Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

Gagal Ginjal Kronis (Chronic Kidney Disease)

OLEH :

KELOMPOK 6

1. ALVIN ALBERTA MS
2. ANISA MARTA NINGSIH
3. MALVINDA PUTRI NOFERINA
4. NURHADIYA
5. VIVI NURHALIZAH
6. WINDY VELLYA MELATI

DOSEN PEMBIMBING : Ns. Aulia Putri, S.Kep, M.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

YARSI BUKITTINGGI

SUMATERA BARAT
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Atas rahmat dan
karunia_Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Gagal Ginjal Kronis
(Chronic Kidney Disease)”.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini yang tentunya
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kelompok kami selalu membuka diri untuk setiap saran
dan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan pembelajaran.
Kata pengantar ini penulis mohon maaf dan memohon pemakluman bila mana isi
makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami buat kurang tepat atau menyinggung
perasaan pembaca,kami tau bahwa karya ini masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga kami dapat
menyempurnakan karya tulis ini.
Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terimakasih dan
semoga Allah swt memberkahi makalah ini sehingga dapat bermanfaat

Bukittinggi, 20 Mei 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

BAB 1 1

A. 1
B. 2

BAB II 3

A. 3
B. 6
C. 7
D. 8
E. 11
F. 12
G. 13
H. Konsep Asuhan Keperawatan…………………………………….. 14

BAB III

ii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gagal Ginjal Kronis (Chronic Kidney Disease) adalah keadaan terjadinya penurunan
fungsi ginjal yang cukup berat secara perlahan-lahan (menaun) disebabkan oleh berbagai
penyakit ginjal. Penyakit ini bersifat progresif dan umumnya tidak dapat pulih kembali
(irreversible). Gejala penyakit ini umumnya adalah tidak ada nafsu makan, mual, muntah,
pusing, sesak nafas, rasa lelah, edema pada kaki dan tangan, serta uremia (Almatsier, 2006).
Menurut World Health Organization (WHO), penyakit gagal ginjal kronis
berkontribusi pada beban penyakit dunia dengan angka kematian sebesar 850.000 jiwa per
tahun (Pongsibidang, 2016). Hasil penelitian Global Burden of Disease tahun 2010, penyakit
gagal ginjal kronis merupakan penyebab kematian peringkat ke-27 di dunia, tahun 1990 dan
meningkat menjadi urutan ke-18 pada tahun 2010 (Kemenkes RI, 2013).

B. Tujuan
Untuk memenuhi tugas mata kuliah KMB II dan menambah wawasan Mahasiswa
tentang Gagal Ginjal Kronis (Chronic Kidney Disease)

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Chronic kidney disease atau penyakit ginjal kronik didefinisikan sebagai kerusakan
ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan Glomerulus Filtration Rate
(GFR) (Nahas & Levin,2010). Sedangkan menurut Terry & Aurora, 2013 CKD merupakan
suatu perubahan fungsi ginjal yang progresif dan ireversibel. Pada gagal ginja kronik, ginjal
tidak mampu mempertahankan keseimbangan cairan sisa metabolisme sehingga
menyebabkan penyakit gagal ginjal stadium akhir.
Gagal ginjal yaitu ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan volume
dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal. Gagal ginjal biasanya
dibagi menjadi 2 kategori, yaitu akut dan kronik. CKD atau gagal ginjal kronik merupakan
perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat (biasanya berlangsung bertahun-
tahun), sebaliknya gagal ginjal akut terjadi dalam beberapa hari atau minggu (Price &
Wilson, 2006).
CKD atau gagal ginjal kronik didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami
penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana
kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan
elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009).

B. Etiologi
a. Infeksi misalnya pielonefritis kronik (Infeksi saluran kemih), glomerulonefritis
(penyakit peradangan).
 Pielonefritis adalah proses infeksi peradangan yang biasanya mulai di renal
pelvis, saluran ginjal yang menghubungkan ke saluran kencing (ureter) dan
parencyma ginjal atau jaringan ginjal.
 Glomerulonefritis disebabkan oleh salah satu dari banyak penyakit yang merusak
baik glomerulus maupun tubulus. Pada tahap penyakit berikutnya keseluruhan
kemampuan penyaringan ginjal sangat berkurang.
b. Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
maligna, stenosis arteria renalis. Disebabkan karena terjadinya kerusakan
vaskulararisasi di ginjal oleh adanya peningkatan tekanan darah akut dan kronik.
c. Gangguan jaringan ikat misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis
nodosa, sklerosis sistemik progresif. Disebabkan oleh kompleks imun dalam
sirkulasi yang ada dalam membran basalis glomerulus dan menimbulkan
kerusakan (Price, 2006). Penyakit peradangan kronik dimana sistem imun dalam
tubu menyerang jaringan sehat, sehingga menimbulkan gejala diberbagai organ.
d. Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,
asidosis tubulus ginjal. Penyakit ginjal polikistik ditandai dengan kista multiple,
bilateral, dan berekspansi yang lambat laun akan mengganggu dalam
menghancurkan parenkim ginjal normal akibat penekanan, semakin lama ginjal
tidak mampu mempertahankan fungsi ginjal sehingga ginjal akan menjadi rusak.
e. Penyakit metabolik misalnya DM (Diabetes Mellitus), gout, hiperparatiroidisme,
amiloidosis. Penyebab terjadinya ini dimana kondisi genetik yang ditandai dengan
adanya kelainan dalam proses metabolisme dalam tubuhakibat defisiensi hormon
dan enzim. Proses metabolisme ialah proses memecahkan karbohidrat protein,
dan lemak dalam makanan untuk menghasilkan energi.
f. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik, nefropati timbal. Penyebab
penyakit yang dapat dicagah bersifat refersibel, sehingga penggunaan berbagai
prosedur diagnostik.
g. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma,
fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur
uretra, anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
h. Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis. Merupakan penyebab
gagal ginjal dimana benda padat yang dibentuk oleh presipitasi berbagai zat
terlarut dalam urin pada saluran kemih.

C. Manifestasi Klinik
1. Manifestasi klinik antara lain:
a. Gejala dini : Sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan
berkurang, mudah tersinggung, depresi. Sakit kepala awalnya pada
penyakit CKD memang tidak akan langsung terasa, namun jika terlalu
sering terjadi maka akan mengganggu aktifitas. Penyebabnya adalah
ketika tubuh tidak bisa mendapatkan oksigen dalam jumlah cukup akibat
kekurangan sel darah merah, bahkan otak juga tidak bisa memiliki kadar
oksigen dalam jumlah yang cukup. Sakit kepala akan menjadi lebih berat
jika penderita juga bermasalah dengan anemia.

b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia atau mual disertai muntah, nafsu
makan turun, nafas dangkal atau sesak nafas baik waktu ada kegiatan atau
tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi
mungkin juga sangat parah. Anoreksia adalah kelainan psikis yang diderita
seseorang berupa kekurangan nafsu makan mesti sebenarnya lapar dan
berselera terhadap makanan. Gejala mual muntah ini biasanya ditandai
dengan bau mulut yang kuat yang menjadi tidak nyaman, bahkan
keinginan muntah bisa bertahan sepanjang waktu hingga sama sekali tidak
bisa makan. Pada nafsu makan turun disebabkan karena penurunan nafsu
makan berlebihan, ginjal yang buruk untuk menyaring semua racun
menyebabkan ada banyak racun dalam tubuh. Racun telah mempengaruhi
proses metabolisme dalam tubuh.
2. Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2009) antara lain : Hipertensi(akibat
retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin – angiotensin – aldosteron),
gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan
perikarditis (akibat iritasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia,
mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran,
tidak mampu berkonsentrasi).

D. Patofisiologi
Disfungsi ginjal mengakibatkan keadaan patologik yang komplek termasuk
diantaranya penurunan GFR (Glumerular Filtration Rate), pengeluaran produksi urine
dan eksresi air yang abnormal, ketidakseimbangan elektrolit dan metabolik abnormal.
Homeostatis dipertahankan oleh hipertropi nefron. Hal ini terjadi karena hipertrofi nefron
hanya dapat mempertahankan eksresi solates dan sisa-sisa produksi dengan jalan
menurunkan reabsorbsi air sehingga terjadi hipostenuria (kehilangan kemampuan
memekatkan urin) dan polyuria adalah peningkatan output ginjal. Hipostenuria dan
polyuria adalah tanda awal CKD dan dapat menyebabkan dehidrasi ringan.
Perkembangan penyakit selanjutnya, kemampuan memekatkan urin menjadi semakin
berkurang. Osmolitasnya (isotenuria). Jika fungsi ginjal mencapai tingkat ini serum BUN
meningkat secara otomatis, dan pasien akan beresiko kelebihan beban cairan seiring
dengan output urin yang makin tidak adekuat. Pasien dengan CKD mungkin menjadi
dehidrasi/ mengalami kelebihan beban cairan tergantung pada tingkat gagal ginjal.
Perubahan metabolik pada gagal ginjal juga menyebabkan gangguan eksresi BUN
dan kreatinin. Kreatinin sebagian dieksresikan oleh tubulus ginjal dan penurunan fungsi
ginjal berdampak pada pembentukan serum kreatinin. Adanya peningkatan konsentrasi
BUN dan kreatinin dalam darah disebut azotemia dan merupakan salah satu petunjuk
gagal ginjal.
Perubahan kardiak pada CKD menyebabkan sejumlah gangguan system
kardiovaskuler. Manifestasi umumnya diantaranya anemia, hipertensi, gagal jantung
kongestif, dan perikaraitis, anemia disebabkan oleh penurunan tingkat eritropetin,
penurunan masa hidup sel darah merah akibat dari uremia, defisiensi besi dan asam laktat
dan perdarahan gastrointestinal.
Hipertropi terjadi karena peningkatan tekanan darah akibat overlood cairan dan
sodium dan kesalahan fungsi system renin. Angiostin aldosteron CRF menyebabkan
peningkatan beban kerja jantung karena anemia, hipertensi, dan kelebihan cairan
(Brunner & Suddart, 2007).

E. Pathway
F. Pemeriksaan Penunjang
Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka perlu
pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun kolaborasi antara
lain :
 Hematologi (Hemoglobin, Hematokrit, Eritrosit, Leukosit, Trombosit)
 RFT (Renal Fungsi Test)  Ureum dan Kreatinin
 LFT (Liver Fungsi Test)

 Elektrolit (Klorida, kalium, kalsium)

 Koagulasi studi PTT, PTTK

 BGA

BUN/ Kreatinin : meningkat, biasanya meningkat dalam proporsi kadar kreatinin


10mg/dl diduga tahap akhir (rendahnya yaitu 5).

Hitung darah lengkap : hematokrit menurun, HB kurang dari 7-8 g/dl.

SDM : waktu hidup menurun pada defisiensi erritripoetin seperti azotemia.

AGD : penurunan asidosis metabolik (kurang dari 7:2) terjadi karena kehilangan
kemampuan ginjal untuk mengekskresikan hidrogen dan amonia atau hasil akhir
katabolisme protein bikarbonat menurun PC02 menurun.

Kalium : peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai dengan perpindahan seluler


(asidosis) atau pengeluaran jaringan hemolisis SDM pada tahap akhir perubahan EKG
tidak terjadi kalium 6,5 atau lebih besar.

 urine rutin
 urin khusus : benda keton, analisa kristal batu
volume : kurang dari 400ml/jam, oliguri, anuria
warna : secara abnormal urine keruh, disebabkan bakteri, partikel, koloid dan fosfat.
Sedimen : kotor, kecoklatan menunjukan adanya darah, Hb, mioglobin, porfirin.
Berat jenis : kurang dari 1.015 (menetap pada 1,015) menunjukkan kerusakan ginjal
berat.
 ECG
 ECO
EKG : mungkin abnormal untuk menunjukkan keseimbangan elektrolit dan asam basa.
Endoskopi ginjal : dilakukan secara endoskopik untuk menentukkan pelvis ginjal,
pengangkatan tumor selektif.
 USG abdominal
 CT scan abdominal
 BNO/IVP, FPA
 Renogram
 RPG ( Retio Pielografi ) Untuk menunjukkan abnormalis pelvis ginjal dan ureter.

G. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
a. Konservatif
 Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
 Observasi balance cairan
 Observasi adanya odema
 Batasi cairan yang masuk
b. Dialysis
 Peritoneal dialysis
Biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency. Sedangkan dialysis yang bisa
dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD (Continues
Ambulatori Peritonial Dialysis)
 Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah
femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan:
1. AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
2. Double lumen : langsung pada daerah jantung (vaskularisasi ke jantung)
Tujuannya yaitu untuk menggantikan fungsi ginjal dalam tubuh
fungsi eksresi yaitu membuang sisa-sisa metabolisme dalam tubuh,
seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain.
c. Operasi
 Pengambilan batu
 Transplantasi ginjal

H. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Diagnosa Keperawatan
Menurut Smeltzer (2009), diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien CKD
adalah:
1) Penurunan curah jantung
2) Kelebihan volume cairan
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4) Perubahan pola nafas
5) Intoleransi aktivitas

2. Intervensi Keperawatan
1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang
meningkat
Tujuan: Penurunan curah jantung tidak terjadi
Kriteria hasil : mempertahankan curah jantung dengan bukti tekanan darah dan
frekuensi jantung dalam batas normal, nadi perifer kuat dan sama dengan waktu
pengisian kapiler
Intervensi :
a. Auskultasi bunyi jantung dan paru
R: Adanya takikardia frekuensi jantung tidak teratur
b. Kaji adanya hipertensi
R: Hipertensi dapat terjadi karena gangguan pada sistem aldosteronrenin- angiotensin
(disebabkan oleh disfungsi ginjal)
c. Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikanlokasi, rediasi, beratnya (skala 0-10)
R: HT dan GGK dapat menyebabkan nyeri
d. Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap aktivitas
R: Kelelahan dapat menyertai GGK juga anemia
2) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan disfungsi ginjal
Tujuan: Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan dengan
Kriteria hasil: tidak ada edema, keseimbangan antara input dan output
Intervensi :
a. Kaji status cairan dengan menimbang BB perhari, keseimbangan masukan dan
haluaran, turgor kulit tanda-tanda vital
b. Batasi masukan cairan
R: Pembatasan cairan akn menentukan BB ideal, haluaran urin, dan respon terhadap
terapi
c. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan
R: Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam pembatasan
cairan
d. Anjurkan pasien / ajari pasien untuk mencatat penggunaan cairan terutama
pemasukan dan haluaran
R: Untuk mengetahui keseimbangan input dan output
3) Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia,
mual, muntah
Tujuan: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil: menunjukan BB stabil
Intervensi:
a. Awasi konsumsi makanan / cairan
R: Mengidentifikasi kekurangan nutrisi
b. Perhatikan adanya mual dan muntah
R: Gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen yang dapat mengubah atau
menurunkan pemasukan dan memerlukan intervensi
c. Beikan makanan sedikit tapi sering
R: Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan makanan
d. Tingkatkan kunjungan oleh orang terdekat selama makan
R: Memberikan pengalihan dan meningkatkan aspek sosial
e. Berikan perawatan mulut sering
R: Menurunkan ketidaknyamanan stomatitis oral dan rasa tak disukai dalam mulut
yang dapat mempengaruhi masukan makanan
4) Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder:
kompensasi melalui alkalosis respiratorik
Tujuan: Pola nafas kembali normal / stabil
Intervensi:
a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles
R: Menyatakan adanya pengumpulan sekret
b. Ajarkan pasien batuk efektif dan nafas dalam
R: Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran O2
c. Atur posisi senyaman mungkin
R: Mencegah terjadinya sesak nafas
d. Batasi untuk beraktivitas
R: Mengurangi beban kerja dan mencegah terjadinya sesak atau hipoksia
5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan: Pasien dapat meningkatkan aktivitas yang dapat ditoleransi
Intervensi:
a. Pantau pasien untuk melakukan aktivitas
b. Kaji faktor yang menyebabkan keletihan
c. Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat
d. Pertahankan status nutrisi yang adekuat
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
CKD atau gagal ginjal kronik didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal
mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius)
dimana kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan
keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009).

Anda mungkin juga menyukai