Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

CHRONIC KIDNEY DISEASE

I. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. DEFINISI
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologis dengan
etiologi beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan
pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal adalah
suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang
irreversible, pada suatu derajat memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap,
berupa dialysis atau transplantasi ginjal. (Suwitra, 2014)
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu spektrum proses-proses
patofiologik yang berbeda-beda serta berkaitan dengan kelainan fungsi ginjal dan
penurunan progresif laju filtrasi glomerolus (LFG). (Jameson dan Loscalz, 2013)
Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit renal tahap akhir (ESRD)
merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme, keseimbangan
cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain
dalam darah) . (Nuari dan Widayati, 2017)

2. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala klinis pada gagal ginjal kronik dikarenakan gangguan yang
bersifat sistemik. Ginjal sebagai organ koordinasi dalam peran sirkulasi memiliki
fungsi yang banyak. Sehingga kerusakan kronis secara fisiologis ginjal akan
mengakibatkan gangguan keseimbangan sirkulasi dan vasomotor. Berikut ini
adalah tanda dan gejala yang ditunjukan oleh gagal ginjal kronis:
a. Ginjal dan gastrointestinal
Sebagai akibat dari hiponatremi maka timbul hipotensi, mulut kering,
penurunan tugor kulit, kelemahan, fatique, dan mual. Kemudian terjadi
penurunan kesadaran dan nyeri kepala yang hebat. Dampak dari peningkatan
kalium adalah peningkatan iritabilitas otot dan akhirnya otot mengalami
kelemahan. Kelebihan cairan yang tidak terkompensasi akan mengakibatkan
asidosis metabolik. Tanda paling khas adalah penurunan urine output dengan
sedimentasi yang tinggi.
b. Kardiovaskuler
Biasanya terjadi hipertensi, aritmia, kardiomyopati, uremic pericarditis,
effusi perikardial (kemungkinan bisa terjadi tamponade jantung), gagal
jantung, edema periorbital dan edema perifer.
c. Respiratori sistem
Biasanya terjadi edema pulmonal, nyeri pleura, friction rub dan efusi
pleura, crackles, sputum yang kental, uremic pleuritis dan uremic lung dan
sesak nafas.
d. Gastrointestinal
Biasanya menunjukkan adanya inflamasi dan ulserasi pada mukosa
gastrointestinal karena stomatitis, ulserasi dan perdarahan gusi, dan
kemungkinan juga disertai parotitis, esofagitis, gastritis, ulseratif duodenal,
lesi pada usus halus/usus besar, colitis, dan pankreatitis. Kejadian sekunder
biasanya mengikuti seperti anoreksi, nause, dan vomitting.
e. Integumen
Kulit pucat, kekuning-kuningan, kecokelatan, kering dan ada scalp.
Selain itu, biasanya juga menunjukkan adanya purpura, ekimosis, petechiae,
dan timbunan urea pada kulit.
f. Neurologis
Biasanya ditunjukkan dengan adanya neuropathy perifer, nyeri, gatal
pada lengan dan kaki. Selain itu, juga adanya kram pada otot dan refleks
kedutan, daya memori menurun, apatis, rasa kantuk meningkat, iritabilitas,
pusing, koma, dan kejang. Dari hasil EEG menunjukkan adanya perubahan
metabolik encephalopathy.
g. Endokrin
Bisa terjadi infertilitas dan penurunan libido, amenorrhea dan
gangguan siklus menstruasi pada wanita, impoten, penurunan seksresi sperma,
peningkatan sekresi aldosteron, dan kerusakan metabolisme karbohidrat.
h. Hepatopoiteic
Terjadi anemia, penurunan waktu hidup sel darah merah,
trombositopenia (dampak dari dialisis), dan kerusakan platelet. Biasanya
masalah yang serius pada sistem hematologi ditunjukkan dengan adanya
pendarahan ( purpura, ekimosis, dan petechiae).
i. Muskuloskeletal
Nyeri pada sendi tulang, demineralisasi tulang, fraktur pathologis, dan
klasifikasi (otak, mata, gusi, sendi, miokard).

(Prabowo dan Pranata, 2014)

3. ETIOLOGI
Chronic Kidney Deases (CKD) seringkali menjadi penyakit komplikasi dari
penyakit lainnya sehingga merupakan penyakit sekunder (secondary illness).
Penyebab yang sering adalah diabetes mellitus dan hipertensi. Selain itu ada
beberapa penyebab lainnya, yaitu:
1) Glomerulonefritis
2) Pyelonefritis kronis, tuberkulosis
3) Polikistik ginjal
4) Renal nephrosclerosis
5) Neprolithisis
6) Sysctemic lupus erythematosus
7) Aminoglikosida

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Urin
1) Volume: biasanya kurang dari 400ml/24 jam atau tidak ada (anuria)
2) Warna: secara abnnormal urin keruh kemungkinan disebabkan oleh pus,
bakteri, lemak, fosfat atau urat sedimen kotor, kecoklatan menunjukkan
adanya darah, Hb, mioglobin, porifin.
3) Berat jenis: kurang dari 1.105 (menetap pada 1.010 menunjukkan
kerusakan ginjal berat).
4) Osmolalitas: kurang dari 350mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular,
dan rasio urine/serum sering 1:1.
5) Klirens kreatinin: mungkin agak menurun.
6) Natrium: lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu
mereabsorpsi natrium.
7) Protein: derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkan
kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada.
b. Darah
1) BUN/kreatinin: meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir.
2) Ht: menurun pada adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7 – 8 gr/dl.
3) SDM menurun, defisiensi eritropoitin dan GDA: asidosis metabolik, pH
kurang dari 7, 2.
4) Natrium serum: rendah, kalium meningkat, magnesium meningkat,
Kalsium menurun dan Protein (albumin) menurun.
c. Osmolaritas serum lebih dari 285 mOsm/kg.
d. Pelogram retrogad: abnormalitas pelvis ginjal dan ureter.
e. Ultrasono ginjal: menentukan ukuran ginjal dan adanya masa, kista, obstruksi
pada saluran perkemihan bagian atas.
f. Endoskopi ginjal, nefroskopi: untuk menetukan pelvis ginjal, keluar batu,
hematuria dan peningkatan tumor selektif.
g. Arteriogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
ekstravaskuler, masa.
h. EKG: ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa

(Haryono, 2013)
5. PATHWAY

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
a. Data Umum
Tidak ada spesisfikasi khusus untuk kejadian CKD, namun laki-laki
sering mengalami resiko lebih tinggi terkait dengan pekerjaan dan pola hidup
sehat.

b. Keluhan utama
Keluhan sangat bervariasi, terlebih jika terdapat penyakit sekunder
yang menyertai. Keluhan bisa berupa urine output yang menurun (oliguria)
sampai pada anuria, penurunan kesadaran karena komplikasi pada sistem
sirkulasiventilasi, anoreksia, mual dan muntah, diaforesis, fatigue, napas
berbau urea, dan pruritus. Kondisi ini dipicu oleh karena penumpukan
(akumulasi) zat sisa metabolisme/toksin dalam tubuh karena ginjal mengalami
kegagalan filtrasi.

c. Riwayat Keperawatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang : Keluhan yang dikemukakan sampai dibawa
ke RS dan masuk ke ruang perawatan, komponen ini terdiri dari PQRST
yaitu:
P : Palliative merupakan faktor yang mencetus terjadinya penyakit, hal
yang meringankan atau memperberat gejala, klien dengan gagal ginjal
mengeluh sesak, mual dan muntah.
Q : Qualitative suatu keluhan atau penyakit yang dirasakan. Rasa sesak
akan membuat lelah atau letih sehingga sulit beraktivitas.
R : Region sejauh mana lokasi penyebaran daerah keluhan. Sesak akan
membuat kepala terasa sakit, nyeri dada di bagian kiri, mual-mual, dan
anoreksia.
S : Serverity/Scale derajat keganasan atau intensitas dari keluhan tersebut.
Sesak akan membuat freukensi napas menjadi cepat, lambat dan dalam.
T :Time waktu dimana keluhan yang dirasakan, lamanya dan freukensinya,
waktu tidak menentu, biasanya dirasakan secara terus-menerus.

2) Riwayat Kesehatan Dahulu : Chronic Kidney Disease (CKD) dimulai


dengan periode gagal ginjal akut dengan berbagai penyebab (multikausa).
Oleh karena itu, informasi penyakit terdahulu akan menegaskan untuk
penegakan masalah. Kaji riwayat ISK, payah jantung, penggunaan obat
yang bersifat nefrotoksis, BPH dan lain sebagainya yang mampu
mempengaruhi kerja ginjal. Selain itu, ada beberapa penyakit yang
langsung mempengaruhi/menyebabkan gagal ginjal yaitu diabetes
mellitus, hipetensi, batu saluran kemih (urolithiasis).
3) Riwayat Kesehatan Keluarga : Gagal ginjal kronis bukan penyakit menular
dan menurun, sehingga silsilah keluarga tidak terlalu berdampak pada
penyakit ini. Namun, pencetus. sekunder seperti DM dan hipertensi
memiliki pengaruh terhadap kejadian penyakit gagal ginjal kronis, karena
penyakit tersebut herediter. Kaji pola kesehatan keluarga yang diterapkan
jika ada anggota keluarga yang sakit, misalnya minum jamu saat sakit.

4) Pemeriksaan Fisik: Data Fokus


1) Keadaan umum dan tanda-tanda vital
Kondisi klien gagal ginjal kronis biasanya lemah (fatigue),
tingkat kesadaran menurun sesuai dengan tingkat uremia dimana dapat
mempengaruhi system saraf pusat. Pada pemeriksaan TTV sering
dipakai RR meningkat (tachypneu), hipertensi/hipotensi sesuai dengan
kondisi fluktuatif
2) Pemeriksaan fisik
a) Sistem pernafasan
Adanya bau urea pada bau napas. Jika terjadi komplikasi
asidosis/alkalosis respiratorik maka kondisi pernapasan akan
mengalami patologis gangguan. Pola napas akan semakin cepat dan
dalam sebagai bentuk kompensasi tubuh mempertahankan ventilasi
(Kussmaull).
b) Sistem kardiovaskuler
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kejadian gagal
ginjal kronis salah satunya adalah hipertensi. Tekanan darah yang
tinggi di atas ambang kewajaran akan mempengaruhi volume
vaskuler. Stagnansi ini akan memicu retensi natrium dan air
sehingga akan meningkatkan beban jantung.
c) Sistem pencernanaan
Gangguan sistem pencernaan lebih dikarenakan efek dari
penyakit (stress effect), sering ditemukan anoreksia, nausea, vomit,
dan diare.
d) Sistem hematologi
Biasanya terjadi TD meningkat, akral dingin, CRT>3 detik,
palpitasi jantung,gangguan irama jantung, dan gangguan sirkulasi
lainnya. Kondisi ini akan semakin parah jika zat sisa metabolisme
semakin tinggi dalam tubuh karena tidak efektif dalam ekresinya.
Selain itu, pada fisiologis darah sendiri sering ada gangguan
anemia karena penurunan eritropoetin
e) Sistem Endokrin
Berhubungan dengan pola seksualitas, klien dengan gagal
ginjal kronis akan mengalami disfungsi seksualitas karena
penurunan hormon reproduksi. Selain itu, jika kondisi gagal ginjal
kronis berhubungan dengan penyakit diabetes mellitus, maka akan
ada gangguan dalam sekresi insulin yang berdampak pada proses
metabolisme.
f) Sistem neuromuskuler
Penurunan kesadaran terjadi jika telah mengalami hiperkarbic
dan sirkulasi cerebral terganggu. Oleh karena itu, penurunan
kognitif dan terjadinya disorientasi akan dialami klien gagal ginjal
kronis.
g) Sistem perkemihan
Dengan gangguan/kegagalan fungsi ginjal secara kompleks
(filtrasi, sekresi, reabsorpsi dan ekskresi), maka manifestasi yang
paling menonjol adalah penurunan urine output tinggi di keringat
dapat menyebabkan bekuan uremik, deposit kristal urea di kulit.
h) Sistem muskuloskeletal
Dengan penurunan/kegagalan fungsi sekresi pada ginjal maka
berdampak pada proses demineralisasi tulang, sehingga resiko
terjadinya osteoporosis tinggi.

(Prabowo dan Pranata, 2014)

2. PATOFISIOLOGI
a. Penurunan GFR
Penurunan GFR dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam
untuk pemeriksaan klirens kreatini. Akibat dari penurunan GFR, maka klirens
kreatinin akan menurun, kreatinin akan meningkat, dan nitrogen urea darah
(BUN) juga akan meningkat.
b. Gangguan klirens renal
Banyak masalah muncul pada ginjal sebagai akibat dari penurunan
jumlah glumeruli yang berfungsi, menyebabkan penurunan klirens (subtansi
darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal).
c. Retensi cairan dan natrium
Ginjal kehilangan kemampuan untuk mengkonsetrasi atau
mengencerkan urin secara normal. Terjadi penahan cairan dan natrium,
sehingga meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif dan
hipertensi.
d. Anemia
Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritroprotein yang tidak
adekuat, memendeknya usia sel darah merah, defiensi nutrisi, dan
kecenderungan untuk terjadi pendarahan akibat status uremik pasien, terutama
dari saluran GI.
e. Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat
Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan yang saling
timbal balik, jika salah satunya meningkat yang lain akan turun. Dengan
menurunnya GFR maka tejadi peningkatan kadar fosfat serum dan sebaliknya
penurunan kadar kalsium. Penurunan kadar kalsium ini akan memicu sekresi
paratormon, namun dalam kondisi gagal ginjal, tubuh tidak berespon terhadap
peningkatan sekresi parathormon, akibatnya kalsium di dalam tulang menurun
menyebabkan perubahan pada tulang dan penyakit tulang.
f. Penyakit tulang uremik (osteodiostrofi)
Terjadi perubahan kompleks kalsium fosfat dan keseimbangan
parathormon.

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Hambatan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru, penurunan
curah jantung, penrunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat
 Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin,
retensi cairan dan natrium, dan diet berlebih
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebuthan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan membran
mukosa mulut
 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk
sampah

4. PERENCANAAN

No. Diagnosa Intervensi Rasional

Keperawatan
1. Hambatan a. Monitor status pernafasan a. Mengidentifikasi untuk mengatasi
pertukaran gas dan oksigesnasi penyebab dasar dari asidosis
berhubungan metabolik
dengan b. Posisikan pasien untuk b. Posisi semifowler meningkatkan
kongesti paru, memaksimalkan ventilasi ekspansi paru optimal
penurunan c. Anjurkan pasien melakukan c. Batuk efektif dapat menghemat
curah jantung, batuk efektif energi sehingga tidak mudah lelah
penrunan dan mempermudah pengeluaran
perifer yang dahak secara maksimal
mengakibatkan d. Mengkaji aliran udara melalui
d. Auskultasi suara nafas
asidosis laktat bronkial dalam rangka
mengevaluasi adanya cairan atau
obstruksi padat dalam paru
e. Bronkodilator dapat mempelebar
e. Kelola pemberian
luas permukaan bronkiolus pada
bronkodilator
paru-paru dan membuat kapasitas
serapan oksigen paru-paru
meningkat
2. Kelebihan a. Monitor status hidrasi: a. Pemantauan tekanan darah dan nadi
volume cairan hitung denyut nadi dan merupakan salah satu indikator
berhubungan tekanan darah untuk mengetahui adanya
dengan peningkatan volume cairan
penurunan intravaskuler.
haluaran urin, b. Kaji lokasi dan luas edema b. Pengkajian untuk mengidentifikasi
retensi cairan perubahan dalam gangguan
dan natrium, dan keseimbangan cairan.
diet berlebih c. Timbang berat badan harian c. Kenaikan berat badan dalam 24 jam
menunjukkan kemungkinan adanya
tambahan akumulasi cairan pada
jaringan tubuh.

d. Monitor hasil lab yang d. Untuk menentukan kebutuhan


penggantian dan keefektifan terapi.
relevan dengan retensi
cairan
e. Batasi masukan cairan e. Ketika fungsi ginjal yang menurun,
kemampuan untuk mengeliminasi
kelebihan cairan rusak.
f. Katerisasi mengeluarkan obstruksi
f. Masukkan kateter urin
saluran bawah dan memberikan rata-
rata pengawasan akurat terhadap
pengeluaran urin selama fase akut.
g. Untuk menentukan fungsi ginjal,
g. Monitor intake dan output
kebutuhan penggatian cairan, dan
penurunan risiko kelebihan cairan.
h. Diuretik bertujuan untuk
h. Berikan diuretik menurunkan volume plasma dan
menurunkan retensi cairan di
jaringan sehingga menurunkan
resiko terjadinya edema paru
i. Lakukan dialisis dan catat i. Dialisis akan menurunkan volume
reaksi klien cairan berlebih.
j. Timbang berat badan j. Menimbang berat badan sesudah dan
sesudah dan sebelum sebelum dialisis untuk mengetahui
dialisis kondisi cairan dalam tubuh klien
3. Ketidakseimba a. Kaji status nutrisi : a. Menyediakan dasar untuk memantau
ngan nutrisi perubahan berat badan, perubahan dan mengevaluasi intervensi.
kurang dari nilai laboraturium BUN,
kebuthan tubuh kreatinin, protein,
berhubungan transferin, dan kadar besi).
dengan b. Kaji pola diet nutrisi pasien b. Pola diet dahulu dan sekarang dapat
anoreksia, mual : riwayat diet, makanan dipertimbangkan dalam menyusun menu.
dan muntah, kesukaan, hitung kalori.
pembatasan c. Berkolaborasi dengan ahli c. Mendorong peningkatan masukan diet.
diet, dan gizi untuk memberikan
perubahan makanan kesukaan pasien
membran dalam batas-batas diet,
mukosa mulut makanan yang rendah
protein dan tinggi kalori.
d. Porsi sedikit tapi sering dapat
d. Berikan makanan sedikit
meningkatkan masuknya makanan
tapi sering.
e. Hygiene oral yang tepat mengurangi
e. Anjurkan klien untuk
mikroorganisme dan membantu
melakukan hygiene oral.
mencegah stomatitis
f. Pemberian obat anti emetik dan antasida
f. Berkolaborasi dengan dapat mengurangi mual muntah dan
dokter untuk memberikan mengurangi asam lambung
obat antiemetik dan
antasida

III. DAFTAR PUSTAKA


Smeltzer, Suzanne. C, Bare, Brenda. G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-
Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 3. Jakarta: EGC
Doengoes, Marylinn. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. jakarta:
EGC
Price, Sylvia. A. 1995. Patofisiolog: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 4
buku II. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai