Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN SISTEM ENDOKRIN DENGAN

DIAGNOSA MEDIS CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUMAH SAKIT UMUM


PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
RUANGAN GILI GEDE

OLEH

NAMA : M Faisal Kurahman

NIM : P07120421026

TINGKAT : III

KELAS :A

PRODI : SARJANA TERAPAN PROGRAM

PENDIDIKAN PROFESI NERS

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN

TAHUN 2023

1
KONSEP PENYAKIT CHRONIC KIDNEY DISEASE

A. Definisi
Menurut Black (2014) Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah gangguan fungsi ginjal yang
progresif dan tidak dapat pulih kembali, dimana tubuh tidak mampu memelihara
metabolisme dan gagal memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit yang berakibat
pada peningkatan ureum. Sedangkan gagal ginjal kronik merupakan suatu kondisi dimana
organ ginjal sudah tidak mampu mengangkut sampah sisa metabolik tubuh berupa bahan
yang biasanya dieliminasi melalui urin dan menumpuk dalam cairan tubuh akibat
gangguan ekskresi renal dan menyebabkan gangguan fungsi endokrin dan metabolik,
cairan, elektrolit, serta asam basa (Abdul, 2015).

B. Etiologi

Etiologi memegang peranan penting dalam memperkirakan perjalananklinis PGK dan


penanggulangannya. Penyebab primer PGK juga akan mempengaruhi manifestasi klinis
yang akan sangat membantu diagnosa, contoh: gout akan menyebabkan nefropati gout.
Penyebab terbanyak PGK pada dewasa ini adalah nefropati DM, hipertensi,
glomerulonefritis, penyakit ginjal herediter seperti ginjal polikistik dan sindroma alport,
uropati obstruksi, dan nefritis interstisial (Irwan, 2016).
Sedangkan di Indonesia, penyebab PGK terbanyak adalah glomerulonefritis, infeksi
saluran kemih (ISK), batu saluran kencing, nefropati diabetik, nefrosklerosis hipertensi,
ginjal polikistik, dsb (Irwan, 2016).

C. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala dari penyakit ginjal kronik menurut, yaitu:
1) System hematopoletik: anemia, cepat lelah, trombositopenia, ekimosis,
perdarahan
2) Sistem kardiovaskuler: hypervolemia, hipertensi, takikardi, distrimia, gagal
jantung kongestif, pericarditis
3) Sistem pernapasan: takipnea, pernapasan kussmaul, halitosis uremic atau
fetor, sputum yang lengket, batuk disertai nyeri, suhu tubuh meningkat, hilar
pneumonitis, pleural friction rub, edema paru
4) Sistem gastrointestinal: anoreksia, mual dan muntah, perdarahan
gastrointestinal, distensi abdomen, diare dan konstipasi
5) Sistem neurologi: perubahan tingkat kesadaran: letargi, bingung, stupor,

2
dan koma, kejang, tidur terganggu, asteriksis
6) Sistem skeletal: osteodistrofi ginjal, rickets ginjal, nyeri sendi, pertumbuhan
lambat pada anak
7) Kulit: pucat, pigmentasi, pruritus, ekimosis, lecet, uremic frosts
8) Sistem perkemihan: haluaran urin berkurang, berat jenis urine menurun,
proteinuria, fragmen dan sel dalam urine, natrium dalam urine berkurang
9) Sistem reproduksi: infertilitas, libido menurun, disfungsi ereksi, amenorea,
lambat pubertas

D. Patofisiologi
Pada dasarnya semua penyakit yang mengakibatkan hilangnya jumlah nefron secara
progresif dapat menyebabkan penyakit ginjal kronik. Patofisiologi penyakit ginjal kronik
pada awalnya berbeda dan tergantung pada penyakit yang mendasarinya, namun pada
perkembangan selanjutnya prosesnya menjadi kurang lebih sama. Sebagai kompensasi
dari penurunan jumlah nefron maka ginjal akan melakukan suatu mekanisme untuk
mempertahankan LFG yaitu dengan cara meningkatkan daya filtrasi dan reabsorbsi zat
terlarut dari nefron yang tersisa. Pada mekanisme kompensasi tersebut maka akan terjadi
hipertrofi struktural dan fungsional nefron yang tersisa atau dikenal dengan istilah
surviving nephrons yang diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan growth
factors. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi yang akan diikuti dengan
peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Namun proses adaptasi ini
hanya akan berlangsung singkat karena selanjutnya akan terjadi proses maladaptasi
berupa sklerosis nefron yang tersisa dan akan berakhir dengan penurunan progresif
fungsi nefron walaupun penyakit dasarnya sudah tidak aktif. Selain itu adanya
peningkatan aktivitas aksis reninangiotensin-aldosteron intrarenal, yang sebagian
diperantarai oleh transforming growth factor β (TGF-β), juga dapat menyebabkan
terjadinya hiperfiltrasi, sklerosis, dan progresifitas tersebut. Beberapa hal lain yang juga
dianggap berperan dalam progresifitas penyakit ginjal kronik diantaranya adalah
albuminuria, hipertensi, hiperglikemia, dan dislipidemial. Hal yang diduga ikut andil
dalam progresifitas penyakit ginjal kronik menjadi gagal ginjal diantaranya adalah
peningkatan tekanan glomerulus (akibat dari peningkatan tekanan darah sistemik maupun
vasokonstriksi arteriol eferen akibat dari peningkatan kadar angiotensin II) dan
kebocoran protein glomerulus

3
E. Pathway

Chronic Kidney Disease

Kekurangan eritroetin sel darah


merah

Input eritrosit ke jantung menurun

Output ke seluruh tubuh menurun

Anemia

Sel kekurangan asupan eritrosit

Paru kekurangan eritrosit

Gangguan rasa aman Sesak napas


nyaman

Pola nafas tidak efektif

Gangguan pola tidur

4
F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul menurut Corwin,2015 antara lain:
1. Pada gagal ginjal progresif, terjadi beban volume, ketidakseimbangan elektrolit,
asidosis metabolic, azotemia, dan uremia
2. Pada gagal ginjal stadium 5 (penyakit stadium akhir), terjadi azotemia dan uremia
berat. Asidosis metabolic memburuk, yang secara mencolok merangsang kecepatan
pernafasan
3. Hipertensi, anemia, osteodistrofi, hiperkalemia, ensefalopati uremic, dan pruritus
(gatal) adalah komplikasi yang sering terjadi
4. Penurunan pembentukan eritropoietin dapat menyebabkan sindrom anemia
kardiorenal, suatu trias anemia yang lama, penyakit kardiovaskular, dan penyakit
ginjal yang akhirnya menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas
5. Dapat terjadi gagal jantung kongestif
6. Tanpa pengobatan terjadi koma dan kematian

G. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium seperti: pemeriksaan urin (volumenya biasanya<
400 ml/jam atau oliguria atau urin tidak ada/anuria, perubahan warna urin bisa
disebabkan karena ada pus/darah/bakteri/lemak/partikel koloid/miglobin, berat jenis
<1.015menunjukkan gagal ginjal, osmolalitas<350 menunjukkan kerusakan
tubular), pemeriksaan kliren kreatinin mungkin agak turun,pemeriksaan natrium,
pemeriksaan protein, dan pemeriksaan darah (kreatinin, SDM, Hitung darah
lengkap, GDA)
2) Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi
ginjal,Biopsy ginjal, endoskopi ginjal, EKG, KUB foto (untuk menunjukkan ukuran
ginjal) arteriogram ginjal (mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
ekstravaskuler massa), pyleogram retrogad (untuk menunjukkan abnormalitas pelvis
ginjal) sisteurotrogram(berkemih untuk menunjukkan ukuran kandung kemih,
refluk kdalaman ureter dan retensi)

5
H. Penatalaksanaan Medis
Pengkajian klinik menentukan jenis penyakit ginjal, adanya penyakit penyerta, derajat
penurunan fungsi ginjal, komplikasi akibat penurunan fungsi ginjal, factor resiko untuk
penurunan fungsi ginjal, dan factor risiko untuk penyakit kardiovaskular.Penatalksanaan
menurut Nurarif, Huda A. 2015 yaitu:
1) Terapi penyakit ginjal
2) Pengobatan penyakit penyerta
3) Penghambatan penurunan fungsi ginjal
4) Pencegahan dan pengobatan penyakit kardiovaskular
5) Pencegahan dan pengobatan komplikasi akibat penurunan fungsi ginjal
6) Terapi pengganti ginjal dengan dialysis atau transplantasi jikatimbul gejala
dan tanda uremia

6
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CKD

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Alam pengkajian semua
data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan klien saat
ini.Pengkajian harus dilakukan secara komperhensif terkait dengan aspek biologis,
psikologis, social, maupun spiritual klien. (Asmadi, 2008) Data dasar pengkajian menurut
Doengoes, 2000 adalah:

1) Aktivitas/istirahat
Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaiase, gangguan tidur
(insomnia/gelisah/somnolen), kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentan
gerak.
2) Sirkulasi
Riwayat hipertensi lama/berat, hipertensi, DVJ, nadi kuat, edema jaringan umum,
dan pitting pada kaki, telapak tangan, disritmia jantung.Nadi lemah, hipotensi
ortostatik menunjukkan hipovolemia, yang jarang pada penyakit tahap akhir.
Friction rub pericardial (respon terhadap akumulasi sisa). Pucat, kulit coklat
kehijauan, kuning.Kecenderungan perdarahan.
3) Integritas ego
Faktor stres, contoh finansial, hubungan dan sebagainya.Perasaan tidak berdaya, tak
ada harapan, tidak ada kekuatan, menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang,
perubahan kepribadian.
4) Eliminasi
Penurunan frekuensi urine, oliguria, urinaria (gagal tahap lanjut).Abdomen
kembung, diare/konstipasi, perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah,
coklat, berawan.Oliguria, dapat menjadi anuria.
5) Makanan/cairan
Peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan
(malnutrisi).Anoreksia, nyeri ulu hati, mual / muntah, rasa metalik tak sedap pada
mulut (pernapasan ammonia), Penggunaan diuretik, distensi abdomen/asites,
pembesaran hati (tahap akhir). Perubahan turgor kulit/kelembapan..Edema (umum,
tergantung).Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah.Penurunan otot, penurunan lemak
subkutan, penampilan tak bertenaga.

6) Neurosensori

7
Sakit kepala, penglihatan kabur.Kram otot/kejang, sindrom “kaki gelisah”, kebas
terasa terbakar pada telapak kaki. Kebas/kesemutan dan kelemahan, khususnya
ekstremitas bawah (neuropati perifer), gangguan status mental, contoh: penurunan
lapang pandang perhatian, ketidak mampuan berkonsentrasi, kehilangan memori,
kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor, koma. Penurunan DTR. Tanda
chvostek dan Trousseau positif.Kejang, fasikulsi otot, aktifitas kejang.Rambut tipis,
kuku rapuh dan tipis.
7) Nyeri/kenyamanan
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki (memburuk saat malam hari),
perilaku hati-hati/distraksi, gelisah.
8) Pernafasan
Nafas pendek, dispnea, nokturnal, paroksismal, batuk dengan/tanpa sputum kental
dan banyak.Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi atau kedalaman (pernapasan
kausmal).Batuk produktif dengan sputum merahmuda- encer (edema paru).
9) Keamanan
Kulit gatal.Ada/berulangnya infeksi.Pruritus.Demam (sepsis, dehidrasi),
normotermia dapat secara actual terjadi peningkatan pada pasien yang mengalami
suhu lebih rendah dari normal (efek PGK/depresi respon imun).Patekie, area
ekimosis pada kulit.Fraktur tulang, defosit fosfat kalsium (klasifikasi
metastatik).Pada kulit, jaringan lunak, sendi, keterbatasan gerak sendi.
10) Seksualitas
Penurunan libido, amenore, infertilitas.
11)Interaksi Sosial
Kesulitan menentukan kondisi, contoh: tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi
peran, biasanya dalam keluarga
12)Penyuluhan/Pembelajaran
Riwayat DM, keluarga (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit polikistik, nefritis
herediter, kalkulus urinaria, malignansi. Riwayat terpajan pada toksin, contoh obat,
racun lingkungan. Penggunaan antibiotik nefrotoksik atau berulang.

8
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Hambatan upaya napas ( Cairan
dalam paru paru )
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak napas
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit (sesak napas)

9
C. Intervensi Keperawatan

No Tujuan dan kriteria hasil Intervensi rasional

1. Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor TTV pasien. 1. Untuk mengetahui


keperawatan .... x24 jam 2. Monitor pola nafas pasien keadaan umum pasien
inspirasi dan atau ekspirasi yang 3. Monitor kecepatan aliran 2. Untuk mengetahui
tidak memberikan ventilasi oksigen tindakan yang tepat
adekuat membaik dengan 4. Monitor posisi alat terapi sesuai gejala yang
kriteria hasil oksigen muncul
5. Bersihkan sekret pada mulut, 3. Untuk mengetahui
a. Pernapasan normal
hidung dan trakea, jika perlu tindakan yang tepat
b. Sesak dapat teratasi
6. Berikan oksigen jika perlu sesuai gejala yang
7. Ajarkan keluarga cara muncul
menggunakan O2 di rumah 4. Untuk mencegah
8. Kolaborasi dalam pemberian terjadinya kesalahan saat
terpai obat bersama dokter. pemberian oksigen
5. Untuk menjaga
kebersihan pasien
6. Untuk mengurangi sesak
pada pasien
7. Untuk bahan
pengetahuan keluarga
untuk membantu dalam
pemberian oksigen
8. Untuk mengurangi gejala
penyakit pasien.
2. Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji pola tidur pasien dan 1. Untuk mengetahui
keperawatan .... x 24 jam perubahan, tidur siang, dan tindakan yang tepat
keadekuatan kualitas dan frekuensi) dalam mengurangi gejala
kuantitas tidur membaik dengan 2. Berikan prosedur ritual penyakit pasien
kriteria hasil minum hangat, selimut ekstra, 2. Untuk mengatasi
seprai bersih, atau mandi air gangguan tidur pasien
a. Keluhan sulit tidur menurun
hangat sebelum tidur. 3. Untuk mengurangi gejala

10
b. Keluhan sering terjaga 3. Bantu pasien melakukan sulit tidur pasien
menurun latihan tidur

3. Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji penyebab rasa tidak 1. Sebagai indikator awal
keperawatan .... x 24 jam nyaman pasien untuk menentukan
gangguan rasa nyaman dapat 2. Berikan terapi oksigen jika intervensi berikutnya
teratasi, dengan kriteria hasil perlu 2. Untuk mengurangi sesak
3. Atur temperatur ruangan pada pada pasien
a. Status kenyamanan
suhu yang nyaman untuk 3. Untuk menjaga
meningkat
pasien kenyaman pasien
b.  Kualitas tidur dan istirahat
4. Kurangi hal-hal yang dapat 4. Untuk mengatasi
adekuat
mengganggu kenyaman gangguan rasa nyaman
c. Status lingkungan yang
pasien pasien
nyaman

D. Implementasi keperawatan
Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari
masalah status kesehatan yang dihadapi melalui intervensi yang telah dibuat serta
untuk menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.

E. Evaluasi
Mengkaji respon klien seelah dilakukan intervensi kepeawatan dan mengkaji ulang
asuhan keperawatan yang telah diberikan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Perencanaan. (2017). Profil 2017 Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab
Sjahranie. Diunduh pada tanggal 01 Oktober 2022 di
http://www.rsudaws.co.id/uploads/DOWNLOAD/Profil%20RSUD%20A WS
%202017.pdf

Infodatin. (2017). Situasi Penyakit Ginjal Kronis. Diunduh pada tanggal 01 Oktober 2022
di http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/
infodatin%20ginjal%202017.pdf

Irwan. (2016). Epidemiologi Penyakit yang Tidak Menular. Yogyakarta: Deepublish

Trihono. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Diunduh pada tanggal 18


November 2018 http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil
%20Riskesdas%202013.pdf

Tim pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta.
DPP PPNI.

Tim pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta. DPP
PPNI.

Tim pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta.
DPP PPNI.

12

Anda mungkin juga menyukai