Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada
Anak Dengan Gangguan Thallasemia” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas Ibu Etik Pratiwi pada mata kuliah Keperawatan Anak .
Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Etik Pratiwi selaku dosen mata kuliah
Keperawatan Anak.
Semoga tugas yang telah diberikan ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan kami. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun diharapkan kami demi
kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, 13 Maret 2023

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit gagal ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal
mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama
sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga
keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium
didalam darah tau produksi urin.
Penyakit gagal ginjal in dapat menyerang siapa saja yang menderita
penyakit serius atau terluka dimana hal itu berdampak langsung pada
ginjal itu sendiri. Penyakit gagal ginjal lebih sering dialami mereka yang
berusia dewasa, terlebih pada kaum lanjut usia.
Gagal ginjal dibagi menjadi dua bagian besar yakni gagal ginjal akut
( acute renal failure=ARF) dan gagal ginjal kronik (chronic renal failure
CRF. Pada gagal ginjal akutterjadi penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba
dalam waktu beberapa hari atau beberapa minggu dan ditandaidengan hasil
pemeriksaan fungi ginjal (ureum dan kreatinin darah) dan kadar urea
nitrogen dalam darah nag meningkat.sedang pada gagal ginjal kronis,
penurunan fungsi ginjal terjadi secara perlahan-lahan. Sehingga biasanya
diketahui setelah jatuh pada kondisi parah. Gagal ginnjal kronik tidak
dapat disembuhkan . pada penderita gagal ginjal kronik, kemungkinan
terjadinya kematian sebesar 85%.
b. Tujuan
Tujuan Umum
Untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam memberikan Asuhan
Keperawatan anak dengan CRF
Tujuan Khusus
1. Dapat mengkaji kebutuhan dan Kesehatan pada anak CRF
2. Dapat menegakkan diagnose keperawatan anak CRF
3. Dapat merumuskan rencana Tindakan keperawatan anak CRF
4. Dapat melakukan Tindakan keperawatan anak CRF
5. Dapat melakukan evaluasi keperawatan anak CRF

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar CRF


a. Definisi
Gagal ginjal kronik merupakan kegagalan fungi ginjal (unit nefron) yang
berlangsung perlahan-lahan karena penyebab berlangsung lama dan
menetap yang mengakibatkan penumpukan sisa metabolit (toksin uremik)
sehingga ginjal tidak dapat memenuhi kebutuhan biasa lagi dan
menimbulkan gejala sakit (Hudak & Gallo, 1996).
Long (1996 : 368) mengemukakan bahwa gagal ginjal kronik adalah ginjal
sudah tidak mampu lag mempertahankan lingkugan internal yang
konsisten dengan kehidupan dan pemulihan fungi sudah tidak ada.
Gagal ginjal kronik merupakan penurunan faal ginjal yang menahun yang
umumnya tidak riversibel dan cukup lanjut. (Suparman, 1990: 349).

b. Etiologi
Umumnya gagal ginjal kronik disebabkan penyakit ginjal intrinsic difus
dan menahun. Tetapi hampir semua nefropati bilateral dan progresif akan
berakhir dengan gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronik yang
berhubungan dengan penyakit ginjal polikistik dan nefropati obstruktif
hanya 15 - 20 %. Glomerulonefritis kronik merupakan penyakit parenkim
ginjal progresif dan difus, seringkali berakhir dengan gagal ginjal kronik.
Laki-laki lebih sering dari wanita, umur 20 - 40 tahun. Sebagian besar
pasien relatif muda dan merupakan calon utama untuk transplantasi ginjal.
Glomerulonefritis mungkin berhubungan dengan penyakit-penyakit
system (Glomerulonefritis sekunder) seperti Lupus Eritomatosus Sitemik,
Poliarthritis Nodosa, Granulomatosus Wagener. Glomerulonefritis
(Glomerulopati) yang berhubungan dengan diabetes melitus
(Glomerulosklerosis) tidak jarang dijumpai dan dapat berakhir dengan
gagal ginjal kronik. Glomerulonefritis yang berhubungan dengan
amiloidosis sering dijumpai pada pasien-pasien dengan penyakit menahun
sperti tuberkolosis, lepra, osteomielitis, dan arthritis rheumatoid, dan
myeloma. Penyakit ginjal hipertensif (arteriolar nefrosklerosis) merupakan
salah satu penyebab gagal ginjal kronik. Insiden hipertensi essensial berat
yang berekhir dengan gagal ginjal kronik kurang dari 10 %. Kira kira 10 -
15% pasien-pasien dengan gagal ginjal kronik disebabkan penyakit ginjal
Pada orang dewasa, gagal ginjal kronik yang berhubungan dengan infeksi
saluran kemih dan ginjal (Pielonefritis) tipe uncomplicated jarang
dijumpai, kecuali tuberculosis, abses multiple, nekrosis papilla renalis
yang tidak mendapatkan pengobatan adekuat. Seperti diketahui,nefritis
interstisial menunjukkan kelainan histopatologi berupa fibrosis dan reaksi
inflamasi atau radang dari jaringan interstisial dengan etiologi yang
banyak. Kadang dijumpai juga kelainan-kelainan mengenai glomerulus
dan pembuluh darah, vaskuler. Nefropati asam urat menempati urutan
pertama dari etiolgi nefrotis interstisial.

c. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalann gnjal sebagai nefron (termasuk glomerulus
dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron
utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume
filtrasi yang meningkat dosertai rebsorpsi walaupun dalam keadaan
penuurunan GFR/ daya saring. Metode adaptif memungkinkan ginjal
untuk berfungsi sampai¼ dari nefron-nefron rusak. Beban bahan yang
harus dilarut menjadi lebih besar dari pada yang bias direabsorpsi
berakibat diuresis osmotik disertai poluri dan haus.selanjutnya karena
jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguria timbul disertai
retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien
menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila
kira-kira fungi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal
yang demikian nilai kreatinin clearance turn sampai 15 ml/menit atau lebih
rendah itu. Fungsi renal menurun, produk akhir metabolism protein (yang
normalnya diekresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Teriadi
uremia dan mempengaruhi setiap system tubuh. Semakin banyak timbunan
produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia
membaik setelah dialysis. ( Brunner & Suddarth, 2001:1448)

d. Manifestasi Klinis
Menurut Suhardjono (2001), manifestasi klinik yang muncul pada pasien
dengan gagal ginjal kronik yaitu:
1. Gangguan pada sistem gastrointestinal
a. Anoreksia, nausea, dan vomitus yang berhubungan dengan gangguan
metaboslime protein dalam usus.
b. Mulut bau amonia disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada air liur.
c. Cegukan (hiccup)

2. Gastritis erosif, ulkus peptik, dan kolitis uremik.


a. Sistem Integumen
 Kulit berwarna pucat akibat anemia. Gatal dengan ekskoriasi akibat toksin
uremik.
 Ekimosis akibat gangguan hematologis
 Urea frost akibat kristalisasi urea
 Bekas-bekas garukan karena gatal
 Kulit kering bersisik
 Kuku tipis dan rapuh
 Rambut tipis dan kasar

b. Sistem Hematologi
 Anemia
 Gangguan fungi trombosit dan trombositopenia
 Gangguan fungsi leukosit

c. Sistem saraf dan otot


 Restles leg syndrome
 Burning feet syndrome
 Ensefalopati metabolic
 Miopati

d. Sistem Kardiovaskuler
 Hipertensi
 Akibat penimbunan cairan dan garam.
 Nyeri dada dan sesak nafas
 gangguan irama jantung
 Edema akibat penimbunan cairan

e. Sistem Endokrin
 Gangguan seksual: libido, fertilitas dan ereksi menurun pada laki-laki.
 Gangguan metabolisme glukosa, resistensi insulin, dan gangguan sekresi
insulin.
 Gangguan metabolisme lemak.
 Gangguan metabolisme vitamin D.

e. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang gagal ginjal kronik, yaitu :
1. laboraturium : urinalis, urem, Creatini, darah lengakp, elektrolit, protein
(albumin). CCT,
analis gas darah dan gula darah
2. Radiologi : foto polos abdomen USG ginjal, IVP, RPG, foto thoraks dan
tulang
3. Biopsy ginjal
4. ECG untuk mengetahui adanya perubahan irama jantung
f. Penatalaksanaan
Penatalaksaan pasien dengan gagal ginial kronik adalah :
1. Konservatif
a. Dilakukan pemeriksaan laboraturium darah dan urin
b. Observasi balance cairan
c. Observasi adanya odema
d. Batasi cairan yang masuk
2. Dialisys
a. Peritoneal dialysis biasanya dilakukan pada kasus-kasus
emergency
b. Sedangkan dialysis yang biasa dilakukan dimana saja tidak bersifat akut
adalah CAPD (Continues Ambulatory Perionial Dialysis)
G. PATHWAY CRF

BAB III
PERENCANAAN KEPERAWATAN

Pengkajian
1. Aktifitas dan IstirahatKelelahan, kelemahan, malaise, gangguan
tidurKelemahan otot dan tonus, penurunan ROM
2. SirkulasiRiwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi, nyeri dadaPeningkatan
JVP, tachycardia, hipotensi orthostatic, friction rub
3. Integritas EgoFaktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada kekuatanMenolak,
cemas, takut, marah, irritable
4. EliminasiPenurunan frekuensi urin, oliguri, anuri, perubahan warna urin,
urinpekat warna merah/coklat, berawan, diare, konstipasi, abdomenkembung
5. Makanan/Cairan
Peningkatan BB karena edema, penurunan BB karena malnutrisi,anoreksia, mual,
muntah, rasa logam pada mulut, asites Penurunan otot, penurunan lemak subkutan
6. Neurosensori
Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot, kejang, kebas, kesemutan Gangguan
status mental, penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi,
kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, koma
7. Nyeri/Kenyamanan
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki Distraksi, gelisah
8. Pernafasan
Pernafasan Kussmaul (cepat dan dangkal), Paroksismal NokturnalDyspnea
(+)Batuk produkrif dengan frotty sputum bila terjadi edema pulmonal
9. Keamanan
Kulit gatal, infeksi berulang, pruritus, demam (sepsis dan dehidrasi),petekie,
ekimosis, fraktur tulang, deposit fosfat kalsieum pada kulit,ROM terbatas
10. Interaksi Sosial
Tidak mampu bekerja, tidak mampu menjalankan peran sepertibiasanya
(Doengoes, 2000)

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin, diet
berlebihan dan retensi cairan serta natrium
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet dan perubahan memberan mukosa
mulut
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk
sampah dan produk dialysis
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan /pengobatan berhubungan
dengan kurang informasi
NO. DIAGNOSA RENCANA TINDAKAN
KEPERAWATAN TUJUAN & KRITERIA HASIL INTERVENSI
1. Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan tindakan Manajamen Jalan Napas
tidak efektif keperawatan 3x24 jam
berhubungan diharapkan bersihan jalan
(I.01011)
dengan sekresi yang napas meningkat dengan 1. Monitor pola nafas
tertahan (D.0001) kriteria hasil:
Bersihan Jalan Napas 2. Monitor bunyi nafas
(L.01001) tambahan
1. Produksi sputum
3. Posisikan semi fowler
menurun (5)
4. Berikan oksigen jika perlu
2. Mengi menurun (5)
5. Ajarkan teknik batuk efektif
3. Wheezing menurun (5)
6. Kolaborasi pemberian
4. Frekuensi nafas
bronkodilator, ekspektoran,
membaik (5)
mukolitik jika perlu.
5. Batuk efektif meningkat
(5)

2. Pola napas tidak Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Respirasi (I.01014)


efektif berhubungan keperawatan 3x24 jam 1. Monitor frekuensi, irama,
dengan hambatan diharapkan pola napas
upaya nafas membaik dengan kriteria
kedalaman dan upaya napas
(D.0005) hasil: 2. Monitor pola napas
Pola Napas (L.01004)
1. Dispnea menurun (5) 3. Monitor nilai AGD

2. Penggunaan otot bantu 4. Atur interval pemantauan

napas menurun (5) respirasi sesuai kondisi

3. Frekuensi napas pasien

membaik (5) 5. Jelaskan dan tujuan prosedur

4. Kedalaman napas pemantauan

membaik (5)

3. Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermia


berhubungan keperawatan 3x24 jam
dengan proses diharapkan termoregulasi
(I.15506)
penyakit (D.0130) membaik dengan kriteria 1. Identifikasi penyebab
hasil:
Termoregulasi (L.14134) hipertermia
1. Menggigil menurun (5)
2. Monitor suhu tubuh
2. Suhu tubuh membaik (5)
3. Monitor kadar elektrolit
3. Suhu Kulit membaik (5)
4. Longgarkan atau lepaskan
4. Takipnea menurun (5)
pakaian
5. Lakukan pendinginan
eksternal
6. Anjurkan tirah baring
7. Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena

4. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi (I.05178)


berhubungan keperawatan 3x24 jam
dengan diharapkan toleransi aktivitas
1. Identifikasi gangguan fungsi
ketidakseimbangan meningkat dengan kriteria tubuh yang mengakibatkan
antara suplai dan hasil:
kebutuhan oksigen Toleransi aktivitas (L.05047) kelelahan
(D.0056) 1. Frekuensi nadi 2. Monitor kelelahan fisik dan
meningkat (5) emosional
2. Saturasi Oksigen 3. Lakukan latihan rentang
meningkat (5) gerak pasif/aktif
3. Keluhan lelah menurun 4. Anjurkan melakukan
(5) aktivitas secara bertahap
4. Dispnea saat aktivitas 5. Kolaborasi dengan ahli gizi
menurun (5) tentang cara meningkatkan
5. Dispnea setelah aktivitas asupan makanan
menurun (5)
6. Sianosis menurun (5)

Anda mungkin juga menyukai