalam 24 jam
Berat badan stabil
Berat jenis urin dalam batas norma
Suara napas tambahan
Stress, distensi vena leher, dan
edema perifer

Intervensi keperawatan (NIC)

Pengkajian

Tentukan lokasi dan derajat edema perifer, sacral, dan periorbital pada skala
1+ sampai 4+
Kaji komplikasi pulmonal atau kardiovaskuler yang diindikasikan dengan
peningkatan tanda gawat napas, nadi, TD, buni jantung yang abnormal, dan
suara napas tidak normal
Kaji ekstremitas atau bagian tubuh yang edema terhadap gangguan sirkulasi
dan integritas kulit
Kaji efek pengobatan
Pantau secara teratur lingkar abdomen atau ekstremitas

Manajemen cairan (NIC):

Timbang berat badan setiap hari dan pantau kecenderungannya


Pertahankan catatan asupan dan haluaran yang akurat
Pantau hasil laboratorium yang relevan terhadap retensi cairan
Pantau indikasi kelebihan atau retensi cairan, sesuai dengan keperluan

Penyuluhan untuk pasien/keluarga

Ajarkan pasien tentang penyebab dan cara mengatasi edema, pembatasan


diet, dan penggunaan dosis, dan efek samping obat yang diprogramkan
Manajemen cairan (NIC): anjurkan pasien untuk puasa, sesuai dengan
kebutuhan

Aktivitas kolaboratif

Lakukan dialysis jika diindikasikan


Konsultasikan dengan penedia laanan kesehatan primer mengenai
penggunaan stoking antiemboli atau bulatan Ace
Konsultasikan dengan ahli gizi untuk memberikan diet dengan kandungan
protein yang adekuat dan pembatasan natrium

Manajemen cairan (NIC):

Konsultasikan ke dokter jika tanda dan gejala kelebihan cairan menetap atau
memburuk
Berikan diuretic, jika perlu

Aktivitas lain

Ubah posisi setiap.. (sebutkan)


Tinggikan ekstremitas untuk meningkatkan aliran balik vena
Pertahankan dan alokasikan pembatasan cairan pasien
Manajemen cairan (NIC): distribusikan asupan cairan selama 24 jam jika
perlu

Perawatan dirumah

Bantu klien dan keluarga untuk menerapkan pembatasan diet dan latihan fisik
kedalam gaya hidup mereka
Kaji tingkat kepatuhan terhadap program terapi medis dan pengobatan
Kaji keluarga apakah mengenali tanda dan gejala memburuknya tingkat
kelebihan volue cairan dan bilamana harus menghubungi layanan kesehatan
primer atau ambulan darurat
Instruksikan klien untuk menimbang berat badannya setiap hari dengan alat
timbangn yang sama, beritahu dokter jika terdapat perubahan lebih dari 1,5
kg dalam 24 jam
Tentukan apakah ada factor yang dapat untuk mengganggu kemampuan
klien atau motivasi klien untuk mematuhi pembatasan cairan dan diet

Diagnose 2 : Mual berhubungan dengan iritasi lambung yang ditandai dengan


anoreksia dan muntah

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan pasien akan menunjukkan:

Mual akan berkurang yang dibuktikan oleh Selera makan, Tingkat


kenyamanan, Hidrasi, Pengendalian mual-muntah, Mual dan muntah: efek
gangguan, Keparahan mual dan muntah, Status nutrisi yang adekuat
Memperlihatkan efek gangguan mual dan muntah yang dapat diterima, yang
dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:

1 sangat berat

2 berat

3 sedang

4 ringan

5 tidak mengalami

Indikator 1 2 3 4 5
Penurunan asupan cairan
Penurunan asupan makanan
Penurunan haluaran urin
Gangguan keseimbangan cairan
Gangguan elektrolit serum
Gangguan status nutrisi
Penurunan berat badan

Memperlihatkan hidrasi, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:


1 gangguan eksterm
2 berat
3 sedang
4 ringan
5 tidak ada gangguan
Indikator 1 2 3 4 5
Peningkatan hematokrit
Membrane mukosa lembab
Peningkatan hematokrit
Rasa haus
Bola mata cekung dan lembab
Penurunan tekanan darah
Nadi cepat dan lemah

Melaporkan terbebas dari mual


Mengidentifikasi dan melakukan tindakan yang dapat menurunkan mual

Intervensi keperawatan (NIC)

Pengkajian

Pantau gejala subjektif mual pada pasien


Pantau warna, berat jenis dan jumlah urin
Kaji penyebab mual

Pemantauan nutrisi (NIC):

Pantau kecenderungan peningkatan atau penurunan berat badan


Pantau adanya kulit kering dan pecah-pecah yang disertai depigmentasi
Pantau turgorkulit jika diperlukan
Pantau adanya pembengkakan atau pelunakan, penyusutan dan peningkatan
perdarahan pada gusi
Pantau tingkat energy, malaise, keletihan dan kelemahan
Pantau asupan kalori dan makanan

Manajemen cairan (NIC):

Pertahankan keakuratan pencatatan asupan dan haluaran urin


Pantau TTV jika perlu
Pantau makanan dan cairan yang dikonsumsi dan hitung asupan kalori setiap
hari, jika perlu
Pantau status hidrasi, jika perlu
Penyuluhan untuk pasien dan keluarga

Jelaskan penyebab mual


Apaila memungkinkan, beritahu pasien seberapa lama kemungkinan mua
akan terjadi
Ajarkan pasien menelan untuk secara sadar atau napas dalam untuk
menekan reflek muntah
Ajarkan untuk makan secara perlahan
Ajarkan untuk membatasi minum 1 jam sebelum, 1 jam setelah, dan selama
makan

Aktivitas kolaboratif

Berikan obat antiemetic sesuai anjuran


Konsultasikan dengan dokter untuk memberikan obat pengendali nyeri yang
adekuat dan tidak menyebabkan mua pada pasien
Manajemen cairan (NIC): berikan terapi IV, sesuai dengan anjuran

Aktivitas lain

Tinggikan bagian kepala tempat tidur atau ubah posisi pasien lateral untuk
mencegah aspirasi
Pertahankan kebersihan klien dan tempat tidur saat terjadi muntah
Pindahkan segera benda-benda yang menimbulkan bau
Jangan menjadwakan tindakan yang menyebabkan nyeri atau mual sebelum
atau sesudah makan
Berikan perawatan mulut setelah terjadi muntah
Berikan kain basah yang dingin dipergelangan tangan, leher dan dahi pasien
Tawarkan makanan dingin dan makanan lainnya dengan aroma minimal
Pemantauan nutrisi (NIC): perhatikan perubahan ststus nutrisi yang signifikan
dan sesegera lakukan penanganan, jika perlu

Perawatan dirumah

Instruksikan kepada klien untuk menghindari bau dari makanan yang


disiapkan dirumah
Semua intervensi diatas dapat dilakukan untuk perawatan dirumah
Diagnose 3 : Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan pasien akan menunjukkan:


Memperlihatkan status gizi: asupan makanan dan cairan, yang dibuktikan oleh
indicator sebagai berikut:

1. Tidak adekuat
2. Sedikit adekuat
3. Cukup adekuat
4. Adekuat
5. Sangat adekuat

Indicator 1 2 3 4 5
Makanan oral, pemberian
makanan lewat selang, atau
nutrisi parenteral total
Asupan cairan oral atau IV

Mempertahankan berat badan. Kg ata bertambahkg pada..(tglnya)


Menjelaskan komponen gizi adekuat
Mengungkapkan tekad untuk mematuhi diet
Menoleransi diet yang dianjurkan
Mempertahankan masa tubuh dan berat badan dalam batas normal
Memiliki nilai laboratorium dalam batas normal
Melaporkan tingkat energy yang adekuat

Intervensi keperawatan (NIC)

Intervensi untuk semua ketidakseimbangan nutrisi:

Pengkajian

Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan


Pantau nilai laboratotium, khususnya transferin, albumin, dan elektrolit
Manajemen nutrisi:

Ketahui makanan kesukaan pasien


Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
Timbang pasien pada interval yang tepat

Penyuluhan untuk pasien/keluarga

Ajarkan metode untuk perencanaan makan


Ajarkan pasien dan keluarga tentang makanan yang berizi dan tidak mahal
Manajemen nutrisi: berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi
dan bagaimana memenuhinya

Aktivitas kolaboratif

Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein pasien


yang mengalami ketidakadekuatak asupan protein
Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan, makanan
lengkap, pemberian makanan melaui selang, atau nutrisi parenteral total agar
asupan kalori yang adekuat dapat dipertahankan
Rujuk kedokter untuk menentukan penyebab gangguan nutrisi
Rujuk ke program gizi dikomunitas yang tepat jika pasien tidak dapat
memenuhi asupan nutrisiyang adekuat
Manajemen nutrisi; tentukan dengan melakukan kolaborasi dengan ahli gizi
jika diperlukan jumlah kalori, dan jenis zat gizi yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi.

Aktivitas lain

Buat perencanaan makan sesuai dengan selera pasien


Dukung anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan pasien
Suapi pasien jika perlu
Manajemen nutrisi: berikan pasien minuman dan kudapan bergizi tinggi
protein, tinggi kaori yang siap dikonsumsi dan ajarkan pasien tentang cara
membuat jadwal makan jika perlu
NANDA NOC NIC 2015/2017 : ASKEP
CUSHING SINDROM

MAKALAH
cushing sindrom

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT , karena atas berkat dan
limpahan rahmatnyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Berikut ini KELOMPOK 4A mempersembahkan sebuah makalah dengan judul


"Asuhan keperawatan Sindrom cushing, yang menurut kami dapat memberikan manfaat
yang besar bagi kita untuk mengetahui bahaya dari penyakit ini.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa masih terdapat banyak
kekurangan, baik sengaja maupun tidak sengaja, di karenakan keterbatasan ilmu
pengetahuan dan wawasan serta pengalaman yang kami miliki.

Untuk itu kami memohon maaf atas segala kekurangan tersebut, oleh karena itu
kami sangat berharap segala saran dan kritik serta masukan yang bersifat membangun dari
pembaca.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami kelmpok 4A sendiri,dan
kepada para pembaca sekalian. Amiiiin,

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR............................................................................................................................... 1

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................... 4

A. Latar Belakang Penulisan ............................................................................................................. 4


B. Tujuan Penulisan ................................................................................................................................ 4
C. Manfaat Penulisan .............................................................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................ 5

A. Konsep Medis: ..................................................................................................................................... 5


1. Definisi ................................................................................................................................................ 5
2. Etiologi ............................................................................................................................................... 6
3. Patofisiologi ........................................................................................................................................ 8
4. Manifestasi Klinik ............................................................................................................................... 7
5. Pemeriksaan Diagnostik ................................................................................................................... 10
6. Komplikasi ........................................................................................................................................ 12
7. Penatalaksanaan ............................................................................................................................. 11
B. Konsep Keperawatan ........................................................................................................................ 12
1. Pengkajian ........................................................................................................................................ 12
2. Diagnosa Keperawatan (NANDA) ..................................................................................................... 15
3. Intervensi (NIC) ................................................................................................................................ 15
4. Evaluasi (NOC) .................................................................................................................................. 15
5. Discharge Planning ........................................................................................................................... 16
BAB III TINJAUAN KASUS 19

A. Skenario Kasus 19

B. Daftar Pertanyaan 19

BAB IV PEMBAHASAN 20
A. Jawaban Pertanyaan 20

B. Informasi Tambahan 20

1. Jurnal Ilmiah 20

2. Diagnosa Banding 20

BAB V PENUTUP 21

A. Kesimpulan 21

B. Saran 21

DAFTAR PUSTAKA 21

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan

Kelenjar adrenal terdiri dari medula dan korteks. Korteks terdiri atas zona glomerulosa,
fasikulata, dan retikularis. Zona glomerulosa mensekresikan aldosteron dan dikendalikan oleh
mekanisme renin-angiotensin dan tidak bergantung pada hipofisis. Zona fasikulata dan retikularis
mensekresikan kortisol dan hormon androgenik dan dikendalikan oleh hipofisis melalui ACTH.

Sekresi ACTH oleh hipofisis dikendalikan oleh (1) faktor pelepas kortikotropin hipotalamus,
dan (2) efek umpan balik kortisol. Ketika terjadi suatu gangguan pada pembentukan hormon-
hormon tersebut baik berlebih maupun kekurangan, akan mempengaruhi tubuh dan menimbulkan
keabnormalan. Sindrom cushing adalah terjadi akibat kortisol berlebih.

B. Tujuan Penulisan
1. Umum

Pembaca mampu memahami penyakit sindrom cushing secara umum.


2. Khusus

Mampu memahami defenisi sindrom cushing


Mampu memahami etiologi sindrom cushing
Mampu memahami manifestasi klinis sindrom cushing
Mampu memahami anatomi fisiologi sindrom cushing
Mampu memahami klasifikasi sindrom cushing
Mampu memahami patofisiologis sindrom cushing
Mampu memahami penatalaksanaan sindrom chusing
Mampu mehami konsep keperawatan pada pasien sindrom cushing
C. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan ini yaitu:

Sebagai proses pembelajaran dalam mengangkat diagnosa keperawatan pada penyakit sindrom
cushing.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis
1. Definisi Cushing Sindrom

Cushing Syndrome atau sindrom cushing adalah gangguan hormonal yang disebabkan oleh
paparan berkepanjangan akibat hormone kotisol yang tinggi. Gangguan ini juga sering disebut
dengan hypercortisolism. Sindrom cushing relatif langka dan paling sering mempengaruhi orang
dewasa berusia 20 tahun sampai 50 tahun. Orang yang gemuk dan menderita penyakit diabetes tipe
2 dengan hipertensi dan memiliki control buruk akan kadar gula darah, memiliki peningkatan risiko
yang lebih besar pada gangguan tersebut.

Pada sindrom cushing, kadar kortikosteroid berlebihan, biasanya dari produksi berlebihan pada
kelenjar adrenal. Sindrom cushing biasanya diakibatkan dari tumor yang menyebabkan kelenjar
adrenalin menghasilkan kortikosteroid berlebihan. Orang dengan sindrom cushing biasanya
menghasilkan lemak berlebihan melalui torso dan mempunyai bentuk wajah yang besar.

Sindrom cushing bisa terjadi juga pada orang yang harus menggunakan kortikosteroid dosis
tinggi karena keadaan medis serius. Mereka yang harus mengggunakan dosis tinggi memiliki gejala
yang sama dengan mereka yang menghasilkan terlalu banyak hormon tersebut. Gejala-gejalanya
bisa kadangkala terjadi bahkan jika kortikosteroid dihirup, seperti untuk asma, atau digunakan
khususnya untuk sebuah kondisi kulit

Sindrom cushing dibagi menjadi 2 jenis. Yaitu dependen ACTH dan independen ACTH. Pada
jenis dependen ACTH, hormon kortisol yang diproduksi secara berlebih oleh korteks adrenal
disebabkan oleh sekresi ACTH kelenjar hipofisis yang abnormal dan berlebihan. Keadaan ini juga
disebut sebagai penyakit cushing . Pada 80% pasien ini ditemukan adenoma hipofisis yang
menyekresi ACTH. Sedangkan 20% sisanya terdapat bukti-bukti histology hyperplasia hipofisis
kortikotrop. Pada kasus lain didapatkan kelebihan sekresi ACTH, hilangnya irama sirkadian normal
ACTH dan berkurangnya sensitivitas sistem control umpan balik ke tingkat kortisol dalam darah

Adanya sindrom cushing dapat ditentukan berdasarkan riwayat kesehatan dan pemeriksaan
fisik pada pasien, Diagnosis umumnya ditegakkan berdasarkan kadar kortisol yang abnormal dalam
darah dan urine. Berbagai macam tes spesifik dapat menentukan ada tidaknya irama sirkadian
normal pelepasan kortisol dan meanisme pengaturan umpan balik yang sensitif. Tidak adanya irama
sirkadian atau hilangnya kepekaan system pengaturan umpan balik merupakan cirri sindrom cushing

2. Etiologi Cushing Syndrom

Sindrom cushing disebabkan oleh pemberian glukortikoid jangka panjang dalam dosis
farmakologik atau oleh sekresi kortisol yang berlebihan akibat gangguan aksis hipotalamus-hipofisis-
adrenal (spontan). Sindrom cushing terjadi ketika jaringan tubuh yang terkena tingkat tinggi kortisol
terlalu lama. Banyak orang mengembangkan sindrom cushing karena mereka mengambil hormon
glukokortikoid-steroid yang secara kimiawi mirip dengan kortisol yang diproduksi secara alami
seperti prednisone untuk asma, rheumatoid arthritis, lupus, dan penyakit inflamasi lainnya. Bahan
tersebut juga digunakan untuk menekan sistem kekebalan tubuh setelah transplantasi untuk
menjaga tubuh dari menolak organ baru atau jaringan. Orang lain mengembangkan sindrom cushing
karena tubuh mereka memproduksi terlalu banyak hormon kortisol.

Penyebab paling umum dari sindrom Cushing adalah pemberian glukokortikoid eksogen
ditentukan oleh seorang praktisi kesehatan untuk mengobati penyakit lain (disebut sindrom cushing
iatrogenik's). Hal ini dapat menjadi efek pengobatan steroid dari berbagai gangguan seperti asma
dan rheumatoid arthritis, atau dalam imunosupresi setelah transplantasi organ. Penambahan ACTH
sintetik juga mungkin, tapi ACTH kurang sering diresepkan karena biaya dan kegunaan yang lebih
rendah. Meskipun jarang, Sindrom Cushing juga dapat disebabkan penggunaan
medroksiprogesteron. Selain itu, beberapa kekacauan sistem tubuh sendiri akan merespon untuk
mensekresi kortisol. Biasanya, ACTH dilepaskan dari kelenjar pituitari bila diperlukan untuk
merangsang pelepasan kortisol dari kelenjar adrenal. Dalam pituitari Cushing, seorang adenoma
jinak mengeluarkan ACTH hipofisis. Ini juga dikenal sebagai penyakit Cushing dan bertanggung jawab
atas 70% dari sindrom Cushing endogen's. Sindrom Cushing juga disebabkan oleh tumor hipofisis
atau tumor yang melepaskan ACTH.

Pada tumor korteks adrenal dapat terjadi tanpa bergantung pada kontrol ACTH yang dengan
kemampuannya untuk menyekresi kortisol secara autonomi dalam korteks adrenal. Tumor korteks
adrenal yang akhirnya menjadi sindrom cushing yang jinak (adenoma) atau yang ganas (karsinoma).
Adenoma korteks adrenal dapat menyebabkan sindrom cushing berat, namun biasanya berkembang
secara lamba dan gejala dapat timbul bertahun-tahun sebelum diagnosis ditegakkan. Sebaliknya,
karsinoma adreokortikal berkembang secara cepat dan dapat menyebabkan metastasis serta
kematian.

3. Manifestasi Cushing Syndrom

Gejala sindrom cushing salah satunya adalah terjadi peningkatan berat badan yang cepat,
terutama dari badan dan wajah dari anggota badan (obesitas sentral). Tanda umum lainnya adalah
pertumbuhan bantalan lemak di sepanjang tulang leher dan di bagian belakang leher (punuk kerbau)
dan wajah bulat sering disebut sebagai moon face. Gejala lain termasuk hiperhidrosis (keringat
berlebihan), telangiectasia (pelebaran kapiler), penipisan kulit yang menyebabkan mudah memar
dan kekeringan, khususnya tangan dan selaput lendir, ungu atau merah striae. Berat badan pada
sindrom cushing akan meregangkan kulit yang tipis dan lemah hingga menyebabkan perdarahan
pada pantat, lengan, kaki atau payudara. Selain itu, kelemahan otot proksimal (pinggul, bahu), dan
hirsutisme (wajah laki-pola pertumbuhan rambut), kebotakan dan atau menyebabkan rambut
menjadi sangat kering dan rapuh. Dalam kasus yang jarang terjadi, sindrom cushing dapat
menyebabkan hiperkalsemia, yang dapat menyebabkan nekrosis kulit. Kelebihan kortisol juga dapat
mempengaruhi sistem endokrin lainnya dan menyebabkan insomnia, menghambat aromatase, libido
berkurang, impotensi, amenorea / oligomenore dan infertilitas akibat peningkatan di androgen.

Pasien dengan sindrom cushing akan sering mengalami gangguan psikologis, mulai dari euforia
ke psikosis. Depresi dan kecemasan juga umum. Perubahan kulit lainnya mencolok yang mungkin
muncul dalam sindrom Cushing termasuk jerawat, kerentanan terhadap infeksi dermatofit dan
malassezia dangkal, dan karakteristik keunguan, striae atrofi pada perut. Tanda-tanda lainnya
termasuk poliuria, hipertensi persisten (karena peningkatan kortisol tentang efek vasoconstrictive
epinefrin) dan resistensi insulin (terutama umum dalam produksi ACTH ektopik), menyebabkan
hiperglikemia (gula darah tinggi) dan resistensi insulin yang dapat menyebabkan diabetes mellitus.
Resistensi insulin ini disertai dengan perubahan kulit seperti nigricans acanthosis di ketiak dan di
sekitar leher, serta tanda kulit di ketiak. Sindrom Cushing yang tidak diobati dapat menyebabkan
penyakit jantung dan kematian meningkat.

Sindrom Cushing karena kelebihan ACTH juga dapat mengakibatkan hiperpigmentasi, Hal ini
disebabkan produksi hormon yang merangsang melanosit sebagai produk sampingan dari sintesis
ACTH dan dari Pro-opiomelanocortin (POMC). Kortisol juga dapat menunjukkan aktivitas
mineralcorticoid dalam konsentrasi tinggi, memperburuk hipertensi dan menyebabkan hipokalemia
(umum di sekresi ACTH ektopik). Selanjutnya, gangguan pencernaan, infeksi oportunistik dan
gangguan penyembuhan luka (kortisol adalah hormon stres, sehingga menekan respon imun dan
inflamasi). Osteoporosis juga merupakan masalah dalam sindrom Cushing karena, sebagaimana
disebutkan sebelumnya, membangkitkan respon stres kortisol seperti. Akibatnya, perawatan tulang
(dan jaringan lainnya) menjadi sekunder untuk pemeliharaan respon stres. Selain itu, Cushing dapat
menyebabkan sakit sendi, terutama di pinggul, bahu, dan punggung bawah.

Kadar kortikosteroid tinggi setiap waktu meningkatkan tekanan darah, melemahkan tulang
(osteoporosis), dan mengurangi perlawanan terhadap infeksi. Resiko terbentuknya batu ginjal dan
diabetes meningkat, dan gangguan mental, termasuk depresi dan halusinasi, bisa terjadi. Wanita
biasanya memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur. Anak dengan sindrom cushing lambat
tumbuh dan tetap pandek. Pada beberapa orang, kelenjar adrenal juga menghasilkan androgen
dalam jumlah besar (testosteron dan hormon sejenisnya), menyebabkan moon face dan bulu
rambut tubuh pada wanita dan kebotakan.

4. Patofisiologi Cushing Syndrom

Penyebab cushing sindrom adalah peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap.
Untuk lebih memahami manifestasi klinik sindrom chusing, kita perlu membahas akibat-akibat
metabolik dari kelebihan glikokorikoid. Korteks adrenal mensintesis dan mensekresi empat jenis
hormon:

a. Glukokortikoid. Glukokortikoid fisiologis yang disekresi oleh adrenal manusia adalah kortisol

b. Mineralokortikoid. Mineralokortikoid yang fisiologis yang diproduksi adalah aldosteron,

c. Androgen

d. Estrogen

Kelebihan glukokortikoid dapat menyebabkan keadan-keadaan seperti dibawah ini:

1. Metabolisme protein dan karbohidrat.

Glukokortikoid mempunyai efek katabolik dan antianabolik pada protein, menyebabkan


menurunnya kemampuan sel-sel pembentk protein untuk mensistesis protein, sebagai akibatnya
terjadi kehilangan protein pada jaringan seperti kulit, otot, pembuluh darah, dan tulang. Secara klinis
dapat ditemukan: Kulit mengalami atropi dan mudah rusak, luka- luka sembuh dengan lambat.
Ruptura serabut-serabut elastis pada kulit menyebabkan tanda regang pada kulit berwarna ungu
(striae). Otot-otot mengalami atropi dan menjadi lemah. Penipisan dinding pembuluh darah dan
melemahnya jaringan penyokong vaskule menyebabkan mudah timbul luka memar. Matriks protein
tulang menjadi rapuh dan menyebabkan osteoporosis, sehingga dapat dengan mudah terjadi fraktur
patologis. Metabolisme karbohidrat dipengaruhi dengan merangsang glukoneogenesis dan
menganggu kerja insulin pada sel-sel perifer, sebagai akibatnya penderita dapat mengalami
hiperglikemia. Pada seseorang yang mempunyai kapasitas produksi insulin yang normal, maka efek
dari glukokortikoid akan dilawan dengan meningkatkan sekresi insulin untuk meningkatkan toleransi
glukosa. Sebaliknya penderita dengan kemampuan sekresi insulin yang menurun tidak mampu untuk
mengkompensasi keadaan tersebut, dan menimbulkan manifestasi klinik DM.

2. Distribusi jaringan adiposa.

Distribusi jaringan adiposa terakumulasi didaerah sentral tubuh Obesitas Wajah bulan (moon
face). Memadatnya fossa supraklavikulare dan tonjolan servikodorsal (punguk bison), Obesitas
trunkus dengan ekstremitas atas dan bawah yang kurus akibat atropi otot memberikan penampilan
klasik perupa penampilan Chusingoid.

3. Elektrolit

Efek minimal pada elektrolit serum. Kalau diberikan dalam kadar yang terlalu besar dapat
menyebabkan retensi natrium dan pembuangan kalium. Menyebabkan edema, hipokalemia dan
alkalosis metabolic

4. Sistem kekebalan

Ada dua respon utama sistem kekebalan; yang pertama adalah pembentukan antibody humoral
oleh sel-sel plasma dan limfosit B akibat ransangan antigen yang lainnya tergantung pada reaksi-
reaksi yang diperantarai oleh limfosit T yang tersensitasi.

Glukokortikoid mengganggu pembentukan antibody humoral dan menghabat pusat-pusat


germinal limpa dan jaringan limpoid pada respon primer terhadap anti gen. Gangguan respon
imunologik dapat terjadi pada setiap tingkatan berikut ini: Proses pengenalan antigen awal oleh sel-
sel sistem monosit makrofag. Induksi dan proleferasi limfosit imunokompeten. Produksi anti bodi.
Reaksi peradangan. Menekan reaksi hipersensitifitas lambat.

5. Sekresi lambung
Sekeresi asam lambung dapat ditingkatkan sekresi asam hidroklorida dan pepsin dapat meningkat.
Faktor-faktor protekitif mukosa dirubah oleh steroid dan faktor-faktor ini dapat mempermudah
terjadinya tukak.

6. Fungsi otak

Perubahan psikologik terjadi karena kelebihan kortikosteroid, hal ini ditandai dengan oleh ketidak
stabilan emosional, euforia, insomnia, dan episode depresi singkat.

7. Eritropoesis

Involusi jaringan limfosit, rangsangan pelepasan neutrofil dan peningkatan eritropoiesis. Namun
secara klinis efek farmakologis yang bermanfaat dari glukokortikoid adalah kemampuannya untuk
menekan reaksi peradangan. Dalam hal ini glukokortikoid dapat menghambat hiperemia, ekstra
vasasi sel, migrasi sel, dan permeabilitas kapiler, menghambat pelapasan kiniin yang bersifat
pasoaktif dan menekan fagositosis. Efeknya pada sel mast; menghambat sintesis histamin dan
menekan reaksi anafilaktik akut yang berlandaskan hipersensitivitas yang dperantarai anti bodi.
Penekanan peradangan sangat deperlukan, akan tetapi terdapat efek anti inflamasi yang merugikan
penderita. Pada infeksi akut tubuh mungkin tidak mampu melindungi diri sebagai layaknya
sementara menerima dosis farmakologik.

5. Pemeriksaan Diagnostik Cushing Syndrome

1. Pada pemeriksaan laboratorium sederhana,

didapati limfositofeni, jumlah netrofil antara 10.000 25.000/mm3. eosinofil 50/ mm3
hiperglekemi (Dm pada 10 % kasus) dan hipokalemia.

2. Pemeriksaan laboratorik diagnostik.

Pemeriksaan kadar kortisol dan overnight dexamethasone suppression test yaitu memberikan 1
mg dexametason pada jam 11 malam, esok harinya diperiksa lagi kadar kortisol plasma. Pada
keadaan normal kadar ini menurun. Pemerikaan 17 hidroksi kortikosteroid dalam urin 24 jam (hasil
metabolisme kortisol), 17 ketosteroid dalam urin 24 jam.
3. Tes-tes khusus untuk membedakan hiperplasi-adenoma atau karsinoma :

a. Urinary deksametasone suppression test. Ukur kadar 17 hidroxikostikosteroid dalam urin 24 jam,
kemudian diberikan dexametasone 4 X 0,5 mg selama 2 hari, periksa lagi kadar 17 hidroxi
kortikosteroid bila tidak ada atau hanya sedikit menurun, mungkin ada kelainan. Berikan
dexametasone 4 x 2 mg selama 2 hari, bila kadar 17 hidroxi kortikosteroid menurun berarti ada
supresi-kelainan adrenal itu berupa hiperplasi, bila tidak ada supresi kemungkinan adenoma atau
karsinoma.

b. Short oral metyrapone test. Metirapone menghambat pembentukan kortisol sampai pada 17
hidroxikortikosteroid. Pada hiperplasi, kadar 17 hidroxi kortikosteroid akan naik sampai 2 kali, pada
adenoma dan karsinoma tidak terjadi kenaikan kadar 17 hidroxikortikosteroid dalam urine.

c. Pengukuran kadar ACTH plasma.

d. Test stimulasi ACTH, pada adenoma didapati kenaikan kadar sampai 2 3 kali, pada kasinoma
tidak ada kenaikan (Mansjoer, 2007).

6. Penatalaksanaan Cushing Syndrom

Pengobatan sindrom cushing tergantung ACTH tidak seragam, bergantung apakah sumber ACTH
adalah hipofisis / ektopik.

a. Jika dijumpai tumor hipofisis. Sebaiknya diusahakan reseksi tumor tranfenoida.

b. Jika terdapat bukti hiperfungsi hipofisis namun tumor tidak dapat ditemukan maka sebagai
gantinya dapat dilakukan radiasi kobait pada kelenjar hipofisis.

c. Kelebihan kortisol juga dapat ditanggulangi dengan adrenolektomi total dan diikuti pemberian
kortisol dosis fisiologik.

d. Bila kelebihan kortisol disebabkan oleh neoplasma disusul kemoterapi pada penderita dengan
karsinoma/ terapi pembedahan.

e. Digunakan obat dengan jenis metyropone, amino gluthemide yang bisa mensekresikan kortisol.

7. Komplikasi Cushing Syndrom


Osteoporosis
Diabetes Melitus
Hipertensi

B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian

Tanggal pengkajian :

Ruangan :

1.1 Identitas klien

a. Nama :

b. No. MR :

c. Umur :

d. Pekerjaan :

e. Agama :

f. Jenis kelamin :

g. Alamat :

h. Tanggal masuk RS :

i. Alasan masuk RS :

j. Cara masuk RS :

k. Penanggung jawab :

1.2 Riwayat alergi

1) Obat :

2) Makanan :

1.3 Riwayat kesehatan

a. Keluhan Utama

Biasanya adanya memar pada kulit, klien mengeluh lemah, terjadi kenaikan berat badan.

b. Riwayat penyakit dahulu


Kaji apakah klien pernah mengkonsumsi obat-obatan kartekosteroid dalam jangka waktu yang lama.
Dan kaji juga klien sebelumnya pernah menderita Osteoprosis, hipertensi

1.4 Riwayat Kesehatan keluarga

Kaji apakah keluarga pernah menderita penyakit cushing sindrom atau kelainan kelenjar
adrenal lainnya

1.5 Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya pasien obesitas, lemah,muka tampak bulat ( moon face ), nyeri pinggang kulit
berminyak serta tumbuh jerawat lengan dan kaki kurus degan atrofi otot, kulit cepat memar,
penyembuhan luka sulit, menstruasi terhenti

2.1 Tanda- tanda vital

TD : biasanya lebih dari 130/90, meningkat (hipertensi)

RR :biasanya lebih dari 24 x/i, kusmaul

N : biasanya lebih dari 80 x/ menit, takikardi

S : bisanya lebih dari 35-37.5 meningkat (demam)

2.2 Pemeriksaan fisik head to toe

a. Kepala : biasanya kulit kepala kotor, berketombe, rambut tipis

b. Wajah : biasanya muka merah, berjerawat dan berminyak, moon face

c. Mata : biasanya konjungtiva anemis, Sklera ikterik, Pupil tidak dilatasi

d. Hidung :biasanya simetris kiri dan kanan, Sekret tidak ada

e. Mulut : biasanya membran mukosa pucat, bibir kering.

f. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, vena jugularis distensi,

g. Integument : turgor kulit buruk, kulit kemerahan, terdapat bulu halus, striae

h. Thorak

2.3 Paru paru

Inspeksi : tidak terlihat retraksi intercosta hidung, pergerakan dada simetris

Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan

Perkusi : sonor

Auskultasi : tidak ada suara tambahan


2.4 Jantung

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis teraba pada ICS 4 5 midclavicula

Perkusi : pekak

Auskultasi : irama teratur

2.5 Abdomen

Inspeksi : tidak simetris, dan edema, striae

Palpasi : nyeri tekan

Perkusi : suara redup

Auskultasi : bising usus meningkat

3.1 ekstremitas : atrofi otot ekstremitas, tulang terjadi osteoporosis, otot lemah

3.2 genitalia : klitoris membesar, amenore

No Nanda Noc Nic

1. Domain : 4 activita/istrahat Selama di lakukan Exercise terapy : ambulantion


tindakan keperawatan
Kelas : 2 activitas/olahraga monito vital sign sebelum/sesudah latihan dan
selama 3x24 jam di
lihat respon pasien saat latihan.
Kode : harapkan mobility control
pasien meningkat. Konsultasi dengan terapi visik tentang
Diagnosa: hambatan mobilitas
rencana ambulasi sesuai dgn kebutuhan
fisik b/d penurunan kekuatan Dgn kriteria hasil:
Bantu klien untuk menggunakan tongkat
otot
klien Ajarkan pasien tekhik ambulasi
meningkat
Batasan karakteristik dalam aktifitas fisik Latih pasien dlm pemenuhan kebutuhan ADLs
klien mengerti
Perubahan cara berjalan secara mandiri sesuai kemampuan
tujuan dari peningkatan
Keterbatasan kemampuan Berikan alat bantu jika klien memerlukan.
mobilitas..
melakukan motorik kasar.
Keterbatasan rentang pergerakan
memperagakan
sendi penggunaan alat bantu
ketidak stabilan postur bantu untuk mobilisasi
pergerakan lambat (walker)

2. Domain : 4 activitas/istrahat Setelah di lakukan Management energy


tindakan
keperawatan
Kelas : 3 keseimbangan energi Obserfasi adanya pembatasan klien dalam melakukan
dalam waktu 10-15
aktivitas
Kode : 00093 selama 5 hari diaharapkan
Dorong klien untk mengungkapkan perasaan
energi klien meningkat.
Diagnosa : keletihan b/d terhadap keterbatasan
kelelahan fisik Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
Monitor nutrisi dan sumber energi yang ade kuat
Batasan karakteristik
Monitor akan adanya kelelahan fisik secara
Kurang energi berlebihan
Perasaan lelah Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istrahat
Lemah pasien
Lesu
Peningkatan kebutuhan istrahat

3. Domain : 12 keamanan selama di lakukan Pain magement:


tindakan keperawatan
Kelas : 1 kenyamanan fisik Lakukan pengkajian nyerri secara komprehensif
selama 2x24 jam di
Diagnosa : nyeri akut b/d harapkan pasien mampu seperti lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,dan

agen cidera mengontrol: kualitas nyeri


Obserfasi reaksi non verbal dari ketidak nyaman
Batasan karakteristik: -. pain level Gunakan tekhnik komunikasi terapeutik untuk

Mengespresikan perilaku seperti: -. Pain control mengetahui pengalaman nyeri klien

gelisah,merengeng,dan Kaji kultur yang mempengaruhi nyeri


-. Comfort level Kontrol lingkungan yang mempengaruhi nyeri
menangis
Sikap melindungi area nyeri Dgn kriteria hasil: seperti:suhu,pencahayaan dan kebisingan.

Fokus menyempit Pilih dan lakukan penanganan nyeri


Klien mampu
Melaporkan nyeri secara ferbal farmakologi,nonfarmakologi,dan interpersonal
mengontrol nyeri (tahu
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
Gangguan tidur penyebab nyeri,dan intervensi
mampu Ajarkan tekhnik non farmakologi
menggunakan
tekhnik Kolaborasi dgn dokter tentang pemberian obal
nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri ) analgetik
Melaporkan
bahwa Monitor penerimaan pasien tentang
nyeri berkurang dgn management nyeri
menggunakan
mananemen nyeri
Mampu mengenali skala
dan frekuensi nyeri.
Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang.

4. Domain:11 selama tindakan Pressure management


keamanan/perlindungan keperawatan selama 2x24
jam diharap mampu Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang
Kelas : 2 cidera visik longgar
-. Tissue integrity Hindari kerutan pada tempat tidur
Kode :00046
Dgn kriteria hasil: Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih
Diagnosa : kerusakan integritas
Ubah posisi pasien setia[ 2 jam sekali
kulit b/d gangguan turgor kulit Integritas kulit klien
Monitor adanya kemerahan pada kulit
baik dan bisa di
Batasan karakteristik: Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
pertahanka n sperti
Monitor status nutrisi klien.
v.Gangguan permukaan kulit temperatur,tdk ada
v. Kerusakan lapisan luka/lesi pada kulit
kulit
Menunjukan pemahaman
dalam proses perbaikan
kulit dan mencegah
terjadinya cidera berulang
Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Skenario Kasus

An. E berusia 4,5 tahun. Di bawa orang tuanya ke rumah sakit, karena sejak 1 bulan terakhir
berat badan anaknya semakin hari semakin bertambah, orang tuanya memang mengaku kalau
akhir2 ini nafsu makan anaknya meningakat, namun orang tua si anak.khawatir karena pertumbuhan
berat badan anaknya tidak seperti pertumbuhan anak2 pada umumnya.saat di lakukan pemeriksaan
di dapatkan tubuh bagian atas obesitas,(di atas pinggang) sedangkan lengan dan kaki kurus.wajah
bulat penuh (moon face) merah,striae pada perut,td : 140/90 mmhg. Ibu klien mengatakan gejala ini
mulai muncul setelah anaknya mengkonsumsi obat prednison yang di belinya di toko obat karena
anaknya juga menglami asma bronchial.

B. Daftar pertanyaan

apa masalah utama dari skenario di atas.?


Penyakit apa yang kemungkina terkena pada skenario di atas.?
Penyekit lain yang mungkin terjadi pada skenario di atas.?

BAB IV PEMBAHASAN

A. Jawaban Pertanyaan

Masalah utama pada skenario di atas adalah obesitas.


Penyakit terkait skenario di atas adalah sindrom cushing.
Penyakit lain yang mungkin terjadi pada skenario di atas adalah
B. Informasi tambahan

1. Jurnal Ilmiah
Abstract
Objective: Transsphenoidal surgery (TSS) harbors a potential for hypopituitarism,
cerebrospinal fluid (CSF) leaks, and other complications. We utilized the Nationwide Inpatient
Sample Database (NIS) to compare inpatient complication rates between Cushings disease (CD) and
non-Cushings disease (NCD) patients undergoing TSS. Methods: Inpatient hospitalization data for
960 CD and 12 110 NCD patients who underwent TSS between 2002 and 2010 were accessed.
Demographic information, outcomes, and complication rates were evaluated. Results: Patients with
CD had a female predilection (81.7%) and were younger (40.5 14.4 years) than NCD patients
(47.8% female; 52.1 16.3 years) (P < .001). Length of stay and total charges did not differ between
groups. Patients with CD had significantly greater postoperative diabetes insipidus rates (14.0% vs
9.6%, P < .001) and urinary/renal complications (1.7% vs 0.9%, P = .027). After adjusting for possible
confounders, the relationship between urinary/renal complications and CD status strengthened.
There was no difference in rates of CSF leak and iatrogenic pituitary disorders overall. Conclusion: No
differences were noted in the rate of early CSF leaks between postoperative TSS CD and NCD
patients. Postoperative diabetes insipidus did not significantly differ between groups after adjusting
for confounders. Only odds of urinary/renal complications in CD patients was significant after
adjustment.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Sindrom cushing adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek metabolik gabungan dari
peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. Kadar yang tinggi ini dapat terjadi
secara spontan atau karena pemberian dosis farmakologik senyawa-senyawa glukokortikoid.

B. Saran

Dengan selesainya makalah ini disusun, kami berharap pembaca dapat mempelajari dan
memahami tentang gangguan kelenjer adrenal sindrom cushing. Kami juga mengharapkan adanya
kritik dan saran yang membangun, sehingga kami dapat menjadi lebih baik untuk masa yang akan
datang dalam penyusunan makalah.
DAFTAR PUSTAKA

http://istanakeperawatan.blogspot.co.id/2011/11/asuhan-keperawatan-cushing-syndrome.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Sindrom_Cushing

http://lizatulhandayani.blogspot.co.id/2015/05/askep-sindrom-cushing.html

http://e-resources.perpusnas.go.id/member.php (joournal ebsco host)

Askep Gastritis Aplikasi Nanda Nic Noc


Ana Nurkhasanah Askep KMB

Askep Gastritis Aplikasi Nanda NIC NOC merupakan konsep asuhan


keperawatan secara teoritis yang diberikan kepada pasien dengan
masalah gastritis atau maag. Pada konsep askep gastritis pada artikel ini
menggunakan konsep Nanda NIC NOC mulai dari pengkajian, diagnose
keparawatan, intervensi keperawatan menggunakan ilmu keperawatan Nanda NIC
NOC.

Definisi Gastritis Atau Maag


Gastritis atau yang sering kita sebut dengan penyakit maag merupakan inflamasi
atau peradangan pada lapisan mukosa dan submukosa lambung. Gastritis sendiri
dapat dibuktikan dengan adanya infltrasi sel-sel radang.

Penyebab Gastritis atau Maag

Penyebab gastritis sendiri dapat disebabkan oleh beberapa factor diantaranya


adalah sebagai berikut.

Makanan yang terlalu banyak mengandung bumbu atau malah makanan yang
mengandung mikroorganisme penyebab penyakit diduga sering menjadi faktor
penyebab gastritis akut. Bentuk terberat dari gastritis akut disebabkan oleh karena
mencerna asam atau alkali yang kuat kuat, yang dapat menyebabkan mukosa
lambung menjadi iritasi atau perforasi.

Penyebab lain yang dapat menyebabkan gastritis akut atau maag akut itu mencakup
kafein, alkohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi dan endotoksin bakteri
(bakteri yang masuk setelah menelan makanan yang terkontaminasi).

Obat-obatan lain yang dapat mempengaruhi seperti indometasin, ibuprofen,


naproksen, sulfanamida, steroid dan digitalis diduga juga dapat menyebabkan
gastritis atau maag.

Penyebab gastritis atrofik kronik dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna
dari lambung atau oleh bakteri helicobacter pylori (H.pylori). Minum-minuman
beralkohol terlalu berlebihan dan merokok merupakan predisposisi timbulnya
gastritis atrofik kronik yang paling banyak terjadi.

Klasifikasi Gastritis atau Maag

Gastritis atau maag dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu gastritis
superfisial akut dan gastritis atrofik kronik.

Gastritis superfisialis akut merupakan suatu penyakit yang paling banyak


ditemukan, biasanya jinak dan dapat sembuh dengan sendirinya. Gastritis jenis ini
merupakan respons dari mukosa lambung terhadap berbagai iritan local yang
didapat dari kakanan yang kita konsumsi atau lain-lain.
Gastritis atrofik kronik dapat ditandai dengan adanya atrofi progresif pada sel
epitel kelenjar yang disertai dengan kehilangan sel pariental dan chief cell. Gastritis
kronis ini dapat diklasifikasikan lagi menjadi Tipe A dan Tipe B.

Gastritis Tipe A merupakan suatu penyakit autoimun yang dapat disebabkan oleh
adanya autoantibodi tubuh terhadap sel parietal, yang dapat menimbulkan atrofi dan
infiltrasi seluler. Hal ini sering dihubungkan dengan penyakit autoimun seperti
penyakit anemia penisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung.

Tipe B yang kadang disebut juga sebagai gastritis H. pylori dapat mempengaruhi
antrum dan pylorus yaitu ujung bawah lambung yang letaknya dekat dengan
duodenum ini dihubungkan dengan bakteri H. pylori yang ada di lambung.

Pathway Gastritis atau Maag

Tanda Dan Gejala Gastritis Atau Maag

Tanda dan gejala dari gastritis superfisial akut dan gastritis atrofik kronik memiliki
tanda dan gejala yang sedikit berbeda.
Gastritis superfisialis akut dapat menimbulkan tanda dan gejala seperti pasien dapat
mengalami ketidaknyamanan, nyeri kepala, malaise, mual, anoreksia atau hilang
nafsu makan, sering disertai dengan muntah dan cegukan, nyeri epigastrium,
perdarahan dan juga dapat terjadi hematemesis.

Sedangkan gastritis atrofik kronik dapat timbul tanda dan gejala seperti pasien
dengan gastritis tipe A secara khusus asimtomatik atau tidak menimbulkan gejala
kecuali untuk gejala defesiensi vitamin B12 dan pada gastritis tipe B biasanya pasien
mengeluh anoreksia (nafsu makan buruk), nyeri ulu hati setelah makan, perut
kembung, sensasi asam di mulut dan dapat terjadi mual dan muntah.

Komplikasi Gastritis Atau Maag

Gastritis atau maag jika tidak ditangani dengan serius dapat menyebabkan
komplikasi yang serius terhadap tubuh. Berikut adalah komplikasi yang dapat terjadi
dari gastritis superfisial akut dan juga gastritis atrofik kronik.

Gastritis superfisialis akut dapat menyebabkan komplikasi seperti perdarahan pada


saluran cerna bagian atas berupa hematemesis (muntah darah) dan melena (buang
air besar bercampur darah) dan dapat menyebabkan syok hemoragik.

Sedangkan pada gastrtitis atrofik kronik dapat menyebabkan komplikasi seperti


perdarahan pada saluran cerna bagian atas, ulkus gastrikus, perforasi gaster dan
juga penyakit anemia yang disebabkan oleh gangguan absorpsi vitamin B12.

Pemeriksaan Penunjang Gastritis Atau Maag

Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk menunjang diagnosis gastritis


adalah dengan melakukan pemeriksaan endoskopi pada lambung, serangkaian
pemeriksaan sinar-X gastrointestinal (GI) atas, dan pemeriksaan histologis.

Tindakan diagnostik ini bertujuan untuk mendeteksi Helicobacterpylori yang


mencakup tes serologis untuk antibodi terhadap antigen Helicobacterpylori dan tes
pernapasan.

Penatalaksanaan Gastritis Atau Maag


Gastritis superfisial akut dapat diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk
menghindari kebiasaan-kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan makanan-makanan
sampai gejala yang muncul dapat berkurang.

Bila pasien mampu mengkonsumsi makanan melalui mulut, diet yang mengandung
gizi tinggi sangat dianjurkan. Obat-obat anti muntah juga dapat membantu
menghilangkan mual dan muntah.

Bila gejala menetap dan tidak hilang dengan cara-cara diatas, pemberian cairan
tambahan perlu diberikan secara parenteral.

Pemakaian penghambat A2 (seperti ranitidin) dapat diberikan untuk mengurangi


sekresi asam dan sulfat di dalam lambung serta dapat juga diberikan antasida agar
dapat mempercepat proses penyembuhan.

Bila terjadi perdarahan, maka dapat diberikan penatalaksanaan berikut :

Untuk menetralisis asam lambung dapat digunakan antasida umum (misalnya


aluminium hidroksida) dan untuk menetralisir alkali digunakan jus lemon
encer atau cuka encer.
Bila korosi luas atau berat, emetic dan larase dihindari karena bahaya
perforasi.

Terapi pendukung yang dapat diberikan obat-obatan mencakup analgesik dan


sedatif, antasida serta cairan intravena jika dipelukan.

Pemeriksaan endoskopi mungkin diperlukan sebelum dilakukan tindakan


pembedahan darurat untuk mengangkat gangrene atau jaringan perforasi pada
lambung.

Gastrojejunostomi atau reseksi lambung (pengangkatan pylorus) mungkin diperlukan


untuk mengatasi obstruksi pylorus jika terjadi obstruksi.

Gastritis kronik pengobatannya sangat bervariasi tergantung pada penyebab


kelainan yang dicurigai. Alkohol dan obat-obatan yang dikenal dapat mengiritasi
lapisan mukosa lambung harus dihindari.
Tindakan pertama yang dapat dilakukan adalah dengan mengatasi dan menghindari
penyebab dari gastritis tersebut kemudian dapat diberikan pengobatan empiris
berupa antasid, dan obat-obatan prokinetik.

Gastritis kronik sendiri dapat diatasi dengan memodifikasi pola diet pasien,
meningkatkan istrahat, mengurangi tingkat stress dan selanjutnya dapat memulai
farmakoterapi. H. pylori dapat diatasi dengan pemberian antibiotic (seperti tetrasiklin
atau amoxicillin). Pasien dengan gastritis kronis tipe A biasanya mengalami
malabsorbsi vitamin B12 yang disebabkan oleh adanya antibody terhadap faktor
intrinsic dan dapat diberikan pengobatan dengan pemberian vitamin B12.

ASKEP GASTRITIS APLIKASI NANDA NIC NOC

Untuk selanjutnya langsung saja saya paparkan bagaimana konsep Asuhan


Keperawatan Gastritis Menggunakan Aplikasi Nanda NIC NOC yang saya dapat
dari literature-literatur.

Identitas Klien

Silahkan masukkan identitas klien mulai dari nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan,
tempat tiinggal, dan lain-lain. Identitas klien disini dapat menjadi penunjang informasi
dalam memberikan asuhan keperawatan.

Keluhan Utama

Keluhan utama yang sering ditimbulkan oleh penyakit gastritis ini biasanya nyeri ulu
hati pada area epigastrium dan dapat juga disertai mual dan muntah.

Riwayat penyakit masa lalu

Ada atau tidak riwayat penyakit seperti hipertensi atau diabetes mellitus dan lain-
lain.

DATA FOKUS PENGKAJIAN ASKEP GASTRITIS MENGGUNAKAN 13 DOMAIN


NANDA

PROMOSI KESEHATAN
Data Subjektif:
Penyakit yang lalu lalu ada atau tidak
Pengetahuan tentang penyakit klien apakah tahu atau tidak

DO:
KU biasanya tampak sakit sedang hingga berat
TTV : TD biasanya normal dan juga bisa naik, Takikardi, takipneau dan suhu tubuh
biasanya dapat naik.
Pengoabatan/obat yg digunakan seperti obat pereda nyeri

NUTRISI
DS:
Klien biasanya mengeluh kurang nafsu makan, mual, muntah-muntah.

DO:
Jumlah makanan yg dikonsumsi tampak sedikit
BB dapat menurun dan klien tampak lemas

ELIMINASI

Sistem Urinarius
DS:
Biasanya tidak ada keluhan

DO:
Tidak ada masalah

Sistem gastrointestinal
DS:
Riwayat penyakit pencernaan seperti perdarahan saluran pencernaan, hemoroid,
konstipasi dan lain-lain
Stres atau program diet yang sedang dijalankan

DO:
Pengkajian abdomen:
Inspeksi biasanya tampak kembung atau normal
Palpasi biasanya klien kesakitan di area epigastrium
Perkusi biasanya hipersonor
Auskultasi bising usus biasanya normal
Sistem Integuman
DS:
Kelainan kulit seperti, lesi atau atau kulit kering

DO:
Integritas biasanya normal serta turgor kulit tidak elastis

AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT

Tidur dan istirahat


DS:
Klien susah tidur dan sering terbagun

DO:
Klien tampak gelisah dan susah tidur

Persepsi atau sensasi

DS:

klien sering mengeluh perutnya melilit

DO:
Klien tampak meringis kesakitan

KOOPING DAN TOLERANSI STRESS


DS:
Kemampuan untuk mengatasi rasa takut, rasa sedih dan rasa duka bagaimana

DO:
Perilaku yang menampakkan rasa cemas, duka, rasa ingin menguasai, rasa takut

KEAMANAN DAN PERLINDUNGAN

DS:

Kebutuhan akan selimut, Panas atau dingin


DO:
Suhu tubuh dapat naik

KENYAMANAN
DS:
Nyeri perut hingga melilit
Rasa tidak nyaman pada perut

DO:
Klien tampak kesakitan

PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG DAPAT DI LAKUKAN UNTUK


MENUNJANG DIAGNOSA PADA PASIEN GASTRITIS ATAU MAAG

Laboratorium : tes serologi untuk bakteri helicobacter pylori


Radiologi : pemeriksaan sinar x gastrointestinal atas untuk melihat lokasi gastritis
Pemeriksaan endoskopi lambung

DIAGNOSE KEPERAWATAN YANG MUNGKIN DAPAT MUNCUL PADA PASIEN


DENGAN GASTRITIS ATAU MAAG

1. Nyeriakut berhubungan dengan agen injuri biologi


2. Anxietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
3. Risikonutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

INTERVENSI KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GASTRITIS ATAU


MAAG

Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan pasien akan:


Memperlihatkan pengendaian nyeri, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:
1 tidak pernah
2 jarang
3 kadang-kadang
4 sering
5 selalu
Indicator 1 2 3 4 5
Mengenali awitan nyeri
Menggunakan tindakan pencegahan
Melaporkan nyeri dapat dikendaikan

Menunjukan tingkat nyeri, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:


1 sangat berat
2 berat
3 sedang
4 ringan
5 tidak ada
Indicator 1 2 3 4 5
Ekspresi nyeri pada wajah
Gelisah atau ketegangan otot
Durasi episode nyeri
Merintih dan menangis
gelisah

memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk


mencapai kenyamanan
mempertahankan nyeri pada .atau kurang (dengan skala 0-10)
melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis
mengenali factor penyebab dan menggunakan tindakan untuk memodifikasi
factor tersebut
melaporkan nyeri kepada pelayan kesehatan
melaporkan pola tidur yang baik

Intervensi keperawatan (NIC)

Pengkajian

Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk


mengumpulkan informasi pengkajian
Minta pasien untuk menilai nyeri dengan skala 0-10.
Gunakan bagan alir nyeri untuk mementau peredaan nyeri oleh analgesic dan
kemungkinan efek sampingnya
Kaji dampak agama, budaya dan kepercayaan, dan lingkungan terhadap
nyeri dan respon pasien
Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata-kata yang sesuai usia dan tingkat
perkembangan pasien

Manajemen nyeri:

Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik,


awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan
factor presipitasinya
Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada mereka yang
tidak mampu berkomunikasi efektif

Penyuluhan untuk pasien/keluarga

Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus


diminum, frekuensi, frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping,
kemungkinan interaksi obat, kewaspadaan khusus saat mengkonsumsi obat
tersebut dan nama orang yang harus dihubungi bila mengalami nyeri
membandel.
Instruksikan pasien untuk menginformasikan pada perawat jika peredaan
nyeri tidak dapat dicapai
Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri
dan tawarkan strategi koping yang ditawarkan
Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesic narkotik atau oploid (resiko
ketergantungan atau overdosis)

Manajemen nyeri:

Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan
berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur
Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (relaksasi, distraksi, terapi)

Aktivitas kolaboratif
Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiate yang terjadwal
(missal, setiap 4 jam selama 36 jam) atau PCA

Manajemen nyeri:

Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat


Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini
merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien dimasa
lalu

Perawatan dirumah

Intervensi di atas dapat disesuaikan untuk perawatan dirumah


Ajarkan klien dan keluarga untuk memanfaatkan teknologi yang diperlukan
dalam pemberian obat

Diagnosa 2 : Anxietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan klien akan menunjukkan:

Ansietas berkurang, dibuktikan oleh tingkat ansietas hanya ringan sampai


sedang dan selau menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas, diri,
koping.
Menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas; yang dibuktikan oleh
indicator sibagai berikut:

1 tidak pernah
2 jarang
3 kadang-kadang
4 sering
5 selalu
Indicator 1 2 3 4 5
Merencanakan strategi koping untuk situasi
penuh tekanan
Mempertahankan performa peran
Memantau distorsi persepsi
Memantau manifestasi perilaku ansietas
Menggunakan teknik relaksasi untuk
meredakan ansietas

Intervensi Keperawatan NIC

Pengkajian

kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien, termasuk reaksi fisik


setiap..
kaji untuk factor budaya yang menjadi penyebab ansietas
gali bersama pasien tenteng tehnik yang berhasil dan tidak berhasil
menurunkan ansietas dimasa lalu
reduksi ansietas (NIC); menentukan kemampuan pengambilan keputusan
pasien

Penyuluhan untuk pasien dan keluarga

buat rencana penyuluhan dengan tujuan ang realistis, termasuk kebutuhan


untuk pengulangan, dukungan dan pujian terhadap tugas-tugas yang telah
dipelajari
berikan informasi mengenai sumber komunitas yang tersedia, seperti teman,
tetangga, kelompok swabantu, tempat ibadah, lembaga sukarelawan dan
pusat rekreasi
informasikan tentang gejala ansietas
ajarkan anggota keluarga bagaimana membedakan antara serangan panic
dan gejala penyakit fisik

penurunan ansietas (NIC);

sediakan informasi factual menyangkut diagnosis, terapi dan prognosis


instruksikan pasien tentang penggunaan teknik relaksasi
jelaskan semua prosedur, termasuk sensasi yang biasanya dialami selama
prosedur

Aktivitas kolaboratif
penurunan ansietas (NIC); berikan obat untuk menurunkan ansietas jika perlu
Aktivitas lain

pada saat ansietas berat, dampingi pasien, bicara dengan tenang, dan
berikan ketenangan serta rasa nyaman
beri dorngan kepada pasien untuk mengungkapkan secara verbal pikiran dan
perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas
bantu pasien untuk memfokuskan pada situasi saat ini, sebagai cara untuk
mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi
ansietas
sediakan pengalihan melaui televise, radio, permainan serta terapi okupasi
untuk menurunkan ansietas dan memperluas fokus
coba teknik seperti imajinasi bombing dan relaksasi progresif
dorong pasien untuk mengekspresikan kemarahan dan iritasi, serta izinkan
pasien untuk menangis
yakinkan kembali pasien melalui sentuhan, dan sikap empatik secara verbal
dan nonverbal secara bergantian
sediakan lingkungan yang tenang dan batasi kontak dengan orang lain
sarankan terapi alternative untuk mengurangi ansietas yang dapat diterima
oleh pasien
singkirkan sumber-sumber ansietas jika memungkinkan

penurunan ansietas (NIC);

gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan


nyatakan dengan jelas tentang harapan terhadap perilaku pasien
damping pasien untuk meningkatkan keamanan dan mengurangi rasa takut
berikan pijatan punggung, pijatan leher jika perlu
jaga peralatan perawatan jauh dari pandangan
bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi yang mencetuskan ansietas

Diagnosa 3 : Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan pasien akan menunjukkan:


Memperlihatkan status gizi: asupan makanan dan cairan, yang dibuktikan oleh
indicator sebagai berikut:
1. Tidak adekuat
2. Sedikit adekuat
3. Cukup adekuat
4. Adekuat
5. Sangat adekuat

Indicator 1 2 3 4 5
Makanan oral, pemberian
makanan lewat selang, atau
nutrisi parenteral total
Asupan cairan oral atau IV

Mempertahankan berat badan. Kg ata bertambahkg pada..(tglnya)


Menjelaskan komponen gizi adekuat
Mengungkapkan tekad untuk mematuhi diet
Menoleransi diet yang dianjurkan
Mempertahankan masa tubuh dan berat badan dalam batas normal
Memiliki nilai laboratorium dalam batas normal
Melaporkan tingkat energy yang adekuat

Intervensi keperawatan (NIC)

Intervensi untuk semua ketidakseimbangan nutrisi:

Pengkajian

Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan


Pantau nilai laboratotium, khususnya transferin, albumin, dan elektrolit

Manajemen nutrisi:

Ketahui makanan kesukaan pasien


Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
Timbang pasien pada interval yang tepat

Penyuluhan untuk pasien/keluarga


Ajarkan metode untuk perencanaan makan
Ajarkan pasien dan keluarga tentang makanan yang berizi dan tidak mahal
Manajemen nutrisi: berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi
dan bagaimana memenuhinya

Aktivitas kolaboratif

Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein pasien


yang mengalami ketidakadekuatak asupan protein
Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan, makanan
lengkap, pemberian makanan melaui selang, atau nutrisi parenteral total agar
asupan kalori yang adekuat dapat dipertahankan
Rujuk kedokter untuk menentukan penyebab gangguan nutrisi
Rujuk ke program gizi dikomunitas yang tepat jika pasien tidak dapat
memenuhi asupan nutrisiyang adekuat
Manajemen nutrisi; tentukan dengan melakukan kolaborasi dengan ahli gizi
jika diperlukan jumlah kalori, dan jenis zat gizi yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi.

Aktivitas lain

Buat perencanaan makan sesuai dengan selera pasien


Dukung anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan pasien
Suapi pasien jika perlu
Manajemen nutrisi: berikan pasien minuman dan kudapan bergizi tinggi
protein, tinggi kaori yang siap dikonsumsi dan ajarkan pasien tentang cara
membuat jadwal makan jika perlu

Askep Apendisitis Aplikasi Nanda NIC


NOC
Ana Nurkhasanah Wednesday, August 17, 2016 Askep KMB
Askep Apendisitis Aplikasi Nanda NIC NOC merupakan konsep asuhan
keperawatan secara teoritis yang diberikan kepada pasien dengan masalah
apendisitis atau rangang pada usus buntu. Pada konsep askep apendisitis pada
artikel ini menggunakan konsep Nanda NIC NOC mulai dari pengkajian, diagnose
keparawatan, intervensi keperawatan menggunakan ilmu keperawatan Nanda NIC
NOC.

Definisi Apendisitis Atau Usus Buntu

Apendiksitis atau sering kita sebut sehari-hari dengan usus buntu merupakan
peradangan atau inflamasi yang terjadi pada apendiks. Apendisitis merupakan
penyebab nyeri pada abdomen akut yang paling banyak ditemukan.

Penyakit usus buntu atau apendisitis ini dapat mengenai semua umur, baik laki-laki
maupun perempuan, akan tetapi penyakit ini lebih sering menyerang laki-laki berusia
antara 10 sampai 30 tahun.

Etiologi Apendisitis

Penyebab apendisitis atau usus buntu biasanya dapat disebabkan oleh beberapa
hal dibawah ini, antara lain adalah:

Fekolit atau massa fekal padat karena konsumsi diet rendah serat
Tumor apendiks
Cacing ascaris di dalam saluran pencernaan
Erosi mukosa apendiks karena parasit e. Histolytica
Hiperplasia jaringan limfe

Anatomi dan fisiologi Apendiks

Apendiks merupakan suatu organ kecil yang letaknya berada di bagian bawah coloc
ascenden. Apendiks bentuknya menggelantung seperti daging tumbuh kecik di
bagian bawah colon ascenden atau sering disebut dengan umbai cacing.

Apendiks ini sering disebut dengan usus buntu. Apendiks sendiri sebenarnya
merupakan saluran kecil di dalam saluran pencernaan yang tidak ada
sambungannya, kakanya disebut dengan usus buntu.

Pathway

Tanda Dan Gejala Apendisitis Atau Usus Buntu

Tanda dan gejala yang umum terjadi pada pasien usus buntu atau apendisitis
adalah sebagai berikut:
Nyeri hingga kram di daerah perut kuadran kanan bawah
Anoreksia atau hilang nafsu makan
Mual dan muntah
Demam ringan pada tahap awal penyakit dan dapat naik ketika terjadi
peritonotis.
Nyeri lepas pada pemeriksaan perut
Bising usus menurun atau tidak ada sama sekali.\
Konstipasi atau susah buang air besar
Diare atau mencret
Disuria atau kencing sedikit
Gejala berkembang dengan cepat dan kondisi dapat didiagnosis dalam 4
sampai 6 jam setelah munculnya gejala pertama.

Komplikasi Apendisitis

Komplikasi dari usus buntu atau apendisitis akut adalah keadaan yang terjadi akibat
dari perforasi atau kebocoran usus, seperti peritonitis generalisata, abses dan
pembentukan fistula, dan konsekuensi penyebaran melalui pembuluh darah,
pieloflebitis supuratif (radang dan trombosis vena porta), abses hepar dan
septikemia.

Radang atau inflamasi dapat menjadi kronis dan dapat menyebabkan obstruksi pada
leher apendiks, sehingga akan menyebabkan retensi mukus dan kemudian
menimbulkan mukokel.

Iapendisitis atau usus buntu ini sering tidak menimbulkan masalah klinis, akan tetapi
walaupun jarang, dapat terjadi ruptur dari sel epitel yang mensekresi mukus dapat
dan dapat menyebar ke kavum atau rongga peritoneum.

Peemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang pada pasien dengan apendisitis dapat dilakukan dengan


memeriksakan laboratorium yang dapat dilihat dari kondisi leukositosis ringan, yaitu
leukosit berkisar antara 10.000-20.000/ml dengan peningkatan jumlah netrofil.

Pemeriksaan urin juga perlu dilakukan untuk membedakannya dengan kelainan


pada ginjal dan saluran kemih. Pada kasus akut tidak diperbolehkan melakukan
barium enema, sedangkan pada apendisitis kronis tindakan ini dibenarkan.

Pemeriksaan usg perlu dilakukan bila telah terjadi infiltrasi apendikularis.


Penatalaksanaan Apendisitis

Penatalaksanaan apendisitis dapat dibagi menjadi beberapa tahap, mulai dari taham
sebelum operasi hingga tahap setelah operasi.

Sebelum Operasi

Pasang NGT harus dilakukan untuk dekompresi


Pasang kateter urin untuk mengontrol produksi urin.
Rehidrasi cairan perlu dilakukan
Berikan antibiotik spectrum luas, dosis tinggi dan diberikan secara intravena.
berikan obat-obatan penurun panas, phenergan sebagai anti menggigil,
largaktil untuk membuka pembuluh pembuluh darah perifer diberikan
setelah rehidrasi tercapai.
Jika demam, demam harus diturunkan sebelum diberi anestesi.

Operasi

Dilakukan tindakan apendiktomi dan apendiks dibuang, jika apendiks


mengalami perforasi bebas, maka abdomen dicuci dengan garam fisiologis
dan antibiotika.
Abses apendiks selanjutnya diobati dengan antibiotika secara intravena,
massanya mungkin mengecil atau abses mungkin memerlukan drainase
dalam jangka waktu beberapa hari. Apendiktomi dilakukan bila abses
dilakukan operasi elektif sesudah 6 minggu sampai 3 bulan.

Pasca Operasi
Penatalaksanaan apendisitis setelah menjalani operasi adalah sebagai berikut:

Observasi tanda-tanda vital


Angkat NGT bila pasien telah sadar sehingga aspirasi cairan lambung dapat
dicegah.
Posisikan pasien dalam posisi semi fowler.
Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama
pasien dipuasakan.
Bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforasi, puasa dilanjutkan
sampai fungsi usus kembali normal.
Berikan minum mulai 15ml/jam selama 4-5 jam lalu naikan menjadi 30 ml/jam.
Keesokan harinya berikan makanan saring dan hari berikutnya diberikan
makanan lunak.
Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur
selama 230 menit.
Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar.
Hari ke-7 jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang.
Jika pada kondisi massa apendiks atau usus buntu dengan proses peradangan yang
masih aktif yang ditandai dengan :
Keadaan umum klien masih terlihat sakit, suhu tubuh masih tinggi
Pemeriksaan lokal pada abdomen kuadran kanan bawah masih jelas terdapat tanda-
tanda peritonitis
Laboratorium masih terdapat lekositosis dan pada hitung jenis terdapat pergeseran
ke kiri.

Sebaiknya dilakukan tindakan pembedahan segera setelah klien dipersiapkan,


karena dikuatirkan akan terjadi abses apendiks dan peritonitis umum. Persiapan dan
pembedahan harus dilakukan sebaik-baiknya mengingat penyulit infeksi luka lebih
tiggi daripada pembedahan pada apendisitis sederhana tanpa perforasi .

Kemudian jika pada kondsi masa apendiks dengan proses radang yang telah
mereda ditandai dengan :

Keadaan umum telah membaik dengan tidak terlihat sakit, suhu tubuh tidak
tinggi lagi.
Pemeriksaan lokal abdomen tidak terdapat tanda-tanda peritonitis dan hanya
teraba massa dengan jelas dan nyeri tekan ringan.
Laboratorium hitung lekosit dan hitung jenis normal.

Tindakan yang dilakukan sebaiknya konservatif dengan pemberian antibiotik dan


istirahat di tempat tidur. Tindakan bedah apabila dilakukan lebih sulit dan
perdarahan lebih banyak, lebih-lebih bila massa apendiks telah terbentuk lebih dari
satu minggu sejak serangan sakit perut. pembedahan dilakukan segera bila dalam
perawatan terjadi abses dengan atau tanpa peritonitis umum.

ASKEP APENDISITIS APLIKASI NANDA NIC NOC

Untuk selanjutnya langsung saja saya paparkan bagaimana konsep Asuhan


Keperawatan Apendisitis Menggunakan Aplikasi Nanda NIC NOC yang saya
dapat dari literature-literatur.

Identitas Klien

Silahkan masukkan identitas klien mulai dari nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan,
tempat tiinggal, dan lain-lain. Identitas klien disini dapat menjadi penunjang informasi
dalam memberikan asuhan keperawatan.
Keluhan Utama

Keluhan utama yang khas pada pasien apendisitis ini adalah nyeri perut kanan
bawah

Riwayat penyakit masa lalu

Riwayat penyakit darah tinggi, DM, infeksi dan lain-lain

DATA FOKUS PENGKAJIAN ASKEP APENDISITIS MENGGUNAKAN 13


DOMAIN NANDA

PROMOSI KESEHATAN
Data Subjektif:
Penyakit yang lalu seperti penyakit saluran pencernaan
Pengetahuan tentang penyakit biasanya kurang

DO:
KU tampak sakit sedang hingga berat
TTV: takikardi, takipnea, TD naik dan suhu tubuh biasanya meningkat.

NUTRISI
DS:
Tidak nafsu makan, mual dan muntah

DO:
Tampak tidak nafsu makan

Sistem gastrointestinal
DS:
Riwayat penyakit pencernaan, hemoroid dan konstipasi

DO:
Pengkajian abdomen:
Inspeksi biasanya pada apendisitis sudah buruk tampak kemerahan pada perut
kanan bawah.
Palpasi pada kuadran kanan bawah akan menghasilkan nyeri takan dan nyeri lepas
Perkusi abdomen pekak
Auskultasi bising usus normal hingga tidak ada bising usus.

KEAMANAN DAN PERLINDUNGAN


DS:Kebutuhan akan selimut
Panas

DO:
Suhu biasanya tinggi
Keluar keringat
Merah, bengkak, panas pada perut kanan bawah

KENYAMANAN
DS:
Nyeri pada perut terutama kanan bawah

DO:
Tampak kesakitan dan gelisah

PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG DAPAT DI LAKUKAN UNTUK


MENUNJANG DIAGNOSA APENDISITIS

Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium biasanya didapatkan hasil leukositosis atau leukosit


lebih dari 20.000.

USG

Pada pemeriksaaan ultrasonografi biasanya ditemukan massa di kuadran perut


kanan bawah tepat pada organ apendiks.

DIAGNOSE KEPERAWATAN YANG MUNGKIN DAPAT MUNCUL PADA PASIEN


APENDISITIS

1. Nyeriakut berhubungan dengan agen injuri biologi


2. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
3. Mual berhubungan dengan nyeri
4. Risikoinfeksi

INTERVENSI KEPERAWATAN PADA PASIEN APENDISITIS

Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan pasien akan:


Memperlihatkan pengendaian nyeri, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:
1 tidak pernah
2 jarang
3 kadang-kadang
4 sering
5 selalu
Indicator 1 2 3 4 5
Mengenali awitan nyeri
Menggunakan tindakan pencegahan
Melaporkan nyeri dapat dikendaikan

Menunjukan tingkat nyeri, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:


1 sangat berat
2 berat
3 sedang
4 ringan
5 tidak ada
Indicator 1 2 3 4 5
Ekspresi nyeri pada wajah
Gelisah atau ketegangan otot
Durasi episode nyeri
Merintih dan menangis
gelisah

memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk


mencapai kenyamanan
mempertahankan nyeri pada .atau kurang (dengan skala 0-10)
melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis
mengenali factor penyebab dan menggunakan tindakan untuk memodifikasi
factor tersebut
melaporkan nyeri kepada pelayan kesehatan
melaporkan pola tidur yang baik

Intervensi keperawatan (NIC)

Pengkajian

Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk


mengumpulkan informasi pengkajian
Minta pasien untuk menilai nyeri dengan skala 0-10.
Gunakan bagan alir nyeri untuk mementau peredaan nyeri oleh analgesic dan
kemungkinan efek sampingnya
Kaji dampak agama, budaya dan kepercayaan, dan lingkungan terhadap
nyeri dan respon pasien
Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata-kata yang sesuai usia dan tingkat
perkembangan pasien

Manajemen nyeri:

Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik,


awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan
factor presipitasinya
Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada mereka yang
tidak mampu berkomunikasi efektif

Penyuluhan untuk pasien/keluarga

Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus


diminum, frekuensi, frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping,
kemungkinan interaksi obat, kewaspadaan khusus saat mengkonsumsi obat
tersebut dan nama orang yang harus dihubungi bila mengalami nyeri
membandel.
Instruksikan pasien untuk menginformasikan pada perawat jika peredaan
nyeri tidak dapat dicapai
Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri
dan tawarkan strategi koping yang ditawarkan
Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesic narkotik atau oploid (resiko
ketergantungan atau overdosis)

Manajemen nyeri:

Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan
berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur
Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (relaksasi, distraksi, terapi)

Aktivitas kolaboratif

Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiate yang terjadwal
(missal, setiap 4 jam selama 36 jam) atau PCA

Manajemen nyeri:

Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat


Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini
merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien dimasa
lalu

Perawatan dirumah

Intervensi di atas dapat disesuaikan untuk perawatan dirumah


Ajarkan klien dan keluarga untuk memanfaatkan teknologi yang diperlukan
dalam pemberian obat

Diagnosa 2 : Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan klien akan menunjukkan:


Ansietas berkurang, dibuktikan oleh tingkat ansietas hanya ringan sampai
sedang dan selau menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas, diri,
koping.
Menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas; yang dibuktikan oleh
indicator sibagai berikut:

1 tidak pernah
2 jarang
3 kadang-kadang
4 sering
5 selalu
Indicator 1 2 3 4 5
Merencanakan strategi koping untuk situasi
penuh tekanan
Mempertahankan performa peran
Memantau distorsi persepsi
Memantau manifestasi perilaku ansietas
Menggunakan teknik relaksasi untuk
meredakan ansietas

Intervensi Keperawatan NIC

Pengkajian

kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien, termasuk reaksi fisik


setiap..
kaji untuk factor budaya yang menjadi penyebab ansietas
gali bersama pasien tenteng tehnik yang berhasil dan tidak berhasil
menurunkan ansietas dimasa lalu
reduksi ansietas (NIC); menentukan kemampuan pengambilan keputusan
pasien

Penyuluhan untuk pasien dan keluarga

buat rencana penyuluhan dengan tujuan ang realistis, termasuk kebutuhan


untuk pengulangan, dukungan dan pujian terhadap tugas-tugas yang telah
dipelajari
berikan informasi mengenai sumber komunitas yang tersedia, seperti teman,
tetangga, kelompok swabantu, tempat ibadah, lembaga sukarelawan dan
pusat rekreasi
informasikan tentang gejala ansietas
ajarkan anggota keluarga bagaimana membedakan antara serangan panic
dan gejala penyakit fisik

penurunan ansietas (NIC);

sediakan informasi factual menyangkut diagnosis, terapi dan prognosis


instruksikan pasien tentang penggunaan teknik relaksasi
jelaskan semua prosedur, termasuk sensasi yang biasanya dialami selama
prosedur

Aktivitas kolaboratif
penurunan ansietas (NIC); berikan obat untuk menurunkan ansietas jika perlu

Aktivitas lain

pada saat ansietas berat, dampingi pasien, bicara dengan tenang, dan
berikan ketenangan serta rasa nyaman
beri dorngan kepada pasien untuk mengungkapkan secara verbal pikiran dan
perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas
bantu pasien untuk memfokuskan pada situasi saat ini, sebagai cara untuk
mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi
ansietas
sediakan pengalihan melaui televise, radio, permainan serta terapi okupasi
untuk menurunkan ansietas dan memperluas fokus
coba teknik seperti imajinasi bombing dan relaksasi progresif
dorong pasien untuk mengekspresikan kemarahan dan iritasi, serta izinkan
pasien untuk menangis
yakinkan kembali pasien melalui sentuhan, dan sikap empatik secara verbal
dan nonverbal secara bergantian
sediakan lingkungan yang tenang dan batasi kontak dengan orang lain
sarankan terapi alternative untuk mengurangi ansietas yang dapat diterima
oleh pasien
singkirkan sumber-sumber ansietas jika memungkinkan
penurunan ansietas (NIC);

gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan


nyatakan dengan jelas tentang harapan terhadap perilaku pasien
damping pasien untuk meningkatkan keamanan dan mengurangi rasa takut
berikan pijatan punggung, pijatan leher jika perlu
jaga peralatan perawatan jauh dari pandangan
bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi yang mencetuskan ansietas

Diagnosa 3 : Mual berhubungan dengan nyeri

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan pasien akan menunjukkan:

Mual akan berkurang yang dibuktikan oleh Selera makan, Tingkat


kenyamanan, Hidrasi, Pengendalian mual-muntah, Mual dan muntah: efek
gangguan, Keparahan mual dan muntah, Status nutrisi yang adekuat
Memperlihatkan efek gangguan mual dan muntah yang dapat diterima, yang
dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:

1 sangat berat

2 berat

3 sedang

4 ringan

5 tidak mengalami

Indikator 1 2 3 4 5
Penurunan asupan cairan
Penurunan asupan makanan
Penurunan haluaran urin
Gangguan keseimbangan cairan
Gangguan elektrolit serum
Gangguan status nutrisi
Penurunan berat badan
Memperlihatkan hidrasi, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:
1 gangguan eksterm
2 berat
3 sedang
4 ringan
5 tidak ada gangguan
Indikator 1 2 3 4 5
Peningkatan hematokrit
Membrane mukosa lembab
Peningkatan hematokrit
Rasa haus
Bola mata cekung dan lembab
Penurunan tekanan darah
Nadi cepat dan lemah

Melaporkan terbebas dari mual


Mengidentifikasi dan melakukan tindakan yang dapat menurunkan mual

Intervensi keperawatan (NIC)

Pengkajian

Pantau gejala subjektif mual pada pasien


Pantau warna, berat jenis dan jumlah urin
Kaji penyebab mual

Pemantauan nutrisi (NIC):

Pantau kecenderungan peningkatan atau penurunan berat badan


Pantau adanya kulit kering dan pecah-pecah yang disertai depigmentasi
Pantau turgorkulit jika diperlukan
Pantau adanya pembengkakan atau pelunakan, penyusutan dan peningkatan
perdarahan pada gusi
Pantau tingkat energy, malaise, keletihan dan kelemahan
Pantau asupan kalori dan makanan

Manajemen cairan (NIC):


Pertahankan keakuratan pencatatan asupan dan haluaran urin
Pantau TTV jika perlu
Pantau makanan dan cairan yang dikonsumsi dan hitung asupan kalori setiap
hari, jika perlu
Pantau status hidrasi, jika perlu

Penyuluhan untuk pasien dan keluarga

Jelaskan penyebab mual


Apaila memungkinkan, beritahu pasien seberapa lama kemungkinan mua
akan terjadi
Ajarkan pasien menelan untuk secara sadar atau napas dalam untuk
menekan reflek muntah
Ajarkan untuk makan secara perlahan
Ajarkan untuk membatasi minum 1 jam sebelum, 1 jam setelah, dan selama
makan

Aktivitas kolaboratif

Berikan obat antiemetic sesuai anjuran


Konsultasikan dengan dokter untuk memberikan obat pengendali nyeri yang
adekuat dan tidak menyebabkan mua pada pasien
Manajemen cairan (NIC): berikan terapi IV, sesuai dengan anjuran

Aktivitas lain

Tinggikan bagian kepala tempat tidur atau ubah posisi pasien lateral untuk
mencegah aspirasi
Pertahankan kebersihan klien dan tempat tidur saat terjadi muntah
Pindahkan segera benda-benda yang menimbulkan bau
Jangan menjadwakan tindakan yang menyebabkan nyeri atau mual sebelum
atau sesudah makan
Berikan perawatan mulut setelah terjadi muntah
Berikan kain basah yang dingin dipergelangan tangan, leher dan dahi pasien
Tawarkan makanan dingin dan makanan lainnya dengan aroma minimal
Pemantauan nutrisi (NIC): perhatikan perubahan ststus nutrisi yang signifikan
dan sesegera lakukan penanganan, jika perlu
Perawatan dirumah

Instruksikan kepada klien untuk menghindari bau dari makanan yang


disiapkan dirumah
Semua intervensi diatas dapat dilakukan untuk perawatan dirumah

Diagnose 4 : Risiko infeksi

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan pasien akan menunjukkan:

Factor resiko infeksi akan hilang yang dibuktikan dengan pengendalian resiko
komunitas, penyakit menular, status imun, keparahan infeksi, keparahan
infeksi bai baru lahir, pengendalian resiko PMS, dan penyembuhan luka
primer dan sekunder.
Pasien akan memperlihatkan pengendalian resiko PMS yang dibuktikan oleh
indicator sebagai berikut:

1 tidak pernah
2 jarang
3 kadang-kadang
4 sering
5 selalu
Indicator 1 2 3 4 5
Memantau perilaku seksual
terhadap resiko pajanan PMS
Mengikuti strategi
pengendalian pemajanan
Menggunakan metode
pengendalian penularan PMS

Contoh lain: pasien dan keluarga akan:

Terbatas dari tanda dan gejala infeksi


Memperlihatkan hygiene personal yang adekuat
Mengindikasikan status gi, pernapasan, genitourinaria dan imun dalam batas
normal
Menggambarkan factor yang menunjang penularan infeksi
Melaporkan tanda atau gejala infeksi serta mengikuti prosedur skrining dan
pemantauan

Intervensi keperawatan (NIC)

Pengkajian

Pantau tanda dan gejala infeksi (suhu, denut jantung, drainase, penampilan
luka, sekresi, penampilan urin, suhu kulit, lesi kulit, keletihan dan malaise)
Kaji factor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi
Pantau hasil laboratorium (hitung darah lengkap, hitung granulosit, absolute,
hitung jenis, protein serum, albumin)
Amati penampilan praktek hygiene personal untuk perlindungan terhadap
infeksi

Penyuluhan untuk pasien/keluarga

Jelaskan pada ppasien dan keluarga mengapa sakit atau terapi meningkatkan
resiko terhadap infeksi
Instruksikan untuk menjaga personal hygiene
Jelaskan manfaat dan rasional serta efek samping imunisasi
Berikan pasien dan keluarga metode untuk mencatat imunisasi

Pengendalian infeksi (NIC):

Ajarkan pasien tehnik mencuci tangan yang benar


Ajarkan kepada pengunjung untuk mencuci tangan sewaktu masuk dan
meninggalkan ruang pasien

Aktivitas kolaboratif

Ikuti protocol institusi untuk melaporkan suspek infeksi atau kultur positif
Pengendalian infeksi (NIC): berikan terapi antibiotic, bila diperlukan
Aktivitas lain

Lindungi pasien terhadap kontaminasi silang dengan tidak menugaskan


perawat yang sama untuk pasien lain yang mengalami infeksi dan
memisahkan ruang perawatan pasien dengan pasien yang terinfeksi

Pengendalian infeksi (NIC):

Bersihkan lingkungan dengan benar setelah dipergunakan masing-masing


pasien
Pertahankan tehnik isolasi, bila diperlukan
Terapkan kewaspadaan universal
Batasi jumlah pengunjung, bila diperlukan

Perawatan dirumah

Ajarkan tindakan hygiene dasar seperti mencuci tangan, tidak berbagi


handuk, gelas , dll
Ajarkan metode mengolah, menyiapkan, dan menyimpan makanan yang
aman
Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi factor dilingkungan mereka,
gaya hidup atau praktik kesehatan yang meningkatkan risiko infeksi
Ajarkan keluarga bagaimana membuang balutan luka yang kotor dan sampah
biologis lainnya
Jangan melakukan kunjungan rumah jika saudara sedang sakit
Rujuk pasien dan keluarga kelembaga sosial untuk membantu menjaga
kebersihan rumah dan nutrisi
Pengendalian infeksi: ajarkan pasien dan keluarga mengenal tanda dan
gejala infeksi serta kapan harus melaporkan ke layanan kesehatan.

Askep Hipertensi Aplikasi Nanda NIC


NOC
Ana Nurkhasanah Monday, December 26, 2016 Askep KMB
Askep Hipertensi Aplikasi Nanda NIC NOC merupakan sebuah konsep asuhan
keperawatan terhadap klien yang menderita penyakit hipertensi atau sering
disebutnya dengan tekanan darah tinggi.

Proses asuhan keperawatan pada pasien hipertensi dilakukan melalui beberapa


tahap mulai dari proses pengkajian atau pengumpulan data, analisa
data, diagnosis keperawatan dan intervensi atau perencanaan perawatan
berdasarkan diagnosis keperawatan yang sudah di dapatkan.

Sebelum kita bahas tentang asuhan keperawatan hipertensi, ada baiknya kita
tau laporan pendahuluan hipertensi berikut ini.

Definisi Hipertensi

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah dimana tekanan sistolik lebih dari
140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.

Hipertensi merupakan suatu peningkatan tekanan darah yang tingginya tergantung


usia individu yang mengalaminya. Tekanan darah cenderung berfluktuasi karena
dipengaruhi oleh posisi tubuh, usia serta tingkat stree orang yang mengalaminya.

Etiologi atau Penyebab Hipertensi

Berdasarkan penyeabnya, hipertensi atau tekanan darah tinggi dibagi menjadi dua
bagian, diantaranya adalah:

Hipertensi esensial

Hipertensi jenis ini belum diketahui apa yang menjadi penyebabnya, akan tetapi ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan tekanan darah seperti
genetik atau keturunan, usia, obesitas atau kegemukan, hiperkolesterol, tinggi
mengkonsumsi natrium, merokok, alkohol, obat-obat tertentu serta faktor stress.

Hipertensi sekunder

Hipertensi jenis kedua ini biasanya disebabkan oleh suatu penyakit tertentu seperti
penyakit ginjal dan diabetes melitus.
Beberapa faktor diatas diduga dapat memicu terjadinya peningkatan tekanan darah
atau hipertensi.

Klasifikasi tekanan hipertensi

Tekanan darah merupakan salah satu faktor yang ada dalah tanda-tanda vital
manusia. Tekanan darah juga dapat digunakan untuk menentukan apakah
seseorang tersebut dalam keadaan normal atau sehat atau sedang sakit.

Tekanan darah yang normal menunjukkan bahwa seseorang tersebut dalam


keadaan sehat. Sedangkan tekanan darah yang naik atau turun biasanya
menunjukkan seseorang tersebut mengalami masalah.

Untuk pasien hipertensi biasanya tekanan darah ini merupakan hal yang sangat
penting untuk diperiksa, karena dapat menentukan seberapa parah hipertensi
seseorang.

Apa itu tekanan darah?

Tekanan darah merupakan suatu tekanan yang ada didalam aliran pembuluh darah
dalam keadaan normal. Tekanan yang ada didalam pembuluh darah kita dapat
meningkat ataupun menurun, sesuai dengan kondisi-kondisi tertentu.

Setelah kita tahu apa itu tekanan darah, berapa sih tekanan darah normal itu. Ok,
dibawah ini akan saya tuliskan tekanan darah normal mulai dari bayi hingga dewasa.

Usia Tekanan darah dalam mmHG


Bayi 90/50
Anak-anak 100/60
Remaja 110/66
Dewasa muda 120/80
Dewasa tua 130/80
Lansia 130-140/80-90

Penting untuk diingat bahwa tekanan darah seseorang yang satu dengan yang
lainnya berbeda-beda tergantung usia, pekerjaan, ataupun hal tertentu lainnya yang
dapat mempengaruhinya.

Setelah kita mengetahui berapa tekanan darah normalnya, maka berapa sih tekanan
darah dapat dikatakan tinggi?

Seperti yang saya sudah singgung diatas bahwa tekanan darah seseorang itu
dapatdipengaruhi oleh beberapa hal. Disini dikatakan tekanan darah tinggi atau
hipertensi jika tekanan sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari
90mmHg.
Akan tetapi perlu diperhatikan untuk lansia biasanya tekanan darah sistolik lebih dari
120mmHg hingga 140mmHg biasanya masih dalam rentang normal dan tidak
menimbulkan gejala apapun.

Tekanan darah tinggi dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tingkatan mulai dari
hipertensi ringan hingga hipertensi berat.

Klasifikasi hipertensi

Tingkatan Sistolik Diastolik


Hipotensi < 90 < 60
Normal 90-120 60-80
Pre hipertensi 120-140 80-90
Stadium 1/ringan 140-160 90-100
Stadium 2/sedang 160-180 100-110
Stadium 3/berat 180-210 110-120
Stadium 4/emergency > 210 > 120

Perlu diingat bahwa klasifikasi hipertensi diatas tidak untuk menilai seseorang yang
sedang mengkonsumsi obat anti hipertensi. Jadi klasifikasi diatas diperuntukkan
untuk seseorang yang murni mengalami hipertensi tanpa konsumsi obat
antihipertensi.

Itulah tadi klasifikasi hipertensi yang dapat saya jelaskan, mudah-mudahan dapat
bermanfaat. Kritik dan saran anda jika ada yang salah batau keliru.

Pathway
Pathway Hipertensi

Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang dapat timbul oleh penyakit hipertensi adalah sebagai
berikut:
Nyeri kepala
Nyeri atau tengkuk terasa berat
Susah tidur
Mudah lelah dan emosional
Gemetar
Nadi cepat setelah aktivitas
Terkadang juga disertasi mual, muntah, sesak hingga epistaksis
Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi akibat hipertensi adalah sebagai berikut:


Gagal jantung
Stroke
Hipertensi maligna
Hipertensi ensefalopati
Gagal ginjal

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa


hipertensi adalah sebagai berikut:

EKG, pemeriksaan EKG dilakukan untuk melihat apakah ada kelainan pada
jantung seperti hipertropi ventrikel
Kalium dalam serum biasanya ditemukan meningkat dari ambang normal
Pemeriksaan gula darah perlu dilakukan jika ada indikasi diabetes melitus
Pemeriksaan urin seperti ureum dan kreatinin biasanya akan meningkat pada
keadaan kronis
Protein urin biasanya didapatkan positif

Penatalaksanaan

Prinsip penatalaksanaan atau pengobatan hipertensi adalah pengobatan atau


perawatan jangka panjang atau bahkan bisa seumur hidup. Jika hipertensi jenis
sekunder biasanya pengobatan dilakukan dengan mengobati faktor penyebabnya
dahulu kemudian hipertensinya. Sedangkan untuk hipertensi esensial biasanya akan
menggunakan bantuan obat-obatan untuk menurunkan tekanan darah tinggi.

Berikut adalah penatalaksanaan hipertensi dengan menggunakan standar triple


therapy, diantaranya adalah:

Diuretik, seperti furosemid, tiazid dan hidrokortiazid


Betablocker, seperti metildopa dan reserpin
Vasodilator seperti dioksid, pranosin dan hidralasin
ACE inhibitor

Penatalaksanaan yang perlu dilakukan selanjutnya adalah merubah gaya hidu anda
seperti di bawah ini agar hipertensi dapat dikontrol dan dicegah, antara lain:

Turunkan berat badan


Kurangi konsumsi alkohol
Beraktivitas secara teratur
Mengurang konsumsi natrium berlebihan
Kurangi atau bahkan berhenti merokok
Data fokus pengkajian klien Hipertensi dengan menggunakan 13 Domain
Nanda

Keluhan Utama
Kebanyakan kasus hipertensi akan mengeluhkan nyeri kepala dan tengkuk atau
leher belakang terasa berat

Riwayat penyakit masa lalu


Biasanya klien memiliki riwayat kencing manis atau hiperkolesterolemia

Promosi kesehatan
DS:
Klien biasanya mengatakan memiliki riwayat hipertensi atau DM
DO:
KU biasanya tampak sakit sedang hingga berat
TTV seperti TD biasanya naik
Nadi dan pernapasan juga dapat naik

Nutrisi
DS:
BB kebanyakan mengalami obesitas
Nafsu makan terkadang juga dapat menurun
Aktivitas dan istirahat

Tidur dan istirahat


DS:
Pasien biasanya akan mengatakan susah tidur
Pasien biasanya akan mengatakan cepat lelah
Untuk Adls biasanya tergantung dari berat ringannya hipertensi
DO:
Tampak susah tidur

Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien hipertensi

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi


2. Anxietas berhubungan dengan krisis situasional
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakberdayaan fisik

Intervensi Keperawatan Hipertensi

Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan pasien akan:


Memperlihatkan pengendaian nyeri, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:
1 tidak pernah
2 jarang
3 kadang-kadang
4 sering
5 selalu
Indicator 1 2 3 4 5
Mengenali awitan nyeri
Menggunakan tindakan pencegahan
Melaporkan nyeri dapat dikendaikan

Menunjukan tingkat nyeri, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:


1 sangat berat
2 berat
3 sedang
4 ringan
5 tidak ada
Indicator 1 2 3 4 5
Ekspresi nyeri pada wajah
Gelisah atau ketegangan otot
Durasi episode nyeri
Merintih dan menangis
gelisah

memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk


mencapai kenyamanan
mempertahankan nyeri pada .atau kurang (dengan skala 0-10)
melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis
mengenali factor penyebab dan menggunakan tindakan untuk memodifikasi
factor tersebut
melaporkan nyeri kepada pelayan kesehatan
melaporkan pola tidur yang baik

Intervensi keperawatan (NIC)

Pengkajian

Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk


mengumpulkan informasi pengkajian
Minta pasien untuk menilai nyeri dengan skala 0-10.
Gunakan bagan alir nyeri untuk mementau peredaan nyeri oleh analgesic dan
kemungkinan efek sampingnya
Kaji dampak agama, budaya dan kepercayaan, dan lingkungan terhadap
nyeri dan respon pasien
Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata-kata yang sesuai usia dan tingkat
perkembangan pasien
Manajemen nyeri:

Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik,


awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan
factor presipitasinya
Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada mereka yang
tidak mampu berkomunikasi efektif

Penyuluhan untuk pasien/keluarga

Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus


diminum, frekuensi, frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping,
kemungkinan interaksi obat, kewaspadaan khusus saat mengkonsumsi obat
tersebut dan nama orang yang harus dihubungi bila mengalami nyeri
membandel.
Instruksikan pasien untuk menginformasikan pada perawat jika peredaan
nyeri tidak dapat dicapai
Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri
dan tawarkan strategi koping yang ditawarkan
Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesic narkotik atau oploid (resiko
ketergantungan atau overdosis)

Manajemen nyeri:

Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan
berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur
Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (relaksasi, distraksi, terapi)

Aktivitas kolaboratif

Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiate yang terjadwal
(missal, setiap 4 jam selama 36 jam) atau PCA

Manajemen nyeri:

Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat


Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini
merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien dimasa
lalu

Perawatan dirumah

Intervensi di atas dapat disesuaikan untuk perawatan dirumah


Ajarkan klien dan keluarga untuk memanfaatkan teknologi yang diperlukan
dalam pemberian obat
Diagnosa 2 : Anxietas berhubungan dengan krisis situasional

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan klien akan menunjukkan:

Ansietas berkurang, dibuktikan oleh tingkat ansietas hanya ringan sampai


sedang dan selau menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas, diri,
koping.
Menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas; yang dibuktikan oleh
indicator sibagai berikut:

1 tidak pernah
2 jarang
3 kadang-kadang
4 sering
5 selalu
Indicator 1 2 3 4 5
Merencanakan strategi koping untuk situasi
penuh tekanan
Mempertahankan performa peran
Memantau distorsi persepsi
Memantau manifestasi perilaku ansietas
Menggunakan teknik relaksasi untuk
meredakan ansietas

Intervensi Keperawatan NIC

Pengkajian

kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien, termasuk reaksi fisik


setiap..
kaji untuk factor budaya yang menjadi penyebab ansietas
gali bersama pasien tenteng tehnik yang berhasil dan tidak berhasil
menurunkan ansietas dimasa lalu
reduksi ansietas (NIC); menentukan kemampuan pengambilan keputusan
pasien

Penyuluhan untuk pasien dan keluarga

buat rencana penyuluhan dengan tujuan ang realistis, termasuk kebutuhan


untuk pengulangan, dukungan dan pujian terhadap tugas-tugas yang telah
dipelajari
berikan informasi mengenai sumber komunitas yang tersedia, seperti teman,
tetangga, kelompok swabantu, tempat ibadah, lembaga sukarelawan dan
pusat rekreasi
informasikan tentang gejala ansietas
ajarkan anggota keluarga bagaimana membedakan antara serangan panic
dan gejala penyakit fisik

penurunan ansietas (NIC);

sediakan informasi factual menyangkut diagnosis, terapi dan prognosis


instruksikan pasien tentang penggunaan teknik relaksasi
jelaskan semua prosedur, termasuk sensasi yang biasanya dialami selama
prosedur

Aktivitas kolaboratif
penurunan ansietas (NIC); berikan obat untuk menurunkan ansietas jika perlu

Aktivitas lain

pada saat ansietas berat, dampingi pasien, bicara dengan tenang, dan
berikan ketenangan serta rasa nyaman
beri dorngan kepada pasien untuk mengungkapkan secara verbal pikiran dan
perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas
bantu pasien untuk memfokuskan pada situasi saat ini, sebagai cara untuk
mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi
ansietas
sediakan pengalihan melaui televise, radio, permainan serta terapi okupasi
untuk menurunkan ansietas dan memperluas fokus
coba teknik seperti imajinasi bombing dan relaksasi progresif
dorong pasien untuk mengekspresikan kemarahan dan iritasi, serta izinkan
pasien untuk menangis
yakinkan kembali pasien melalui sentuhan, dan sikap empatik secara verbal
dan nonverbal secara bergantian
sediakan lingkungan yang tenang dan batasi kontak dengan orang lain
sarankan terapi alternative untuk mengurangi ansietas yang dapat diterima
oleh pasien
singkirkan sumber-sumber ansietas jika memungkinkan

penurunan ansietas (NIC);

gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan


nyatakan dengan jelas tentang harapan terhadap perilaku pasien
damping pasien untuk meningkatkan keamanan dan mengurangi rasa takut
berikan pijatan punggung, pijatan leher jika perlu
jaga peralatan perawatan jauh dari pandangan
bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi yang mencetuskan ansietas

Diagnosa 3 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakberdayaan fisik


Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan pasien akan menunjukkan:

Mentoleransi aktivitas yang bisasa dilakukan, yang dibuktikan oleh toleransi


aktivitas, ketahanan, penghematan energy, kebugaran fisik, energy
psikomotorik, dan perawatan diri, ADL.
Menunjukkan toleransi aktivitas, yang dibuktikan oleh indicator sebagai
berikut:

1 gangguan eksterm
2 berat
3 sedang
4 ringan
5 tidak ada gangguan
Indikator 1 2 3 4 5
Saturasi oksigen saat
beraktivitas
Frekuensi pernapasan
saat beraktivitas
Kemampuan untuk
berbicara saat beraktivitas
fisik

Mendemonstrasikan penghematan energy, yang dibuktikan oleh indicator sebagai


berikut:
1 tidak pernah
2 jarang
3 kadang-kadang
4 sering
5 selalu
Indikator 1 2 3 4 5
Menyadari keterbatasan energy
Menyeimbangkan aktivitas dan
istirahat
Mengatur jadwal aktivitas untuk
menghemat energy

Intervensi keperawatan (NIC)

Pengkajian

Kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri,
ambulasi, dan melakukan ADL
Kaji respon emosi, sosial dan spiritual terhadap aktivitas
Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas

Manajemen energy (NIC):

Tentukan penyebab keletihan


Pantau respon kardiorespiratori terhadap aktivitas
Pantau respon oksigen pasien terhadap aktivitas
Pantau respon nutrisi untuk memastikan sumber-sumber energy yang
adekuat
Pantau dan dokumentasikan pola tidur pasien dan lamanya waktu tidur dalam
jam

Penyuluhan untuk pasien dan keluarga

Instruksikan pada pasien dan keluarga untuk:


Penggunaan teknik napas terkontrol selama aktivitas, jika perlu
Mengenali tanda dan gejala intoleransi aktivitas, termasuk kondisi yang perlu
dilaporkan ke dokter
Pentingnya nutrisi yang baik
Penggunaan peralatan seperti oksigen saat aktivitas
Penggunaan tehnik relaksasi selama aktivitas
Dampak intoleransi aktivitas terhadap tanggung jawab peran dalam keluarga
Tindakan untuk menghemat energy

Manajemen energy (NIC):

Ajarkan pada pasien dan orang terdekat tentang teknik perawatan diri yang
akan meminimakan konsumsi oksigen
Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu untuk
mencegah kelelahan

Aktivitas kolaboratif

Berikan pengobatan nyeri sebelum aktivitas, apabila nyeri merupakan salah


satu penyebab
Kolaborasikan dengan ahli terapi okupasi, fisik atau rekreasi untuk
merencanakan dan memantau program aktivitas, jika perlu.
Untuk pasien yang mengalami sakit jiwa, rujuk kelayanan kesehatan jiwa
dirumah
Rujuk pasien kepelayanan kesehatan rumah untuk mendapatkan pelayanan
bantuan perawtan rumah, jika perlu
Rujuk pasien keahli gizi untuk perencanaan diet
Rujuk pasien kepusat rehabilitasi jantung jika keletihan berhubungan dengan
penyakit jantung
Aktivitas lain

Hindari menjadwalkan pelaksanaan aktivitas perawatan selama periode


istirahat
Bantu pasien untuk mengubah posisi secara berkala, jika perlu
Pantau tanda-tanda vital sebelum, selama dan sesudah aktivitas
Rencanakan aktivitas bersama pasien secara terjadwal antar istirahat dan
latihan

Manajemen energy (NIC);

Bantu pasien untuk mengidentifikasi pilihan aktivitas


Rencanakan aktivitas pada periode saat pasien memiliki energy paling
banyak
Bantu pasien untuk aktivitas fisik teratur
Bantu rangsangan lingkungan untuk relaksasi
Bantu pasien untuk melakukan pemantauan mandiri dengan membuat dan
menggunakan dokumentasi tertulis untuk mencatat asupan kalori dan energy

Perawatan dirumah

Evaluasi kondisi rumah yang dapat menyebabkan intoleransi aktivitas


Kaji kebutuhan terhadap alat bantu, oksigen dan lain sebagainga dirumah

Askep Stroke Aplikasi Nanda NIC NOC


Ana Nurkhasanah Wednesday, December 28, 2016 Askep KMB

Askep stroke aplikasi Nanda NIC NOC merupakan konsep asuhan keperawatan
secara teoritis yang diberikan kepada pasien dengan masalah stroke. Pada
konsep askep stroke pada artikel ini menggunakan konsep Nanda NIC NOC mulai
dari pengkajian, diagnose keparawatan, intervensi keperawatan menggunakan ilmu
keperawatan Nanda NIC NOC.

Definisi

Penyakit stroke atau biasa disebut dalam bahasa medisnya CVD (cerebro vascular
disease) merupakan suatu keadaan dimana otak mengalami kegagalan fungsi yang
diakibatkan oleh terganggunya atau bahkan terhentinya suplai aliran darah ke
bagian otak yang disebabkan oleh tersumbat atau pecahnya pembuluh darah otak.

Stroke merupakan manifestasi klinik dari gangguan fungsi otak baik secara
menyeluruh atau sebagian yang berlangsung dengan cepat atau lambat dan dapat
menyababkan kematian jika tidak mendapatkan penanganan dengan cepatdan
tepat.

Klasifikasi Stroke

Ada beberapa klasifikasi stroke yang dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya


diantaranya adalah sebagai berikut:

Stroke non hemoragik

Stroke non hemoragik merupakan jenis stroke yang terjadi tanpa disertai dengan
perdarahan didalam otak. Stroke non hemoragik ini biasanya terjadi disebabkan oleh
tidak lancarnya aliran darah atau bahkan tersumbatnya aliran darah didalam
pembuluh darah otak sehingga otak tidak mendapatkan suplai darah dan oksigen.

Stroke non hemoragik ini biasanya disebabkan oleh sumbatan seperti lemak,
bekuan darah, dan lain-lain serta penyempitan dinding pembuluh darah atau
aterosklerosis yang terjadi pada seseorang.

Stroke non hemoragik ini biasanya gejalanya seperti nyeri kepala, kesemutan pada
salah satu ekstremitas atau kelemahan salah satu ekstremitas dan dapat juga
hingga terjadi penurunan kesadaran.

Stroke non hemoragik ini biasanya dapat ditangani dengan pemberian obat-obatan
penghancur kolesterol atau thrombus dan biasanya seiring dengan pengobatan yang
rutin stroke jenis ini dapat hilang.
Stroke Hemoragik

Stroke hemoragik merupakan jenis stroke yang terjadi disertai dengan pecahnya
pembuluh darah otak. Stroke hemoragik ini biasanya paling banyak disebabkan oleh
tekanan darah tinggi. Selain tekanan darah tinggi, biasanya pembuluh darah di otak
mengalami penyumbatan atau penyempitan sehingga dengan tingginya tekanan
darah dan pembuluh darah tidak mampu menahan dan menyebabkan pembuluh
darah otak menjadi pecah.

Tanda dan gejalanya stroke hemoragik ini biasanya penurunan kesadaran dengan
disertai dengan riwayat hipertensi atau darah tinggi. Pada umumnya pasien stroke
hemoragik ini juga memiliki riwayat jatuh sebelum terjadi serangan stroke.

Stroke jenis ini harus dapat ditangani dengan segera, cepat dan tepat. Jika stroke
hemoragik ini tidak segera mendapat penanganan dengan tepat dapat
menyebabkan kematian.

Baca juga : Anatomi Sistem Kardiovaskular

Penyebab Stroke

Penyumbatan pembuluh darah otak dapat disebabkan oleh beberapa hal


diantaranya adalah sebagai berikut:

Thrombosis Serebral

Thrombosis serebral atau bekuan darah yang ada didalam aliran darah yang
biasanya diakibatkan oleh kerusakan dinding pembuluh darah oleh karena kondisi
atau penyakit tertentu sehingga thrombus sampai ke pembuluh darah otak dan
akhirnya menyumbat pembuluh darah otak dan mengakibatkan stroke.

Emboli Cerebral

Emboli biasanya disebabkan oleh sumbatan pembulih daran oleh lemak dan benda
lain seperti udara yang ada didalam aliran darah atau akibat dari plak-plak atau
timbunan lemak di dalam dinding pembuluh darah yang lisis dan terbawa oleh darah
menuju ke otan dan akhirnya menyebabkan pembuluh darah otak tersumbat.
Iskemia Otak

Iskemia otak merupakan penurunan aliran darah ke otak yang diakibatkan oleh
kelainan pembuluh darah atau aterosklerosis dan sumbatan pembuluh darah otak
sehingga menyebabkan terganggunya suplai darah ke otak dan akhirnya dapat
menyebabkan stroke.

Factor Risiko Stroke

Selain factor penyebab yang dapat mengakibatkan terjadinya stroke, beberapa


factor risiko dibawah ini juga dapat meningkatkan terjadinya stroke antara lain
adalah sebagai berikut:

Hipertensi
Penyakit jantung seperti jantung coroner, gagal jantung, dan penyakit jantung
bawaan lainnya
Kolesterol yang tinggi
Obesitas atau kegemukan
Peningkatan hematocrit didalam darah
Penyakit diabetes mellitus
Perokok dan konsumsi alcohol

Pathway Stroke
Pathway Stroke

Tanda Dan Gejala Stroke

Tanda dan gejala stroke menurut beberapa ahli dapat di tandai dengan gejala-gejala
tergantung dari lokasi stroke tersebut dan tingkat kepadarahan stroke tersebut.
Berikut adalah tanda dan gejala yang dapat terjadi jika terserang stroke:

Kehilangan motoric

Jika stroke terjadi pada pusat motoric di otak maka dapat menimbulkan tanda dan
gejala seperti hemiplegi atau kelemahan pada satu sisi tubuh dan hemiparesis atau
kelemahan pada salah satu sisi tubuh.

Kehilangan komunikasi

Jika stroke terjadi pada area broca atau area pusat pengendali komunikasi maka
dapat menimbulkan tanda dan gejala seperti disartria atau kesulitan bicara (pelo),
disfasia atau afasia (sulit bicara atau tidak bias bicara), apraksia dan lain-lain.

Gangguan persepsi
Jika stroke terjadi pada bagian otak yang mengandalikan sistem-sistem indra seperti
pendengaran, penglihatan dan lain-lain dapat menyebabkan gangguan pada sistem
persepsi atau indra tersebut. Sebagai contoh mengalami gangguan penglihatan atau
gangguan penglihatan.

Disfungsi kandung kemih

Jika stroke terjadi pada bagian otak yang mengatur kendali kandung kemih atau
reflek kemih maka akan mengakibatkan terganggunya proses miksi dan dapat terjadi
gangguan pada pola eliminasi uri seperti inkontinensia uri dan lain-lain.

Itulah sedikit contoh tanda dan gejala dari stroke sesuai dengan bagian-bagian otak
yang mengalami stroke. Jadi tanda dan gejala stroke dapat lihat dari bagian otak
yang mana yang terjadi stroke sehingga dapat dengan mudah diketahuinya.

Komplikasi Stroke

Stroke dapat mengakibatkan komplikasi yang sangat berbahaya bagi tubuh manusia
dan dapat mengakibatkan kematian. Berikut adalah komplikasi yang dapat
diakibatkan oleh stroke:

Hipoksia serebral, merupakan keadaan otak tidak mendapatkan suplai


oksigen dan dapat mengakibatkan kematian bagian otak yang terjadi stroke.
Aliran darah serabral terganggu.
Embolisme serebral,
Herniasi otak, kondisi ini terjadi karena terjadi penekana atau pecahnya
pembuluh darah sehingga akan menekan sel-sel otak.
Koma
Kematian

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pasien stroke sangat perlu dilakukan dengan cepat agar
dapat segera di lakukan tindakan untuk memberikan pertolongan. Pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi untuk melihat pasien stroke ada dua teknik yang dapat
dilakukan yaitu CT Scan dan MRI. CT scan dapat dilakukan untuk mendeteksi
bagian otak yang mengalami stroke dengan mudah dan cepat dan relative lebih
murah. Akan tetapi CT scan kurang sensitive dibandingkan dengan pemeriksaan
MRI misalkan pada kasus stroke hiperakut.

Untuk memperkuat atau memperjelas lokasi stroke biasanya dilakukan pemeriksaan


CT scan atau MRI. Kedua pemeriksaan tersebut juga dapat membantu menentukan
penyebab stroke apakan disebabkan oleh tomur otak ataukan oleh perdarahan
didalam otak.

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium untuk mendiagnosis stroke dapat dilakukan dengan


memeriksa kadar kreatinin fosfokinase untuk mengetahui fungsi ginjal dan
menunjukkan kerusakan otot massif.

Pemeriksaan laboratorium selanjutnya adalah pemeriksaan kolesterol apakah


tinggai atau normal. Jika memang tinggi bias jadi stroke tersebut disebabkan oleh
penyumbatan kolesterol yang terjadi di dalam pembuluh darah otak.

Hematocrit juga dapat diperiksa untuk melihat apakah ada peningkatan hematocrit.
Jika hematocrit meningkat dapat terjadi penurunan sel darah merah dan biasanya
juga diiringi dengan penurunan kadar oksigen dalam darah.

Pemeriksaan neurologis

Pemeriksaan neurologis ini harus dilakukan untuk melihat keparahan dan


mengatahui gejala yang diakibatkan oleh stroke. Pemeriksaan neurologis ini antara
lain adalah:

GCS atau Glasgow coma scale di periksa untuk mengetahui tingkat


kesadaran klien
Respon pupil diperiksa untuk mengetahui apakah ada masalah pupil sperti
dilatasi atau midriasis pupil
Denyut nadi biasanya menurun
Tekanan darah biasanya meningkat
Frekuensi napas biasanya menurun
Suhu tubuh biasanya meningkat

Penatalaksanaan Stroke

Penatalaksanaan stroke dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan


penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan keperawatan.

Penatalaksanaan medis

Penatalaksanaan stroke bertujuan agar tidak terjadi kematian otak berlanjut dan luas
sehingga perlu penatalaksanaan yang cepat dan tepat.

Penatalaksanan medis

Penatalaksanaan medis untuk pasien stroke dapat dilakukan tindakan-tindakan


berikut untuk mencegah terjadi stroke atau kematian otak yang luas.

Penanganan supportif imun

Memberikan pemeliharaan jalan napas dan ventilasi yang adekuat


Memberikan volume dan tekanan darah yang adekuat
Koreksi kelainan ganguan antara lain gagal jantung, atau aritmia

Meningkatkan aliran darah serebral (dilakukan pada stroke non hemoragik)

Elevasi tekanan darah


Melakukan intervensi bedah
Ekspansi volume intravascular
Berikan obat antikoagulan

Pengontrolan tekanan intracranial dengan memberikan obat-obatan sebagai berikut:

Obat antiagregasi trombosit


Obat anti kuagulasi seperti heparin
Obat antitrobolitik untuk menghancurkan thrombus
Obat untu edema otak seperti larutan manitol
Penatalaksanaan keperawatan

Selain penatalaksanaan medis disini perawat juga memiliki peranan penting dalam
memberikan penatalaksanan keperawatan diantaranya yang dapat dilakukan
perawat adalah:

Mengatur posisi kepala dan badan atassetinggi 20 30 derajat, posisi miring


jika muntah dan boleh dilakukan mobilisasi secara bertahap jika
hemodinamika stabil.
Memonitor tanda-tanda vital diusahakan dalam keadaan tetap stabil dan
normal
Menganjurkan pasien untuk tetap bedrest
Berikan cairan intravena berupa kristaloid dan koloid dan hindari penggunaan
cairan glukosa murni atau cairan hipotonik.
Hindari kenaikan suhu tubuh, batuk, konstipasi dan suction secara berlebihan
yang dapat meningkatkan tekanan intracranial.
Nutrisi peroral hanya diberikan jika fungsi menelan baik dan jika kesadaran
menurun atau tidak sadar segera pasang NGT.
Bila penderita tidak mampu menggunakan anggota gerak, gerakkan tiap
anggota gerak secara pasif seluas anggota geraknya atau latih ROM pasif.
Berikan pengaman di tempat tidur untuk mencegah pasien jatuh.

Perawatan pasca stroke oleh keluarga pasien dirumah

Fisioterapi pasca stroke harus dilakukan secara rutin dan dengan penuh
kesabaran karena memang rehabilitasi stroke memangnmemakan waktu
cukup lama.
Beberapa pasien stroke terkadang mengalami kesulitan menelan dan
kebanyakan keluarga menganggap pasien tidak mau makan dan akhirnya
pasien kekurangan gizi. Sebaiknya keluarga dapat membantu klien untuk
melatih menelan kepada klien.
Penderita stroke kebanyakan disabilitasnya sering jatuh dan depresi sehingga
pendampingan dan dukungan oleh keluarga serta semangat yang diberikan
oleh keluarga akan sangat diperlukan untuk memulihkan pasca stroke klien.

ASKEP STROKE APLIKASI NANDA NIC NOC


Untuk selanjutnya langsung saja saya paparkan bagaimana konsep Asuhan
Keperawatan Stroke Menggunakan Aplikasi Nanda NIC NOC yang saya dapat
dari literature-literatur.

Identitas Klien

Silahkan masukkan identitas klien mulai dari nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan,
tempat tiinggal, dan lain-lain. Identitas klien disini dapat menjadi penunjang informasi
dalam memberikan asuhan keperawatan.

Keluhan Utama

Pada pasien stroke, keluhan utama yang sering muncul biasanya adalah kelemahan
anggota gerak sebalah badan, bicara pelo, kelemahan, bahkan dapat terjadi
penurunan kesadaran atau tidak sadarkan diri.

Riwayat Kesehatan Sekarang

Serangan stroke, pada umumnya terjadi dengan sangat mendadak baik pada saat
klien melakukan aktivitas ataupun sedang istirahat. Biasanya muncul gejala seperti
nyeri kepala, mual, muntal, badan mati sebelah atau lemah sebelam atau
keseluruhan bahkan terjadi penurunan kesadaran.

Biasanya kebanyakan stroke disebabkan oleh tekanan darah tinggi dan


menyebabkan klien tidak sadarkan diri.

Riwayat Penyakit Masa Lalu

Biasanya klien memiliki riwayat penyakit seperti darah tinggi, kolesterol, DM,
penyakit jantung, anemia, riwayat perokok dan obesitas.

DATA FOKUS PENGKAJIAN ASKEP STROKE MENGGUNAKAN 13 DOMAIN


NANDA

PROMOSI KESEHATAN
Data Subjektif:
Kesehatan umum klien tampak sedang hingga buruk atau tidak sadar.
Penyakit yang lalu lalu seperti darah tinggi, Diabetes mellitus, anemia, penyakit
jantung.
Pengetahuan tentang penyakit biasanya tidak tahu.

DO:
KU biasanya tampak sakit sedang hingga berat atau tidak sadar.
TTV : TD biasanya hingga 200/120 mmHg
Pengoabatan/obat yg digunakan biasanya memiliki riwayat penggunaan obat-obatan
vasodilator dan aspirin.

NUTRISI
DS:
Kebiasaan makan klien biasanya sering mengkonssi makanan yang berlemak atau
asin.
Gangguan menelan atau mengunyah biasanya terjadi.
Diabetes atau sedang menjalani perawatan DM
Ada atau tidak ketergantungan alcohol atau obat tertentu

DO:
Infus dan NGT terpasang atau tidak
Intake atau output setiap hari bagaimana

ELIMINASI

Sistem Urinarius
DS:
Biasanya klien mengalami masalah BAK yang tidak terkontrol.

DO:
Kateter urin terpasang untuk mengeluarkan urin.

Sistem gastrointestinal
DS:
Biasanya terjadi konstipasi karena factor imobilisasi

DO:
Pengkajian abdomen:
Inspeksi tampak datar
Palpasi perut klien lembut
Perkusi tidak ada distensi
Auskultasi biasanya bising usus normal

Sistem Integuman
DS:
Kelainan kulit, lesi atau sariawan

DO:
Pengkajian kulit, integritas serta turgor kulit?
Pemasangan IV terapi, lokasi, waktu dan ukuran IV kateter bagaimana?

AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT

Aktivitas
DS:
Keterbatasan dalam aktivitas karena kelemahan.
Kemampuan melaksanakan aktivitas tidak mampu
ADLsnya klien biasanya perlu bantuan
Makan, minum, berpakaian, mandi dan toileting perlu bantuan.

DO:
Respon terhadap aktifitas seperti perubahan nadi, pola napas dan lain-lain biasanya
meningkat.
Penampilan umum selama beraktivitas biasanya lemas.
Risiko cidera saat berativitas biasanya tinggi

Kardiovaskular
DS:
Penyakit jantung atau pembuluh darah aseperti PJK biasanya ada

DO:
TD biasanya Tinggi hingga sistolik diatas 200 mmHg
Turgor kulit serta hidrasi biasanya jelek
Suhu tinggi ada atau tidak
Auskultasi jantung, bunyi jantung normal

Respirasi
DS:
Menggunakan oksigen

DO:
RR biasanya normal
SPO2 biasanya normal
Pemeriksaan dada:
Inspeksi dada simetris
Perkusi dada somor
Auskultasi suara napas normal

PERSEPSI ATAU KOGNISI

Persepsi atau sensasi


DS:
Riwayat pingsan, serangan jantung dan lain-lain
Sakit kepala ada atau tidak, lokasi dan frekuensi
Perasaan mati rasa pada bagian sebelah tubuh
Gangguan atau kehilangan pendengaran, penglihatan

DO:
Penjagaan fisik saat aktvitas tertentu
Reaksi pupil biasanya nirmal atau midriasis jika sudar kritis
Masalah indra seperti penglihatan kabur dan lain-lain
Kelemahan fisik

Komunikasi
DS:
Klien sulit bicara

DO:
bicara tampak pelo dan mulut mengot

KOOPING DAN TOLERANSI STRESS


DS:
Kemampuan untuk mengatasi rasa takut, rasa sedih dan rasa duka bagaimana

DO:
Perilaku yang menampakkan rasa cemas, duka, rasa ingin menguasai, rasa takut

KEAMANAN DAN PERLINDUNGAN


DS:
Klien sering jatuh dan lemas

DO:
Resiko untuk : komplikasi immobilisasi dan jatuh

PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG DAPAT DI LAKUKAN UNTUK


MENUNJANG DIAGNOSA STROKE

Laboratorium

Biasanya dapat diperiksa darah rutin untuk melihat normal atau tidaknya kadar
hematocrit yang dapat mempengaruhi jumlah sel darah merah. Pemeriksaan gula
darah kolesterol untuk melihat penyebab stroke itu sendiri dan kreatinin fosfokinase
untuk melhat fungsi ginjal.

Radiologi

Pemeriksaan radiologi disini adalah dengan memeriksa CT scan atau dengan MRI
untuk melihat dimana lokasi dan seberapa luas area otak yang mengalami stroke.
Dengan pemeriksaan ini tentunya dapat menentukan tindakan selanjutnya untuk
menangani stroke apakah akan dilakukan pembedahan atau tidak.

Neurologis

Pemeriksaan neurologis seperti GCS dan refleks serk ta respon pupil untuk melihat
tingkat keparahan serangan stroke itu sendiri.

DIAGNOSE KEPERAWATAN YANG MUNGKIN DAPAT MUNCUL PADA PASIEN


STROKE
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan gangguan aliran darah
arteri otak karena sumbatan atau pecah
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik akikat stroke
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring atau kelemahan fisik
INTERVENSI KEPERAWATAN PADA PASIEN STROKE

Diagnose 1 : Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan


gangguan aliran darah arteri otak karena sumbatan atau pecah

Tujuan dan kriteria hasil NOC

Menunjukkan status sirkulasi dan kognisi, yang dibuktikan oleh indicator sebagai
berikut:
1 gangguan eksterm
2 berat
3 sedang
4 ringan
5 tidak ada gangguan
Indikator 1 2 3 4 5
TD sistolik dan diastolik
Bruit pembuluh darah besar
Hipotensi ortostatik
Berkomunikasi dengan jelas dan
sesuai dengan usia serta kemampuan
Menunjukkan perhatian, konsentrasi
dan orientasi kognitif
Menunjukkan memori jangkan panjang
dan saat ini
Mengolah informasi
Membuat keputusan yang tepat

Pasien akan:

Mempunyai system saraf pusat dan perifer yang utuh


Menunjukkan fungsi sensori motor cranial yang utuh
Menunjukkan fungsi otonom yang utuh
Mempunyai pupul yang normal
Terbebas dari kejang
Tidak mengalami sakit kepala

Intervensi Keperawatan NIC


Pengkajian
Pantau hal-hal berikut ini:

TTV
PO2, PCO2, pH dan kadar bikarbonat
PaCO2 dan SaO2 dan kadar Hb untuk mnentukan pengiriman oksigen
kejaringan
Periksa pupil
Periksa mata
Sakit kepala
Tingkat kesadaran dan orientasi
Memori, alam perasaan dan afek
Curah jantung
Reflek corneal, batuk dan muntah
Tonus otot, pergerakan motorik, gaya berjalan dan kesesuaian

Pemantauan tekanan intracranial (NIC);

Pantau TIK dan respon neurologis pasien terhadap aktivitas perawatan


Pantau tekanan perfusi serebral
Perhatikan perubahan pasien sebagai respon terhadap stimulus

Aktivitas kolaboratif

Pertahankan parameter hemodinamika dalam rentang yang dianjurkan


Berikan obat-obatan untuk meningkatkan volume intravaskuler sesuai
program
Induksi hipertensi untuk mempertahankan tekanan perfusi serebral, sesuai
program
Berikan loop diuretic dan osmotic, sesuai prigram
Tinggikan bagian kepala tempat tidur hingga 45drjt tergantung pada kondisi
pasien dan program dokter

Aktivitas lain

Pemantauan TIK (NIC)


Lakukan modalitas terapi kompresi, jika perlu
Meminimalkan stimulus lingkungan
Beri interval setiap asuhan keperawatan untuk meminimakan peningkatan TIK

Diagnose 2 : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik


akikat stroke

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan pasien akan memperlihatkan mobilitas, yang dibuktikan


oleh indicator sebagai berikut:
1 gangguan eksterm
2 berat
3 sedang
4 ringan
5 tidak mengalami gangguan
Indikator 1 2 3 4 5
Keseimbangan
Koordinasi
Performa posisi tubuh
Pergerakan sendi dan otot
berjalan
Bergerak dengan mudah

Intervensi keperawatan (NIC)

Pengkajian merupakan proses yang kontinu untuk menentukan tingkat performa


hambatan mobilitas pasien.

Aktivitas keperawatan tingkat 1

Kaji kebutuhan terhadap bantuan pelayanan kesehatan dirumah dan


kebutuhan terhadap peralatan pengobatan yang tahan lama
Ajarkan pasien tentang dan pantau penggunaan alat bantu mobilitas
Ajarkan dan bantu pasien dalam proses berpindah
Rujuk keahli terapi fisik untuk program latihan
Berikan penguatan positif selama aktivitas
Bantu pasien untuk menggunakan alas kaki antiselip yang mendukung untuk
berjalan

Pengaturan posisi (NIC):

Ajarkan pasien bagaimana menggunakan postur dan mekanika tubuh yang


benar pada saat melakukan aktiivtas
Pantau ketepatan pemasangan traksi

Aktivitas keperawatan tingkat 2

Kaji kebutuhan belajar pasien


Kaji terhadap kehutuhan bantuan layanan kesehatan dari lembaga kesehatan
dirumah dan alat kesehatan yang tahan lama
Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif atau pasif untuk
mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot
Instruksikan dan dukung pasien untuk menggunakan trapeze atau pemberat
untuk meningkatkan serta mempertahankan kekuatan ekstremitas atas
Ajarkan tehnik ambulasi dan berpindah yang aman
Instruksikan pasien untuk menyangga berat badannya
Instruksikan pasien untuk mempertahankan kesejajaran tubuh yang benar
Gunakan ahli terapi fisik dan okupasi sebagai suatu sumber untuk
mengembangkan perencanaan dan mempertahankan atau meningkatkan
mobilitas
Berikan penguatan positif selama aktivitas
Awasi seluruh upaya mobilitas dan bantu pasien, jika perlu
Gunakan sabuk penyokong saat memberikan bantuan ambulasi atau
perpindahan

Aktivitas keperawatan tingkat 3 dan 4

Tentukan tingkat motivasi pasien untuk mempertahankan atau megambalikan


mobilitas sendi dan otot
Gunakan ahli terapi fisik dan okupasi sebagai suatu sumber untuk
mengembangkan perencanaan dan mempertahankan atau meningkatkan
mobilitas
Dukung pasien dan keluarga untuk memandang keterbatasan dengan realitas
Berikan penguatan positif selama aktivitas
Berikan analgesic sebelum memulai latihan fisik

Penguatan posisi (NIC):

Pantau pemasangan alat traksi yang benar


Letakkan matras atau tempat tidur terapeutik dengan benar
Atur posisi pasien dengan kesejajaran tubuh yang benar
Letakkan pasien pada posisi terapeutik
Ubah posisi pasien yang imobilisasi minimal setiap 2 jam, berdasarkan jadwal
spesefik
Letakkan tombol pengubah posisi tempat tidur dan lampu pemanggil dalam
jangkauan pasien
Dukung latihan ROM aktif datau pasif jika perlu

Perawatan dirumah

Kaji lingkungan rumah terhadap kendala dalam mobilitas


Rujuk untuk mendapat layanan kesehatan dirumah
Rujuk ke layanan fisioterapi untuk memperoleh latihan kekuatan,
keseimbangan dan cara berjalan
Rujuk kelayanan ke terapi okupasi untuk alat bantu
Anjurkan untuk berlatih bersama anggota keluarga atau teman
Ajarkan cara bangun dari tempat tidur secara perlahan

Untuk bayi dan anak-anak

Pantau komplikasi imobilitas


Evaluasi adanya depresi dan gangguan kognisi
Pantau hipotensi ortostatik; saat membantu klien bangun dari tempat tidur,
minta klien untuk duduk menjuntaikan kakinya sebelum berdiri

Diagnose 3 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring atau


kelemahan fisik

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan pasien akan menunjukkan:


Mentoleransi aktivitas yang bisasa dilakukan, yang dibuktikan oleh toleransi
aktivitas, ketahanan, penghematan energy, kebugaran fisik, energy
psikomotorik, dan perawatan diri, ADL.
Menunjukkan toleransi aktivitas, yang dibuktikan oleh indicator sebagai
berikut:

1 gangguan eksterm
2 berat
3 sedang
4 ringan
5 tidak ada gangguan
Indikator 1 2 3 4 5
Saturasi oksigen saat
beraktivitas
Frekuensi pernapasan
saat beraktivitas
Kemampuan untuk
berbicara saat beraktivitas
fisik

Mendemonstrasikan penghematan energy, yang dibuktikan oleh indicator sebagai


berikut:
1 tidak pernah
2 jarang
3 kadang-kadang
4 sering
5 selalu
Indikator 1 2 3 4 5
Menyadari keterbatasan energy
Menyeimbangkan aktivitas dan
istirahat
Mengatur jadwal aktivitas untuk
menghemat energy

Intervensi keperawatan (NIC)

Pengkajian
Kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri,
ambulasi, dan melakukan ADL
Kaji respon emosi, sosial dan spiritual terhadap aktivitas
Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas

Manajemen energy (NIC):

Tentukan penyebab keletihan


Pantau respon kardiorespiratori terhadap aktivitas
Pantau respon oksigen pasien terhadap aktivitas
Pantau respon nutrisi untuk memastikan sumber-sumber energy yang
adekuat
Pantau dan dokumentasikan pola tidur pasien dan lamanya waktu tidur dalam
jam

Penyuluhan untuk pasien dan keluarga


Instruksikan pada pasien dan keluarga untuk:

Penggunaan teknik napas terkontrol selama aktivitas, jika perlu


Mengenali tanda dan gejala intoleransi aktivitas, termasuk kondisi yang perlu
dilaporkan ke dokter
Pentingnya nutrisi yang baik
Penggunaan peralatan seperti oksigen saat aktivitas
Penggunaan tehnik relaksasi selama aktivitas
Dampak intoleransi aktivitas terhadap tanggung jawab peran dalam keluarga
Tindakan untuk menghemat energy

Manajemen energy (NIC):

Ajarkan pada pasien dan orang terdekat tentang teknik perawatan diri yang
akan meminimakan konsumsi oksigen
Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu untuk
mencegah kelelahan

Aktivitas kolaboratif

Berikan pengobatan nyeri sebelum aktivitas, apabila nyeri merupakan salah


satu penyebab
Kolaborasikan dengan ahli terapi okupasi, fisik atau rekreasi untuk
merencanakan dan memantau program aktivitas, jika perlu.
Untuk pasien yang mengalami sakit jiwa, rujuk kelayanan kesehatan jiwa
dirumah
Rujuk pasien kepelayanan kesehatan rumah untuk mendapatkan pelayanan
bantuan perawtan rumah, jika perlu
Rujuk pasien keahli gizi untuk perencanaan diet
Rujuk pasien kepusat rehabilitasi jantung jika keletihan berhubungan dengan
penyakit jantung

Aktivitas lain

Hindari menjadwalkan pelaksanaan aktivitas perawatan selama periode


istirahat
Bantu pasien untuk mengubah posisi secara berkala, jika perlu
Pantau tanda-tanda vital sebelum, selama dan sesudah aktivitas
Rencanakan aktivitas bersama pasien secara terjadwal antar istirahat dan
latihan

Manajemen energy (NIC);

Bantu pasien untuk mengidentifikasi pilihan aktivitas


Rencanakan aktivitas pada periode saat pasien memiliki energy paling
banyak
Bantu pasien untuk aktivitas fisik teratur
Bantu rangsangan lingkungan untuk relaksasi
Bantu pasien untuk melakukan pemantauan mandiri dengan membuat dan
menggunakan dokumentasi tertulis untuk mencatat asupan kalori dan energy

Perawatan dirumah

Evaluasi kondisi rumah yang dapat menyebabkan intoleransi aktivitas


Kaji kebutuhan terhadap alat bantu, oksigen dan lain sebagainga dirumah

Anda mungkin juga menyukai