OLEH
NIM : P07120420082
TINGKAT : III
KELAS : B
TAHUN 2022
1
A. Definisi
Menurut Black (2014) Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah gangguan fungsi ginjal yang
progresif dan tidak dapat pulih kembali, dimana tubuh tidak mampu memelihara
metabolisme dan gagal memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit yang berakibat
pada peningkatan ureum. Sedangkan gagal ginjal kronik merupakan suatu kondisi
dimana organ ginjal sudah tidak mampu mengangkut sampah sisa metabolik tubuh
berupa bahan yang biasanya dieliminasi melalui urin dan menumpuk dalam cairan tubuh
akibat gangguan ekskresi renal dan menyebabkan gangguan fungsi endokrin dan
metabolik, cairan, elektrolit, serta asam basa (Abdul, 2015).
B. Etiologi
2
6) Sistem skeletal: osteodistrofi ginjal, rickets ginjal, nyeri sendi, pertumbuhan lambat
pada anak
7) Kulit: pucat, pigmentasi, pruritus, ekimosis, lecet, uremic frosts
8) Sistem perkemihan: haluaran urin berkurang, berat jenis urine menurun, proteinuria,
fragmen dan sel dalam urine, natrium dalam urine berkurang
9) Sistem reproduksi: infertilitas, libido menurun, disfungsi ereksi, amenorea, lambat
pubertas
D. Patofisiologi
Pada dasarnya semua penyakit yang mengakibatkan hilangnya jumlah nefron secara
progresif dapat menyebabkan penyakit ginjal kronik. Patofisiologi penyakit ginjal kronik
pada awalnya berbeda dan tergantung pada penyakit yang mendasarinya, namun pada
perkembangan selanjutnya prosesnya menjadi kurang lebih sama. Sebagai kompensasi
dari penurunan jumlah nefron maka ginjal akan melakukan suatu mekanisme untuk
mempertahankan LFG yaitu dengan cara meningkatkan daya filtrasi dan reabsorbsi zat
terlarut dari nefron yang tersisa. Pada mekanisme kompensasi tersebut maka akan terjadi
hipertrofi struktural dan fungsional nefron yang tersisa atau dikenal dengan istilah
surviving nephrons yang diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan growth
factors. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi yang akan diikuti dengan
peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Namun proses adaptasi ini
hanya akan berlangsung singkat karena selanjutnya akan terjadi proses maladaptasi
berupa sklerosis nefron yang tersisa dan akan berakhir dengan penurunan progresif
fungsi nefron walaupun penyakit dasarnya sudah tidak aktif. Selain itu adanya
peningkatan aktivitas aksis reninangiotensin-aldosteron intrarenal, yang sebagian
diperantarai oleh transforming growth factor β (TGF-β), juga dapat menyebabkan
terjadinya hiperfiltrasi, sklerosis, dan progresifitas tersebut. Beberapa hal lain yang juga
dianggap berperan dalam progresifitas penyakit ginjal kronik diantaranya adalah
albuminuria, hipertensi, hiperglikemia, dan dislipidemial. Hal yang diduga ikut andil
dalam progresifitas penyakit ginjal kronik menjadi gagal ginjal diantaranya adalah
peningkatan tekanan glomerulus (akibat dari peningkatan tekanan darah sistemik
maupun vasokonstriksi arteriol eferen akibat dari peningkatan kadar angiotensin II) dan
kebocoran protein glomerulus
3
E. Pathway
Anemia
Gangguan pola
tidur
4
F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul menurut Corwin,2015 antara lain:
1. Pada gagal ginjal progresif, terjadi beban volume, ketidakseimbangan elektrolit,
asidosis metabolic, azotemia, dan uremia
2. Pada gagal ginjal stadium 5 (penyakit stadium akhir), terjadi azotemia dan uremia
berat. Asidosis metabolic memburuk, yang secara mencolok merangsang kecepatan
pernafasan
3. Hipertensi, anemia, osteodistrofi, hiperkalemia, ensefalopati uremic, dan pruritus
(gatal) adalah komplikasi yang sering terjadi
4. Penurunan pembentukan eritropoietin dapat menyebabkan sindrom anemia
kardiorenal, suatu trias anemia yang lama, penyakit kardiovaskular, dan penyakit
ginjal yang akhirnya menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas
5. Dapat terjadi gagal jantung kongestif
6. Tanpa pengobatan terjadi koma dan kematian
5
H. Penatalaksanaan Medis
Pengkajian klinik menentukan jenis penyakit ginjal, adanya penyakit penyerta, derajat
penurunan fungsi ginjal, komplikasi akibat penurunan fungsi ginjal, factor resiko untuk
penurunan fungsi ginjal, dan factor risiko untuk penyakit kardiovaskular.Penatalksanaan
menurut Nurarif, Huda A. 2015 yaitu: 1) Terapi penyakit ginjal
2) Pengobatan penyakit penyerta
3) Penghambatan penurunan fungsi ginjal
4) Pencegahan dan pengobatan penyakit kardiovaskular
5) Pencegahan dan pengobatan komplikasi akibat penurunan fungsi ginjal
6) Terapi pengganti ginjal dengan dialysis atau transplantasi jikatimbul gejala dan tanda
uremia
6
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CKD
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Alam pengkajian semua
data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan klien saat
ini.Pengkajian harus dilakukan secara komperhensif terkait dengan aspek biologis,
psikologis, social, maupun spiritual klien. (Asmadi, 2008) Data dasar pengkajian
menurut Doengoes, 2000 adalah:
1) Aktivitas/istirahat
Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaiase, gangguan tidur
(insomnia/gelisah/somnolen), kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentan
gerak.
2) Sirkulasi
Riwayat hipertensi lama/berat, hipertensi, DVJ, nadi kuat, edema jaringan umum,
dan pitting pada kaki, telapak tangan, disritmia jantung.Nadi lemah, hipotensi
ortostatik menunjukkan hipovolemia, yang jarang pada penyakit tahap akhir.
Friction rub pericardial (respon terhadap akumulasi sisa). Pucat, kulit coklat
kehijauan, kuning.Kecenderungan perdarahan.
3) Integritas ego
Faktor stres, contoh finansial, hubungan dan sebagainya.Perasaan tidak berdaya, tak
ada harapan, tidak ada kekuatan, menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang,
perubahan kepribadian.
4) Eliminasi
Penurunan frekuensi urine, oliguria, urinaria (gagal tahap lanjut).Abdomen
kembung, diare/konstipasi, perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah,
coklat, berawan.Oliguria, dapat menjadi anuria.
5) Makanan/cairan
Peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan
(malnutrisi).Anoreksia, nyeri ulu hati, mual / muntah, rasa metalik tak sedap pada
mulut (pernapasan ammonia), Penggunaan diuretik, distensi abdomen/asites,
pembesaran hati (tahap akhir). Perubahan turgor kulit/kelembapan..Edema (umum,
tergantung).Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah.Penurunan otot, penurunan lemak
subkutan, penampilan tak bertenaga.
7
6) Neurosensori
8
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Hambatan upaya napas ( Cairan
dalam paru paru )
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak napas
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit (sesak napas)
9
C. Intervensi Keperawatan
10
2. Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji pola tidur pasien dan 1. Untuk mengetahui
keperawatan .... x 24 jam perubahan, tidur siang, dan tindakan yang tepat
keadekuatan kualitas dan frekuensi) dalam mengurangi gejala
kuantitas tidur membaik dengan 2. Berikan prosedur ritual penyakit pasien Untuk
kriteria hasil minum hangat, selimut 2. mengatasi gangguan
ekstra, seprai bersih, atau tidur pasien Untuk
a. Keluhan sulit tidur menurun
mandi air hangat sebelum 3. mengurangi gejala sulit
b. Keluhan sering terjaga
3. tidur. Bantu pasien tidur pasien
menurun melakukan latihan tidur
3. Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji penyebab rasa tidak 1. Sebagai indikator awal
keperawatan .... x 24 jam nyaman pasien untuk menentukan
intervensi berikutnya
gangguan rasa nyaman dapat 2. Berikan terapi oksigen jika Untuk mengurangi
teratasi, dengan kriteria hasil perlu 2. sesak pada pasien Untuk
menjaga kenyaman
3. Atur temperatur ruangan pada
pasien Untuk mengatasi
a. Status kenyamanan
suhu yang nyaman untuk 3. gangguan rasa nyaman
meningkat pasien pasien
b. Kualitas tidur dan istirahat
4. Kurangi hal-hal yang dapat 4.
adekuat
mengganggu kenyaman
c. Status lingkungan yang
pasien
nyaman
D. Implementasi keperawatan
Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari
masalah status kesehatan yang dihadapi melalui intervensi yang telah dibuat serta
untuk menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
E. Evaluasi
Mengkaji respon klien seelah dilakukan intervensi kepeawatan dan mengkaji ulang
asuhan keperawatan yang telah diberikan.
11
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Perencanaan. (2017). Profil 2017 Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab
Sjahranie. Diunduh pada tanggal 01 Oktober 2022 di
http://www.rsudaws.co.id/uploads/DOWNLOAD/Profil%20RSUD%20A WS
%202017.pdf
Infodatin. (2017). Situasi Penyakit Ginjal Kronis. Diunduh pada tanggal 01 Oktober 2022 di
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/
infodatin%20ginjal%202017.pdf
Trihono. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Diunduh pada tanggal 18 November 2018
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
%202013 .pdf
Tim pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta.
DPP PPNI.
Tim pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta. DPP
PPNI.
Tim pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta.
DPP PPNI.
12