A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
2. Etiologi
Gagal ginjal kronik merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang
progresif dan ireversibel dari berbagai penyebab :
a. Infeksi : pielonefritis kronik.
b. Penyakit peradangan : glomerulonefritis.
c. penyakit vaskular hipertensif : nefrosklerosis benigna,
nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis.
d. Gangguan jaringan penyambung : lupus eritematosus sistemik, poliarteritis
nodosa, sklerosis sistemik progresif.
e. Gangguan kongenital dan herediter : penyakit ginjal polikistik dan asidosis
tubulus ginjal.
f. Penyakit metabolik : diabetes melitus, gout, hiperparatiroidisme dan
amiloidosis.
g. Nefropati toksik : penyalahgunaan analgesik dan nefropati timbal.
1
h. Nefropati obstruktif : saluran kemih bagian atas (kalkuli, eoplasma, fibrosis
retroperitoneal) dan saluran kemih bagian bawah (hipertrofi prostat, striktur
uretra, anomali kongenital apada leher kandung kemih dan uretra)
(Nahas & Levin, 2010).
3. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala pada pasien gagal ginjal kronik dapat di klasifikasikan
sesuai dengan derajatnya. Berikut adalah tanda dan gejala gagal ginjal kronik
(Black & Hawks, 2010):
1. Derajat I
2. Derajat II
3. Derajat III
4. Derajat IV
5. Derajat V
4. Komplikasi
2
terbentuk melawan eritropoietin yang diberikan sehingga terjadi anemia
aplastik.
4. Kulit Gatal merupakan keluhan keluhan kulit yang paling sering terjadi.
22 Keluhan ini sering timbul pada hiperparatiroidime sekunder atau
tersier serta dapat disebabkab oleh deposit kalsium fosfat apda jaringan.
Gatal dapat dikurangi dengan mengontrol kadar fosfat dan dengan krim
yang mencegah kulit kering. Bekuan uremik merupakan presipitat kristal
ureum pada kulit dan timbul hanya pada uremia berat. Pigmentasi kulit
dapat timbul dan anemia dapat menyebabkan pucat.
3
berkontribusi dalam menyebabkan retardasi pertumbuhan pada anak dan
kehilangan massa otot pada orang dewasa.
4
5. Patofisiologi dan Pathway
5
Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat merupakan gangguan
metabolisme. Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan timbal
balik. Jika salah satunya meningkat, maka fungsi yang lain akan menurun.
Dengan menurunnya filtrasi melalui glomerulus ginjal, maka meningkatkan
kadar fosfat serum, dan sebaliknya, kadar serum kalsium menurun. Penurunan
kadar kalsium serum menyebabkan sekresi parathormon, sehingga kalsium
ditulang menurun, menyebabkan terjadinya perubahan tulang dan penyakit
tulang. Demikian juga vitamin D (1, 25 dihidrokolekalsiferol) yang dibentuk di
ginjal menurun seiring perkembangan gagal ginjal (Nursalam dan Fransisca,
2008).
Pathway
6
Nefron rusak fosfat
edema
Laju filtrasi Metabolisme protein
Nyeri pinggang
Fungsi glomerulus
Kreatinin &
kreatinin serum
Sekresi eritropoitis
Oksihemoglobin
Suplai O2
Gangguan perfusi
jaringan
7
6. Penatalaksanaan medis
9
sumsum tulang untuk memproduksi sel-sel darah merah. Kerusakan
fungsi ginjal menyebabkan produksi hormon Epo mengalami
penurunan sehingga pembentukan sel darah merah menjadi tidak
normal, kondisi ini menimbulkan anemia (kekurangan darah). Oleh
karena itu, Epo perlu digunakan untuk mengatasi anemia yang
diakibatkan oleh PGK. Epo biasanyan diberikan dengan cara injeksi
1-2 kali seminggu.
4) Zat besi
Anemia juga disebabkan karena tubuh kekurangan zat besi. Pada
penderita gagal ginjal konsumsi zat besi (Ferrous Sulphate) menjadi
sangat penting. Zat besi membantu mengtasi anemia. Suplemen zat
besi biasanya diberikan dalam bentuk tablet (ditelan) atau injeksi
(disuntik).
10
menetapkan gangguan sistem, dan membantu menetapkan etologi. Dalam
menentukan ada atau tidaknya gagal ginjal, tidak semua faal ginjal perlu
diuji. Untuk keperluan praktis yang paling lazim diuji adalah laju filtrasi
glomerulus. Disamping diagnosis GGK secara faal dengan tingkatanya,
dalam rangka diagnosis juga ditinjau factor penyebab (etiologi) dan faktor
pemburukanya. Kedua hal ini disamping perlu untuk kelengkapan
diagnosis, juga berguna untuk pengobatan.
b. Pemeriksaan EKG
Untuk melihat kemungkinan hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis (misalnya voltase rendah), aritmia dan gangguan elektrolit
(hiperkalemia, hipokalsemia).
c. Ultrasonografi (USG)
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim
ginjal, anatomi sistem, pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih
serta prostat. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari adanya factor yang
reversibel seperti obstruksi oleh karena batu atau masa tumor, juga untuk
menilai apakah proses sudah lanjut (ginjal yang lisut). USG ini sering
dipakai oleh karena non-infasif, tak memerlukan persiapan apapun.
d. Foto Polos Abdomen
Sebaiknya tanpa puasa, karena dehidrasi akan memperburuk fungsi ginjal,
menilai bentuk dan besar ginjal dan apakah ada batu atau obstruksi lain.
Foto polos yang disertai tomogram memberi keterangan yang lebih baik.
e. Pielografi Intra-Vena (PIV)
Pada GGK lanjut tak bermanfaat lagi oleh karena ginjal tak dapat
memerlukan kontras dan pada GGK ringan mempunyai resiko penurunan
faal ginjal lebih berat, terutama pada usia lanjut, diabetes melitus, dan
nefropati asam urat. Saat ini sudah jarang dilakukan pada GGK.
Dapat dilakukan dengan cara intravenous infusion pyelography, untuk
menilai sistem pelviokalises dan ureter.
f. Pemeriksaan Pielografi Retrograd
Dilakukan bila dicurigai ada obsstruksi yang reversibel.
g. Pemeriksaan Foto Dada
Dapat terlihat tanda-tanda bendungan paru akibat kelebihan air (fluid
overload), efusi pleura, kardiomegali dan efusi pericardial. Tak jarang
ditemukan juga infeksi spesifik oleh karena imunitas tubuh yang menurun.
h. Pemeriksaan Radiologi Tulang
Mencari osteodistrofi (terutama falang/jari), dan kalsifikasi metastatik.
11
B. ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
A. Identitas pasien
B. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Biasanya badan tersa lemah, mual, muntah, dan terdapat udem.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan lain yang menyerta biasanya : gangguan pernapasan, anemia,
hiperkelemia, anoreksia, tugor pada kulit jelek, gatal-gatal pada kulit,
asidosis metabolik.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pasien dengan GGK, memili riwayat hipertensi.
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan.
Diperlukan pengkajian yang cermat untuk mengenal masalah pasien,
agar dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan (Lismidar,
2008).
a. Aktivitas/istirahat.
Gejala : Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise, gangguan tidur
(Insomnia/gelisah atau samnolen).
Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
b. Sirkulasi.
Gejala : Riwayat hipertensi lama atau berat.
Palpitasi : nyeri dada (angina).
Tanda : Hipertensi : DVJ, nadi kuat, edema jaringan umum dan
pitting pada kaki, telapak, tangan.
c. Integritas Ego.
Gejala : Faktor stress, contoh financial, hubungan dan sebagainya.
Perasaan yang tak berdaya, tak ada harapan, tak ada
kekuatan.
Tanda : Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang,
perubahan kepribadian.
d. Eliminasi.
Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, onuria (gagal tahap
lanjut). Abdomen kembung, diare atau konstipasi.
Tanda : Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, coklat,
berawan, oliguria, dapat menjadi anuria.
12
e. Makanan/cairan.
Gejala : Peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat
badan (malnutrisi), anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah,
rasa metalik tak sedap pada mulut (Pernapasan ammonia).
Tanda : Distensi abdomen/asites, pembesaran hati (tahap akhir).
Perubahan turgor kulit/kelembaban.
Edema (umum, tergantung).
Ulserasi (umum, tergantung).
Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah.
Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak
bertenaga.
f. Neurosensori.
Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang, sindrom
“kaki gelisah” bebas rasa terbakar pada telapak kaki. Bebas
kesemutan dan kelemahan, khususnya ekstremitas bawah
(neuropati perifer).
Tanda : Gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau,
penurunan tingkat kesadaran, strupor, koma.
g. Nyeri/kenyamanan.
Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki (memburuk
saat malam hari).
Tanda : Perilaku berhari-hari/distraksi, gelisah.
h. Pernapasan.
Gejala : Napas pendek; dispnea noktural paroksismal; batuk
dengan/tanpa sputum kental dan banyak.
Tanda : Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi/kedalaman
(pernapasan kussmaul). Batuk produktif dengan sputum merah
muda encer (edema paru).
i. Keamanan.
Gejala : Kulit gatal.
Tanda : Pruritis.
j. Seksualitas.
Gejala : Penurunan libido; amenonea; infertilitas.
13
k. Interaksi sosial.
Gejala : Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga
(Lismidar,2008).
C. POLA GORDON
a. pola kognitif – perseseptual
pada pasien gagal ginjal kronik terjadi perubahan persepsi dan tata
laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak
gagal ginjal kronik sehingga menimbulkan persepsi yang negatif
terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur
pengobatandan mudah dimengerti pasien.
b. pola hubungan dan peran
kesuitan menentukan kondisi (tidak mampu bekerja, mempertahankan
fungsi peran.
c. pola persepsi konsep diri
adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan
penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya
perawatan banyaknya biaya perawatan dan pengobatan pasien
mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga.
d. pola seksual dan reproduksi
angiopati pati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ
reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi seksual,
gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak pada proses
ejakulasi serta orgasme.
e. pola mekanisme stress dan koping
lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, faktor
stress, perasaan tidak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan,
karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif
berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain-lain, dapat
meyebabkan klien tidak mampu menggunakan mekanisme koping
yang konstruktif/adaptif.
f. pola nilai dan kepercayaan
adanyaperubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta
gagal ginjal kronik dapat menghambat klien dalam melaksanakan
ibadah mampu mempengaruhi pola ibadah klien.
g. pola nutrisi dan metabolisme
14
pada GGK akan terjadi anoreksia, nourea dan vomitus yang berhungan
dengan gangguan metabolisme protein di dalalm usus.
h. pola eliminasi
klien menunjukkan perubahan warna urin, abdomen kembung, diare,
konstipasi.
i. pola istirahat tidur
biasanya klien dengan GGK mengeluh sulit tidur karena keresahan
atau mengigau
j. pola aktifitas
pada penderita GGK akan terjadi kelelahan ekstrim, kelemahan otot,
kehilangan tonus, penurunan gerak rentang.
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. status kesehatan umum
2. sistem respirasi
Nafas pendek,batuk dengan atau tanpa sputum kental dan banyak,
takipnea batuk produksi dengan sputum merah darah encer (edema
paru).
3. kulit, rambut, kuku
Pada klien GGK ditemukan dalam pemeriksaan pada kulit yaitu kulit
kuning, perubahan turgor kulit (kering), bintik-bintik perdarahan kecil
dan lebih besar di kulit. Penyebaran proses pengapuran di kulit, pada
kuku tipis dan rapuh serta pada rambut tipis.
4. kepala, leher
Pada klien GGK mengeluh sakit kepala, muka pucat memerah, tidak
adanya pembesaran tiroid.
5. mata
Pada klien GGK mata mengalami pandangan kabur
6. telinga, hidung, tenggorokkan
Pada GGK telinga dan tenggorokkan tidak mengalami gangguan, pada
mulut di temukan adanya perdarahan pada gusi dan lidah.
7. pada thorax dan abdomen
Pada pemeriksaan abdomen dan thorax di temukan adanya pada dada
dan abdomen di temukan distensi perut (asites atau penumpukan
cairan, pembesaran hepar pada stadium akhir.
8. sistem kardiovaskuler
15
GGK berlanjut menjadi tekanan darah tinggi, detak jantung menjadi
irreguler (termasuk detak jantung yang mengancam kehidupan atau
terjadi fibrilasi), pembengkakan, gagal ginjal kkongestif.
9. sistem genitourinaria
Karena ginjal kehilangan kesanggupan mengeksresi natrium, penderita
mengalami retensi natrium dan kelebihan natrium sehingga penderita
mengalami iritasi dan menjadi lemah. Pengeluaran urin mengalami
penurunan serta mempengaruhi komposisi kimianya.berkurangnya
frekuensi kencing, urin sedikit, urin tidak ada pada gagal ginjal, perut
mengembung, diare justru sulit BAB, perubahan warna urin misalnya:
kuning, coklat merah, gelap, urin, sedikit dan beda negatif.
10. sistem gastrointestinasl
Pada saluran pencernaan terjadi peradangan ulserasi pada sebagian
besar alat pencenaan. Gejala lainnya adalah terasa metal di mulut,
nafas bau amonia, nafsu makan menurun, mual muntah, perut
mengembung, diare atau justru sulit BAB.
11. sistem muskuloskeletal
Pada GKK adanya kelemahan otot atau kekuatan otot hilang.
Kurangnya respon-respon otot dan tulang. Ketidakeimbangan mineral
dan hormon, tulang terasa sakit, kehilangan tulang, defisit kalsium
dalam otak, mata, gusi, persendian, jantung, bagian dalam dan
pembuluh darah.
12. sistem endokrin
Pada GGK memberikan pertumbuhan lambat pada anak-anak.
Menstruasi berkurang bahkan dapat berhenti sekali. Impotensi dan
reproduksi sperma menurun serta peningkatan kadar gula darah seperti
pada diabetes.
13. sistem persyarafan
Pada klien GGK sindrom tungkai bergerak-gerak salah satu pertanda
kerusakan saaf, rasa sakit seperti terbakar, gatl pada kaki dan tungkai
juga di jumpai otot menjadi kram dan bergerak-gerak, daya ingat
berkurang, mengantuk, iitabilitas, bingung, koma dan kejang (Merlyn E.
Doenges, 2009).
16
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut
2. ketidakefektifan volume cairan berlebih
3. ketidakefektifan perfusi jaringan perifer (NANDA, 2015)
3. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Nyeri Akut dan Nyeri Kronis
Tujuan dan kriteria hasil (NOC ) :
Intervensi ( NIC ) :
17
- Manajemen elektrolit
- Pemantauan elektrolit
- Manajemen cairan
- Kolaborasi pemberian diuretik sesuai instruksi
- Circulation satus
- Neurologic status
- Tissue prefusion
Intervensi ( NIC ) :
- Monitor ttv
- Monitor elektrolit dan cairan
- Monitor ekstremitas
- Manajemen hipervolemia
- Manajemen nutrisi
- Terapi oksigen
- Kolaborasi pemberian terapi intravena (NANDA,2015)
4. EVALUASI KEPERAWATAN
Perencanaan evaluasi memuat cerita keberhasilan proses dan keberhasilan
tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan
membandingkan antara proses dengan pedoman/ rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan antara tingkat kemandirian
klien dengan tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya. Evaluasinya menurut
(Nursalam,2008) sebagai berikut :
1. tekanan darah stabil dan tidak ada penambahan BB.
2. makan makanan rendah protein dan tinggi karbohidrat.
3. tidak ada kerusakan kulit dan klien melaporkan gatal berkurang.
4. ambulasi tanpa jatuh
5. bertanya dan membaca materi tentang dialisis
18
DAFTAR PUSTAKA
Nahas & Levin, 2010 Guidelines For Management of Chronic Kidney Disease.
Canadian Medical Assosiation Journals
Nanda. (2015). Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10.
Jakarta : EGC
Muttaqin, Arif. (2011). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Salemba Medika
19