NAMA KELOMPOK 3:
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayahNya sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik dalam waktu yang telah
ditetapkan. Terwujudnya makalah ini atas hasil kerjasama kelompok.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas yang diberikan oleh dosen pada mata kuliah KMB II
Kami menyadari bahwa makalah ini belum begitu sempurna dan terdapat berbagai
kekurangan, oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat
kami harapkan demi perbaikan pada tugas selanjutnya. Harapan kami semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembacanya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
B. Etiologi
C. Patofisiologi
D. Komplikasi
E. Penatalaksanaan
F. Tanda dan gejala
G. Pengobatan
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
B. Analisa data
C. Diagnosa
D. Rencana asuhan keperawatan
E. Evaluasi
F. Discharge planning
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Gagal ginjal kronis adalah proses kerusakan pada ginjal dengan rentang waktu
lebih dari 3 bulan. CKD dapat menimbulkan simtoma berupa laju filtrasi glomerular di
bawah 60 mL/men/1.73 m2, atau di atas nilai tersebut namun disertai dengan kelainan
sedimen urin. Adanya batu ginjal juga dapat menjadi indikasi CKD pada penderita
kelainan bawaan seperti hiperoksaluria dan sistinuria. Gejala-gejala dari fungsi ginjal
memburuk yang tidak spesifik, dan mungkin termasuk perasaan kurang sehat dan
mengalami nafsu makan berkurang. Seringkali, penyakit ginjal kronis didiagnosis sebagai
hasil dari skrining dari orang yang dikenal berada di risiko masalah ginjal, seperti yang
dengan tekanan darah tinggi atau diabetes dan mereka yang memiliki hubungan darah
dengan penyakit ginjal kronis. Penyakit ginjal kronis juga dapat diidentifikasi ketika itu
mengarah ke salah satu komplikasi yang diakui, seperti penyakit
kardiovaskuler, anemia atau perikarditis.
Penyakit ginjal kronis diidentifikasi oleh tes darah untuk kreatinin. Tingginya
tingkat kreatinin menunjukkan jatuh laju filtrasi glomerulus dan sebagai akibat penurunan
kemampuan ginjal mengekskresikan produk limbah. Kadar kreatinin mungkin normal
pada tahap awal CKD, dan kondisi tersebut ditemukan jika urine (pengujian sampel urin)
menunjukkan bahwa ginjal adalah memungkinkan hilangnya protein atau sel darah
merah ke dalam urin. Untuk menyelidiki penyebab kerusakan ginjal, berbagai
bentuk pencitraan medis, tes darah dan sering ginjal biopsi (menghapus sampel kecil
jaringan ginjal) bekerja untuk mencari tahu apakah ada sebab reversibel untuk kerusakan
ginjal. pedoman profesional terbaru mengklasifikasikan tingkat keparahan penyakit ginjal
kronis dalam lima tahap, dengan tahap 1 yang paling ringan dan biasanya menyebabkan
sedikit gejala dan tahap 5 menjadi penyakit yang parah dengan harapan hidup yang buruk
jika tidak diobati . 'Stadium akhir penyakit ginjal (ESRD)Tahap 5 CKD juga disebut
gagal ginjal kronis (CKF) atau kegagalan kronis ginjal (CRF). Tidak ada pengobatan
khusus untuk memperlambat tegas menunjukkan memburuknya penyakit ginjal kronis.
Jika ada penyebab yang mendasari untuk CKD, seperti vaskulitis, ini dapat diobati secara
langsung dengan pengobatan bertujuan untuk memperlambat kerusakan. Pada tahap yang
lebih maju, pengobatan mungkin diperlukan untuk anemia dan penyakit tulang. CKD
parah memerlukan salah satu bentuk terapi penggantian ginjal, ini mungkin merupakan
bentuk dialisis, tetapi idealnya merupakan transplantasi ginjal
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian gagal ginjal kronik
2. Untuk mengetahui etiologi gagal ginjal kronik
3. Untuk mengetahui patofisiologi gagal ginjal kronik
4. Untuk mengetahui komplikasi gagal ginjal kronik
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan gagal ginjal kronik
6. Untuk mengetahui tanda dan gejala gagal ginjal kronik
7. Untuk mengetahui pengobatan gagal ginjal kronik
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jika telah mencocokkan ciri-ciri atau gejala tersebut dengan kondisi diri pribadi, harap segera
dibawa ke rumah sakit untuk diagnosis lanjutan. Sampaikan kondisi-kondisi yang telah ada,
biasanya dianjurkan test laboratorium menyeluruh. Langkah-langkah medis ditempuh tergantung
hasil tes laboratorium. Indikator penting:
A. Pengkajian
1. Identitas klien
2. Identitas penanggung jawab
3. Riwayat kesehatan masa lalu
a. Penyakit yang pernah diderita
b. Kebiasaan buruk: menahan BAK, minum bersoda
c. Pembedahan
4. Riwayat kesehatan sekarang : Klien mempunyai riwayat hipertensi yang sudah lama
dideritanya
Keluhan utama: nyeri, pusing, mual, muntah
5. Pemeriksaan fisik
a. Umum: Status kesehatan secara umum
b. Tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu tubuh
c. Pemeriksaan fisik
Teknik pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
a) Kulit dan membran mukosa
Catat warna, turgor, tekstur, dan pengeluaran keringat.
Kulit dan membran mukosa yang pucat, indikasi gangguan ginjal yang
menyebabkan anemia. Tekstur kulit tampak kasar atau kering. Penurunan
turgor merupakan indikasi dehidrasi. Edema, indikasi retensi dan penumpukan
cairan.
b) Mulut
Stomatitis, nafas bau amonia.
c) Abdomen
Klien posisi telentang, catat ukuran, kesimetrisan, adanya masa atau
pembengkakan, kulit mengkilap atau tegang.
d) Meatus urimary
Laki-laki: posisi duduk atau berdiri, tekan gland penis dengan memakai sarung
tangan untuk membuka meatus urinary.
Wanita: posisi dorsal rekumben, litotomi, buka labia dengan memakai sarung
tangan.
2) Palpasi
a) Ginjal
b) Ginjal kiri jarang teraba, meskipun demikian usahakan untuk mempalpasi ginjal
untuk mengetahui ukuran dan sensasi. Jangan lakukan palpasi bila ragu karena
akan merusak jaringan.
- Posisi klien supinasi, palpasi dilakukan dari sebelah kanan
- Letakkan tangan kiri di bawah abdomen antara tulang iga dan spina iliaka.
Tangan kanan dibagian atas. Bila mengkilap dan tegang, indikasi retensi
cairan atau ascites, distensi kandung kemih, pembesaran ginjal. Bila
kemerahan, ulserasi, bengkak, atau adanya cairan indikasi infeksi. Jika
terjadi pembesaran ginjal, maka dapat mengarah ke neoplasma atau
patologis renal yang serius. Pembesaran kedua ginjal indikasi polisistik
ginjal. Tenderness/ lembut pada palpasi ginjal maka indikasi infeksi, gagal
ginjal kronik. Ketidaksimetrisan ginjal indikasi hidronefrosis.
- Anjurkan pasien nafas dalam dan tangan kanan menekan sementara tangan
kiri mendorong ke atas.
- Lakukan hal yang sama untuk ginjal di sisi yang lainnya.
c) Kandung kemih
Secara normal, kandung kemih tidak dapat dipalpasi, kecuali terjadi ditensi
urin. Palpasi dilakukan di daerah simphysis pubis dan umbilikus. Jika kandung
kemih penuh maka akan teraba lembut, bulat, tegas, dan sensitif.
B. Analisa data
DS:
- Keluarga mengatakan bahwa
Kelebihan volume cairan
akhir-akhir ini pasien BAK
dengan jumlah yang sedikit
2.
DO:
- Pasien terlihat lemah dan Intoleransi aktivitas
pucat Riwayat penyakit
- TD: 100/70 mmHg (Hipertensi)
- Nadi 70x/menit
- Hb: 6,2 mg/dl Sekresi eritropoetin ↓
DS:
- Keluarga mengatakan bahwa
Produksi Hb ↓
klien tidak nafsu makan.
- Klien mengeluh sakit
pinggang
Suplay oksigen ↓
3.
DO: Intoleransi aktivitas Risiko gangguan nutrisi
- Klien terlihat lemah, mual kurang dari kebutuhan
dan muntah Riwayat penyakit
DS: (Hipertensi)
- Keluarga mengatakan klien
tidak nafsu makan Fungsi renal ↓
Terjadi uremia
Gangguan
keseimbangan asam basa
C. Diagnosa
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin, diet berlebihan
dan retensi cairan dan natrium.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk sampah dan
prosedur dialisis
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis berhubungan dengan kurang terpajan,
salah interprestasi imformasi
D. Rencana asuhan keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan
Kelebihan volume Mempertahankan a. Kaji status cairan dengan a. Pengkajian merupakan
cairan berhubungan berat tubuh ideal menimbang berat badan dasar dan data dasar
dengan penurunan tanpa kelebihan perhari, keseimbangan berkelanjutan untuk
haluaran urin, diet cairan masukan dan haluaran, memantau perubahan dan
berlebihan dan turgor kulit dan adanya mengevaluasi intervensi.
retensi cairan dan edema, distensi vena leher, b. Pembatasan cairan
natrium akan menentukan berat
dan tanda-tanda vital. tubuh ideal, haluaran
b. Batasi masukan cairan urin, dan respon terhadap
c. Jelaskan pada pasien dan terapi.
keluarga tentang c. Pemahaman
pembatasan cairan. meningkatkan kerjasama
d. Bantu pasien dalam pasien dan keluarga
menghadapi dalam pembatasan cairan
ketidaknyamanan akibat d. Kenyamanan pasien
pembatasan cairan. meningkatkan kepatuhan
terhadap pembatasan
e. Tingkatkan dan dorong
diet.
hygiene oral dengan sering.
e. Hygiene oral
mengurangi kekeringan
membrane mukosa
mulut.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan pemikiran yang harus dilakukan perawat untuk mengetahui tingkat
keberhasilan pencapaian tujuan, keberhasilan ini melalui tingkat keperawatan yang
dilakukan. Apabila tindakan belum tercapai atau pencapaian kriteria maka perawat perlu
melihat kembali pada setiap langkah atau proses keperawatan pada setiap evaluasi. Strategi
dapat dilihat dari masalah yang sudah diatasi.
F. Discharge planning
Kegagalan fungsi ginjal pada Gagal Ginjal Kronis (GGK) mengakibatkan
ketidakmampuan tubuh membuang sisa metabolisme. Pasien GGK diharuskan melakukan
hemodialisis dan pengaturan asupan nutrisi untuk mempertahankan kondisi kesehatannya.
Kurangnya pemahaman dan kepatuhan pasien dalam melakukan program terapi dapat
menyebabkan kondisi kegawatdaruratan. Oleh karena itu discharge planning menjadi sangat
penting bagi pasien GGK. Dalam hal ini harus memperhatikan Perubahan gaya hidup yang
dialami pasien gagal ginjal kronis yakni melakukan diet, pengaturan cairan, pengobatan, dan
pembatasan aktivitas. Dalam manajemen discharge planning pada pasien GGK diketahui
bahwa peran perawat yang sangat penting adalah peran sebagai educator, peran sebagai
pelaksana discharge planning dan peran managerial oleh kepala ruang. Beban kerja dan
kurangnya motivasi perawat menjadi hambatan internal kurang maksimalnya pelaksanaan
discharge planning, sedangkan hambatan eksternal berasal dari pasien yang cenderung sulit
untuk menerima informasi.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gagal ginjal kronik merupakan suatu penyakit yang berjalan progresif dan lambat
(berlangsung dalam beberapa tahun), dimulai dengan: penurunan cadangan ginjal, insufisiensi
ginjal, gagal ginjal, penyakit ginjal tingkat akhir yang disertai dengan komplikasi-komplikasi
target organ, dan akhirnya menyebabkan kematian. Untuk memperlambat gagal ginjal kronik
menjadi gagal ginjal terminal, perlu dilakukan diagnosa dini, yaitu dengan melihat gambaran
klinis, laboratorium sederhana, dan segera memperbaiki keadaan komplikasi yang terjadi. Jika
sudah terjadi gagal ginjal terminal, pengobatan yang sebaiknya dilakukan adalah: dialisis dan
transplantasi ginjal. Pengobatan ini dilakukan untuk mencegah atau memperlambat tejadinya
kematian.
B. Saran
Dengan mengetahui permasalahan penyebab penyakit gagal ginjal kronik, diharapkan
masyarakat lebih berhati-hati dan menghindari penyebab penyakit ini serta benar-benar menjaga
kesehatan melalui makanan maupun berolaharaga yang benar. Para tenaga ahli juga sebaiknya
memberikan penyuluhan secara jelas mengenai bahayanya penyakit ini serta tindakan
pengobatan yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.slideshare.net/septianbarakati/makalah-gagal-ginjal-kronik-41914045
https://www.academia.edu/11541790/Asuhan_Keperawatan_Pada_Pasien_Gagal_Ginjal