Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PATOFISIOLOGI
TENTANG
“GANNGGUAN SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELITUS”

DOSEN PENGAMPU :
DWI YOGO P, S.Kep., Ns., M.H

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
GABRIELA PONDAAG IMMANUEL BERHIMPONG JAVIER RUNTUWENE
19180020 19180026 19180032
GLEDYS TAMPENAWAS INJILIA ROGAHANG JENNIVER MISA
19180021 19180027 19180033
GLORIA SAERANG INKA WARANGKIRAN JESICA TONDOLILIS
19180022 19180028 19180034
GLORIA THOMAS IREN DALAMBIDE JONATHAN PANGERAPAN
19180023 19180029 19180035
GREVNY ULAG ISTI TINDUKU KRISTIANI TIMBULENG
19180024 19180030 19180036
HERMAN IVY TANGKABIRINGAN LYANO SINGAL
19180025 19180031 19180037

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK.III MANADO


MARET
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
rahmat,serta penyertaan-Nya,sehingga makalah “DIABETES MILLETUS” ini dapat kami
selesaikan.
     Dalam penulisan makalah ini kami berusaha menyajikan bahan dan bahasa  yang
sederhana,singkat serta mudah dicerna isinya oleh para pembaca.kami menyadari bahwa
makalah ini jauh dari sempurna serta masih terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam
penulisan makalah ini.Maka kami berharap adanya masukan dari berbagai pihak untuk
perbaikan dimasa yang akan mendatang.
     Akhir kata,semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dipergunakan
dengan layak sebagaimana mestinya.

Manado, Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI...................................................................................................................................i
BAB I
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
A. Latar Belakang ..........................................................................................................................1
B. Tujuan Makalah ........................................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN ............................................................................................................................3
A. Definisi .......................................................................................................................................3
B. Etiologi .....................................................................................................................................3
C. Faktor Resiko .............................................................................................................................3
D. Klasifikasi ..................................................................................................................................4
E. Manifestasi Klinis ......................................................................................................................5
F. Patofisiologi ...............................................................................................................................6
G. Pemeriksaan Penunjang .............................................................................................................7
H. Penatalaksanaan ........................................................................................................................7
I. Diagnosa Keperawatan .............................................................................................................7
J. Komplikasi ................................................................................................................................7

BAB III
PENUTUP
A Kesimpulan ..............................................................................................................................11

B. Saran ........................................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak
pada produktivitas dan dapat menurunkan Sumber Daya Manusia.
Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi sistem kesehatan suatu
negara. Walaupun belum ada survei nasional, sejalan dengan perubahan gaya hidup termasuk
pola makan masyarakat Indonesia diperkirakan penderita
DM ini semakin meningkat, terutama pada kelompok umur dewasa keatas pada
seluruh status sosial ekonomi. Saat ini upaya penanggulangan penyakit DM belum
menempati skala prioritas utama dalam pelayanan kesehatan, walaupun diketahui dampak
negatif yang ditimbulkannya cukup besar antara lain komplikasi kronik pada penyakit
jantung kronis, hipertensi, otak, system saraf, hati, mata dan ginjal.
Diabetes mellitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai oleh ketiadaan
absolute insulinatau insensivitas terhadap insulin. Diabetes mellitus disebabkan oleh
oenurunan kecepatan insulin oleh sel-sel beta pula Langerhans. Biasanya dibagi dalam dua
jenis berbeda: diabetes javanilis, yang biasanya tetapi tak selalu, dimulai mendadak pada
awal kehidupan dandiabetes dengan awitan maturitas yang dimulai di usia lanjut dan
terutama pada orangkegemukan.Penderita penyakit diabetes mellitus dapat meninggal karena
penyakit yang dideritanya ataukarena komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit ini,
misalnya penyakit ginjal, gangguan jantung dan gangguan saraf. Penyebab diabetes mellitus
dapat disebabkan oleh berbagai hal,dan juga terdapat berbagai macam tipe diabetes mellitus.
Ada beberapa gejala yangditiimbulkan bagi penderita diabetes mellitus, serta cara
mengobatinya. Kesemuanya akan dibahas di dalam makalah ini.

B. TUJUAN
Adapun tujuan pembuatan makalah, yaitu untuk mengetahui lebih spesifik mengenai
penyakit diabetes mellitus.
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau mengalihkan”
(siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu. Penyakit
diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urine yang banyak
dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai
dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel terhadap
insulin (Corwin, 2009).
Diabetes mellitus adalalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan
klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat, jika
telah berkembang penuh secara klinis maka diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia
puasa dan postprandial, aterosklerosis dan penyakit vaskular mikroangiopati (Sylvia &
Lorrain, 2006).
Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat
kadar glukosa darah yang tinggi yang disebabkan jumlah hormone insulin kurang atau jumlah
insulin cukup bahkan kadang-kadang lebih, tetapi kurang efektif (Sarwono, 2006).
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi
kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis
dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer dkk, 2007)
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2005, diabetus merupakan
suatu kelompok panyakit metabolik dengan karakterristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan defisiensi dari insulin dan kehilangan
toleransi terhadap glukosa ( Rab, 2008)
DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan kadar
glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau akibat kerja
insulin yang tidak adekuat (Brunner & Suddart, 2002).

B. ETIOLOGI

Faktor-faktor penyebab diabetes melitus antara lain genetika, faktor keturunan


memegang peranan penting pada kejadian penyakit ini. Apabila orang tua menderita penyakit
diabetes mellitus maka kemungkinan anak-anaknya menderita diabetes mellitus lebih besar.
Virus hepatitis B yang menyerang hati dan merusak pankreas sehingga sel beta yang
memproduksi insulin menjadi rusak. Selain itu peradangan pada sel beta dapat menyebabkan
sel tidak dapat memproduksi insulin.
Faktor lain yang menjadi penyebab diabetes melitus yaitu gaya hidup, orang yang
kurang gerak badan, diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat, kegememukan dan kesalahan
pola makan. Kelainan hormonal, hormon insulin yang kurang jumlahnya atau tidak
diproduksi.
C. FAKTOR RESIKO

 Riwayat Keluarga
 Obesitas
 Usia
 Kurangnya Aktivitas Fisik
 Suka Merokok
 Suka Mengkonsumsi Makanan Berkolesterol Tinggi
 Penderita Hipertensi Atau Tekenan Darah Tinggi
 Masa Kehamilan
 Ras Tertentu
 Tekanan Stres Dalam Jangka Waktu Yang Lama
 Sering Mengkonsumsi Obat-Obatan Kimia

D. KLASIFIKASI

American Diabetes Assosiation (2005) dalam Aru Sudoyo (2006) mengklasifikasikan


diabetes mellitus menjadi :
1) Diabetes mellitus tipe 1
Dibagi dalam 2 subtipe yaitu autoimun, akibat disfungsi autoimun dengan
kerusakan sel-sel beta dan idiopatik tanpa bukti autoimun dan tidak diketahui sumbernya.
2) Diabetes mellitus tipe 2
Bervariasi mulai yang predominan resisten insulin disertai defisinsi insulin
relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resisten insulin.
3) Diabetes mellitus Gestasional
Faktor resiko terjadinya diabetes mellitus gestasional yaitu usia tua,etnik,
obesitas, multiparitas, riwayat keluarga, dan riwayat gestasional terdahulu.Karena terjadi
peningkatan sekresi beberapa hormone yang mempunyai efek metabolic terhadap toleransi
glukosa, maka kehamilan adalah suatu keadaan diabetogenik.

4) Diabetes mellitus tipe lain :


a) Defek genetik fungsi sel beta
b) Defek genetik kerja insulin : resisten insulin tipe A,leprechaunism, sindrom rabson
mandenhall, diabetes loproatrofik, dan lainnya.
c) Penyakit eksokrin pankreas : pankreastitis, trauma / pankreatektomi, neoplasma, fibrosis
kistik, hemokromatosis, pankreatopati fibro kalkulus, dan lainnya.

d) Endokrinopati : akromegali, sindron cushing, feokromositoma, hipertiroidisme


somatostatinoma, aldosteronoma, dan lainnya.

e) Karena obat atau zat kimia : vacor, pentamidin, asam nikotinat, glukokortikoid, hormon
tiroid, diazoxic,agonis β adrenergic, tiazid, dilantin, interferon alfa, dan lainnya.

f) Infeksi : rubella konginetal, dan lainnya.

g) Immunologi (jarang) : sindrom “stiff-man” , antibody antireseptor insulin, dan lainnya.


h) Sindroma genetik lain : sindrom down, sindrom klinefilter, sindrom turner, sindrom
wolfram’s, ataksia friedriech’s, chorea Huntington, sindrom Laurence/moon/biedl, distrofi
miotonik,porfiria, sindrom pradelwilli, dan lainnya (ADA, 2005)
E. MANIFESTASI KLINIS

Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah yang
tinggi.Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dL, maka glukosa akan sampai ke air
kemih.
Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk
mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih
dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak
(poliuri).
Akibat poliuri maka penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga banyak
minum (polidipsi). Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, penderita mengalami
penurunan berat badan. Untuk mengkompensasikan hal ini penderita seringkali merasakan
lapar yang luar biasa sehingga banyak makan (polifagi).
Dengan memahami proses terjadinya kelainan pada diabetes melitus tersebut diatas,
mudah sekali dimengerti bahwa pada penderita diabetes melitus akan terjadi keluhan khas
yaitu lemas, banyak makan, (polifagia) , tetapi berat badan menurun, sering buang air kecil
(poliuria), haus dan banyak minum (polidipsia).
Penyandang diabetes melitus keluhannya sangat bervariasi, dari tanpa keluhan sama
sekali, sampai keluhan khas diabetes melitusseperti tersebut diatas. Penyandang diabetes
melitus sering pula datang dengan keluhan akibat komplikasi seperti kebas, kesemutan akibat
komplikasi saraf, gatal dan keputihan akibat rentan infeksi jamur pada kulit dan daerah
khusus, serta adapula yang datang akibat luka yang lama sembuh tidak sembuh (Sarwono,
2006).
Penderita Diabetes militus umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini
meskipun tidak semua dialami oleh penderita :

1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)


2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.

F. PATOFISIOLOGI

Menurut Brunner & Sudddart (2002) patofisiologi terjadinya penyakit diabetes mellitus
tergantung kepada tipe diabetes yaitu :
1) Diabetes Tipe I
Terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel pankreas telah
dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat
disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia
postprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal
tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya glukosa
tersebut diekskresikan dalam urin (glukosuria). Ekskresi ini akan disertai oleh pengeluaran
cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Pasien
mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsi).
2) Diabetes Tipe II
Resistensi insulin menyebabkan kemampuan insulin menurunkan kadar gula darah
menjadi tumpul. Akibatnya pankreas harus mensekresi insulin lebih banyak untuk
mengatasi kadar gula darah. Pada tahap awal ini, kemungkinan individu tersebut akan
mengalami gangguan toleransi glukosa, tetapi belum memenuhi kriteria sebagai
penyandang diabetes mellitus. Kondisi resistensi insulin akan berlanjut dan semakin
bertambah berat, sementara pankreas tidak mampu lagi terus menerus meningkatkan
kemampuan sekresi insulin yang cukup untuk mengontrol gula darah. Peningkatan
produksi glukosa hati, penurunan pemakaian glukosa oleh otot dan lemak berperan atas
terjadinya hiperglikemia kronik saat puasa dan setelah makan. Akhirnya sekresi insulin
oleh beta sel pankreas akan menurun dan kenaikan kadar gula darah semakin bertambah
berat.
3) Diabetes Gestasional
Terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum kehamilannya. Hiperglikemia
terjadi selama kehamilan akibat sekresi hormone-hormon plasenta. Sesudah melahirkan
bayi, kadar glukosa darah pada wanita yang menderita diabetes gestasional akan kembali
normal. (Brunner & Suddarth, 2002).

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi DM.
Yaitu kelompok usia dewasa tua (>40 tahun), obesitas, tekanan darah tinggi, riwayat keluarga
DM, riwayat kehamilan dengan berat badan lahir bayi >4.000 g, riwaya DM pada kehamilan,
dan dislipidemia. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah
sewaktu, kadar gula darah puasa (Tabel 53.1), kemudian dapat diikuti dengan Tes Toleransi
Glukosa Oral (TTGO) standar. Untuk kelompok resiko tinggi yang hasil penyaringannya
negatif, perlu pemeriksaan penyaring ulang tiap tahun. Bagi pasien berusia 45 tahun tanpa
faktor resiko, pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun.
Tabel 53.1 kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai
patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)

Bukan DM Belum pasti DM DM


Kadar glukosa darah sewaktu
Plasma vena <110 110-199 >200
Darah kapiler <90 90-199 >200
Kadar glukosa darah puasa
Plasma vena <110 110-125 >126
Darah kapiler <90 90-109 >110

Cara pemeriksaan TTGO, adalah :


1. Tiga hari sebelum pemeriksaan pasien makan seperti biasa.
2. Kegiatan jasmani sementara cukup, tidak terlalu banyak.
3. Pasien puasa semalam selama 10-12 jam.
4. Periksa glukosa darah puasa.
5. Berikan glukosa 75 g yang dilarutkan dalam air 250 ml, lalu minum dalam waktu 5 menit.
6. Periksa glukosa darah 1 jam sesudah beban glukosa.
7. Selama pemeriksaan, pasien diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.7

Pemeriksaan hemoglobin glikosilasi


Hemoglobin glikosilasi merupakan pemeriksaan darah yang mencerminkan kadar glukosa
darah rata-rata selama periode waktu 2 hingga 3 bulan. Ketika terjadi kenaikan kadar glukosa
darah, molekul glukosa akan menempel pada hemoglobin dalam sel darah merah.

Ada berbagai tes yang mengukur hal yang sama tetapi memiliki nama yang berbeda,
termasuk hemoglobin A1C dan hemoglobin A1. Nilai normal antara pemeriksaan yang satu
dengan yang lainnya, serta keadaan laboratorium yang satu dan lainnya, memilikmi sedikit
perbedaan dan biasanya berkisar dari 4% hingga 8%.

Pemeriksaan urin untuk glukosa


Pada saat ini, pemeriksaan glukosa urin hanya terbatas pada pasien yang tidak bersedia atau
tidak mampu untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah. Prosedur yang umum dilakukan
meliputi aplikasi urin pada strip atau tablet pereaksi dan mencocokkan warna pada strip
dengan peta warna.

Pemeriksaan urin untuk keton


Senyawa-senyawa keton (atau badan keton) dalam urin merupakan sinyal yang
memberitahukan bahwa pengendalian kadar glukosa darah pada diabetes tipe I sedang
mengalami kemunduran. Apabila insulin dengan jumlah yang efektif mulai berkurang, tubuh
akan mulai memecah simpana lemaknya untuk menghasilkan energi. Badan keton merupakan
produk-sampingan proses pemecahan lemak ini, dan senyawa-senyawa keton tersebut
bertumpuk dalam darah serta urin.

H. PENATALAKSANAAN

1. Edukasi
Edukasi pada penyandang diabetes meliputi pemahamantentang perjalanan penyakit DM,
perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara berkelanjutan, penyulit/komplikasi
DM dan risikonya, dan cara penggunaan obat diabetes/insulin. Selain itu, untuk mencapai
pengelolaan diabetes yang optimal pada penyandang DM dibutuhkan perubahan perilaku
agar dapat menjalani pola hidup sehat meliputi:EDUKASIPERENCANAAN
MAKLATIHAN
a. Mengikuti pola makan sehat
b. Merningkatkan kegiatan jasmani
c. Menggunakan obat diabetes dan obat–obatan pada keadaan khusus secara aman dan
teratur
d. Melakukan pemantauan gula darah mandiri
e. Melakukan perawatan kaki secara berkala
f. Memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan sakit akut seperti
hipoglikemia

2. Diet atau perencanaan makan


Perencanaan makan menggambarkan apa yang dimakan, berapa banyak, dan kapan
makan. Dietisien atau ahli diet dapat membantu membuat perencanaan makan yang cocok.
Makanan sehari- hari hendaknya cukup karbohidrat, serat, protein,rendah lemak jenuh,
kolesterol, sedangkan natrium dan gula secukupnya. Karbohidrat adalah sumber zat tenaga
dan zat gizi utama yang menyebabkan kadar gula darah naik.Namun penyandang diabetes
tidak usah takut mengkonsumsi karbohidrat. Kebutuhan karbohidrat pada penyandang
diabetes antara 45-65% kebutuhan kalori dengan asupan karbohidrat tersebar dalam sehari,
hindari makan karbohidrat dalam jumlah besar dalam satu kali makan. Sumber karbohidrat
yang dianjurkan adalah karbohidrat kompleks seperti nasi, roti, mie, dan kentang. Batasi
karbohidrat sederhana seperti gula, kue, tarcis, dodol, sirup, dan madu. Serat merupakan
bagian dari karbohidrat yang tidak dapat diserap tubuh, rendah lemak serta berpengaruh
baik untuk kadar gula darah. Pada umumnya gula darah setelah makan akan naik lebih
lambat bila makan makanan yang mengandung banyak serat. Makanan berikut yang
mengandung banyak serat makanan adalah havermout, kacangkacangan,sayur-sayuran,
dan buah-buahan seperti apel, jeruk, pir, sirsak, jambu biji dan lain-lain. Protein digunakan
untuk pertumbuhan & mengganti jaringan tubuh yang rusak. Sumber protein terdiri dari
protein hewani & protein nabati. Sumber protein hewani utama adalah ikan atau ayam
tanpa kulit oleh karena rendah kandungan lemaknya. Sumber protein lemak sedang seperti
daging atau telur sebagai pengganti protein rendah lemak dapat dikonsumsi kira-kira 3x
seminggu. Sedangkan sumber protein tinggi lemak seperti otak, merah telur, dan jerohan
perlu dibatasi. Sumber protein nabati adalah kacang-kacangan seperti kacanghijau, kacang
merah, kacang tanah, kacang kedele, tahu, & tempe. Kebanyakan makanan nabati rendah
kandungan lemaknya dan mengandung lemak tidak jenuh tinggi sehingga dapat membantu
menurunkan kolesterol darah. Sayuran merupakan bahan makanan yang sehat, tinggi
kandungan vitamin, mineral, dan serat. Sayuran boleh dimakan bebas tanpa dibatasi dan
dianjurkan mengkonsumsi aneka ragam sayuran. Buah-buahan juga merupakan makanan
yang sehat, selain berkalori juga merupakan sumber vitamin,mineral, dan serat.
Dianjurkan makan buah 2 sampai 3 buah sehari. Susu merupakan sumber protein, dan
mengandung lemak, karbohidrat, dan vitamin serta kalsium Penyandang diabetes
dianjurkan minum susu yang tanpa atau rendah lemak. Bagi yang menyukai susu dapat
menggantikan 1 lauk hewani dengan 1 penuh takar susu.

3. Latihan jasmani
Kegiatan jasmani sehari–hari dan latihan secara teratur 3-4 kali seminggu selama kurang
lebih 30 menit. Tujuan latihan jasmani untuk menjaga kebugaran,menurunkan berat badan,
dan memperbaiki sensitivitas insulin sehingga akan memperbaiki kendali gula darah.
Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan
kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang
gerak.

4. Intervensi obat oral farmakologis


Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan jasmani.
Terapi farmakologis terdiri dari obat oral & bentuk suntikan insulin. Saat ini terdapat 5
macam obat tablet yang beredar di pasaran untuk menurunkan kadar gula darah. Beberapa
obat yg sering digunakan adalah:
a. Golongan insulin sekretagok
Obat ini bekerja dengan cara merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin. Obat
ini merupakan pilihan utama pada penyandang diabetes dengan berat badan kurang atau
normal. Obat golongan ini terdapat 2 jenis yaitu: golongan sulfonilurea dan glinid.
b. Golongan Biguanid
Obat yang termasuk golongan biguanid hanyalah metformin. Obat ini terutama dipakai
pada penyandang diabetes gemuk. Penggunaan obat ini dikontraindikasikan pada
gangguan fungsi ginjal & hati. Metformin sebaiknya diberikan pada saat atau sesudah
makan karena dapat menyebabkan mual & iritasi pada lambung.
c. Golongan Glitazone
Cara kerja obat ini adalah dengan membantu tubuh menggunakan insulin yang tersedia
sehingga lebih efektif. Penggunaan obat ini dikontraindikasikan pada mereka dengan
gagal jantung, penyakit hati akut, diabetes tipe 1, dan kehamilan.
d. Golongan Penghambat Alpha Glukosidase (Acarbose)
Obat ini bekerja dengan cara menghambat penyerapan glukosa di usus sehingga
mempunyai efek menurunkan gula darah sesudah makan. Obat ini hanya
mempengaruhi konsentrasi gula darah setelah makan. Efek samping yang sering terjadi
pada penggunaan obat ini adalah perut kembung, sering buang angin, dan mencret.
e. Dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4) inhibitor
Pengobatan dengan golongan ini merupakan pendekatan baru pengelolaan DM. Obat
ini menghambat pelepasan glukagon, yang pada gilirannya meningkatkan sekresi
insulin, menurunkan pengosongan lambung, dan menurunkan kadar glukosa darah.
Beberapa obat golongan ini sudah masuk di Indonesia sejak tahun 2007 antara lain
vildagliptin dan sitagliptin.

5. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan seperti penurunan berat badan yang cepat, komplikasi
akut DM (hiperglikemia berat yang disertai ketosis, ketoasidosis diabetik, hiperglikemia
hiperosmolar nonketotik, hiperglikemia dengan asidosis laktat), gagal dengan pengobatan
obat diabetes oral dosis optimal, kehamilan dengan DM, stress berat (infeksi sistemik,
operasi besar, stroke, dll), gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat, dan adanya kontra
indikasi/alergi terhadap obat diabetes oral.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b.d agen injuri biologis (penurunan perfusi jaringan perifer)
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. ketidakmampuan
menggunakan glukose (tipe 1)
3. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d. kelebihan intake nutrisi (tipe 2)
4. Resiko syok
5. Resiko infeksi
6. Kerusakan intergritas kulit
7. Retensi urine b.d inkomplit pengosongan kandung kemih, sefingter kuat dan poliuri
8. Ketidakefektifan jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi darah keperifer,proses penyakit
(DM)
9. Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d gejala poliuri dan dehedrasi

J. KOMPLIKASI

1). Kerusakan saraf (Neuropathy)


Sistem saraf tubuh kita terdiri dari susunan saraf pusat, yaitu otak dan sum-
sum tulang belakang, susunan saraf perifer di otot, kulit, dan organ lain, serta susunan saraf
otonom yang mengatur otot polos di jantung dan saluran cerna. Hal ini biasanya terjadi
setelah glukosa darah terus tinggi, tidak terkontrol dengan baik, dan berlangsung sampai 10
tahun atau lebih. Apabila glukosa darah berhasil diturunkan menjadi normal, terkadang
perbaikan saraf bisa terjadi. Namun bila dalam jangka yang lama glukosa darah tidak berhasil
diturunkan menjadi normal maka akan melemahkan dan merusak dinding pembuluh darah
kapiler yang memberi makan ke saraf sehingga terjadi kerusakan saraf yang disebut neuropati
diabetik (diabetic neuropathy). Neuropati diabetik dapat mengakibatkan saraf tidak bisa
mengirim atau menghantar pesan-pesan rangsangan impuls saraf, salah kirim atau terlambat
kirim. Tergantung dari berat ringannya kerusakan saraf dan saraf mana yang terkena.

2). Kerusakan ginjal (Nephropathy)


Ginjal manusia terdiri dari dua juta nefron dan berjuta-juta pembuluh darah
kecil yang disebut kapiler. Kapiler ini berfungsi sebagai saringan darah. Bahan yang tidak
berguna bagi tubuh akan dibuang ke urin atau kencing. Ginjal bekerja 24 jam sehari untuk
membersihkan darah dari racun yang masuk ke dan yang dibentuk oleh tubuh. Bila ada
nefropati atau kerusakan ginjal, racun tidak dapat dikeluarkan, sedangkan protein yang
seharusnya dipertahankan ginjal bocor ke luar. Semakin lamaseseorang terkena diabetes dan
makin lama terkena tekanan darah tinggi, maka penderita makin mudah mengalami
kerusakan ginjal. Gangguan ginjal pada penderita diabetes juga terkait dengan neuropathy
atau kerusakan saraf.

3). Kerusakan mata (Retinopathy)


Penyakit diabetes bisa merusak mata penderitanya dan menjadi penyebab
utama kebutaan. Ada tiga penyakit utama pada mata yang disebabkan oleh diabetes, yaitu:
a. retinopati, retina mendapatkn makanan dari banyak pembuluh darah kapiler yang sangat
kecil. Glukosa darah yang tinggi bisa merusak pembuluh darah retina.
b. katarak, lensa yang biasanya jernih bening dan transparan menjadi keruh sehingga
menghambat masuknya sinar dan makin diperparah dengan adanya glukosa darah yang
tinggi.
c. glaukoma, terjadi peningkatan tekanan dalam bola matasehingg merusak saraf mata.

4). Penyakit jantung


Diabetes merusak dinding pembuluh darah yang menyebabkan penumpukan
lemak di dinding yang rusak dan menyempitkan pembuluh darah. Akibatnya suplai darah ke
otot jantung berkurang dan tekanan darah meningkat, sehingga kematian mendadak bisa
terjadi.

5). Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi jarang menimbulkan keluhan yang
dramatis seperti kerusakan mata atau kerusakan ginjal. Namun, harus diingat hipertensi dapat
memicu terjadinya serangan jantung, retinopati, kerusakan ginjal, atau stroke. Risiko
serangan jantung dan stroke menjadi dua kali lipat apabila penderita diabetes juga terkena
hipertensi.

6). Penyakit pembuluh darah perifer


Kerusakan pembuluh darah di perifer atau di tangan dan kaki, yang dinamakan
Peripheral Vascular Disease (PVD), dapat terjadi lebih dini dan prosesnya lebih cepat pada
penderita diabetes daripada orang yang tidak mendertita diabetes. Denyut pembuluh darah di
kaki terasa lemah atau tidak terasa sama sekali. Bila diabetes berlangsung selama 10 tahun
lebih, sepertiga pria dan wanita dapat mengalami kelainan ini. Dan apabila ditemukan PVD
disamping diikuti gangguan saraf atau neuropati dan infeksi atau luka yang sukar sembuh,
pasien biasanya sudah mengalami penyempitan pada pembuluh darah jantung.

7). Gangguan pada hati


Banyak orang beranggapan bahwa bila penderita diabetes tidak makan gula
bisa bisa mengalami kerusakan hati. Anggapan ini keliru, hati bisa terganggu akibat penyakit
diabetes itu sendiri. Dibandingkan orang yang tidak menderita diabetes, penderita diabetes
lebih mudah terserang infeksi virus hepatitis B atau hepatitis C. Oleh karena itu, penderita
diabetes harus menjauhi orang yang sakit hepatitis karenamudah tertular dan memerlukan
vaksinasi untuk pencegahan hepatitis. Hepatitis kronis dan sirosis hati (liver cirrhosis) juga
mudah terjadi karena infeksi tau radang hati yang lama atau berulang. Gangguan hati yang
sering ditemukan pada penderita diabetes adalah perlemakan hati atau fatty liver, biasanya
(hampir 50%) pada penderita diabetes tipe 2 dan gemuk. Kelainan ini jangan dibiarkan
karena bisa merupakan pertanda adanya penimbunan lemak di jaringan tubuh lainnya.

8). Penyakit paru-paru


Pasien diabetes lebih mudah terserang infeksi tuberkulosis paru-paru
dibandingkan orang biasa, sekalipun penderita bergizi baik dan secara sosio-ekonomi cukup.
Diabetes memperberat infeksi paru-paru, demikian pula sakit paru-paru akan menaikkan
glukosa darah.

9). Gangguan saluran makan


Gangguan saluran makan pada penderita diabetes disebabkan karena kontrol
glukosa darah yang tidak baik, serta gngguan saraf otonom yang mengenai saluran
pencernaan. Gangguan ini dimulai dari rongga mulut yang mudah terkena infeksi, gangguan
rasa pengecapan sehingga mengurangi nafsu makan, sampai pada akar gigi yang mudah
terserang infeksi, dan gigi menjadi mudah tanggal serta pertumbuhan menjadi tidak rata. Rasa
sebah, mual, bahkan muntah dan diare juga bisa terjadi. Ini adalah akibat dari gangguan saraf
otonom pada lambung dan usus. Keluhan gangguan saluran makan bisa juga timbul akibat
pemakaian obat-obatan yang diminum.

10). Infeksi
Glukosa darah yang tinggi mengganggu fungsi kekebalan tubuh dalam
menghadapi masuknya virus atau kuman sehingga penderita diabetes mudah terkena infeksi.
Tempat yang mudah mengalami infeksi adalah mulut, gusi, paru-paru, kulit, kaki, kandung
kemih dan alat kelamin. Kadar glukosa darah yang tinggi juga merusak sistem saraf sehingga
mengurangi kepekaan penderita terhadap adanya infeksi.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau


mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu.
Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urine yang
banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang
ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel
terhadap insulin (Corwin, 2009).
Klasifikasi Diabetes Miletus :
1.      Diabetes mellitus tipe 1
2.      Diabetes mellitus tipe 2
3.      Diabetes mellitus Gestasional
4.      Diabetes mellitus tipe lain
Penatalaksanaan :
1. Edukasi
2. Diet atau perencanaan makan
3. Latihan jasmani
4. Intervensi obat oral farmakologis
5. Insulin

B. SARAN

Dalam makalah gannguan system endokrin diabetes mellitus ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan , baik dari segi bahasa maupun dari seri penyusunan kalimatnya.
Dari segi isi juga masih terdapat banyak kekurangan dan kurang lengkapnya penjelasan dan
pemaparan dari segi isi tersebut. Oleh karena itu, kami dari tim pembuat makalah ini sangat
mengharapkan kepada para pembaca makalah kami ini agar dapat memberikan kritk dan
saran yang bersifat membangun untuk masa depan yang cerah bagi generasi muda saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
 
Corwin, Elizabeth. 2001.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta: EGC
Guyton. 1996. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit . Jakarta: EG
CIrianto, Kus. 2004.Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis. Bandung:

Anda mungkin juga menyukai