Anda di halaman 1dari 15

Manifestasi klinis serta Pendekatan Diagnosis terhadap Chronic Kidney Disease

Abstrak
Penyakit Ginjal Kronis (Chronic Kidney Disease) merupakan penyakit ginjal dimana
terdapat penurunan fungsi ginjal yang selama periode bulanan hingga tahunan yang ditandai
dengan penurunan glomerulus filtration rate (GFR) secara perlahan dalam periode yang
lama. Fungsi ginjal menandakan kondisi ginjal dan fungsinya dalam fisiologi ginjal. Pada
tahun 2016, Penyakit ginjal kronis terdapat pada sekitar 753 juta orang di seluruh dunia yang
meliputi 336 juta pada pasien laki-laki dan 417 juta pada pasien perempuan. Tujuan dari
penulisan ini adalah untuk mempelajari manifestasi klinis, pendekatan diagnosis, serta terapi
penunjang.
Kata Kunci: Anemia, gagal ginjal kronis, hipertensi

Abstract
Penyakit Ginjal Kronis (Penyakit Ginjal Kronis) merupakan penyakit ginjal dimana
terdapat penurunan fungsi ginjal yang selama periode bulanan hingga tahunan yang
ditandai dengan penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) secara perlahan dalam periode
yang lama. Fungsi ginjal menandakan kondisi ginjal dan fungsi dalam fisiologis ginjal. Pada
tahun 2016, Penyakit kronis terdapat pada sekitar 753 juta orang di dunia yang meliputi 336
juta pada pasien laki-laki dan 417 juta pada pasien perempuan. Tujuan dari penulisan ini
adalah untuk mempelajari manifestasi klinis, pendekatan diagnosis, serta terapi penunjang.
Keyword: Anemia, chronic kidney failure, hypertension

Pendahuluan
Penyakit Ginjal Kronis (Chronic Kidney Disease) merupakan penyakit ginjal dimana
terdapat penurunan fungsi ginjal yang selama periode bulanan hingga tahunan yang ditandai
dengan penurunan glomerulus filtration rate (GFR) secara perlahan dalam periode yang
lama. Tidak terdapat gejala awal pada penyakit ginjal kronis, namun seiring waktu saat
penyakit ginjal kronis memberat, akan timbul gejala-gejala seperti: bengkak pada kaki,
kelelahan, mual dan muntah, kehilangan nafsu makan, dan kebingungan
Fungsi ginjal menandakan kondisi ginjal dan fungsinya dalam fisiologi ginjal.
Glomerular Filtration Rate (GFR) menandakan jumlah cairan yang di filtrasi oleh ginjal.
Creatinine Cleareance Rate (CrCl) menandakan jumlah kreatinin darah yang disaring oleh
ginjal. CrCl merupakan parameter yang berguna untuk mengetahui GFR dari ginjal.
Penyebab dari penyakit ginjal kronis dapat berupa diabetes melitus, tekanan darah
tinggi (Hipertensi), glomerulonephritis, penyakit ginjal polikistik (Polycystic Kidney
Disease). Faktor resiko dari penyakit ginjal kronis dapat berupa riwayat penyakit keluarga
pasien. Diagnosis dari penyakit ginjal kronis secara umum berupa tes darah yang berfungsi
untuk mengetahui Glomerulus Filtration Rate (GFR), dan tes urin untuk mengetahui apakah
terdapat albuminuria. Pemeriksaan lebih lanjut dapat berupa ultrasound dan biopsy ginjal
untuk mengetahui penyebab dari penyakit ginjal kronis.
Pada tahun 2016, Penyakit ginjal kronis terdapat pada sekitar 753 juta orang di
seluruh dunia yang meliputi 336 juta pada pasien laki-laki dan 417 juta pada pasien
perempuan. Penyebab tersering penyakit ginjal kronis adalah Hipertensi pada 550 ribu
pasien, diabetes melitus pada 418 ribu pasien, dan glomerulonephritis pada 238 ribu pasien.

Etiologi
CKD atau Chronic Kidney Disease merupakan hasil akhir dari berbagai jenis penyakit
ginjal. CKD sendiri merupakan tingkat terakhir dari penyakit - penyakit seperti infeksi
misalnya pielonefritis kronik dan glomerulonefritis. Selain itu juga penyakit vaskuler
hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna dan stenosis arteria
renalis. Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis
nodosa, dan sklerosis sistemik progresif. Gangguan kongenital dan herediter misalnya
penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal. Penyakit metabolik misalnya DM, gout,
hiperparatiroidisme, amiloidosis. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik.
Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis
retroperitoneal. Selain itu juga ada hipertropi prostat, striktur uretra, anomali kongenital pada
leher kandung kemih dan uretra. Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis

Epidemiologi
Penyakit Ginjal Kronis di dunia saat ini mengalami peningkatan dan menjadi masalah
kesehatan serius, hasil penelitian Global Burden of Disease tahun 2010, Penyakit Ginjal
Kronis merupakan penyebab kematian peringkat ke 27 di dunia tahun 1990 dan meningkat
menjadi urutan ke-18 pada tahun 2010.
Lebih dari 2 juta penduduk di dunia mendapatkan perawatan dengan dialisis atau
transplantasi ginjal dan hanya sekitar 10% yang benar-benar mengalami perawatan tersebut.
Sepuluh persen penduduk di dunia mengalami Penyakit Ginjal Kronis dan jutaan meninggal
setiap tahun karena tidak mempunyai akses untuk pengobatan.
Pada tahun 2011 sekitar 113.136 pasien di Amerika Serikat mengalami End Stage
Renal Diseasse (ESDR), penyebab utamanya adalah diabetes dan hipertensi dengan jumlah
kasus terbanyak ditemukan pada usia lebih dari 70 tahun. Penelitian di Amerika Serikat risiko
2,3 kali mengalami PGK bagi orang yang mengonsumsi cola dua gelas atau lebih per hari.
Pada tahun 2013, sebanyak 2 per 1000 penduduk atau 499.800 penduduk Indonesia
menderita Penyakit Gagal Ginjal. Sebanyak 6 per 1000 penduduk atau 1.499.400 penduduk
Indonesia menderita Batu Ginjal
Prevalensi gagal ginjal pada laki-laki (0,3%) lebih tinggi dibandingkan dengan
perempuan (0,2%). Berdasarkan karakteristik umur prevalensi tertinggi pada kategori usia
diatas 75 tahun (0,6%), dimana mulai terjadi peningkatan pada usia 35 tahun ke atas.
Penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) tahun 2004
menunjukkan konsumsi minuman bersoda dan berenergi lebih dari tiga kali perbulan berisiko
25,8 kali mengalami PGK.

Patofisiologi
Secara umum penyebab dari penyakit ginjal kronis adalah penurunan aliran darah ke
ginjal yang umumnya disebabkan oleh Hipertensi , kerusakan sel mesangial oleh Diabetes
Melitus

Hipertensi
Mekanisme kerusakan ginjal oleh hipertensi disebabkan oleh penebalan sel-sel tunica
intima pada glomerulus ginjal, penebalan sel tunica intima menyebabkan mengecilnya
vaskular yang berujung pada mengecilnya aliran pembuluh darah ke bagian glomerulus,
berkurangnya aliran pembuluh darah ke glomerulus menyebabkan aktifnya system Renin-
Angiotensin-Aldosteron yang menyebabkan kenaikan tekanan darah lebih lanjut sehingga
terjadi kerusakan ginjal yang permanen. Awalnya mekanisme aktifasi system Renin-
Angiotensin-Aldosterone dapat mengkompensasi kurangnya aliran darah ke ginjal, namun
seiring waktu akan menyebabkan nekrosis pada sel ginjal. Kerusakan glomerulus ginjal dapat
menyebabkan Global sclerosis dimana terjadi kerusakan yang permanen dari glomerulus atau
Focal segmental necrosis yang merupakan system kompensasi ginjal dimana terjadi
pembesaran glomerulus pada suatu area karena kerusakan nefron pada area lain pada ginjal.
Secara kronik perubahan-perubahan pada glomerulus ginjal akan menyebabkan kematian
nefron yang akan menyebabkan penurunan GFR secara perlahan.

Diabetes Melitus
Patofisiologi penyakit ginjal kronis untuk diabetes melitus melibatkan hiperglikemia
yang memicu pembentukan reactive oxygen species (ROS) dan Advanced Glycosylation End
Products (AGE). Pembentukan AGE dan ROS menyebabkan terjadi stress oxidative pada
jaringan nefron ginjal. Peningkatan stress oxidative pada nefron ginjal menyebabkan
kenaikan permeabilitas ginjal lalu terjadinya proteinuria, efek lain kenaikan permeabilitas
glomerulus juga mengaktifkan system RAAS yang menyebabkan kenaikan tekanan darah dan
lebih jauh meningkatkan permeabilitas ginjal dan memperparah kerusakan ginjal.
Mekanisme lain dari kerusakan ginjal dimana AGE dan ROS menstimulasi
pembentukan growth factor, growth factor yang terbentuk berupa TGF, VEGF, dan PDGF.
Pembentukan growth factor tersebut dapat menyebabkan terjadinya fibrosis pada ginjal dan
menurunkan GFR.

Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik antara lain :
 Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang,
mudah tersinggung, depresi
 Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak
nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis
mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.
Manifestasi klinis lainnya dapat berupa :
 Gangguan kardiovaskuler Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat
perikarditis, effusi perikardiac dan gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan
irama jantung dan edema.
 Gannguan Pulmoner Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan
riak, suara krekels.
 Gangguan gastrointestinal Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan
dengan metabolisme protein dalam usus, perdarahan pada saluran gastrointestinal,
ulserasi dan perdarahan mulut, nafas bau ammonia.
 Gangguan muskuloskeletal Resiles leg sindrom ( pegal pada kakinya sehingga
selalu digerakan ), burning feet syndrom ( rasa kesemutan dan terbakar, terutama
ditelapak kaki ), tremor, miopati ( kelemahan dan hipertropi otot – otot ekstremitas.
 Gangguan Integumen kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning – kuningan
akibat penimbunan urokrom, gatal – gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.
 Gangguan endokrim Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun,
gangguan menstruasi dan aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguan metabolic
lemak dan vitamin D.
 Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa biasanya retensi
garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan dehidrasi, asidosis,
hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.
 System hematologi anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi
eritopoetin, sehingga rangsangan eritopoesis pada sum – sum tulang berkurang,
hemolisis akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia toksik,
dapat juga terjadi gangguan fungsi trombosis dan trombositopeni.

Anamnesis
sesak (terutama malam hari, bila berbaring datar dan saat beraktifitas), batuk hilang
timbul, mual dan terkadang muntah. Riwayat hipertensi, tidak kontrol rutin. Riwayat berobat
tidak ada. ada ggn di ginjal dan dianjurkan untuk kurangi asupan cairan
Pemeriksaan Fisik

- Edema bilateralm pitting (+), kulit hiperpigmentasi

- Tampak sakit berat

- BB = 70 kg, TB = 170 cm

- TD = 150/90, nadi , nadi 110x, RR 28x , suhu 36 derajat

- Thorax rhonki basah halus bilateral, pf jantung normal

Pemeriksaan Penunjang
Pada pasien didapatkan urin berwarna kuning dan tidak tampak ada kemerahan, Hb 8,
leukosit 9000, trombosit 290000. USG ginjal didapatkan kedua ginjal mengecil, korteks dan
medulla tidak jelas, kreatinin 8,3mg/dl , ureum 230mg/dl. Pada foto thorax, tampak
vaskularisasi meningkat, dan terdapat bendungan paru.
Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun kolaborasi antara
lain : Pemeriksaan lab.darah; hematologi Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit, RFT ( renal
fungsi test ) ureum dan kreatinin, LFT (liver fungsi test ) Elektrolit Klorida, kalium, kalsium.
Urine - urine rutin - urin khusus : benda keton, analisa kristal batu. pemeriksaan
kardiovaskuler seperti; ECG, ECO. Radidiagnostik; USG abdominal, CT scan abdominal,
BNO/IVP, FPA, Renogram, RPG ( retio pielografi)

Diagnosis Kerja dan Diagnosis Banding


Penyakit ginjal kronis merupakan penurunan fungsi ginjal secara kronis yang ditandai
dengan penurunan GFR (Glomerulus Filtration Rate) <60 ml/min/1.73mm selama 3 bulan
atau lebih. Namun untuk mendiagnosis CKD dapat dilakukan secara objektif dan dapat
dipastikan melalui tes laboratorium tanpa mengidentifikasi penyebab penyakit, sehingga
dapat dideteksi oleh dokter non-nefrologi dan ahli kesehatan lainnya.
Penyakit ginjal dibagi menjadi akut atau kronik. Untuk menetukannya, dibagi
berdasarkan durasinya. Jika durasi >3 bulan ( >90hari) maka disebut kronik. Kronisitas ini
untuk membedakan CKD dengan penyakit ginjal akut lainnya seperti akut GN termasuk AKI
yang memerlukan intervensi dan memiliki etiologi dan hasil yang berbeda.
Durasi penyakit ginjal ini dapat didokumentasikan dan disimpulkan berdasarkan
konteks klinis. Untuk diagnosis yang akurat, dianjurkan untuk pemeriksaan ulang fungsi
ginjal dan kerusakan ginjal. Untuk waktu evaluasi bergantung pada penilaian klinis, dengan
evaluasi awal untuk pasien diduga memiliki AKI dan evaluasi selanjutnya untuk pasien
diduga memiliki CKD. Pada AKI terjadi peningkatan serum creatinin secara tiba-tiba dengan
jumlah yang tinggi namun pada CKD peningkatan serum creatinin terjadi secara perlahan dan
kronis.
Kebanyakan dari penyakit ginjal tidak memiliki gejala atau temuan dan hanya
terdeteksi ketika sudah kronis. Sebagian CKD tidak dapat disembuhkan dengan pengobatan
seumur hidup hanya untuk memperlambat perkembangan gagal ginjal. Tetapi, dalam
beberapa kasus dapat sepenuhnya sembuh, baik secara spontan maupun dengan pengobatan.
Pada kasus lain, pengobatan menyebabkan penyembuhan parsial pada kerusakan ginjal dan
peningkatan fungsi ginjal.
Diagnosis banding CKD adalah Acute Kidney injury (AKI). Hasil pemeriksaan
penunjang dengan hasil yang sama dapat ditemukan pada CKD maupun AKI (sesuai
klasifikasi masing –masing)<3 bulan, masih bersifat reversible (bila mendapatkan
penanganan yang tepat), fase akut tidak mengakibatkan kardiomegali. Penyebab AKI antara
lain: prerenal, intrarenal dan post renal.
Sindrom Nefrotik Proteinuria masif (>3.5g/24jam), hypoalbuminemia, dan
hiperlipidemia Edema anasarca.
Glomerulonefritis Kronik juga menunjukkan gambaran klinis berupa hematuria
makroskopis akut, sembab, hipertensi dan gagal ginjal. Beberapa glomerulonefritis kronik
yang menunjukkan gejala tersebut adalah glomerulonefritis membranoproliferatif, nefritis
lupus, dan glomerulonefritis proliferatif kresentik.

Terapi pengganti ginjal

Umumnya pasien dengan penyakit ginjal kronis (PGK) stadium 4-5 (perkiraan laju filtrasi
glomerulus (eGFR) <30ml/ menit/1,73 m2) atau dengan stadium 3 dan fungsi ginjalnya
memburuk dengan cepat, harus segera dirujuk untuk penilaian oleh nephrologis. Idealnya
pasien harus dirujuk setidaknyasatu tahun sebelum mereka dapat diantisipasi untuk
memerlukan terapi pengganti ginjal. Terdapat tiga pilihan terapi untuk penggantian ginjal,
yaitu; perawatan konservatif dan control gejala, dialysis (dialysis peritoneal atau
hemodialisis), transplantasi ginjal (donor hidup atau donor cadaver). Indikasi utama untuk
TPG adalah gagal ginjal akut atau kronis. Menurut guideline dari The Kidney Dialysis
Outcomes Initiative’s(K/DOQI) PGK stadium 5 didefinisikan denga laju filtrasi glomerulus
(LFG) <15ml/menit/1,73 m2.

Perawatan Konservatif pada PGK Stadium Akhir

Perawatan konservatif dapat berupa penggunaan erythropoietin, vitamin D analog, control


diet, antipruritus dan antiemetic. Perawatan konservatif masih melibatkan manajemen aktif
dari komplikasi gagal ginjal.

Hemodialisis

Indikasi emergency seperti uremic syndrome, overload syndrome, anuria dan oliguria,
hiperkalemia (K >6,5 mmol/l), Asidosis berat (pH <7,1 atau bikarbonat <12meq/l),
pericarditis, keracunan alcohol dan obat-obatan serta pasien dengan indikasi hemodialisis
kronik. Kontra indikasi hemodialisis adalah malignansi stadium lanjut (kecuali multiple
myeloma), penyakit Alzheimer’s, multi-infarct dementia, sindroma hepaorenal, sirosis hati
tingkat lanjut dengan enselopati, hipotensi, penyakit terminal, dan organic brain syndrome.

Peritoneal Dialisis
Peritoneal Dialysis merupakan salah satu terapi pengganti ginjal yang fungsinya sama
dengan hemodialisis, tetapi dengan metode yang berbeda. Peritoneal dialisis adalah metode
dialisis dengan bantuan membran peritoneum (selaput rongga perut), jadi darah tidak perlu
dikeluarkan dari tubuh untuk dibersihkan dan disaring oleh mesin dialisis.

Jenis Peritoneal Dialisis


1. APD (Automated Peritoneal Dialysis). Merupakan bentuk terapi dialysis peritoneal
yang baru dan dapat dilakukan di rumah, pada malam hari sewaktu tidur dengan
menggunakan mesin khusus yang sudah diprogram terlebih dahulu.
2. CAPD (Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis). Bedanya tidak menggunakan
mesin khusus seperti APD. Dialisis peritoneal diawali dengan memasukkan cairan dialisat
(cairan khusus untuk dialisis) ke dalam rongga perut melalui selang kateter, lalu dibiarkan
selama 4-6 jam.
Indikasi: bayi dan anak-anak, pasien dengan ketidakstabilan hemodinamik pada
hemodialisis, pasien dengan akses vaskular sulit.
Kontra Indikasi: hilangnya fungsi membran peritoneum, operasi berulang pada
abdomen, kolostomi, ukuran tubuh yang besar (kemungkinan dengan PD yang adekuat tidak
tercapai), identifikasi problem yang potensial timbul sebelum CAPD dimulai, apakah pasien
perlu seorang asisten (keterbatasan fisik / mental), hernia, penglihatan kurang, dan malnutrisi
yang berat.
Keuntungan Peritoneal Dialisis:
- Dapat dilakukan sendiri di rumah atau tempat kerja
- Pasien menjadi mandiri (independen), meningkatkan percaya diri 47
- Simpel, dapat dilatih dalam periode 1-2 minggu.
- Jadwal fleksibel, tidak tergantung penjadwalan rumah sakit sebagaimana HD
- Pembuangan cairan dan racun lebih stabil
- Diit dan intake cairan sedikit lebih bebas
- Cocok bagi pasien yang mengalami gangguan jantung
- Pemeliharaan residual renal function lebih baik pada 2-3 tahun pertama
Komplikasi anemia, kejang otot, mual, muntah, sakit kepala, rasakan panas,
berkeringat, kelemahan atau pusing, infeksi pada organ rongga perut, pericarditis, masalah-
masalah neurologis, dan keseimbangan kalsium dan fosfor.
Transplantasi Ginjal
Data epidemiologi global dari beberapa tahu lalu melaporkan bahwa penderita gagal
ginjal tahap akhir yang yang harus mendapatkan terapi pengganti ginjal terus bertambah.
Diperkirakan terdapat 1.4 juta penderita gagal ginjal tahap akhir dan penambahan pasien baru
8% tiap tahun. Di Inggris terdapat 47.000 orang yang mendapatkan terapi pengganti ginjal.
Di Amerika Serikat terdapat 250.000 penderita transplantasi ginjal, 6037 penderita mendapat
donor dari living donor dan sisanya dari cadaveric donor. Transplantasi ginjal dapat
menghemat biaya yang sangat bermakna dari penderita PGA tahap akhir dibandingkan
dengan yang menjalani dialisis. Keberhasilan tansplantasi ginjal menjadikan kualitas hidup
penderita PGA tahap akhir lebih baik. Penderita nefropati diabetik dan anak-anak sangat
disarankan untuk 48 transplantasi ginjal. Kendala untuk transplantasi ginjal adalah minimnya
donor, sehingga harus menunggu daalm waktu lama.
Kegagalan transplantasi ginjal disebabkan oleh rejeksi kronik,disfungsi graft, dan
nefrotoksik sehingga penderita memerlukan dialisi lagi atau mencari donor baru. Indikasi,
PGK stage 5, usia 13-60 tahun. Kontra indikasi relative ;berumur lebih dari 65 tahun, kanker,
infeksi akut (tuberkolosis, infeksi saluran kemih, hepatitis B dan C),HIV dan obesity.

Indikasi Merujuk
Klasifikasi penyakit ginjal kronis meliputi kriteria penurunan GFR dan peningkatan
rasio albuminuria dan serum kreatinin. Klasifikasi penyakit ginjal kronis menurut KDIGO
bertujuan untuk menentukan penanganan pasien, dan urgensi penanganan dari penyakit ginjal
kronis tersebut.
Kriteria pertama untuk menentukan urgensi penyakit ginjal kronis adalah GFR, GFR
(Glomerulus Filtration Rate) merupakan kemampuan glomerulus ginjal untuk memfiltrasi
darah. GFR dapat dihitung dengan menggunakan jumlah serum creatinine dengan rumus
menggunakan formula GFR MDRD sebagai berikut.
GFR = 186 x Scr -0.830 x age0.230 x 1 (male) / 0.742 (female)
Hasil GFR dapat diinterpretasikan dengan tabel berikut;
Selanjutnya dilakukan pengukuran albuminuria dan serum kreatinin untuk mengetahui
katergori penyakit ginjal kronis berdasarkan rasio almbuminuria dan serum kreatinin.
Kategori menurut KDIGO 2012 dapat dilihat pada tabel berikut;
Dengan mengkombinasikan kedua kriteria diatas dapat dimasukkan ke cross-table untuk
mengetahui resiko referral untuk pasien ginjal kronis dan urgensi penanganan penyakit ginjal
kronis. Cross table untuk referral dapat dilihat pada gambar berikut;

Sedangkan untuk grading penyakit ginjal kronis itu sendiri hanya menggunakan GFR dengan
beberapa kriteria tambahan yang dapat dilihat pada tabel dibawah;
Usaha Promotive dan Preventif
Beberapa saran untuk mencegah atau mengurangi perkembangan gagal ginjal adalah
mencukupi cairan tubuh dengan minum air dalam jumlah yang cukup untuk menjaga angka
keluaran urin yang baik hal ini dapat membantu mencegah batu ginjal dan infeksi saluran
kemih. Menjaga kebersihan diri terutama pada saluran kemih agar tidak terjadi penyumbatan
atau obstruksi. Perempuan lebih rentan terkena infeksi saluran kemih karena uretra pada
perempuan lebih pendek. Kendali pola makan yang baik - hindari asupan garam berlebih dan
daging, hindari asupan kalsium yang tinggi dan makanan oksalat untuk pasien penderita batu
ginjal. Hindari penyalahgunaan obat obatan, misalnya obat penghilang rasa sakit untuk
rematik dan antibiotik. Cegah komplikasi dari penyakit awal, misalnya diabetes melitus,
hipertensi, dll. Kadar gula darah dan tekanan darah harus dikendalikan dengan baik. Lakukan
pemeriksaan kesehatan secara berkala. Tes urin bisa mendeteksi penyakit ginjal stadium
awal. Jika pasien menderita hematuria (darah dalam urin) atau albuminuria (albumin dalam
urin), maka pasien harus memeriksakan kesehatannya sesegera mungkin. Lakukan
pengobatan terhadap penyakit ginjal, misalnya nefritis, sesegera mungkin.

Tatalaksana Nutrisi
Kekurangan nutrisi pada CKD dari kebutuhan normalnya akan menyebabkan
anoreksia, mual, muntah. Tujuan dari tatalaksana nutrisi tersebut adalah untuk
mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat dengan kriteria hasilnya yaitu menunjukan
BB stabil. Intervensi yang harus kita lakukan pada pasien tersebut adalah awasi konsumsi
makanan/cairan, mengidentifikasi kekurangan nutrisi, dan perhatikan adanya mual dan
muntah. Gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen yang dapat mengubah atau
menurunkan pemasukan dan memerlukan intervensi 10 c. Berikan makanan sedikit tapi
sering. Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan makanan. Tingkatkan kunjungan oleh
orang terdekat selama makan dimana keluarga dapat memberikan pengalihan dan
meningkatkan aspek sosial. Berikan perawatan mulut sering supaya dapat menurunkan
ketidaknyamanan stomatitis oral dan rasa tak disukai dalam mulut yang dapat mempengaruhi
masukan makanan

Komplikasi
Secara umum komplikasi pada penyakit ginjal kronis disebabkan oleh berkurangnya
kemampuan ginjal untuk mengekskresikan zat-zat berlebihan dalam tubuh. Zat-zat ini dapat
berupa: urea, kalium, fosfat. Penyebab komplikasi pada ginjal lain adalah berkurangnya
produksi darah akibat kematian jaringan ginjal yang ireversibel yang menyebabkan produksi
eritropoietin yang berkurang.
Sindrom uremia disebabkan oleh akumulasi urea dalam darah. Akumulasi ini
disebabkan oleh berkurangnya kemampuan ginjal untuk mengekskresikan urea sehingga urea
diabsorbsi kembali ke peredaran darah dan terakumulasi di darah. Penyakit-penyakit yang
dapat ditimbulkan oleh uremia antara lain seperti gangguan sistem saraf pusat (kelelahan,
gangguan memori, insomnia, nyeri kepala, kebingungan, ensefalopati, infeksi pada system
saraf pusat), sistem saraf perifer (keram, neuropati perifer), gastrointestinal (anorexia,
mual/muntah, gastroparesis, ulkus gastrointestinal), Hematologi (anemia, gangguan
hemostasis), kardiovaskular (hipertensi, atherosclerosis, penyakit arteri coroner, pericarditis,
edema pulmonal), kulit (gatal-gatal, kulit kering, uremic frost (sekresi urea yang berlebihan
melalui kelenjar keringat), nutrisi (malnutrisi, berat badan menurun, katabolisme otot)
Hipoalbumin pada darah disebabkan oleh ekskresi albumin yang berlebihan oleh
ginjal yang ditandai dengan proteinuria pada urinalisis. Secara umum gejala albuminuria
ditandai dengan edema pada wajah atau tungkai, dapat terjadi juga edema yang mengancam
nyawa misalnya seperti edema paru
Gagal jantung kongestif atau disebut “high-output heart failure” penyakit ini pada
penyakit ginjal kronis disebabkan oleh tingginya volume darah akibat retensi cairan dan
natrium pada ginjal. Peningkatan volume darah menyebabkan jantung tidak dapat memompa
secara adekuat dan menyebabkan gagal jantung.
Anemia: Anemia pada penyakit ginjal kronis secara umumnya disebabkan oleh
penurunan produksi eritropoietin dalam ginjal dimana eritropoietin berfungsi sebagai hormon
untuk maturasi sel darah merah. Mekanisme lain anemia adalah berkurangnya absorpsi besi
dan asam folat dari pencernaan sehingga terjadi defisiensi besi dan asam folat.
CKD-MBD (Chronic Kidney Disease-Mineral Bone Disorder) merupakan kelainan
tulang yang disebebkan oleh penyakit ginjal kronis yang disebabkan oleh beberapa hal yaitu
kelainan pada mineral seperti kalsium, fosfat, dan kelainan pada hormone paratiroid.

Simpulan
Berdasarkan skenario yang didapatkan, bisa ditetapkan bahwa diagnosis pasien ini
adalah Chronic Kidney Disease ec hipertensi nefropati tingkat 2. Selain CKD ada juga
ditemukan anemia pada pasien. CKD merupakan akhir dari berbagai jenis penyakit ginjal
seperti, hipertensi ginjal, diabetes melitus, dan lain-lain. Terapi pengganti ginjal yang harus
dilakukan adalah hemodialisis dengan indikasinya yaitu nilai GFR yang rendah. Cara untuk
mencegah CKD adalah dengan memberikan tatalaksana secepatnya kepada seluruh penyakit
ginjal, pencegahan secara CERDIK, menjaga higienitas alat kelamin, dan menjaga kondisi
nutrisi tubuh.
Daftar Pustaka
1. Lannisa V, Fermi M. [Internet]. Erepo.unud.ac.id. 2019 [cited 23 October 2021].
Available from:
http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/34661/1/611d557bacf8c413fe9f526a7bd9f361.pdf
2. [Internet]. Ukh.ac.id. 2021 [cited 23 October 2021]. Available from:
https://ukh.ac.id/images/file/39.pdf
3. Syukri M. Terapi pengganti ginjal [Internet]. Conference.unsyiah.ac.id. 2021 [cited 24
October 2021]. Available from:
http://conference.unsyiah.ac.id/TIFK/1/paper/viewFile/769/64
4. Ginjal Kronis - Direktorat P2PTM [Internet]. Direktorat P2PTM. 2021 [cited 23
October 2021]. Available from: http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/subdit-
penyakit-jantung-dan-pembuluh-darah/ginjal-kronis
5. Rachmadi D. [Internet]. Pustaka.unpad.ac.id. 2021 [cited 23 October 2021]. Available
from:https://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2013/12/Pustaka_Unpad_Diagno
sis_-Dan_-Penatalaksanaan_-Glomerulonefritis_-Akut.pdf.pdf
6. Vaidya S, Aeddula N. Chronic Renal Failure [Internet]. Ncbi.nlm.nih.gov. 2021 [cited
23 October 2021]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK535404/

Anda mungkin juga menyukai