Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Mata merupakan salah satu panca indera yang sangat penting untuk kehidupan
manusia. Terlebih lebih dengan majunya teknologi, indra penglihatan yang baik
merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Apalagi dengan sempitnya
lapangan kerja, hanya orang-orang yang sempurna dengan segala indranya saja yang
mendapat kesempatan kerja termasuk matanya. Mata merupakan anggota badan yang
sangat peka. Trauma seperti debu sekecil apapun yang masuk kedalam mata, sudah
cukup untuk menimbulkan gangguan yang hebat, apabila keadaan ini diabaikan, dapat
menimbulkan penyakit yang sangat gawat.

Glaukoma disebut sebagai pencuri penglihatan karena sering berkembang


tanpa gejala yang nyata. Penderita glaukoma sering tidak menyadari adanya gangguan
penglihatan sampai terjadi kerusakan penglihatan yang sudah lanjut. Diperkirakan
50% penderita glaukoma tidak menyadari mereka menderita penyakit tersebut.
Karena kerusakan yang disebabkan oleh glaukoma tidak dapat diperbaiki, maka
deteksi, diagnosa dan penanganan harus dilakukan sedini mungkin.

Glaukoma adalah suatu penyakit yang mempunyai kateristik umum


neuropatik,yang berhubungan dengan hilangnya fungsi pengelihatan ( Herman,2010 )

1
B. Tujuan penulisan

1. Tujuan umum:
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Keperawatan
Medikal Bedah III tentang glaukoma dan tindakan asuhan keperawatan pada
pasien dengan penyakit glukoma.

2. Tujuan khusus:

a. Untuk mengetahui definisi dari glaukoma.

b. Untuk mengetahui klasifikasi glaukoma.

c. Untuk mengetahui etiologi glaukoma.

d. Untuk mengetahui patofisiologi glaukoma.

e. Untuk mengetahui manifestasi klinis glaukoma.

f. Untuk mengetahui pemeriksaan medis glaukoma.

g. Untuk mengetahui penatalaksanaan glaukoma.

h. Untuk mengetahui asuhan keperawatan glaukoma.

3. Manfaat

a. Sebagai salah satu tugas mata kuliah keperawatan medikal bedah III

b. Sebagai sumber informasi dan bahan yang diharapkan bermanfaat untuk


pembelajaran.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian glaukoma

Glaukoma adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya peningkatan


TIO(Tekanan Intra Okuler), penggaungan, dan degenerasi saraf optik serta defek
lapang pandang yang khas. (Anas Tamsuri, 2010 : 72)

Glaukoma adalah gangguan penglihatan yang disebabkan oleh


meningkatnyatekanan bola mata. Meningkatnya tekanan di dalam bola mata ini
disebabkan olehketidak-seimbangan antara produksi cairan dan pembuangan cairan
dalam jaringan sarafhalus yang ada di retina dan di belakang bola mata. (Sidarta Ilyas,
2010)

Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang
tidaklangsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata
semakin lamaakan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal
ini disebabkankarena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga
bola mata akanmembesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di
belakang bola matayang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga
saraf mata akan mati.

Glaukoma adaah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya peningkatan


tekanan intraokuler, penggaungan, dan degenerasi saraf oftik serta defak lapang
pandang yang khas. (Tamsuri A; 2010)

3
B. Klasifikasi glaukoma

1. Glaukoma primer

Glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya. Pada galukoma akut yaitu


timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik depan yang sempit
pada kedua mata. Pada glukoma kronik yaitu karena keturunan dalam keluarga, DM
Arteri osklerosis, pemakaian kartikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan
progresif dan lain-lain dan berdasarkan anatomis dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Glaukoma sudut terbuka

Glaukoma sudut terbuka merupakan sebagian besar dari glaukoma (90-


95%), yang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan
berkembang disebut sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai
pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan
degeneratif jaringan trabekular, saluran schleem, dan saluran yg
berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya
tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut ruang
anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri
mata yang timbul.

b. Glaukoma sudut tertutup

Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit), disebut sudut tertutup karena


ruang anterior secara otomatis menyempit sehingga iris terdorong ke
depan, menempel ke jaringan trabekuler dan menghambat humor aqueos
mengalir ke saluran schlemm. Pargerakan iris ke depan dapat karena
peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan diruang posterior atau
lensa yang mengeras karena usia tua. Gejalah yang timbul dari penutupan
yang tiba-tiba dan meningkatnya TIO, dapat nyeri mata yang berat,
penglihatan kabur. Penempelan iris memyebabkan dilatasi pupil, tidak
segera ditangni akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.

4
2. Glaukoma sekunder

Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang terjadi akibat penyakit mata lain
yang menyebabkan penyempitan sudut atau peningkatan volume cairan di dalam
mata. Kondisi ini secara tidak langsung mengganggu aktivitas struktur yang
terlibat dalam sirkulasi dan atau reabsorbsi akueos humor. Gangguan ini terjadi
akibat:

 Perubahan lensa, dislokasi lensa , terlepasnya kapsul lensa pada katarak


 Perubahan uvea, uveitis, neovaskularisasi iris, melanoma dari jaringan uvea
 Trauma, robeknya kornea/limbus diserai prolaps iris

3. Glaukoma kongenital

Glaukoma Kongenital ditemukan pada saat kelahiran atau segera setelah


kelahiran, biasanya disebabkan oleh sistem saluran pembuangan cairan di dalam
mata tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya tekanan bola mata meningkat terus
dan menyebabkan pembesaran mata bayi, bagian depan mata berair, berkabut dan
peka terhadap cahaya. Glaukoma Kongenital merupakan perkembangan abnormal
dari sudut filtrasi dapat terjadi sekunder terhadap kelainan mata sistemik jarang
(0,05%) manifestasi klinik biasanya adanya pembesaran mata, lakrimasi, fotofobia
blepharospme.

C. Etiologi

Glaukoma biasanya terjadi ketika tekanan bola mata meningkat. Hal ini dapat
terjadi ketika peredaran cairan mata tidak selancar biasanya. Tekanan di dalam mata
ketika sistem drainase cairan mata gagal berfungsi dengan baik. Glaukoma dapat
berkembang secara lambat (Glaukoma kronis) dan secara tiba-tiba (Glaukoma akut).

Penyebab adanya peningkatan tekanan intraokuli adalah perubahan anatomi


sebagai bentuk gangguan mata atau sistemik lainnya, trauma mata, dan predisposisi
faktor genetik. Glaukoma sering muncul sebagai manifestasi penyakit atau proses
patologik dari sistem tubuh lainnya. Adapun faktor resiko timbulnya glaukoma antara
lain riwayat glaukoma pada keluarga, diabetes melitus dan pada orang kulit hitam.

5
D. Patofisiologi

Tingginya tekanan intraokular bergantung pada besarnya produksi humor


aqueus oleh badan siliari dan mengalirkannya keluar. Besarnya aliran keluar humor
aquelus melalui sudut bilik mata depan juga bergantung pada keadaan kanal Schlemm
dan keadaan tekanan episklera. Tekanan intraokular dianggap normal bila kurang dari
20 mmHg pada pemeriksaan dengan tonometer Schiotz (aplasti). Jika terjadi
peningkatan tekanan intraokuli lebih dari 23 mmHg, diperlukan evaluasi lebih lanjut.
Secara fisiologis, tekanan intraokuli yang tinggi akan menyebabkan terhambatannya
aliran darah menuju serabut saraf optik dan ke retina. Iskemia ini akan menimbulkan
kerusakan fungsi secara bertahap. Apabila terjadi peningkatan tekanan intraokular,
akan timbul penggaungan dan degenerasi saraf optikus yang dapat disebabkan oleh
beberapa faktor :

a. Gangguan perdarahan pada papil yang menyebabkan deganerasi berkas serabut


saraf pada papil saraf optik.

b. Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik yang
merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata. Bagian tepi
papil saraf otak relatif lebih kuat dari pada bagian tengah sehingga terjadi
penggaungan pada papil saraf optik.

c. Sampai saat ini, patofisiologi sesungguhnya dari kelainan ini masih belum jelas.

d. Kelainan lapang pandang pada glaukoma disebabkan oleh kerusakan serabut saraf
optik. (Tamsuri M, 2010 : 72-73).

6
E. Pathway

Usia ≥ 40 tahun, DM, kortikosteroid jangka


panjang, miopia, trauma mata.

Obtruksi jaringan Peningkatan tekanan


trabekuler vitreus

Hambatan pengaliran Pergerakan iris ke


cairan humor aqueous depan

TIO meningkat Glaukoma TIO meningkat

Nyeri

Gangguan saraf optik Tindakan operasi

Perubahan Anxietas Kurang pengetahuan


pengelihatan perifer

Gangguan persepsi
sensori: pengelihatan

Kebutaan

7
F. Manifestasi klinis

1. Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga).


2. Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu.
3. Mual, muntah, berkeringat.
4. Mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar.
5. Edema kornea.
6. Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma sudut terbuka).
7. Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya.
8. TIO meningkat.(Tamsuri A, 2010 : 74-75)

G. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan tajam pengelihatan.

a. Tonometri

Tonometri diperlukan untuk mengukur tekanan bola mata. Dikenal


empat cara tonometri, untuk mengetahui tekanan intra ocular yaitu :

— Palpasi atau digital dengan jari telunjuk


— Indentasi dengan tonometer schiotz
— Aplanasi dengan tonometer aplanasi goldmann
— Nonkontak pneumotonometri

Tonomerti Palpasi atau Digital

Cara ini adalah yang paling mudah, tetapi juga yang paling tidak
cermat, sebab cara mengukurnya dengan perasaan jari telunjuk. Dpat
digunakan dalam keadaan terpaksa dan tidak ada alat lain. Caranya adalah
dengan dua jari telunjuk diletakan diatas bola mata sambil pendertia disuruh
melihat kebawah. Mata tidak boleh ditutup, sebab menutup mata
mengakibatkan tarsus kelopak mata yang keras pindah ke depan bola mata,
hingga apa yang kita palpasi adalah tarsus dan ini selalu memberi kesan
perasaan keras. Dilakukan dengan palpasi : dimana satu jari menahan, jari
lainnya menekan secara bergantian. Tinggi rendahnya tekanan dicatat sebagai
berikut :

8
 N : normal
 N+1 : agak tinggi
 N+2 : untuk tekanan yang lebih tinggi
 N–1 : lebih rendah dari normal
 N–2 : lebih rendah lagi, dan seterusnya

b. Gonioskopi

Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan
dengan menggunakan lensa kontak khusus. Dalam hal glaukoma gonioskopi
diperlukan untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan.

c. Oftalmoskopi

Pemeriksaan fundus mata, khususnya untuk mempertahankan keadaan


papil saraf optik, sangat penting dalam pengelolaan glaukoma yang kronik.
Papil saraf optik yang dinilai adalah warna papil saraf optik dan lebarnya
ekskavasi. Apakah suatu pengobatan berhasil atau tidak dapat dilihat dari
ekskavasi yang luasnya tetap atau terus melebar.

2. Pemeriksaan lapang pandang

a. Pemeriksaan lapang pandang perifer :lebih berarti kalau glaukoma sudah lebih
lanjut, karena dalam tahap lanjut kerusakan lapang pandang akan ditemukan
di daerah tepi, yang kemudian meluas ke tengah.

b. Pemeriksaan lapang pandang sentral: mempergunakan tabir Bjerrum, yang


meliputi daerah luas 30 derajat. Kerusakan – kerusakan dini lapang pandang
ditemukan para sentral yang dinamakan skotoma Bjerrum.(Sidarta Ilyas,
2002: 242-248).

H. Penatalaksanaan

Pengobatan dilakukan dengan prinsip untuk menurunkan TIO, membuka sudut


yang tertutup (pada glaukoma sudut tertutup), melakukan tindakan suportif
(mengurangi nyeri, mual, muntah, serta mengurangi radang), mencegah adanya sudut
tertutup ulang serta mencegah gangguan pada mata yang baik (sebelahnya).

9
Upaya menurunkan TIO dilakukan dengan memberikan cairan hiperosmotik
seperti gliserin per oral atau dengan menggunakan manitol 20% intravena. Humor
aqueus ditekan dengan memberikan karbonik anhidrase seperti acetazolamide
(Acetazolam, Diamox). Dorzolamide (TruShop), methazolamide (Nepthazane).
Penurunan humor aqueus dapat juga dilakukan dengan memberikan agens penyekat
beta adrenergik seperti latanoprost (Xalatan), timolol (Timopic), atau levobunolol
(Begatan).

Untuk melancarakan aliran humor aqueus, dilakukan konstriksi pupil dengan


miotikum seperti pilocarpine hydrochloride 2-4% setiap 3-6 jam. Miotikum ini
menyebabkan pandangan kabur setelah 1-2 jam penggunaan. Pemberian miotikum
dilakukan apabila telah terdapat tanda-tanda penurunan TIO.

Penanganan nyeri, mual, muntah, dan peradangan dilakukan dengan


memberikan analgesik seperti pethidine (Demerol), anti muntah atau kostikosteroid
untuk reaksi radang.

Jika tindakan di atas tidak berhasil, lakukan operasi untuk membuka saluran
schlemm sehingga cairan yang banyak diproduksi dapat keluar dengan mudah.
Tindakan pembedahan dapat dilakukan seperti trabekulektomi dan laser
trabekuloplasti. Bila tindakan ini gagal, dapat dilakukan siklokrioterapi (Pemasanag
selaput beku).

Penatalaksanaan keperawatan lebih menekankan pada pendidikan kesehatan


terhadap penderita dan keluarganya karena 90% dari penyakit glaukoma merupakan
penyakit kronis dengan hasil pengobatan yang tidak permanen. Kegagalan dalam
pengobatan untuk mengontrol glaukoma dan adanya pengabaian untuk
mempertahankan pengobatan dapat menyebabkan kehilangan pengelihatan progresif
dan mengakibatkan kebutaan.

Klien yang mengalami glaukoma harus mendapatkan gambaran tentang


penyakit ini serta penatalaksanaannya, efek pengobatan, dan tujuan akhir pengobatan
itu. Pendidikan kesehatan yang diberikan harus menekan bahwa pengobatan bukan
untuk mengembalikan fungsi pengelihatan, tetapi hanya mempertahankan fungsi
pengelihatan yang masi ada.

10
I. Asuhan keperawatan glaukoma

1. Pengkajian

1. Identitas

a. Nama
b. Alamat
c. Jenis kelamin
d. Umur, glaukoma primer terjadi pada individu berumur > 40 tahun.
e. Ras, kulit hitam mengalami kebutaan akibat glaukoma paling sedikit 5 kali
dari kulit putih (dewit, 1998).
f. Pekerjan, terutama yang beresiko besar mengalami trauma mata

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama: Pasien biasanya mengeluh berkurangnya lapang pandang


dan mata menjadi kabur.
b. Riwayat kesehatan sekarang: Pasien mengatakan matanya kabur dan
sering menabrak, gangguan saat membaca
c. Riwayat kesehatan dahulu: kaji adanya masalah mata sebelumnya atau
pada saat itu, riwayat penggunaan antihistamin (menyebabkan dilatasi
pupil yang akhirnya dapat menyebabkan Angle Closume Glaucoma),
riwayat trauma (terutama yang mengenai mata), penyakit lain yang sedang
diderita (DM, Arterioscierosis, Miopia tinggi).
d. Riwayat kesehatan keluarga: kaji apakah ada kelurga yang menglami
penyakit glaucoma sudut terbuka primer.

3. Psikososisl: kaji kemampuan aktivitas, gangguan membaca, resiko jatu,


berkendaraan.

4. Pemeriksaan fisik

— Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop untuk


mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus optikus
menjadi lebih luas dan lebih dalam. Pada glaucoma akut primer, kamera
anterior dangkal, akues humor keruh dan pembuluh darah menjalar keluar
dari iris.

11
— Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandang
cepat menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun secara
bertahap.

— Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya inflamasi


mata, sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil sedang yang gagal
bereaksi terhadap cahaya. Sedangkan dengan palpasi untuk memeriksa
mata yang mengalami peningkatan TIO, terasa lebih keras dibanding mata
yang lain.

— Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau open


angle didapat nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut atau angle
closure ≥ 30 mmHg. Uji dengan menggunakan gonioskopi akan didapat
sudut normal pada glaukoma kronik. Pada stadium lanjut, jika telah timbul
goniosinekia (perlengketan pinggir iris pada kornea/trabekula) maka sudut
dapat tertutup. Pada glaukoma akut ketika TIO meningkat, sudut COA
akan tertutup, sedang pada waktu TIO normal sudutnya sempit. (Indriana
N dan Istiqomah; 2004)

2. Diagnosa keperawatan

a. DX 1 : Nyeri b.d Agen Cidera Biologis

b. DX 2 : Gangguan persepsi sensori: pengelihatan b.d ganguan penerimaan,


gangguan status organ indra.

c. DX 3 : Mual b.d

d. DX 4 : Resiko

e. DX 5 : Ansietas b.d faktor fisiologis, perubahan status kesehatan; adanya


nyeri; kemungkinan/kenyataan kehilangan pengelihatan.

f. DX 6 : Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan


b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah
interpretasi informasi.

12
3. Intervensi keperawatan

No.Dx Tujuan Intervensi Rasionl


1. Tujuan: Setelah Mandiri
diberikan tindakan - Pertahankan tirah - Tekanan pada mata
keperawatan baring ketat pada meningkatkan jika
diharapkan nyeri posisi semi-Fowler tubuh datar dan
dapat berkurang atau dan cegah tindakan manuver valsalva
terkontrol. yang dapat diaktifkan seperti pada
meningkatkan TIO aktivitas tersebut.
Kriteria hasil:
(batuk, bersin,
 Klien dapat
mengejan)
mengidentifikasi
- Berikan lingkungan — Stres dan sinar akan
penyebab nyeri.
gelap dan tenang. meningkatkan TIO yang
 Klien dapat
dapat mencetuskan
mengetahui faktor-
nyeri.
faktor yang dapat
— Obsevasi tekanan — Mengidentifikasi
meningkatkan nyeri.
darah, nadi dan kemajuan atau
 Klien mampu
pernapasan tiap 24 penyimpanan dari hasil
melakukan tindakan
jam jika klientidak yang diharapkan.
untuk mengurangi
menerimah agens
nyeri.
osmotik secara
intravena dan tiap 2
jam jika klien
menerimah agens
osmotik intravena.
— Observai derajat nyeri — Mengidentifikasi
mata tiap 20 menit kemajuan atau
selama fase akut. penyimpangan dari hasil
yang diharapkan.
— Observasi ketajaman — Mengidentifikasi
pengelihatan setiap kemajuan atau
waktu sebelum penyimpangan dari hasil

13
penetesan obat mata yang diharapkan.
yang diresepkan.
Koaborasi
— Berikan obat mata — Agens osmotik
yang diresepkan untuk intravena akan
glaukoma dan beri tau menurunkan TIO
dokter jika terjadi dengan cepat. Agens
hipotensi, haluaran osmitik bersifat
urin <24 ml/jam, nyeri hiperosmolor dan dapat
pada mata tidak hilang menyebabkan dehidrasi;
dalam waktu 30 menit manitol dapat
setelah terapi obat, mencetuskan
tajam pengelihatan hiperglikemis pada
turun terus menerus. pasien DM, tetes mata
miotik memperlancar
drainase akuos humor
dan menurunkan
produksinya.
Pengobatan TIO adalah
esensial untuk
memperbaiki
pengelihatan.
— Berikan analgesik — Mengontrol nyeri. Nyeri
narkotik yang berat akan mencetuskan
diresepkan jika klien manuver valsalva dan
mengalami nyeri hebat meningkatkan TIO.
dan evaluasi
keefektifannya.

2. Tujuan: setelah Mandiri


diberikan tindakan — Pastikan derajat/tipe — Sementara intervensi
keperawatan kehilangan dini mencegah
diharapkan gangguan penglihatan. kebutaan, pasien

14
pengelihatan dapat menghadapi
berkurang dan kemungkinan/mengala
penggunaan mi pengalaman
pengelihatan yang kehilangan penglihatan
secara optimal. sebagian atau total.
Meskipun kehilangan
Kriteria hasil:
pengelihatan telah
 Pasien akan terjadi tak dapat
mempertahankan diperbaiki (meskipun
lapang ketajaman dengan pengobatan)
penglihatan tanpa kehilangan lanjut dapat
kehilangan lebih dicegah.
lanjut. — Dorong — Mempengaruhi harapan
mengekspresikan masa depan pasien dan
perasaan tentang pilihan intervensi.
kehilangan/
kemungkinan
kehilangan
penglihatan.
— Tunjukkan pemberian — Mengontrol TIO,
tetes mata, contoh mencegah kehilangan
menghitung tetesan, penglihatan lanjut.
menikuti jadwal, tidak
salah dosis.
— Lakukan tindakan — Menurunkan bahaya
untuk membantu keamanan sehubungan
pasien yang dengan perubahan
mengalami lapang pandang atau
keterbatasan kehilangan penglihatan
penglihatan, contoh, dan akomodasi pupil
kurangi thd sinar lingkungan.
kekacauan,atur
perabot, ingatkan

15
memutar kepala ke
subjek yang terlihat;
perbaiki sinar suram
dan masalah
penglihatan malam.

Kolaborasi
Kronis, sederhana, tipe
sudut terbuka:
— Pilokarpin — Obat miotik topikal ini
hidroklorida menyebabkan konstriksi
(Isoptocarpine, pupil, memudahkan
OcuserPilo, pilopine keluarnya aqueus
HS Gel). humor.
— Timolol maleat — Menurunkan
(Timoptic), betaksalol pembentukan aqueus
(Betopic). humor tampa
mengubah ukuran pupil,
pengelihatan, atau
akomodasi.
— Asetazolamid — Menurunkan laju
(diamox). produksi aqueus humor
Tipe sudut sempit:
— Miotik (sampai pupil — Membuat kontraksi otot
dikonstriksikan). sfingter iris,
mendalamkan bilik
anterior, dan
mendilatasi pembulu
keluar traktus selama
serangan akut/sebelum
pembedahan.
— Inhibitor karbonik — Menurunkan sekresi
anhidrase, contoh aqueus humor dan

16
asetazolamid (diamox) menurunkan TIO.
— Dipivefrin — Mungkin
hidroklorida (propine). menguntungkan bila
pasien tidak berespon
terhadap obata lain.
Bebas efek samping
seperti miosis,
pengelihatan kabur, dan
kebutaan malam.
— Agen hiperosmotik — Digunakan untuk
contoh mannitol menurunkan sirkulasi
(osmitrol), gliserin. volume cairan, dimana
akan menurunkan
produksi aqueus humor
bila pengobatan lain
belum berhasil.
— Berikan sedasi, — Serangan akut
analgesik sesuai glaukoma berhubungan
kebutuhan. dengan nyeri tiba-tiba,
yang dapat mencetus
ansietas/agitasi.
3. Tujuan: setelah Mandiri
diberikan tindakan — Kaji tingkat ansitas, — Faktor ini
keperawatan derajat pengalaman mempengaruhi persepsi
diharapkan cemas nyeri/timbul nya pasien terhadap
dapat berkurang dan gejala tiba-tiba dan ancaman diri, potensial
hilang. pengetahuan kondisi siklus insietas, dan
saat ini dapat mempengaruhi
Kriteria hasil:
upaya medik untuk
 Pasien tampak mengontrol TIO.
rileks dan — Berikan informasi — Menurunkan ansiets
melaporkan yang akurat dan jujur. sehubungan dengan
ansitas menurun Diskusikan ketidak tahuan / harapan

17
sampai tingkat kemungkinan bahwa yang akan datang dan
dapat diatasi. pengawasan dan memberikan dasar fakta
pengobatan dapat untuk membuat pilihan
 Pasien
mencegah kehilanagan info tentang
menunjukkan
pengeligatan pengobatan.
ketrampilan
tambahan.
pemecahan
— Dorong pasien untuk — Memberi kesempatan
masalah
mengakui masalah dan pasien menerima situasi
 Pasien mengekspresikan nyata, mengklarifikasi
menggunakan perasaan salah konsepsi dan
sumber secara pemecahan masalah.
efektif. — Identifikasi — Memberikan keyakinan
sumber/orang yang bahwa pasien tidak
menolong sendiri dalam
menghadapi masalah

4. Tujuan: setelah Mandiri


diberikan tindakan — Diskusikan perlunya — Vital untuk memberikan
keperawatan menggunakan informasi pada perawat
diharapkan Klien identifikasi, contoh pada kasus darurat
mengetahui tentang gelang Waspada- untuk menurunkan
kondisi, prognosis medik. resiko menerima obat
dan pengobatannya yang dikontradikasikan
(contoh ; atropin).
Kriteria hasil:

 Pasien menyatakan — Tunjukkan tehnik — Meningkatkan


pemahaman kondisi, yang benar pemberian keefektifan pengobatan.
prognosis, dan tetes mata. Izinkan Memberikan
pengobatan. pasien mengulang kesempatan pasien
tindakan. menunjukan kompetensi
 Mengidentifikasi
dan menanyakan
hubungan antar
pertanyaan.
gejala/tanda dengan
— Kaji pentingnya — Penyakit ini dapat di

18
proses penyakit mempertahankan control dan
jadwal obat, contoh mempertahankan
 Melakukan prosedur
tetes mata. Diskusikan konsistensi program
dengan benar dan
obat yang harus obat adalah control
menjelaskan alasan
dihindari, contoh vital. Beberapa obat
tindakan.
midriatik, kelebihan menyebabkan dilatasi
pemakaian steroid pupil, peningkatan TIO
topikal. dan potensial
kehilangan penglihatan
tambahan.
— Identifikasi efek — Efek samping obat
samping/reaksi dapat mempengaruhi
merugikan dari rentang dari ketidak
pengobatan nyamanan sampai
(penurunan nafsu ancaman kesehatan
makan, mual/muntah, berat. Kurang lebih 50%
kelemahan, jantung pasien akan mengalami
tak teratur, dll). sesitifitas/alergi
terhadap obat
parasimpatis (contoh
pilokarpin) atau obat
antikolinesterase.
Masalah ini
memerlukan evaluasi
medik dan
kemungkinan
perubahan program
terapi.
— Dorong pasien — Pola hidup tenang
membuat perubahan menurunkan respon
yang perlu untuk pola emosi terhadap stres,
hidup. mencegah perubahan
okuler yang mendorong

19
iris kedepan, yang dapat
mencetuskan serangan
akut.
— Dorong menghindari — Dapat meningkatkan
aktivitas,seperti TIO yang mencetuskan
mengangkat serangan akut. Catatan:
berat/mendorong, bila pasien tidak
menggunakan baju mengalami nyeri.
ketat dan sempit.
— Diskusikan — Mempertahankan
pertimbangan diet, konsistensi feses untuk
cairan adekuat dan menghindari konstipasi
makanan berserat.
— Tekankan pentingnya — Untuk mengawasi
pemeriksaan rutin kemajuan penyakit dan
memungkinkan
intervensi dini dan
mencegah kehilangan
penglihatan lanjut.
— Nasehatkan pasien — Upayah tindakan perlu
untuk melaporkan untuk mencegah
dengan cepat nyeri kehilanagan
mata hebat, inflamasi, pengelihatan
peningkatan fotofobia, lanjut/komplikasi lain,
peningkatan lakrimasi, contoh robek retina.
perubahan lapang
pandang,
pengelihatan kabur,
kilatan sisnr di tengah
lapang pandang.
— Anjurkan anggota — Kecenderungan
keluarga memeriksa herediter dangkalnya
secara teratur tanda bilik anterior,

20
glaukoma. menempatkan anggota
keluarga berisiko pada
kondisi ini.

21
BAB IV

PENUTUP

A. Keimpulan

Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak
langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin
lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini
disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola
mata akan membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di
belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah
sehingga saraf mata akan mati

Glaukoma dapat diklasifikasi menjadi 3 yaitu: glaukoma primer, sekunder dan


kongenital. Adapun tanda dan gejalanya adalah kornea suram, sakit kepala , nyeri,
lapang pandang menurun,dll. Komplikasi dari glaucoma adalah kebutaan.
Penatalaksanaannya dapat dilakukan berbagai terapi obat-obatan, sala satunya adalah
dengan pemberian terapi timolol yang bertujuan untuk menurunkan intraokuler (TIO).

B. Saran

1. Bagi petugas kesehata atau instansi kesehatan agar lebih meningkatkan pelayanan
kesehatan khususnya pada glaukoma untuk pencapaian kualitas keperawatan
secara optimal dan sebaiknya proses keperawatan selalu dilaksanakan secara
berkesinambungan.

2. Bagi klien dan keluarga, Perawatan tidak kalah pentingnya dengan pengobatan
karena bagaimanapun teraturnya pengobatan tanpa perawatan yang sempurna
maka penyembuhan yang diharapkan tidak tercapai, oleh sebab itu perlu adanya
penjelasan pada klien dan keluarga mengenai manfaat serta pentingnya kesehatan.

3. Bagi mahasiswa keperawatan, diharapkan mampu memahami dan menerapkan


asuhan keperawatan yang benar pada klien dengan glaukoma.

22
23
DAFTAR PUSTAKA

1. Anas Tamsuri. Klien gangguan mata dan pengelihatan: keperawatan medical-bedah.


Jakarta: EGC, 2010.
2. Doungoes, marilyn E. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi ke 3. Jakarta: EGC. 1999.
3. Indriana dan N Istiqomah.

4. Nanda. Internasional. 2018. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klarifikasi2018-


2020. Jakarta:EGC

5. Bluecheck, Gloria M.Dkk.2013 Nursing Intervention Classifasion, Edisi Keenam.


Yogyakarta. Mocomedia

6. Bluecheck, Gloria M.Dkk. 2013 Nursing Outcoms Classifusion, Edisi keenam.


Yogyakarta.Mocomedia

24

Anda mungkin juga menyukai