Anda di halaman 1dari 40

Oleh :

Putri Nurma Sari


1310070100058
Siti Sarah S
1310070100061

Preseptor :
dr.Ade Ariadi, Sp.An

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ANASTESI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG 1
PENDAHULUAN
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan
partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion
jika berada dalam larutan. Cairan tubuh
mengandung oksigen, nutrien, dan sisa
metabolisme (seperti karbondioksida), yang
semuanya disebut ion.
Elektrolit adalah substansi ion-ion yang
bermuatan listrik yang terdapat pada cairan.

Keseimbangan cairan dan elektrolit sangat


penting dalam proses hemostasis baik untuk
meningkatkan kesehatan maupun dalam
proses penyembuhan penyakit.
KONSEP DASAR KEBUTUHAN
CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu
proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap untuk
berespon terhadap stressor fisiologi dan
lingkungan. Elektrolit adalah substansi yang
menghantarkan arus listrik.
Elektrolit berdisosiasi menjadi ion positif dan
negatif dan diukur dengan kapasitasannya
untuk saling berikatan satu sama lain. Elektrolit
terdiri dari kation dan anion. Kation adalah ion-
ion yang membentuk muatan positif dalam
larutan. Sedangkan anion adalah ion-ion yang
membentuk muatan negatif dalam larutan.
MEKANISME PERGERAKAN
CAIRAN ELEKTROLIT
Cairan dan elektrolit dalam tubuh selalu bergerak di
antara ketiga tempat cairan tersebut, yaitu
intraseluler, interstitial, dan intravaskuler.

Mekanisme pergerakan cairan tubuh melalui tiga


proses, yaitu:
difusi Transpor
osmosis
aktif
KOMPOSISI CAIRAN DAN ELEKTROLIT
DALAM TUBUH

air natrium

kation
Komposisi Cairan Dan kalium
Elektrolit Dalam Tubuh elektrolit

anion
solut
klorida

Non elektrolit
BAB II
ISI
Kalium
Definisi Kalium
Kation utama yang terdapat pada CIS dengan
konsentrasi 150 mmol/L (98% dari total kalium tubuh)
Pada CES 3,5-5 mmol/L (2% dari total kalium tubuh)
Konsentrasi total kalium diperkirakan sebanyak 2 g/kg
berat badan
FUNGSI KALIUM

Polarisasi
membran
kerja otot dan
penghantaran
seluruh impuls
saraf melalui
potensial aksi
Filtrasi dan ekskresi. Fungsi biokimia.
dengan natrium dan fungsi sistem saraf,
kalsium berperan keseimbangan tekanan
dalam regulasi proses osmotik antara cairan di
filtrasi serta ekskresi dalam sel
cairan dan mineral (intrasel) dengan cairan
pada tubuh manusia pada ruang antar sel
(interstitial)
FISIOLOGI KALIUM
Kalium ditemukan di hampir seluruh tubuh dalam
bentuk elektrolit dan banyak terdapat pada saluran
pencernaan.
Di dalam tubuh
- Kalium bekerja sama dengan natrium (Na)
- Kalium bekerja sama dengan kalsium (Ca) dan
natrium (Na)
Keadaan Normal organ ginjal berperan menyesuaikan
antara asupan dan jumlah kalium yang dibuang tubuh.
Perbedaan kalium cairan intrasel dengan cairan interstisial
adalah akibat adanya transpor aktif
Input kalium normal perhari 60-100 mEq
Kalium difiltrasi diglomerulus sebagian besar
(65%) direabsorpsi di tubulus proksimal 25-
30% sisanya direabsorbsi di ansa henle
sekresi K+ di tubulus distal dan tubulus
koligentes lalu dieksresi oleh GIT <5% di kulit dan
urine mencapai 90%.
JALUR PEMBERIAN KALIUM
Peroral
Pada hipokalemia dosis kalium klorida 2 3,5 g (kira-kira 25
50 mmol) tiap hari peroral (dosis lebih kecil digunakan bila
terdapat insufisiensi ginjal (biasanya terjadi pada penderita
lanjut usia) bila tidak ada bahaya hiperkalemia.
Jika terdapat kekurangan kalium yang berat dosis yang
lebih besar dapat diberikan, jumlahnya tergantung
dari besarnya kehilangan kalium.
INTRAVENA

KCL intravena tambahan terapi pengganti


oral pada pasien dengan hipokalemia berat
simtomatik.
Kekurangan risiko tinggi kelebihan cairan
pada pasien dan hiperkalemia
Terapi KCL 40-60 mEq/L dalam NS dengan
risiko rendah kongesti pulmonar.
Pemberian kalium intravena yang direkomendasikan
berkisar antara 10-20 mEq/jam, pemberian dengan
laju yang lebih tinggi mempunyai risiko tinggi
hiperkalemia.
Pemberian sebanyak 40-100 mEq/jam diberikan pada
pasien-pasien tertentu dengan paralisis atau aritmia
mengancam jiwa. (mengandung 200-400 mEq kalium
per liter)
GANGGUAN KESEIMBANGAN KALIUM
HIPOKALEMIA
Definisi
Hipokalemia (kadar kalium yang rendah dalam darah) adalah suatu
keadaan dimana konsentrasi kalium dalam darah kurang dari 3.8 mEq/L
darah.
Etiologi
Penurunan asupan kalium
Ginjal memiliki kemampuan untuk menurunkan ekskresi kalium menjadi
5 sampai 25 mEq per hari pada keadaan kekurangan kalium
Peningkatan jumlah insulin
Insulin membantu masuknya kalium ke dalam otot skeletal dan
sel hepatik, dengan cara meningkatkan aktivitas pompa Na-K-
ATPase.
Peningkatan aktivitas beta adrenergik
Katekolamin melalui reseptor-reseptor beta 2 adrenergik
meningkatkan aktivitas Na-K-ATPase kalium masuk ke dalam
sel
Peningkatan kehilangan sekresi gastrik
muntah, diare kehilangan kalium hipokalemia.
(Konsentrasi kehilangan kalium saluran cerna bawah
cukup tinggi (20-50 mEq/L))
Diuretik
Jenis apapun yang beraksi pada daerah proksimal lokasi sekresi
kalium, asetazolamid dan tiazid akan meningkatkan hantaran
distal dan juga lewat induksi penurunan volume, mengaktivasi
sistem renin-angiotensin-aldosteron. Sebagai akibatnya, ekskresi
kalium urin akan meningkat hipokalemia
Kelebihan mineralokortikoid primer,
Adenoma adrenal kebocoran kalium urin keadaan
hipersekresi primer mineralokortikoid
Asidosis metabolik,
Peningkatan kehilangan kalium lewat urin juga dapat timbul
pada beberapa bentuk asidosis metabolik.
Nefropati
sindroma Bartter atau Gitelman penurunan reabsorpsi
natrium di tubulus proksimal, ansa henle atau distal
hipokalemia
Poliuria
Normal pada keadaan kekurangan kalium, dapat
menurunkan konsentrasi kalium sampai 5 10 mEq/L. Namun
apabila produksi urin sampai melebihi 5-10 L/hari, maka
kehilangan kalium wajib dapat di atas 50-100 mEq per hari
MANIFESTASI KLINIS
CNS dan Neuromuskular (lelah, tidak enak badan, reflek
tendon dalam menghilang)
Pernafasan (otot-otot pernafasan lemah, nafas dangkal)
Gastrointestinal (menurunnya motilitas usus
besar,anoreksia, mual dan muntah)
Kardiovaskular, aritmia, perubahan pada ekg
Ginjal (nokturia)
PENATALAKSANAAN
Kalium Klorida dapat diberikan secara
intravena atau oral pada hipokalemia dan jika
disertai dengan alkaloisis metabolik.
Pada pasien dengan asidosis tubulus ginjal
dan hipokalemia direkomendasikan dengan
kalium asetat/ sitrat dibandingan kalium
klorida.
Koreksi dilakukan menurut kadar Kalium :
1.Kalium 2,5 3,5 mEq/L
Berikan 75 mEq/kgBB per oral per hari dibagi tiga dosis.
2.Kalium < 2,5 mEq/L
Ada 2 cara, berikan secara drip intravena dengan dosis :
a) [(3,5 kadar K+terukur) x BB (kg) x 0,4] + 2 mEq/kgBB/24 jam,
dalam 4 jam pertama
[(3,5 kadar K+terukur) x BB (kg) x 0,4] + (1/6 x 2
mEq/kgBB/24jam) dalam 20 jam berikutnya.
b) (3,5 kadar K+terukur) + (1/4 x 2 mEq/kgBB/24 jam), dalam 6
jam.
Keterangan :
Kalium diberikan secara intravena, jika pasien tidak bisa
makan atau hipokalemi berat.Pemberian kalium tidak
boleh lebih dari 40 mEq per L (jalur perifer) atau 80 mEq
per L (jalursentral) dengan kecepatan 0,2 0,3
mEq/kgBB/jam. Jika keadaan mengancam jiwa dapat
diberikan dengan kecepatan s/d 1 mEq/kgBB/jam (via
infuse pump dan monitor EKG)
Koreksi kalium secara intravena dapat diberikan
sebanyak 10 mEq dalam 1 jam, diulang s/d kadar K+
serum > 3,5 mEq/L. Jika keadaan mengancam jiwa,
kalium diberikan secara intravena dengan kecepatan
maksimal 20 mEq/jam) Pemberian kalium sebaiknya
diencerkan dengan NaCl 0,9% bukan dekstrosa.
Pemberian dekstrosa menyebabkan penurunan
sementara K+ serum sebesar 0,2 1,4 mEq/L.
Pemberian kalium 40 60 mEq dapat menaikkan kadar
K+serum sebesar 1 1,5 mEq/L
Koreksi kalium dengan memasukkan 20 mEq kalium ke
100 ml cairan isotonik saline dan infus selama 1 jam
HIPOKALEMIA PERIODIC PARALYSIS

Definisi
Paralisis periodik hipokalemik (PPH) merupakan kelainan
yang diturunkan secara autosomal dominan di tandai
dengan kelemahan otot atau paralisis flaksid akibat
perpindahan kalium keruang intraseluler otot rangka.
ETIOLOGI
Redistribusi kalium ekstraselular ke dalam cairan
intraselular secara akut tanpa defisit kalium tubuh total.
Kelemahan otot terjadi karena kegagalan otot rangka dalam
menjaga potensial istirahat (resting potential) akibat adanya
mutasi gen CACNL1A3, SCN4A, dan KCNE3,yakni gen yang
mengontrol gerbang kanal ion (voltage-gated ion channel)
natrium, kalsium, dan kalium pada membran sel otot.
MANIFESTASI KLINIS

Durasi dan frekuensi mulai dari beberapa kali setahun


sampai dengan hampir setiap hari, sedangkan durasi
serangan mulai dari beberapa jam sampai beberapa hari.
kelemahan atau paralisis episodik yang intermiten pada
tungkai, kemudian menjalar ke lengan
Serangan muncul setelah tidur/istirahat dtetapi dapat
dicetuskan oleh, latihan fisik.
Ciri khas paralisis pada PPHF adalah kekuatan otot secara
berangsur membaik pasca koreksi kalium.
PENATALAKSAAN

Terapi PPH simptomatik


Pemberian kalium oral dengan dosis 20-30 mEq/L
setiap 15-30 menit sampai kadar kalium mencapai
normal.
Paralisis hipokalemik berat atau perubahan EKG
diberikan kalium (IV) 0,5 mEq/kg selama 1 jam, infus
kontinu, dengan pemantauan ketat.
Pasien dengan penyakit jantung atau dalam terapi
digoksin harus diberi terapi kalium IV dengan dosis
lebih besar (1 mEq/kg berat badan) karena memiliki
risiko aritmia lebih tinggi
Pemberian asetazolamid inhibitor anhidrase
karbonat, dengan dosis 125-250 mg 2-3 kali sehari
pada anak terbukti cukup efektif mengatasi
serangan, mengurangi frekuensi serangan, dan
mengurangi derajat keparahan
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kalium (K) adalah kation utama kompartemen cairan
intraseluler ( CIS ). Sekitar 90% asupan kalium diekskresikan di urin
dan 10 % di feses. Konsentrasi normal kalium di plasma adalah 3,5
4,8 mmol/L, sedangkan konsentrasi intraseluler dapat 30 kali lebih
tinggi, dan jumlahnya mencapai 98 % dari jumlah K keseluruhan.
Walaupun kadar kalium di dalam CES hanya berkisar 2 % saja, akan
tetapi memiliki peranan yang sangat penting dalam menjaga
homeostasis. Perubahan sedikit saja pada kalium intraseluler, akan
berdampak besar pada konsentrasi kalium plasma.Kalium berperan
penting dalam fungsi tubuh normal fungsi biokimia, polarisasi
membran dan regulasi filtrasi serta eksresi cairan dan mineral tubuh
manusia.
Apabila terjadi gangguan keseimbangan kalium
berupa penurunan konsentrasi kalium dalam darah kurang
dari 3.5 mEq/L disebut hipokalemia, apabila terjadi
peningkatan konsentrasi kalium dalam darah lebih dari 5
mEq/L disebut hiperkalemia. Terdapat suatu keadaan yang
disebut hipokalemia paralisis parsial yang terjadi apabila
redistribusi kalium secara akut ke dalam cairan intraselular.
Penatalaksanaan pada pasien dengan gangguan kalium
sesuai dengan keadaan pasien.

Anda mungkin juga menyukai