Anda di halaman 1dari 18

PASIEN PRE DAN POST OPERASI DENGAN

GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN


(TRAKEOSTOMI)
MATA KULIAH : KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB) 1
DOSEN : Sri Siswati M.Psi

NAMA KELOMPOK 5 :
1.PUTRI NURHALIZAH
2.NAOMI Y. SIREGAR
3.NASYWA ULVIA
4.CINDY E. SIMANJUNTAK
5.HAJIZAH RAHMA
6.DIAN ARINI
7.VIONITA SARI PAKPAHAN
8.JUHIRA HARAHAP
9.LIDIA KAROLIN
1. Anatomi Fisiologi Trakea
• Trakea merupakan tabung berongga yang disokong oleh cincin kartilago.
• Panjang trakea pada orang dewasa 10-12 cm.
• Trakea berawal dari kartilago krikoid yang berbentuk cincin meluas ke
anterior pada esofagus, turun ke dalam thoraks di mana membelah menjadi
dua bronkus utama pada karina.
• Pembuluh darah besar pada leher berjalan sejajar dengan trakea di sebelah
lateral dan terbungkus dalam selubung karotis. Kelenjar tiroid terletak di atas
trakea di setelah depan dan lateral.
• Ismuth melintas trakea di sebelah anterior, biasanya setinggi cincin trakea
kedua hingga kelima.
• Saraf laringeus rekuren terletak pada sulkus trakeoesofagus. Di bawah
jaringan subkutan dan menutupi trakea di bagian depan adalah otot- otot
supra sternal yang melekat pada kartilago tiroid dan hioid.
2. Defenisi
 Trakcostomi adalah tindakan membuat stoma atau
lubang agar udara dapat masuk ke paru-paru dengan
memintas jalan nafas bagian atas (adams, 1997).
 Trakeostomi merupakan tindakan operatif yang
memiliki tujuan membuat jalan nafas baru pada trakea
dengan mebuat sayatan atau insisi pada cincin trakea
ke 2.3.4.
 Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka
dinding depan / anterior trakea untuk mempertahankan
jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan
memintas jalan nafas bagian atas.(Hadikawarta
Rusmajono, 2004).
 Trakeostomi merupakan suatu teknik yang digunakan
untuk mengatasi pasien dengan ventilasi yang tidak
adekuat dan obstruksi jalan pernafasan bagian atas.
3. Fungsi Trakeostomi
a. Mengurangi tahanan aliran udara pernafasan yang selanjutnya mengurangi
kekuatan yang diperlukan untuk memindahkan udara sehingga mengakibatkan
peningkatan regangan total dan ventilasi alveolus yang lebih efektif. Asal lubang
trakheostomi cukup besar (paling sedikit pipa 7)
b. Proteksi terhadap aspirasi
c. Memungkinkan pasien menelan tanpa reflek apnea, yang sangat penting pada
pasien dengan gangguan pernafasan.
d. Memungkinkan jalan masuk langsung ke trachea untuk pembersihan.
e. Memungkinkan pemberian obat-obatan dan humidifikasi ke traktus
respiratorius.
f. Mengurangi kekuatan batuk sehingga mencegah pemindahan sekret ke perifer
oleh tekanan negatif intra toraks yang tinggi pada fase inspirasi batuk yang
normal.
4. Indikasi dan kontraindikasi

a.Indikasi dari trakeostomi antara lain:


1)Terjadinya obstruksi jalan nafas atas
Pasien yang mengalami obstruksi dan atau pun penyumbatan jalan nafas dan mengalami
kegagalan dalam pemakaian intubasi endotrakeal. Antara lain akibat :
1.Kongenital/bawaan
 Stenosis (penyempitan) subglotis atau trakea atas.
 Amomali trakeoesofagus
 Haemangioma (adalah kumpulan pembuluh darah kecil yang membentuk benjolan di
bawah kulit).
2.Infeksi
 LaryngotracheobronchTumor laring, faring, lidah, atau trakea atas tingkat lanjut dengan
stridor
3.Trauma
 Di maksilofasial.
 Luka tembak, tusuk di leher.
 Menghirup asap
 Menelan cairan korosif.
4.Kelumpuhan pita suara
 Post operasi komplikasi tiroidektomi
 Operasi esophagus
 Operasi jantung, cerebral bulbar.
5.Benda asing
 Terhirup objek yang bersarang di saluran nafas atas menyebabkan
stridor.
 Adanya benda asing di subglotis. Stoma berguna untuk mengambil
benda asing dari subglotik, apabila tidak mempunyai fasilitas
untuk bronkoskopi.
lanjutan...
2)Perlindungan Trakeobronkial Tree dari Aspirasi.
Dalam kondisi kronis di mana adanya ketidakmampuan laring atau faring dapat
memungkinkan aspirasi dan menghirup air liur atau isi lambung, trakeostomi harus
dilakukan. Kondisi itu di alami karena:
a)Penyakit neurogis
 Polyneuritis (terganggunya transmisi syaraf atau jaringan syaraf yang kekurangan energi
 Tetanus.
Adanya penyumbatan di rongga faring dan laring karena difteri laryngitis, atau tetanus
(kejang otot) sering ditanggulangi dengan Trakeostomi.
 Bulbar poliomyelitis
 Multiple sclerosis
 Myasthenia gravis
 Menyebabkan kelumpuhan vocal bilateral dengan kegagalan pernafasan akut.
 Hilangnya refleks laring dan ketidakmampuan untuk menelan dapat mengakibatkan
resiko tinggi terjadinya aspirasi. dan meluas ke atas sampai tubuh dan otot-otot wajah).
lanjutan...
2)Perlindungan Trakeobronkial Tree dari Aspirasi.
Dalam kondisi kronis di mana adanya ketidakmampuan laring atau faring dapat
memungkinkan aspirasi dan menghirup air liur atau isi lambung, trakeostomi harus
dilakukan. Kondisi itu di alami karena:
a)Penyakit neurogis
 Polyneuritis (terganggunya transmisi syaraf atau jaringan syaraf yang kekurangan energi
 Tetanus.
Adanya penyumbatan di rongga faring dan laring karena difteri laryngitis, atau tetanus
(kejang otot) sering ditanggulangi dengan Trakeostomi.
 Bulbar poliomyelitis
 Multiple sclerosis
 Myasthenia gravis
 Menyebabkan kelumpuhan vocal bilateral dengan kegagalan pernafasan akut.
 Hilangnya refleks laring dan ketidakmampuan untuk menelan dapat mengakibatkan
resiko tinggi terjadinya aspirasi. dan meluas ke atas sampai tubuh dan otot-otot wajah).
lanjutan...

b)Koma
 Cedera kepala
 Overdosis
 Keracunan
 Stroke
 Tumor otak
 Dalam situasi di mana nilai GCS kurang dari 8, pasien beresiko aspirasi karena refleks
pelindung hilang.
c)Trauma
 Patah tulang wajah yang parah.
 Dapat mengakibatkan aspirasi darah dari saluran nafas atas
lanjutan...
3)Gagal nafas
1.Kerusakan paru
 Menyebabkan kapasitas vitalnya berkurang dan trakeostomi mengurang ruang rugi (dead
air space) di saluran nafas atas seperti rongga mulut, sekitar lidah dan faring.
2.Penyakit paru
 Eksaserbasi bronkitis kronis
 Emfisema
 Asma berat
 Pneumonia berat.
3.Penyakit neurologi
 Multiple sclerosis.
 Kasus yang parah seperti Multiple Sclerosis (MS) menyebabkan masalah seperti disfagia
(kesulitan menelan), batuk, dan gagal nafas.
4.Luka dada
Dapat menyebabkan pneumotoraks yang berakibat gagal nafas.
lanjutan...
4)Sekret pada bronkus yang tidak dapat dikeluarkan secara fisiologis, misalnya pada pasien
dalam keadaan koma.
5)Untuk memasang alat bantu pernafasan (respirator).
6)Apabila terdapat benda asing di subglotis
4)Sekret pada bronkus yang tidak dapat dikeluarkan secara fisiologis, misalnya pada pasien
dalam keadaan koma.
5)Untuk memasang alat bantu pernafasan (respirator).
6)Apabila terdapat benda asing di subglotis
7)Penyakit inflamasi yang menyumbat jalan nafas (misal angina ludwig), epiglotitis dan lesi
vaskuler, neoplastik atau traumatik yang timbul melalui mekanisme serupa.
8)Obstruksi laring
 Karena radang akut, misalnya pada laryngitis akut, laryngitis difterika, laryngitis
membranosa, laringo-trakheobronkhitis akut, dan abses laring.
 Karena radang kronis, misalnya perikondritis, neoplasma jinak dan ganas, trauma laring.
benda asing, spasme pita suara, dan paralise Nerus Rekurens.
lanjutan...

9)Sumbatan saluran napas atas karena kelainan kongenital,


traumaeksterna dan interna.
infeksi, tumor.
10)Cedera parah pada wajah dan leher
11)Setelah pembedahan wajah dan leher
12)Hilangnya refleks laring dan ketidakmampuan untuk
menelan sehingga mengakibatkan
resiko tinggi terjadinya aspirasi
13)Penimbunan sekret di saluran pernafasan. Terjadi pada
tetanus, trauma kapitis
berat, Cerebro Vascular Disease (CVD), keracunan obat, serta
selama dan sesudah
operasi laring.
a. Jenis Tindakan
 Darurat, dilakukan Percutaneous Tracheostomy.
Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit gawat darurat.
 Elektif, dilakukan Surgical Tracheostomy.
Tipe ini dapat sementara dan permanen dan dilakukan di dalam ruang operasi.
b. Alat-alat :
1. Spuit yang berisi analgesia.
2. Pisau bedah.
3. Pinset anatomi.
4. Gunting panjang tumpul.
5. Sepasang pengait tumpul.
6. Benang bedah.
7. Klem arteri, gunting kecil yang tajam.
8. Kanul trakea dengan ukuran yang sesuai.
2) Jenis Pipa
 Cuffed Tubes.
Selang dilengkapi dengan balon yang dapat diatur sehingga memperkecil risiko timbulnya
aspirasi.
 Uncuffed Tubes.
Digunakan pada tindakan trakeostomi dengan penderita yang tidak mempunyai risiko
aspirasi.
 Trakeostomi dua cabang (dengan kanul dalam).
Dua bagian trakeostomi ini dapat dikembangkan dan dikempiskan sehingga kanul dalam
dapat dibersihkan dan diganti untuk menc egah terjadi obstruksi.
 Silver Negus Tubes.
Terdiri dari dua bagian pipa yang digunakan untuk trakeostomi jangka panjang. Tidak perlu
terlalu sering dibersihkan dan penderita dapat merawat sendiri
 Fenestrated Tubes.
Trakeostomi ini mempunyai bagian yang terbuka di sebelah posteriornya, sehingga
penderita masih tetap merasa bernafas melewati hidungnya.
3) Ukuran.
Ukuran trakeostomi standar adalah 0-12 atau 24-44 French.
4) Persiapan Pasien
 Posisikan pasien berbaring terlentang dengan bagian kaki lebih rendah 30° untuk
menurunkan tekanan vena sentral pada vena-vena leher.
 Bahu diganjal dengan bantalan kecil sehingga memudahkan kepala untuk diekstensikan
pada persendian atalanto oksipital. Dengan posisi seperti ini leher akan lurus dan trakea
akan terletak di garis median dekat permukaan leher.
 Kulit leher dibersihkan sesuai dengan prinsip aseptik dan antiseptik dan ditutup dengan
kain steril.
 Obat anestetikum disuntikkan di pertengahan krikoid dengan fossa suprasternal secara
infiltrasi.
5) Prosedur Inti.
 Sayatan kulit 5 sentimeter, vertikal di garis tengah leher mulai dari bawah krikoid sampai
fosa suprasternal, sedangkan sayatan horizontal di pertengahan jarak antara kartilago
krikoid dengan fosa suprasternal atau kira-kira dua jari dari bawah krikoid orang dewasa.
 Dengan gunting panjang yang tumpul, kulit serta jaringan di bawahnya dipisahkan lapis
demi lapis dan ditarik ke lateral dengan pengait tumpul sampai tampak trakea yang
berupa pipa dengan susunan cincin tulang rawan yang berwarna putih.
 Pembuluh darah vena jugularis anterior yang tampak ditarik ke lateral. Ismuth tiroid yang
ditemukan ditarik ke atas supaya cincin trakea jelas terlihat.
 Jika tidak mungkin, ismuth tiroid diklem pada dua tempat dan dipotong ditengahnya.
Sebelum klem ini dilepaskan ismuth tiroid diikat kedua tepinya dan disisihkan ke lateral.
Perdarahan dihentikan dan jika perlu diikat.Lakukan aspirasi dengan cara menusukkan
jarum pada membran antara cincin trakea dan akan terasa ringan waktu ditarik.
 Buat stoma dengan memotong cincin trakea ke tiga dengan gunting yang tajam.
Kemudian pasang kanul trakea dengan ukuran yang sesuai. Kanul difiksasi dengan tali
pada leher pasien dan luka operasi ditutup dengan kasa.
lanjutan...
b.Kontraindikasi dari trakheostomi antara lain :
Infeksi pada tempat pemasangan, dan gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol seperti
hemofili.
c.Penatalaksanaan
 Penatalaksanaan Trakeostomi
 Non-darurat (Elektif)
 Permanen
d.Perawatan Trakeostomy
a. Perawatan trakeostomi meliputi:
1) Pembersihan secret atau biasa disebut trakeobronkial toilet
2) Perawatan luka pada trakeostomi
3) Perawatan anak kanul
4) Humidifikasi untuk menjaga kelembapan
e.Tujuan Perawatan Trakeostomi
1) Untuk mencegah sumbatan pipa trakeostomi (Pluging)
2) Untuk mencegah infeksi
TRIMAKASIH

ANY QUESTION?????

Anda mungkin juga menyukai