Kanker paru-paru (Lung Cancer) merupakan tumor padat yang diklasifikasikan ke dalam 4 tipe sel utama. Tipe Sel Utama Karsinoma Sel Skuamosa (<30% dari semua kanker paru- paru) Adenokarsinoma (40%) Karsinoma Sel Besar (15%) Karsinoma paru paru sel kecil (Small Cell Lung Carcinoma, SCLC atau out cell carcinoma 20 ; %) SCLC (Small Cell Lung Cancer)
Kanker Paru Paru
NSCLC (Non-Small Cell
Lung Cancer) Patofisiologi Karsinoma paru paru muncul dari sel epitel pluripoten setelah paparan terhadap karsinogen ( terutama asap rokok ), yang dapat menyebabkan inflamasi kronik dan akhirnya mengarah pada perubahan genetik dan sitologik yang berkembang pada karsinoma. Aktivasi protoonkogen, inhibisi atau mutasi gen penekan tumor, dan produksi faktor pertumbuhan otokrin juga berkontribusi pada proliferasi sel dan transformasi malignan. Merokok diperkirakan bertanggung jawab pada sekitar 83% kasus kanker paru paru. Paparan di tempat kerja dari lingkungan pada asbes, klorometil eter, logam berat, hidrokarbon aromatik polisiklik, dan randon juga terkait. Untuk menentukan strategi penatalaksanakan dan diagnosis keseluruhan, adenokarsinoma, karsioma sel skuamosa, dan karsinoma sel besar sering dikelompokkan bersama dan dirujuk sebagai non-small cell lung cancers (NSCLC) Etiologi Karsinoma paru timbul dari sel epitel bronkial normal yang telah mendapatkan banyak lesi genetik dan mampu mengekspresikan berbagai fenotipe. Berbagai macam lesi molekuler menghasilkan abrogasi jalur kontrol seluler dan kontrol pertumbuhan utama. Aktivasi proto-onkogen, penghambatan atau mutasi gen supresor tumor, dan produksi faktor pertumbuhan autokrin (stimulasi diri) berkontribusi terhadap proliferasi seluler dan transformasi ganas. Banyak loop autokrin dan perubahan gen penanda proto-onkogen dan tumor supresor umum terjadi pada SCLC dan NSCLC, namun beberapa mutasi tertentu ditemukan lebih sering pada setiap subtipe kanker paru-paru. Merokok merupakan penyebab utama kanker paru-paru. Asap tembakau mengandung banyak zat, termasuk promotor tumor, karsinogen, dan ko- karsinogen. Banyak karsinogen ini menyebabkan tumor paru pada hewan laboratorium atau manusia dan kemungkinan besar terlibat dalam induksi kanker paru-paru. Sebagian besar kasus NSCLC dan SCLC disebabkan oleh merokok, meskipun cerutu dan pipa juga bersifat karsinogenik. Peningkatan risiko kanker paru-paru dikaitkan dengan paparan karsinogen pernapasan lingkungan lainnya (mis., Asbes, benzena). Faktor risiko genetik juga penting, dengan peningkatan risiko kanker paru-paru yang diamati pada mereka dengan keluarga tingkat pertama yang didiagnosis dengan penyakit ini. Risiko kanker paru dikaitkan dengan polimorfisme yang mempengaruhi ekspresi dan / atau fungsi enzim yang mengatur metabolisme karsinogen tembakau, perbaikan DNA, atau pembengkakan. Pasien dengan riwayat penyakit saluran nafas obstruktif kronik dan orang dewasa dengan asma berisiko tinggi terkena kanker paru-paru. Gejala Tanda dan gejala awal yang paling umum termasuk batuk, dispnea, nyeri dada, produksi sputum, dan hemoptisis. Banyak pasien uga menunjukan gejala sistemik seperti aneroksia, penurunan bobot badan, dan kelelahan Penyakit yang meluas juga dapat menyebabkan defisit neurologik dari metastasis SPP, nyeri tulang atau patah tulang sekunder sampai metastasis tulang, atau disfungsi hati dari keterlibatan hepatik Sindrom paraneoplastik yang umumnya terjadi berkaitan dengan kanker paru-paru termasuk kakheksia, hiperkalsemia, sindrom ketidakcukupan sekresi hormon antidiuretik, dan cushings syndrome DIAGNOSIS PENYAKIT Pada pasien dengan tanda dan gejala kanker paru-paru, foto sinar-X dada merupakan metode deteksi kanker paru-paru primer. Metode ini juga dapat digunakan dalam pengukuran besarnya tumor, menentukan perbesaran kasar dari nodus limfa, dan deteksi temuan lain terkait tumor seperti efusi pleura, kolaps lobus, dan keterlibatan metatastik dari rusuk, tulang belakang, dan CT scan menolong pada semua diagnosis di atas serta dalam evaluasi abnormalitas paru-paru parenkim, massa yang hanya dicurigai pada foto sinar- X dada dan nodus limfa mediastinal dan hilar. PET scan dapat lebih akurat dari pada CT scan dalam membedakam lesi ganas dari jinak Konfirmasi patologi kanker paru-paru harus ditegakan dengan pemeriksaan sitologi sputum dan/atau biopsi tumor dengan bronkoskopi fiber optik, biopsi jarum perkutam, atau biopsi paru-paru terbuka Semua pasien harus menjalani pemeriksaan fisik serta riwayat menyeluruh dengan penekanan pada deteksi tanda dan gejala tumor primer, penyebaran regional tumor, metastasis jauh, sindrom paraneoplastik, dan kemampuan bertahan terhadap pembedahan agresif atau kemoterapi. Tahapan Kanker Paru
The American Joint Committe on Cancer telah menyusun
klasifikasi tahap TNM untuk kanker paru paru berdasarkan ukuran dan luasnya tumor primer (T), Keterlibatan nodus limfa regional (N), dan ada atau tidaknya metastasis jauh (M).
Tahap I : Meliputi tumor yang terbatas pada paru-paru tanpa
penyebaran limfatik Tahap II : Meliputi tumor dengan keterlibatan nodus limfa peribronkhial ipsilateral atau hilar. Tahap III : a. Tahap IIIA : Meliputi penyakit berlanjut lokal b. Tahap IIIB : Meliputi penyakit regional yang besar. Tahap IV : Meliputi setiap tumor dengan metastasis jauh. TERAPI Non-Small Cell Lung Cancer (NSCLC) Pembedahan merupakan pilihan terapi untuk untuk penyakit yang terlokalisasi (tahap I atau II) jika tumor tidak dapat dioperasi atau pasien merupakan kandidat pembedahan yang tidak tepat, terapi radiasi dapat digunakan. Biasanya NSCLC terlihat sensitif terhadap kemoterapi. Obat baru dan kombinasi regimen biasanya juga memberikan hasil yang menjanjikan Kemoterapi untuk NSCLC a. Kombinasi CE (sisplatin-Etoposida) b. Kombinasi DDP/VIN (sisplatin-vindestin) c. Kombinasi MVP (mitomisin-vindestin-sisplatin) d. Kombinasi ICE (ifosfamid-karboplatin-etoposid) Terapi Small Cell Lung Cancer (SCLC) Pembedahan hampir tidak pernah diindikasikan Kemoterapi untuk SCLC a. Kombinasi PE (sisplatin-etoposida) b. Kombinasi CAV (siklofospamid-doksokubisin-vinkristin) c. Kombinasi CAE (siklofospamid-doksorubisin-etoposida) d. Kombinasi CE (karboplatin-etoposida) e. Kombinasi ICE (ifosfamid-karboplatin-etoposida) Radioterapi telah dikombinasi dengan kemoterapi untuk menangani tumor yang terbatas pada rongga dada. Radiasi kranial profilaksis baru diberikan bila sudah ada manifestasi metastasis otak. Mekanisme Kerja Obat Kemoterapi Sisplatin Membentuk ikatan silang intra- dan antaruntai DNA; mengikat protein nukleus dan sitoplasma. Etoposid Menginhibisi enzim DNA Topoisomerase II Vindestin ( Turunan dari Vinblastin ) Menginhibisi polimerisasi tubulin, yang mengganggu pembentukan mikrotubulus, suatu bagian penting dari rangka sel dan gelendong metotik. Efek inhibitorik ini menyebabkan terhentinya mitosis pada metafase, menghentikan pembelahan sel, yang kemudian menyebabkan kematian sel. Mitomisin Bekerja sebagai suatu bahan pengalkil dan membentuk ikatan silang dengan DNA; pembentukan radikal bebas oksigen, yang membidik DNA. Ifosfamide Analog sintesis siklofosfamid; membentuk ikatan silang dengan DNA, menghambat sintesis DNA dan protein Karboplatin Sama seperti sisplatin Siklofospamid Membentuk ikatan silang DNA, menyebabkan inhibisi sintesis dan fungsi DNA Doksorubisin Radikal bebas oksigen mengikat DNA, pemutusan rantai DNA untai tunggal dan untai ganda; menghambat topoisomerase II; terserap kedalam DNA Vinkristin Menghambat Mitosis Assesment of pharmaceutical care 1. Permasalahan terkait obat a. Unresponsif obat