Disusun Oleh:
B. ETIOLOGI
Hipertensi baru-baru ini telah menjadi etiologi tersering terhadap proporsi GGK di US
yakni sebesar 34% dan 21% . Sedangkan glomerulonefritis menjadi yang ketiga dengan
17%. Infeksi nefritis tubulointerstitial (pielonefritis kronik atau nefropati refluks) dan
penyakit ginjal polikistik masing-masing 3,4%. Penyebab yang tidak sering terjadi yakni
uropati obstruktif, lupus eritomatosus dan lainnya sebesar 21 % (US Renal System, 2000
dalam Price & Wilson, 2006).
Mengutip American Heart Association, ginjal dan sistem peredaran darah bergantung
satu sama lain untuk menunjang kesehatan yang baik. Ginjal membantu menyaring limbah
dan cairan ekstra dari darah, dan mereka menggunakan banyak pembuluh darah selama
proses penyaringan tersebut.
Ketika pembuluh darah menjadi rusak, nefron yang menyaring darah tidak menerima
oksigen dan nutrisi yang mereka butuhkan agar berfungsi dengan baik. Inilah sebabnya
tekanan darah tinggi (HBP atau hipertensi) adalah penyebab utama kedua gagal ginjal.
Seiring waktu, tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol menyebabkan arteri di sekitar
ginjal menyempit, melemah atau mengeras. Arteri yang rusak ini tidak mampu memberikan
cukup darah ke jaringan ginjal. Sayangnya, orang yang mengidap penyakit ginjal karena
hipertensi, sering tidak merasakan gejala. Namun, ketika dilakukan pemeriksaan darah dan
urine, barulah diketahui kondisi ginjal sudah parah, bahkan sudah masuk ke tahap gagal
ginjal.
Penyakit Ginjal (renal disease) merupakan penyakit yang dapat menimbulkan hipertensi
melalui mekanisme peningkatan resistensi peredaran darah ke ginjal dan penurunan fungsi
kapiler glomerulus. Mekanisme ini menimbulkan keadaan hipoksia pada ginjal dan
meningkatnya aktivitas renin, angiotensinogen, angiotensin I, angiotensin II, Hub (ACE),
aldosteron dan penurunan bradikinin, penurunan nitric oxide (NO).
Peningkatan dan penurunan substansi ini menyebabkan terjadinya vasokonstriksi
pembuluh darah, peningkatan tahanan perifer, serta meningkatnya volume plasma yang pada
akhirnya menyebabkan peningkatan tekanan darah (hipertensi). Hipertensi atau peningkatan
tekanan darah yang terjadi akibat penyakit ginjal merupakan mekanisme umpan balik untuk
menurunkan dan menyeimbangkan substansi yang keluar agar tekanan darah menjadi
normal kembali, tetapi apabila kerusakan ginjal (renal disease) tidak diobati dengan baik,
maka akan menambah berat penyakit hipertensi. Sehingga penanganan Hipertensi pada
penyakit ginjal harus dilihat secara baik, karena keduanya saling berhubungan erat, dimana
penyakit ginjal dapat menyebabkan hipertensi, dan hipertensi yang menetap dapat
menyebabkan penyakti ginjal yang lebih memburuk lagi.
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996):
a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan
berkurang, mudah tersinggung, depresi.
b. Gejala yang lebih lanjut: anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak
nafas baik waktu ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis
mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.
2. Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001) antara lain: hipertensi (akibat retensi cairan
dan natrium dari aktivitas sisyem renin-angiotensin-aldosteron), gagal jantung kongestif
dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi pada
lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan
otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).
3. Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:
a. Sistem Kardiovaskuler
1) Hipertensi
2) Pitting edema
3) Edema periorbital
4) Pembesaran vena leher
5) Friction sub pericardial
b. Sistem Pulmoner
1) Krekel
2) Nafas dangkal
3) Kusmaul
4) Sputum kental dan liat
c. Sistem Gastrointestinal
1) Anoreksia, mual dan muntah
2) Perdarahan saluran GI
3) Ulserasi dan pardarahan mulut
4) Nafas berbau amonia
d. Sistem Muskuloskeletal
1) Kram otot
2) Kehilangan kekuatan otot
3) Fraktur tulang
e. Sistem Integumen
1) Warna kulit abu-abu mengkilat
2) Pruritis
3) Kulit kering bersisik
4) Ekimosis
5) Kuku tipis dan rapuh
6) Rambut tipis dan kasar
f. Sistem Reproduksi
1) Amenore
2) Atrofi testis
D. PATOFISIOLOGI
Penyakit hipertensi pada dasarnya adalah penyakit yang dapat merusak pembuluh darah,
jika pembuluh darahnya ada pada ginjal, maka tentu saja ginjalnya mengalami kerusakan.
Seseorang yang tidak mempunyai gangguan ginjal, tetapi memiliki penyakit hipertensi dan
tidak diobati akan menyebabkan komplikasi pada kerusakan ginjal, dan kerusakan ginjal
yang terjadi akan memperparah hipertensi tersebut. Kejadian ini menyebabkan tinkat terapi
hemodialis menjadi tinggi dan angka kematian akibat penyakit ini juga cukup tinggi 14.
Hipertensi menyebabkan rangsangan barotrauma pada kapiler glomerolus dan
meningkatkan tekanan kapiler glomerolus terebut, yang lama kelamaan akan menyebabkan
glomerolusclerosis. Glomerulusclerosis dapat merangsang terjadinya hipoksia kronis yang
menyebabkan kerusakan ginjal. Hipoksia yang terjadi menyebabkan meningkatnya
kebutuhan metabolisme oksigen pada tempat tersebut, yang menyebakan keluarnya
substansi vasoaktif (endotelin, angiotensin dan norephineprine) pada sel endotelial
pembuluh darah lokal tersebut yang menyebabkan meningkatnya vasokonstriksi. Aktivasi
RAS (Renin Angiotensin Sistem) disamping menyebabkan vasokontriksi, juga menyebakan
terjadinya stres oksidatif yang meningkatkan kebutuhan oksigen dan memperberat terjadinya
hipoksia. Stres oksidatif juga menyebabkan penurunan efesiensi transport natrium dan
kerusakan pada DNA, lipid & protein, sehingga pada akhirnya akan menyebakan terjadinya
tubulointertitial fibrosis yang memperparah terjadinya kerusakan ginjal.
Hipertensi renal merupakan hipertensi sekunder yang angka kejadiannya sekitar 5 %,
jauh lebih sedikit dibanding dengan hipertensi primer. Tetapi kejadian hipertensi renal yang
terjadi dapat merupakan komplikasi dari hipertensi primer. Hipertensi primer yang menetap
dan tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan kemudian kerusakan ginjal dapat
menyebakan hipertensi menjadi lebih parah dan dapat menyebabkan komplikasi yang
lainnya. Sedangkan penyakit ginjal yang didapat (Renal disease) terutama yang
menyebabkan peningkatan resistensi peredaran darah ke ginjaldan penurunan fungsi kapiler
glomerulus akan menyebabkan terjadinya hipertensi, dan apabila penyakit ginjal tidak
diobati maka akan menyebabkan hipertensi menetap dan memperparah kerusakan ginjal.
Sehingga dapat dikatakan antara hipertensi dan kerusakan ginjal adalah saling
berhubungan satu sama lain.
E. PATHWAYS
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Suyono (2001), untuk menentukan diagnosa pada CKD dapat dilakukan cara
sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Laboratorium
Menentukan derajat kegawatan CKD, menentukan gangguan sistem dan membantu
menetapkan etiologi.
2. Pemeriksaan USG
Untuk mencari apakah ada batuan, atau massa tumor, juga untuk mengetahui beberapa
pembesaran ginjal.
3. Pemeriksaan EKG
Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia
dan gangguan elektrolit.
G. PENATALAKSANAAN
1. Dialisis (cuci darah)
2. Obat-obatan: antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen kalsium,
furosemid (membantu berkemih)
3. Diit rendah protein dan tinggi karbohidrat
4. Transfusi darah
5. Transplantasi ginjal.
Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 3 Jilid III. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC.
https://images.app.goo.gl/AN4x6Kw1pSS2Cc8u5