Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KMB II

ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL GINJAL KRONIK

NAMA KELOMPOK 3:

ANDRIAN BIMA WICAKSONO(201801096)


MOH. RIZKY(201801113)
RAHMA(201801126)
IMROATUR ROSIDAH(201801108)
INDAH SUWANDEWI(201801109)
SINTA(201801135)
RANI ISLAMIATI(201801127)
SEPTIANA(201801134)

PROGRAM STUDI NURSE


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA PALU
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayahNya sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik dalam waktu yang telah
ditetapkan. Terwujudnya makalah ini atas hasil kerjasama kelompok.

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas yang diberikan oleh dosen pada mata kuliah KMB II

Kami menyadari bahwa makalah ini belum begitu sempurna dan terdapat berbagai
kekurangan, oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat
kami harapkan demi perbaikan pada tugas selanjutnya. Harapan kami semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembacanya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
B. Etiologi
C. Patofisiologi
D. Komplikasi
E. Penatalaksanaan
F. Tanda dan gejala
G. Pengobatan
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
B. Analisa data
C. Diagnosa
D. Rencana asuhan keperawatan
E. Evaluasi
F. Discharge planning
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Gagal ginjal kronis  adalah proses kerusakan pada ginjal dengan rentang waktu
lebih dari 3 bulan. CKD dapat menimbulkan simtoma berupa laju filtrasi glomerular di
bawah 60 mL/men/1.73 m2, atau di atas nilai tersebut namun disertai dengan kelainan
sedimen urin. Adanya batu ginjal juga dapat menjadi indikasi CKD pada penderita
kelainan bawaan seperti hiperoksaluria dan sistinuria. Gejala-gejala dari fungsi ginjal
memburuk yang tidak spesifik, dan mungkin termasuk perasaan kurang sehat dan
mengalami nafsu makan berkurang. Seringkali, penyakit ginjal kronis didiagnosis sebagai
hasil dari skrining dari orang yang dikenal berada di risiko masalah ginjal, seperti yang
dengan tekanan darah tinggi atau diabetes dan mereka yang memiliki hubungan darah
dengan penyakit ginjal kronis. Penyakit ginjal kronis juga dapat diidentifikasi ketika itu
mengarah ke salah satu komplikasi yang diakui, seperti penyakit
kardiovaskuler, anemia atau perikarditis.
Penyakit ginjal kronis diidentifikasi oleh tes darah untuk kreatinin. Tingginya
tingkat kreatinin menunjukkan jatuh laju filtrasi glomerulus dan sebagai akibat penurunan
kemampuan ginjal mengekskresikan produk limbah. Kadar kreatinin mungkin normal
pada tahap awal CKD, dan kondisi tersebut ditemukan jika urine (pengujian sampel urin)
menunjukkan bahwa ginjal adalah memungkinkan hilangnya protein atau sel darah
merah ke dalam urin. Untuk menyelidiki penyebab kerusakan ginjal, berbagai
bentuk pencitraan medis, tes darah dan sering ginjal biopsi (menghapus sampel kecil
jaringan ginjal) bekerja untuk mencari tahu apakah ada sebab reversibel untuk kerusakan
ginjal. pedoman profesional terbaru mengklasifikasikan tingkat keparahan penyakit ginjal
kronis dalam lima tahap, dengan tahap 1 yang paling ringan dan biasanya menyebabkan
sedikit gejala dan tahap 5 menjadi penyakit yang parah dengan harapan hidup yang buruk
jika tidak diobati . 'Stadium akhir penyakit ginjal (ESRD)Tahap 5 CKD juga disebut
gagal ginjal kronis (CKF)  atau kegagalan kronis ginjal (CRF). Tidak ada pengobatan
khusus untuk memperlambat tegas menunjukkan memburuknya penyakit ginjal kronis.
Jika ada penyebab yang mendasari untuk CKD, seperti vaskulitis, ini dapat diobati secara
langsung dengan pengobatan bertujuan untuk memperlambat kerusakan. Pada tahap yang
lebih maju, pengobatan mungkin diperlukan untuk anemia dan penyakit tulang. CKD
parah memerlukan salah satu bentuk terapi penggantian ginjal, ini mungkin merupakan
bentuk dialisis, tetapi idealnya merupakan transplantasi ginjal
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian gagal ginjal kronik
2. Untuk mengetahui etiologi gagal ginjal kronik
3. Untuk mengetahui patofisiologi gagal ginjal kronik
4. Untuk mengetahui komplikasi gagal ginjal kronik
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan gagal ginjal kronik
6. Untuk mengetahui tanda dan gejala gagal ginjal kronik
7. Untuk mengetahui pengobatan gagal ginjal kronik
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Gagal Ginjal Kronik (GGK/CKD)


Gagal ginjal kronik atau CKD merupakan penurunan fungsi ginjal progressif yang
irreversible ketika ginjal tidak mamppu mempertahankan keseimbangan metabolic, cairan, dan
elektrolit yang menyebabkan terjadinya uremia dan azotemia (Smeltzer & Bare, 2004)
Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan metabolisme
serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan
manifestasi penumpukan sisa metabolit ( toksik uremik ) di dalam darah. (Arif Muttaqin,2011)
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi
renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2002)
B. Etiologi
Menurut Price & Wilson (2006) penyebab dari GGK adalah :
1. Glomerolunefritis
Glomerulonefritis terjadi karena adanya peradangan pada glomerulus yang diakibatkan
karena adanya pengendapan kompleks antigen antibody.Reaksi peradangan diglomerulus
menyebabkan pengaktifan komplemen, sehingga terjadi peningkatan aliran darah dan
peningkatan permeabilitas kapiler glomerulus dan filtrasi glomerulus.Protein-protein plasma
dan sel darah merah bocor melalui glomerulus.
2. Gagal ginjal akut
3. Penyakit ginjal polikistik
Penyakit ginjal polikistik (PKD) ditandai dengan kista-kista multiple, bilateral,dan
berekspansi yang lambat laun mengganggu dan menghancurkan parenkim ginjal normal
akibat penekanan.semakin lama ginjal tidak mampu mempertahankan fungsi ginjal,
sehingga ginjal akan menjadi rusak (GGK)
4. Obstruksi saluran kemih
5. Pielonefritis
Pielonefritis adalah infeksi yang terjadi pada ginjal itu sendiri.Pielonefritis itu sendiri
dapat bersifat akut atau kronik. Pielonefritis akut juga bias terjadi melalui infeksi
hematogen. Pielonefritis kronik dapat terjadi akibat infeksi berulang-ulang dan biasanya
dijumpai pada individu yang mengidap batu, obstruksi lain, atau repluks vesikoureter.
6. Nefrotoksin
7. Diabetes mellitus
Diabetes mellitus adalah penyebab tunggal ESRD yang tersering, berjumlah 30% hingga
40% dari semua kasus. Diabetes mellitus menyerang struktur dan fungsi ginjal dalam
bentuk.Nefropati diabetic adalah istilah yang mencakup semua lesi yang terjadi diginjal pada
diabetes mellitus.
8. Hipertensi
Hipertensi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan perubahan – perubahan stuktur
pada arteriol diseluruh tubuh, ditandai dengan fibrosis dan hialinisasi (sklerosis) didingding
pembuluh darah.Organ sasaran utama organ ini adalah jantung, otak, ginjal dan mata.
9. Nefritis lupus
disbabkan oleh kompleks imun dalam sirkulasi yang terperangkap dalam membrane
basalis glomerulus dan menimbulkan kerusakan.Perubahan yang paling dini sering kali
hanya mengenai sebagian rumbai glomerulus atau hanya mengenai beberapaglomerulus yang
tersebar.
C. Patofisiologi
kegagalan ginjal terjadi akibat sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga
utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan
memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan
penurunan GFR / daya saring.Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai
¾ dari nefron–nefron rusak.Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang
bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus.
Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai
retensi produk sisa.Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan
muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% -
90%.Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15
ml/menit atau lebih rendah itu.
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan
ke dalam urin) tertimbun dalam darah.Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh.
Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala
uremia membaik setelah dialisis.
D. Komplikasi
Gagal ginjal kronis menyebabkan berbagai macam komplikasi :
1. Hiperkalemia, yang diakibatkan karena adanya penurunan ekskresi asidosis metabolic,
Perikardistis efusi pericardial dan temponade jantung.
2. Hipertensi yang disebabkan oleh retensi cairan dan natrium, serta malfungsi system renin
angioaldosteron.
3. Anemia yang disebabkan oleh penurunan eritroprotein, rentang usia sel darah merah, dan
pendarahan gastrointestinal akibat iritasi.
4. Penyakit tulang. Hal ini disebabkan retensi fosfat kadar kalium serum yang rendah,
metabolisme vitamin D, abnormal, dan peningkatan kadar aluminium.
5. Retensi cairan, yang dapat menyebabkan pembengkakan pada lengan dan kaki, tekanan darah
tinggi, atau cairan di paru-paru (edema paru)
6. Kerusakan permanen pada ginjal (stadium akhir penyakit ginjal), akhirnya ginjal
membutuhkan dialysis atau transplantasi ginjal untuk bertahan hidup
E. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Farmakologi
Pasien GGK memerlukan sejumlah obat untuk mengendalikan gejala yang menyertai
disfungsi ginjal. Obat ini meliputi: preparat antihipertensi, pengikat fosfat berbasis-kalsium
seperti kalsium bikarbonat; natrium (atau kalsium) polistiren sulfonat (Resonium), resin
penukar-kation; dan vitamin D (Calcitriol).
Pada gagal ginjal dapat terjadi kelambatan atau penurunan eliminasi obat yang
menimbulkan penumpukan obat di dalam tubuh.Diperlukan penyesuaian takaran obat dan
frekuensi pemberian.Obat yang perlu mendapat perhatian khusus meliputi digoksin,
gentamisin, vankomisin, dan opiat.Petidin tidak boleh diberikan kepada pasien GGK karena
dapat bertumpuk dalam tubuh dan menimbulkan kejang (Chang, dkk., 2010).
2. Penatalaksanaan Non Farmakologi
Penatalaksanaan diet
Tujuan penatalaksanaan diet pada GGK adalah mempertahankan status nutrisi meski
asupan protein, kalium, garam, dan fosfat dibatasi dalam diet.Pembatasan protein harus
dilakukan secara hati-hati untuk menghindari malnutrisi kendati tindakan ini dapat
memperlambat penurunan GFR.Diet gagal ginjal harus mendapat energi yang cukup dari
karbohidrat dan lemak untuk mengurangi katabolisme protein tubuh dan mempertahankan
berat badan.Asupan cairan biasanya dibatasi sebesar 500 mL ditambah jumlah haluaran urin
pada hari sebelumnya.Pembatasan natrium dan kalium bergantung pada kemampuan fungsi
ginjal untuk mengekskresikan elektrolit ini. Umumnya, natrium dibatasi untuk mencegah
edema dan hipertensi, dan makanan tinggi kalium (mis., beberapa buah dan sayuran, cokelat)
harus dihindari. Akhirnya, makanan tinggi fosfat, seperti berbagai produk susu (mis., susu, es
krim, keju, yoghurt) juga harus dibatasi.
F. Tanda dan gejala 
Manifestasi klinik menurut Sudoyo (2009) adalah sebagai berikut:
a. Sistem kardiovaskuler
1)Hipertensi
2)Pitting edema
3)Edema periorbital
4)Pembesaran vena leher
5)Friction sub pericardial
b. Sistem Pulmoner
1)Krekel
2)Nafas dangkal
3)Kusmaull
4)Sputum kental dan liat
c. Sistem gastrointestinal
1)Anoreksia, mual dan muntah
2)Perdarahan saluran GI
3)Ulserasi dan pardarahan mulut
4)Nafas berbau ammonia
G. pengobatan

Jika telah mencocokkan ciri-ciri atau gejala tersebut dengan kondisi diri pribadi, harap segera
dibawa ke rumah sakit untuk diagnosis lanjutan. Sampaikan kondisi-kondisi yang telah ada,
biasanya dianjurkan test laboratorium menyeluruh. Langkah-langkah medis ditempuh tergantung
hasil tes laboratorium. Indikator penting:

1. Darah lengkap, termasuk hemoglobin.


2. Ureum dan kreatinin
Setelah dilakukan perawatan (biasanya rawat inap) karena kondisi psikis pasien juga
bermasalah. Ureum dan kreatinin yang tinggi dapat menyebabkan kondisi psikis dan otak
tidak terkendali, suka marah-marah tanpa sebab, dan emosi tidak terkontrol. Keluarga
harus mentoleransi perilaku pasien yang seperti itu, dan terus sabar sebelum cuci darah
pertama. Biasanya setelah cuci darah kedua, perilaku pasien mulai tenang dan bisa diajak
berbicara / ngobrol. Dan biasanya pasien tidak ingat akan kondisi sebelum Hemodialisis
tersebut. Karena pada umumnya, jika angka Ureum dan kreatinin telah sangat jauh tinggi
melewati ambang batas, maka kondisi emosional biasanya terjadi.
Pengobatan gagal ginjal kronis berupa pengganti ginjal. Ada 2 jenis pengobatan yang
diterapkan pada pasien:

 Hemodialisis menggunakan mesin, keunggulannya, tidak perlu repot. Harap dicatat setiap


pasien yang sudah terkena Gagal ginjal kronis harus mengontrol asupan / masuk nya cairan /
air minum per hari, maksimal 600 milliliter atau 0.6 Liter (setara 1 botol). Ingat per hari. Jika
tidak terkontrol, pada saat proses rutin Hemodialisis, biasanya mesin akan menarik sampai
kepada berat kering terpenuhi sehingga akhirnya pasien mengalami keram pada kaki, atau
tekanan darah tidak stabil (biasanya menjadi turun drastis). Berat kering adalah berat normal
karena air sudah dibuang dari tubuh (karena pasien Gagal ginjal kronis tidak dapat buang air
kecil lagi).
 CAPD mandiri
 Selain Hemodialisis atau CAPD, poin ke tiga adalah pengobatan alternatif. Akan tetapi,
jangan mencoba sedikitpun meninggalkan Hemodialisis atau CAPD selagi menjalani
pengobatan alternatif. Karena kenyataan di lapangan, memang ada yang berhasil dalam
mengimplementasikan pengobatan alternatif, namun tidak sedikit pula yang sia-sia bahkan
berakhir lebih parah lagi seperti dialami almarhum penyanyi dan MC terkenal Krisbiantoro.
BAB III

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas klien
2. Identitas penanggung jawab
3. Riwayat kesehatan masa lalu
a. Penyakit yang pernah diderita
b. Kebiasaan buruk: menahan BAK, minum bersoda
c. Pembedahan
4. Riwayat kesehatan sekarang : Klien mempunyai riwayat hipertensi yang sudah lama
dideritanya
Keluhan utama: nyeri, pusing, mual, muntah
5. Pemeriksaan fisik
a. Umum: Status kesehatan secara umum
b. Tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu tubuh
c. Pemeriksaan fisik
Teknik pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
a) Kulit dan membran mukosa
Catat warna, turgor, tekstur, dan pengeluaran keringat.
Kulit dan membran mukosa yang pucat, indikasi gangguan ginjal yang
menyebabkan anemia. Tekstur kulit tampak kasar atau kering. Penurunan
turgor merupakan indikasi dehidrasi. Edema, indikasi retensi dan penumpukan
cairan.
b) Mulut
Stomatitis, nafas bau amonia.
c) Abdomen
Klien posisi telentang, catat ukuran, kesimetrisan, adanya masa atau
pembengkakan, kulit mengkilap atau tegang.
d) Meatus urimary
Laki-laki: posisi duduk atau berdiri, tekan gland penis dengan memakai sarung
tangan untuk membuka meatus urinary.
Wanita: posisi dorsal rekumben, litotomi, buka labia dengan memakai sarung
tangan.
2) Palpasi
a) Ginjal
b) Ginjal kiri jarang teraba, meskipun demikian usahakan untuk mempalpasi ginjal
untuk mengetahui ukuran dan sensasi. Jangan lakukan palpasi bila ragu karena
akan merusak jaringan.
- Posisi klien supinasi, palpasi dilakukan dari sebelah kanan
- Letakkan tangan kiri di bawah abdomen antara tulang iga dan spina iliaka.
Tangan kanan dibagian atas. Bila mengkilap dan tegang, indikasi retensi
cairan atau ascites, distensi kandung kemih, pembesaran ginjal. Bila
kemerahan, ulserasi, bengkak, atau adanya cairan indikasi infeksi. Jika
terjadi pembesaran ginjal, maka dapat mengarah ke neoplasma atau
patologis renal yang serius. Pembesaran kedua ginjal indikasi polisistik
ginjal. Tenderness/ lembut pada palpasi ginjal maka indikasi infeksi, gagal
ginjal kronik. Ketidaksimetrisan ginjal indikasi hidronefrosis.
- Anjurkan pasien nafas dalam dan tangan kanan menekan sementara tangan
kiri mendorong ke atas.
- Lakukan hal yang sama untuk ginjal di sisi yang lainnya.
c) Kandung kemih
Secara normal, kandung kemih tidak dapat dipalpasi, kecuali terjadi ditensi
urin. Palpasi dilakukan di daerah simphysis pubis dan umbilikus. Jika kandung
kemih penuh maka akan teraba lembut, bulat, tegas, dan sensitif.
B. Analisa data

NO DATA ETIOLOGI Masalah keperawatan


DO: Riwayat penyakit Kelebihan volume
1. -    Perut klien terlihat membesar (Hipertensi) cairan
-    Hasil labor menunjukkan Suplay darah ke ginjal ↓
ureum ↑ 380 mg/ dl (normalnya
20-40 mg/ dl)
-    Kreatinin ↑ 15 (normalnya
Fungsi ginjal ↓
0,5-1,5 mg/ dl)
-    SGOT 19 (N: <21)
 
-    SGPT 30 (N: <23)
-    Hasil USG : Pada kedua
Retensi Natrium dan air
ginjal didapatkan kedua ginjal
tampak mengeci

DS:
-    Keluarga mengatakan bahwa
Kelebihan volume cairan
akhir-akhir ini pasien BAK
dengan jumlah yang sedikit
2.
DO:
-     Pasien terlihat lemah dan Intoleransi aktivitas
pucat Riwayat penyakit
-     TD: 100/70 mmHg (Hipertensi)
-     Nadi 70x/menit
-     Hb: 6,2 mg/dl Sekresi eritropoetin ↓

DS:
-     Keluarga mengatakan bahwa
Produksi Hb ↓
klien tidak nafsu makan.
-     Klien mengeluh sakit
 
pinggang
Suplay oksigen ↓
3.
DO: Intoleransi aktivitas Risiko gangguan nutrisi
-     Klien terlihat lemah, mual kurang dari kebutuhan
dan muntah Riwayat penyakit
DS: (Hipertensi)
-     Keluarga mengatakan klien
tidak nafsu makan Fungsi renal ↓

Terjadi uremia

Gangguan
keseimbangan asam basa

C. Diagnosa
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin, diet berlebihan
dan retensi cairan dan natrium.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk sampah dan
prosedur dialisis
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis berhubungan dengan kurang terpajan,
salah interprestasi imformasi
D. Rencana asuhan keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan
Kelebihan volume Mempertahankan a. Kaji status cairan dengan a.   Pengkajian merupakan
cairan berhubungan berat tubuh ideal menimbang berat badan dasar dan data dasar
dengan penurunan tanpa kelebihan perhari, keseimbangan berkelanjutan untuk
haluaran urin, diet cairan masukan dan haluaran, memantau perubahan dan
berlebihan dan turgor kulit dan adanya mengevaluasi intervensi.
retensi cairan dan edema, distensi vena leher, b.   Pembatasan cairan
natrium akan menentukan berat
dan tanda-tanda vital. tubuh ideal, haluaran
b.   Batasi masukan cairan urin, dan respon terhadap
c.   Jelaskan pada pasien dan terapi.
keluarga tentang c.   Pemahaman
pembatasan cairan. meningkatkan kerjasama
d.   Bantu pasien dalam pasien dan keluarga
menghadapi dalam pembatasan cairan
ketidaknyamanan akibat d.   Kenyamanan pasien
pembatasan cairan. meningkatkan kepatuhan
terhadap pembatasan
e.   Tingkatkan dan dorong
diet.
hygiene oral dengan sering.
e.   Hygiene oral
mengurangi kekeringan
membrane mukosa
mulut.

Intoleransi aktivitas Berpartisipasi


a. Menyediakan
berhubungan dalam aktivitas
a.    Kaji faktor yang informasi tentang
dengan keletihan, yang dapat
menimbulkan keletihan; indikasi tingakt keletihan.
anemia, retensi ditoleransi.
anemia, ketidakseimbangan b.   Meningkatkan
produk sampah dan
cairan dan elektrolit, retensi aktivitas ringan/ sedang
prosedur dialisis
produk sampah, depresi. dan memperbaiki harga
b.   Tingkatkan kemandirian diri.
dalam aktivitas perawatan c.   Mendorong latihan
diri yang dapat ditoleransi; dan aktivitas dalam
bantu jika keletihan terjadi. batas-batas yang dapat
c.    Anjurkan aktivitas ditoleransi dan istirahat
alternatif sambil istirahat. yang adekuat.

d.   Anjurkan untuk d.   Istirahat yang adekuat


beristirahat setelah dialisis. dianjurkan setelah
dialysis.
Kurang Meningkatkan a.    Memberikan dasar
pengetahuan pengetahuan pengetahuan dimana
tentang kondisi, mengenai a.   Kaji ulang pengetahuan pasien dapat membuat
prognosis kondisi dan klien tentang proses pilihan berdasarkan
berhubungan penanganan yang penyakit/ prognosis. imformasi.
dengan kurang bersangkutan. b.   Kaji ulang pembatasan b.   Pembatasan fosfat
terpajan, salah diet, fosfat, dan Mg. meransang kelenjar
interprestasi c.   Kaji ulang tindakan paratiroid untuk
imformasi mencegah perdarahan : sikat pergeseran kalsium dan
gigi halus. tulang.
d.   Buat program latihan c.    Menurunkan resiko
rutin, kemampuan dalam sehubungan dengan
toleransi aktivitas. perubahan pembekuan/
penurunan jumlah
trombosit.
d.   Membantu dalam
mempertahankan tonus
otot dan kelenturan sendi.

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan pemikiran yang harus dilakukan perawat untuk mengetahui tingkat
keberhasilan pencapaian tujuan, keberhasilan ini melalui tingkat keperawatan yang
dilakukan. Apabila tindakan belum tercapai atau pencapaian kriteria maka perawat perlu
melihat kembali pada setiap langkah atau proses keperawatan pada setiap evaluasi. Strategi
dapat dilihat dari masalah yang sudah diatasi.
F. Discharge planning
Kegagalan fungsi ginjal pada Gagal Ginjal Kronis (GGK) mengakibatkan
ketidakmampuan tubuh membuang sisa metabolisme. Pasien GGK diharuskan melakukan
hemodialisis dan pengaturan asupan nutrisi untuk mempertahankan kondisi kesehatannya.
Kurangnya pemahaman dan kepatuhan pasien dalam melakukan program terapi dapat
menyebabkan kondisi kegawatdaruratan. Oleh karena itu discharge planning menjadi sangat
penting bagi pasien GGK. Dalam hal ini harus memperhatikan Perubahan gaya hidup yang
dialami pasien gagal ginjal kronis yakni melakukan diet, pengaturan cairan, pengobatan, dan
pembatasan aktivitas. Dalam manajemen discharge planning pada pasien GGK diketahui
bahwa peran perawat yang sangat penting adalah peran sebagai educator, peran sebagai
pelaksana discharge planning dan peran managerial oleh kepala ruang. Beban kerja dan
kurangnya motivasi perawat menjadi hambatan internal kurang maksimalnya pelaksanaan
discharge planning, sedangkan hambatan eksternal berasal dari pasien yang cenderung sulit
untuk menerima informasi.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Gagal ginjal kronik merupakan suatu penyakit yang berjalan progresif dan lambat
(berlangsung dalam beberapa tahun), dimulai dengan: penurunan cadangan ginjal, insufisiensi
ginjal, gagal ginjal, penyakit ginjal tingkat akhir yang disertai dengan komplikasi-komplikasi
target organ, dan akhirnya menyebabkan kematian. Untuk memperlambat gagal ginjal kronik
menjadi gagal ginjal terminal, perlu dilakukan diagnosa dini, yaitu dengan melihat gambaran
klinis, laboratorium sederhana, dan segera memperbaiki keadaan komplikasi yang terjadi. Jika
sudah terjadi gagal ginjal terminal, pengobatan yang sebaiknya dilakukan adalah: dialisis dan
transplantasi ginjal. Pengobatan ini dilakukan untuk mencegah atau memperlambat tejadinya
kematian.
B. Saran
Dengan mengetahui permasalahan penyebab penyakit gagal ginjal kronik, diharapkan
masyarakat lebih berhati-hati dan menghindari penyebab penyakit ini serta benar-benar menjaga
kesehatan melalui makanan maupun berolaharaga yang benar. Para tenaga ahli juga sebaiknya
memberikan penyuluhan secara jelas mengenai bahayanya penyakit ini serta tindakan
pengobatan yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.slideshare.net/septianbarakati/makalah-gagal-ginjal-kronik-41914045
https://www.academia.edu/11541790/Asuhan_Keperawatan_Pada_Pasien_Gagal_Ginjal

Anda mungkin juga menyukai