Oleh :
KELOMPOK 6
1. Adela Rosnadia 17111024110002
2. Ana Safitri 17111024110014
3. Auliya Fitri 17111024110021
4. Besse Nur Aisiah 17111024110023
5. Diah Florentina A. 17111024110037
6. Reni Anggreni 17111024110095
7. Saidah Ariany 17111024110105
B. Etiologi
Penyebab gagal ginjal kronik menurut Price, 1992 :
C. Manifestasi Klinik
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Urine
a. Volume urine : Biasanya kurang dari 400 ml/ 24 jam (fase oliguria)
terjadi dalam (24 jam – 48) jam setelah ginjal rusak.
b. Warna Urine : Kotor, sedimen kecoklatan menunjukan adanya
darah.
c. Berat jenis urine : Kurang dari l, 020 menunjukan penyakit ginjal
contoh : glomerulonefritis, pielonefritis dengan kehilangan
kemampuan memekatkan : menetap pada l, 0l0 menunjukkan
kerusakan ginjal berat.
d. pH urine : Lebih besar dari 7 ditemukan pada ISK, nekrosis tubular
ginjal dan rasio urine/ serum saring (1 : 1).
e. Kliren kreatinin : Peningkatan kreatinin serum menunjukan
kerusakan ginjal.
f. Natrium : Biasanya menurun tetapi dapat lebih dari 40 mEq/ ltr bila
ginjal tidak mampu mengabsorpsi natrium.
g. Bikarbonat : Meningkat bila ada asidosis metabolik.
h. Protein : Proteinuria derajat tinggi (+3 – +4 ) sangat menunjukkan
kerusakan glomerulus bila Sel darah merahdan warna Sel darah
merahtambahan juga ada. Protein derajat rendah (+1 – +2 ) dan
dapat menunjukan infeksi atau nefritis intertisial.
i. Warna tambahan : Biasanya tanda penyakit ginjal atau infeksi
tambahan warna merah diduga nefritis glomerulus.
2. Darah
a. Hemoglobin : Menurun pada anemia.
b. Sel darah merah : Sering menurun mengikuti peningkatan
kerapuhan / penurunan hidup.
c. pH darah : Asidosis metabolik
d. Kreatinin : Biasanya meningkat pada proporsi rasio (l0:1).
e. Osmolalitas : Lebih besar dari 28,5 m Osm/ kg, sering sama dengan
urine .
f. Kalium : Meningkat sehubungan dengan retensi urine dengan
perpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis
sel darah merah).
g. Natrium : Biasanya meningkat, tetapi dapat bervariasi.
h. Klorida fosfat & Magnesium : Meningkat.
i. Protein : Penurunan pada kadar serum dapat menunjukan
kehilangan protein melalui urine, perpindahan cairan penurunan
pemasukan dan penurunan sintesis karena kekurangan asam amino
esensial.
3. Ultrasono ginjal : Menentukan ukuran ginjal dan adanya masa / kista
(obstruksi pada saluran kemih bagian atas).
4. Biopsi ginjal : Dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel
jaringan untuk diagnosis histologis.
5. Endoskopi ginjal / nefroskopi : Untuk menentukan pelvis ginjal
(adanya batu, hematuria).
6. E K G : Mungkin abnormal menunjukkan ketidak seimbangan asam /
basa.
F. Penatalaksanaan Keperawatan
I. Diagnosa Keperawatan
6. Intoleransi aktivitas
J. Intervensi Keperawatan
Intervensi :
a. Auskultasi bunyi jantung dan paru
Tujuan :
Intervensi:
Tujuan :
Pola nafas kembali normal / stabil
Intervensi :
a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles
Tujuan :
Brunner and Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 3
Volume 8. Jakarta : EGC
Guyton and Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Volume II. Jakarta :
Media Aesculapius
Smeltze, S.C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner& Suddarth
edisi 8. Jakarta: EGC