Anda di halaman 1dari 12

TUGAS

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

Resume Tentang Perawatan Trakeostomi Dan Pengambilan Darah


Arteri Berdasarkan Teoritis Yang Ada Serta SOP Masing-Masing
Tindakan

Oleh :

GAYATRI PUTRI
NIM : 203310696

DOSEN : Ns. YOSSI SURYARINILSIH, M. Kep, Sp. KMB

PROGRAM STUDI NERS TINGKAT 2


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
PADANG
PERAWATAN TRAKEOSTOMI DAN PENGAMBILAN DARAH ARTERI
BERDASARKAN TEORITIS YANG ADA

A. Perawatan Trakeostomi
a. Pengertian
Trakeostomi adalah operasi membuat jalan udara melalui leher
langsung ke trakea untuk mengatasi asfiksi apabila ada gangguan
pertukaran udara pernapasan. Trakeostomi diindikasikan untuk
membebaskan obstruksi jalan napas bagian atas, melindungi trakea
serta cabang-cabangnya terhadap aspirasi dan tertimbunnya discharge
bronkus, serta pengobatan terhadap penyakit (keadaan) yang
mengakibatkan insufisiensi respirasi. Perawatan pasca trakeostomi
besar pengaruhnya terhadap kesuksesan tindakan dan tujuan akhir
trakeostomi. Perawatan pasca trakeostomi yang baik meliputi
pengisapan discharge. Dalam hal ini peran perawat sangat penting
sebagai edukator dan role mode dalam perawatan mandiri pasien
trakheostomi.

b. Fungsi
1) Fungsi dari trakheostomi antara lain: Mengurangi tahanan
aliran udara pernafasan yang selanjutnya mengurangi kekuatan
yang diperlukan untuk memindahkan udara sehingga
mengakibatkan peningkatan regangan total dan ventilasi
alveolus yang lebih efektif. Asal lubang trakheostomi cukup
besar (paling sedikit pipa 7)
2) Proteksi terhadap aspirasi
 Memungkinkan pasien menelan tanpa reflek apnea, yang
sangat penting pada pasien dengan gangguan pernafasan
 Memungkinkan jalan masuk langsung ke trachea untuk
pembersihan
 Memungkinkan pemberian obat-obatan dan humidifikasi
ke traktus respiratorius
 Mengurangi kekuatan batuk sehingga mencegah
pemindahan secret ke perifer oleh tekanan negative intra
toraks yang tinggi pada fase inspirasi batuk yang norma.
 Mengurangi kekuatan batuk sehingga mencegah
pemindahan secret ke perifer oleh tekanan negative intra
toraks yang tinggi pada fase inspirasi batuk yang norma.
c. Indikasi Dan Kontraindikasi
1) Indikasi dari trakeostomi antara lain:
 Terjadinya obstruksi jalan nafas atas
 Sekret pada bronkus yang tidak dapat dikeluarkan
secara fisiologis, misalnya pada pasien dalam keadaan
koma.
 Untuk memasang alat bantu pernafasan (respirator).
 Apabila terdapat benda asing di subglotis
 Penyakit inflamasi yang menyumbat jalan nafas ( misal
angina ludwig), epiglotitis dan lesi vaskuler, neoplastik
atau traumatik yang timbul melalui mekanisme serupa
 Obstruksi laring karena radang akut, misalnya pada
laryngitis akut, laryngitis difterika, laryngitis
membranosa, laringo-trakheobronkhitis akut, dan abses
laring karena radang kronis, misalnya perikondritis,
neoplasma jinak dan ganas, trauma laring, benda asing,
spasme pita suara, dan paralise Nerus Rekurens
 Sumbatan saluran napas atas karena kelainan
kongenital, trauma eksterna dan interna, infeksi, tumor.
 Cedera parah pada wajah dan leher
 Setelah pembedahan wajah dan leher
 Hilangnya refleks laring dan ketidakmampuan untuk
menelan sehingga mengakibatkan resiko tinggi
terjadinya aspirasi
 Penimbunan sekret di saluran pernafasan. Terjadi pada
tetanus, trauma kapitis berat, Cerebro Vascular Disease
(CVD), keracunan obat, serta selama dan sesudah
operasi laring
2) Kontraindikasi dari trakheostomi antara lain :
Infeksi pada tempat pemasangan, dan gangguan pembekuan
darah yang tidak terkontrol, seperti hemofili.
d. Komplikasi
Menurut Ilham (2010), komplikasi yang terjadi pada tindakan
trakeostomi dibagi atas:
1) Komplikasi dini
 Perdarahan
 Pneumothoraks terutama pada anak-anak
 Aspirasi
 Henti jantung sebagai rangsangan hipoksia terhadap
respirasi
 Paralisis saraf rekuren
e. Klasifikasi
Menurut letak insisinya, trakeostomi dibedakan menjadi
Trakeostomi elektif : Insisi horisontal
Trakeostomi emergensi : Insisi vertikal
f. Penatalaksanaan
1) Jenis Tindakan Trakeostomi
 Surgical trakeostomy
Tipe ini dapat sementara dan permanen dan dilakukan di
dalam ruang operasi.Insisi dibuat diantara cincin trakea
kedua dan ketiga sepanjang 4-5 cm.
 Percutaneous Tracheostomy
Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada
unit gawat darurat.Dilakukan pembuatan lubang diantara
cincin trakea satu dan dua atau dua dan tiga. Karena
lubang yang dibuat lebih kecil, maka penyembuhan
lukanya akan lebih cepat dan tidak meninggalkan scar.
Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga jauh lebih
kecil.
 Mini tracheostomy
Dilakukan insisi pada pertengahan membran krikotiroid
dan trakeostomi mini ini dimasukan menggunakan
kawat dan dilator.
g. Jenis Pipa Trakeostomi
1) Cuffed Tubes
Selang dilengkapi dengan balon yang dapat diatur sehingga
memperkecil risiko timbulnya aspirasi.
2) Uncuffed Tubes
Digunakan pada tindakan trakeostomi dengan penderita yang
tidak mempunyai risiko aspirasi.
3) Trakeostomi Dua Cabang (dengan kanul dalam)
Dua bagian trakeostomi ini dapat dikembangkan dan
dikempiskan sehingga kanul dalam dapat dibersihkan dan
diganti untuk mencegah terjadi obstruksi.
4) Silver Negus Tubes
Terdiri dua bagian pipa yang digunakan untuk trakeostomi
jangka panjang. Tidak perlu terlalu sering dibersihkan dan
penderita dapat merawat sendiri.
5) Fenestrated Tubes
Trakeostomi ini mempunyai bagian yang terbuka di sebelah
posteriornya, sehingga penderita masih tetap merasa bernafas
melewati hidungnya. Selain itu, bagian terbuka ini
memungkinkan penderita untuk dapat berbicara.

B. Pengambilan Darah Arteri


a. Pengertian
Tindakan pengambilan darah melalui pembuluh darah arteri
b. Tujuan
Untuk mendapatkan sampel darah arteri untuk pemeriksaan diagnostik.
c. Manfaat
Sampel darah vena bermanfaat untuk pemeriksaan analisis gas darah
(AGD). Pemeriksaan gas darah arteri (GDA) atau analisis gas darah
arteri (AGD) adalah salah satu jenis pemeriksaan darah yang dilakukan
dengan cara mengambil darah arteri dengan teknik tertentu yang
bertujuan untuk mengkaji gangguan keseimbangan asam-basa, yang
disebabkan oleh gangguan respiratorik atau gangguan metabolik atau
keduanya.
d. Indikasi
Pengambilan darah arteri untuk pemeriksaan AGD diindikasikan untuk
pasien:
1) Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik (COPD)
2) Pasien deangan edema pulmo
3) Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS)
4) Infark miokard
5) Pneumonia
6) Pasien syok
7) Post pembedahan coronary arteri baypass
8) Resusitasi cardiac arrest
9) Pasien dengan perubahan status respiratori
10) Anestesi yang terlalu lama
e. Kontraindikasi
Pengambilan darah arteri tidak dilakukan pada pasien yang sedang
menjalani
terapi anti koagulan, dan pasien dengan riwayat gangguan pembekuan
darah.
f. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah :
1) Apabila jarum sampai menebus periosteum tulang akan
menimbulkan nyeri
2) Perdarahan
3) Cedera syaraf
4) Spasme arteri
g. Lokasi Dan Sudut Pengambilan Darah Arteri
1) Lokasi pengambilan darah arteri
Bagian tubuh yang dapat digunakan sebagai lokasi pungsi atau
tempat pengambilan darah arteri bervariasi, diantaranya
adalah :
 Arteri radialis dan arteri ulnaris (sebelumnya dilakukan
allen’s test)
 Arteri brakialis
 Arteri femoralis
 Arteri tibialis anterior, posterior
 Arteri dorsalis pedis

Cara melakukan Test Allen’s


Minta pasien untuk mengepalkan tangan dengan kuat, berikan
tekanan langsung pada denyutan arteri radialis dan ulnaris dari
salah satu pergelangan tangan pasien, minta pasien untuk
membuka tangannya, lepaskan tekanan pada arteri, observasi
warna jari-jari, ibu jari dan tangan. Jari-jari dan tangan harus
memerah dalam 15 detik, warna merah menunjukkan test
allen’s positif. Apabila tekanan dilepas, tangan tetap pucat,
menunjukkan test allen’s negatif. Jika pemeriksaan negatif,
hindarkan tangan tersebut dan periksa tangan yang lain.

2) Sudut pengambilan darah vena


Sudut pengambilan darah vena disarankan ±30-450

SOP MASING-MASING TINDAKAN


A. Perawatan Trakeostomi
a. Alat Dan Bahan
1) Spuit dan obat analgetik
2) Pisau (skalpel)
3) Pinset anatomis
4) Gunting panjang yang tumpul
5) Sepasang pengait tumpul
6) Arteri klem
7) Gunting kecil yang tajam
8) Kanul trakea sesuai ukuran yang cocok untuk pasien
9) NaCl 0,9%
10) Mesin suction
11) Kasa steril
12) Sarung tangan
13) 1 set perawatan luka dan betadine
14) Pensil dan kertas
b. Tahap Pra Interaksi
1) Cek catatan medis dan perawatan.
2) Cuci tangan
3) Menyiapkan alat-alat yang diperlukan
c. Tahap Orientasi
1) Memberikan salam, panggil klien serta mengenalkan diri
2) Menerangkan prosedur dan tujuan tindakan perawatan
trakeostomi
d. Tahap Kerja
1) Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya
2) Menjaga privasi
3) Membantu klien untuk mengatur posisi nyaman
4) Secara umum perawatan trakeostomi meliputi:
Kelembaban
 Epitel bersilia melapisi bronkus dan trakea, bila ditutupi
lendir bisa rusak.
 Uap hangat atau dingin dengan mengalirkan udara yang
telah dilembabkan kedalam kanul
Penghisapan lendir
 Meskipun kelembaban cukup cukup sekret terbentuk
 Reflek batuk kurang lakukan suction yang steril
 Mengencerkan sekret dengan meneteskan garam
fisiologis 1-5 cc kedalam kanul
 Waktu dimasukan penghisap dimatikan, kateter suction
masuk dahulu baru hidupkan agar oksigen dalam paru
tidak terhisap
Infeksi
 Mudah terjadi karena lubang operasi yang terbuka dan
aspirasi
 Cuci tangan atau gunakan sarung tangan
 lakukan perawatan luka disekitar area trakeostomi
Kebersihan
 Metal kanul dalam lebih panjang dapat dikeluarkan dan
dibersihkan kanul tetap untuk menjaga aliran udara
 Karet hanya satu bagian maka penghisap lendir harus
hati-hati
Pengempisan Cuff
 Bila terlalu kencang akan merusak dinding trakea
 Dikempiskan setiap 1 jam selama 5 menit
Makanan
 Pasien tidak mampu makan, sehingga dipasang NGT
Berbicara
 Klien tidak dapat berbicara, sehingga perlu disediakan
pensil dan kertas
 Klien akan perlu didampingi
5) Rapikan alat-alat
e. Tahap Terminasi
1) Mengevaluasi klien
2) Memberikan reinforcemen
3) Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4) Cuci tangan
5) Pendokumentasian

B. Pengambilan Darah Arteri


a. Alat Dan Bahan
1) Spuit: dewasa spuit 3 cc, anak-anak : wing nedle
2) Tabung EDTA
3) Kapas alkohol dan plester
4) Kasa steril
5) Obat anastetik local kalua perlu
6) Sarung tangan
7) Pengalas
8) Bantalan
b. Tahap Pra Interaksi
1) Melakukan verifikasi data pasien.
2) Mencuci tangan.
3) Mempersiapkan dan menempatkan alat di dekat pasien.
c. Tahap Orientasi
1) Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik.
2) Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
keluarga/pasien.
3) Menanyakan kesiapan pasien sebelum kegiatan dilakukan.
d. Tahap Kerja
1) Memakai sarung tangan.
2) Memilih dan mengkaji arteri dengan cara palpasi arteri dengan
jari tangan dan tentukan daerah pulsasi maksimal. Bila lokasi
pengambilan pada daerah arteri radial dan brakial lakukan Tes
Allen.
3) Pasang pengalas di bawah area arteri yang akan diambil.
4) Stabilisasikan arteri dengan melakukan hiperekstensi (bisa
menggunakan bantalan seperti kain atau bantal).
5) Bersihkan area penusukan dengan kapas alkohol.
6) Masukkan jarum dengan sudut 30-450 secara perlahan dan
perhatikan masuknya darah ke dalam spuit.
7) Setelah darah terhisap kira-kira 2-4 cc atau (sesuai kebutuhan)
tarik spuit dan tekan bekas tusukan arteri 5-10 menit dengan
kasa steril. Bila darah sudah berhenti keluar, berikan plester.
8) Tempatkan darah pada tabung EDTA dan beri label.
e. Tahap Terminasi
1) Buka sarung tangan.
2) Membereskan alat-alat.
3) Berpamitan dengan pasien.
4) Mencuci tangan.
5) Dokumentasi keperawatan.
Sumber :

Arif Mansjoer. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke 3, Jilid I, 2000, FKUI : Media
Aesculapius, Jakarta
Somantri, Irman. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Gangguan Sistem Pernapasan. 2008. Jakarta : Salemba Medika.
Santosa, Agus. Buku Ajar Praktik Keperawatan Medikal Bedah Dilengkapi Standar
Operasional Prosedur dan Daftar Tilik. 2019. Yogyakarta : UNY Press.

Anda mungkin juga menyukai