Anda di halaman 1dari 15

PT.

PUTRI ANGGUN SEJAHTERA


RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PUTRI SURABAYA
Jalan Arief Rahman Hakim No. 122 Surabaya
Telp. 031 – 5999987 Fax. 031 – 5997215
Email : rs_putri@yahoo.co.id

Nomor : 001/K-MUTU/RSIAP/VIII/2022 Surabaya, 31 Agustus 2022


Lampiran : 1 Bendel
Hal :
Pelaksanaan Pembelajaran
1. Menggunakan data base eksternal untuk
perbandingan dengan praktik terbaik ( best practice )
2. Dengansumber ilmiah professional yang objektif

Yth.
Direktur RSIA PUTRI
Jl. Arief Rahman Hakim 122
Surabaya

Dengan hormat,

No Jenis Laporan Jumlah Keterangan

1. Pelaksanaan Pembelajaran 1 bendel Mohon arahan dan tindak lanjut


1. Menggunakan data base eksternal
untuk perbandingan dengan praktik
terbaik ( best practice )
2. Dengansumber ilmiah professional
yang objektif
Tentang ILO tahun 2022

Demikian, untuk menjadikan periksa dan tindak lanjut.

Ketua Komite Mutu


RSIA PUTRI Surabaya

dr. Deffy Lettyzia R

Disposisi Surabaya, 12 April 2022


……………………………………………………………… Direktur RSIA Putri
……………………………………………………………...
……………………………………………………………..
……………………………………………………………..
……………………………………………………………...
dr. Herminiati, HB, MARS,FISQua
……………………………………………………………..
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
MENGGUNAKAN DATA BASE EKSTERNAL UNTUK PERBANDINGAN
DENGAN PRAKTIK TERBAIK ( BEST PRACTICES) DAN PERBANDINGAN
DENGAN SUMBER ILMIAH PROFESIONAL YANG OBJEKTIF
TENTANG ILO

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PUTRI


SURABAYA
2022
BAB I

PENDAHULUAN

Keselamatan pasien merupakan isu yang menjadi perhatian dunia karena globalisasi teknologi
informasi, pengetahuan masyarakat tentang pelayanan kesehatan dan isu keselamatan pasien
yang pesat.1 Salah satu indikator keselamatan pasien yang berhubungan dengan tindakan medis
adalah infeksi luka operasi (ILO) yang merupakan komplikasi utama yang dialami oleh pasien
rawat inap dan menjadi salah satu indikator keselamatan pasien.

Infeksi luka operasi (ILO) adalah infeksi yang terjadi pada luka bekas sayatan operasi. Kondisi ini
umumnya muncul dalam 30 hari pertama setelah operasi, dengan gejala nyeri, kemerahan, dan rasa
panas pada bekas luka. Dalam operasi, dokter bedah akan membuat sayatan pada kulit dengan
menggunakan pisau bedah sehingga menimbulkan luka operasi. Luka ini dapat terinfeksi meski
prosedur operasi yang telah dijalankan sudah sesuai dan melalui tindakan pencegahan infeksi.

Salah satu indikator keselamatan pasien yang berhubungan dengan tindakan medis infeksi luka
operasi merupakan komplikasi utama yang dialami oleh pasien rawat inap. Tingkat kejadian
infeksi luka operasi berkisar antara 3% – 15 % didunia. World Health Organization (WHO)
melalui World Alliance for Patient Safety melaporkan bahwa dari 27 juta pasien pembedahan
terjadi ILO 2-5 % setiap tahunnya dan 25 % jumlah infeksi terjadi di fasilitas pelayanan
kesehatan (Rivai et al., 2013; Zuarez-Easton et al., 2017).

NHSN ( National Healthcare Safety Network) tahun 2006 – 2008, dari 849.659 prosedur operasi
kejadian infeksi 16.147 ( 1.9%). Menurut NHS (National Health Scotland,Canadian Infection
Control Surveilans) angka SSI untuk operasi CABG 8 % ,untuk operasi katup ( CARD) 4 %.
Sehingga membuat lama perawatan meningkat,60% stay in ICU serta biaya meningkat 30 %
BAB II

TATALAKSANA

PROSEDUR PENCEGAHAN INFEKSI LUKA OPERASI

Surgical Site Infection (SSI) merupakan infeksi yang terjadi pada tempat atau daerah insisi
akibat suatu tindakan pembedahan yang di dapatkan dalam 30 – 90 hari setelah operasi, pada
luka terbuka dan tertutup, Infeksi dapat terjadi di jaringan insisional superficial, insisional dalam
dan insisional rongga

Surgical Site Infection /Infeksi Luka Operasi Kriteria:

1. Superficial incisional SSI


Infeksi yang terjadi 30 hari setelah prosedur operasi ( dimana hari prosedur dianggap hari
ke 1) dan melibatkan hanya kulit dan subkutan dan
Terdapat paling sedikit 1 keadaan berikut : Keluar cairan purulen dari luka insisi Insisi
dalam secara spontan mengalami dehisens atau sengaja dibuka oleh ahli bedah dengan
cultur positif atau tanpa cultur Dan
 Pasien mempunyai paling sedikit satu dari tanda dan gejala: demam (>38ºc), tanda
infeksi lokal ( sakit, merah dan lunak), Hasil kultur negative tidak termasuk kriteria.
 Dokter menyatakan infeksi
2. Deep Incisional
Infeksi yang terjadi 30 atau 90 hari setelah prosedur operasi Dan
 termasuk insisi jaringan lunak ( lapisan otot dan fascia)
 Terdapat paling sedikit 1 keadaan berikut : Keluar cairan purulen dari luka insisi Insisi
dalam secara spontan mengalami dehisens atau sengaja dibuka oleh ahli bedah dengan
cultur positif atau tanpa cultur Dan
 Pasien mempunyai paling sedikit satu dari tanda dan gejala: demam (> 38ºc), tanda
infeksi lokal ( sakit, merah dan lunak), Hasil kultur negative tidak termasuk kriteria.
 Bukti abses atau infeksi lain selama prosedur atau dengan histopatologi maupun
pencitraan
3. Organ/ Space SSI
Infeksi yang terjadi 30 atau 90 hari setelah prosedur operasi Dan
 Infeksi yang melibatkan setiap bagian dari tubuh termasuk insisi kulit, fasia, atau
lapisan otot yang dibuka atau di manipulasi selama prosedur.
 Adanya organisme yang diperoleh dari cairan atau jaringan
 Bukti abses atau infeksi lain selama prosedur atau dengan histopatologi maupun
pencitraan

Stratifikasi Berdasarkan Indeks Risiko Menurut National Nosocomial Infection Surveilance


( NNIS )

Berdasarkan :

1. Klasifikasi jenis operasi (kategori operasi)


 Bersih
 Bersih tercemar 0

 Tercemar
 Kotor 1

2. Klasifikasi kondisi pasien


 ASA : 1
0
 ASA : 2
 ASA : 3
 ASA : 4 1
 ASA : 5
3. Durasi operasi
 Sesuai dgn waktu yg ditentukan nilai } 0
 Lebih dari waktu yg ditentukan nilai } 1

Kategori Operasi

1. Operasi Bersih :
Operasi dilakukan pada daerah/ kulit yang pada kondisi pra bedah tidak terdapat
peradangan dan tidak membuka traktus respiratorius, traktus gastrointestinal, orofaring,
traktus urinarius atau traktus biller
Operasi berencana dengan penutupan kulit primer, dengan atau tanpa pemakaian drain
tertutup
2. Operasi Bersih Terkontaminasi :
Operasi membuka traktus digestivus, traktus biller, traktus urinarius, traktus respiratorius
sampai dengan orofaring, atau traktus reproduksi kecuali ovarium
Operasi tanpa pencemaran nyata (gross spillage), contohnya operasi pada traktus billier,
apendiks, vagina atau orofaring.
3. Operasi Terkontaminasi :
Operasi yang dilakukan pada kulit yang terbuka, tetapi masih dalam waktu emas (Golden
periode )
4. Operasi Kotor:
Perforasi traktus digestivus, traktus urogenitalis atau traktus respiratorius yang terinfeksi
Melewati daerah purulen (Inflamasi Bakterial)
Luka terbuka lebih dari 6 jam setelah kejadian , terdapat jaringan luas atau kotor
Dokter yang melakukan operasi menyatakan sebagai luka operasi kotor/ terinfeksi

Kondisi Pasien Berdasarkan American Society of Anesthesiologists (ASA Score)

1. ASA 1 : Pasien sehat


2. ASA 2 : Pasien dg gangguan sistemik ringan – sedang
3. ASA 3 : Pasien dg gangguan sistemik berat
4. ASA 4 : Pasien dg gangguan sistemik berat yg mengancam kehidupan
5. ASA 5 : Pasien tdk diharapkan hidup walaupun dioperasi atau tidak

3.T .Time ( T Point )

Jenis operasi T Point ( Hours )


Coronary artery bypass graft 5
Bile duct, liver or pancreatic surgery 4
Craniotomy 4
Head and neck surgery 4
Colonic surgery 3
Joint prosthesis surgery 3
Vascular surgery 3
Abdominal or vaginal hysterectomy 2
Ventricular shunt 2 2
Herniorrhaphy 2
Appendectomy 1 1
Limb amputation 1
SC 1

Infeksi luka operasi dipengaruhi oleh banyak hal antara lain:


A. Faktor Internal
• Usia
• Tipe tubuh
• Penyakit kronis
• Imunosupresi dan terapi radiasi
• Status gizi
• Nilai laboratorium (fungsi hati, ginjal dan tiroid)
• Kepatuhan pasien
• Penurunan supply darah (penyakit kardiovaskular dan iskemik)
• Kandungan zat-zat seperti alkohol dan nikotin
• Stress psikologis dan kurang tidur

B. Faktor eksternal
 Petugas
 Tehnik pembedahan
 Lingkungan
 Alat

Rekomendasi untuk mencegah SSI

 Preoperasi
 Intraoperasi
 Postoperasi

PRE OPERASI

 Jika ditemukan ada tanda-tanda infeksi, sembuhkan terlebih dahulu infeksinya


 Sarankan pasien untuk berhenti merokok 30 hari sebelum operasi elektif.
 Masa rawat inap sesingkat mungkin dan cukup waktu untuk persiapan operasi yang
memadai
 Tidak direkomendasi mengenai penghentian dan pengurangan steroid sistemik sebelum
operasi.
 Tidak direkomendasikan pakai mupirocin melalui hidung untuk mencegah IDO
 Tidak ada rekomendasi untuk mengusahakan oksigenisasi pada luka untuk mencegah
IDO
 Mandi sebelum operasi
Mandi sebelum operasi (baik membantu pasien mandi atau mandi diatas bed/seka)
menggunakan sabun baik sehari sebelum atau dihari akan operasi
Direkomendasikan menggunakan sabun antiseptic chlorhexidine 4%
 Menghilangkan / mencukur rambut
Pencukuran preoperasi merupakan tindakan yang tidak boleh dilakukan kecuali bila
mengganggu jalannya pembedahan. Pencukuran preoperasi merupakan salah satu
penyebab infeksi daerah operasi.
Jangan menggunakan alat yang biasa digunakan untuk cukur rutin untuk menghindari
infeksi luka operasi
Jika akan mencukur gunakan elektric clippers dengan kepala pisau sekali pakai dihari
akan dilakukan operasi
Jangan menggunakan silet cukur untuk menghilangkan rambut
Berikut evidence base/study klinik bahwa menggunakan silet cukur meningkatkan resiko
infeksi luka operasi

Metode pencukuran rambut dan resiko infeksi

Metode Infection rate


Silet cukur 1.3%
clipper 0.4%
( Ko,Lazenby,1991)

Waktu pencukuran dan resiko infeksi


Waktu mencukur Infection rate
Pagi dihari akan operasi 3.1%
Malam sebelum hari operasi 7.1%
Lebih dari 24 jam 20%
(Seropian & Reynolds: “Wound infection after preoperative depilatory vs razor preparation,” American
Journal of Surgery 121 (March 1971) 251-254)

Kamar operasi

 Gunakan alat steril yang terstandart


 Ventilasi dalam kamar operasi :
 Tekanan posistif
 Cirkulasi udara 15X/1 jam
 Suhu 19-24 C
 Kelembaban udara 40 -60 %
 Permukaan ruangan didesinfeksi secara periodic dengan disinfektan
 Tidak banyak petugas dalam ruangan operasi dan batasi / minimalkan keluar masuk
petugas

INTRA OPERASI

1. Petugas kamar bedah


 Petugas yg sakit dilarang masuk kamar bedah
 Tidak memakai kutek, kuku panjang dan perhiasan tangan
 Bekerja dengan teknik aseptik
 Bersihkan tangan sebelum gunakan sarung tangan
 Gunakan baju dan sandal khusus kamar bedah
 Gunakan APD sebelum masuk kamar bedah
Baju Bedah dan Drepes
Gunakan baju bedah dan Drepes yang kedap air.Segera ganti baju atau Drepes yang
terkontaminasi atau tembus darah atau cairan infeksius.
Gantilah gaun apabila tampak kotor, terkontaminasi dengan percikan cairan tubuh pasien.
Jangan menggunakan baju operasi di luar kamar bedah
2. Sterilisasi alat bedah
 Sterilkan semua alat bedah sesuai pedoman yg direkomendasikan
 Jangan lakukan sterilisasi cepat untuk kenyamanan atau menghemat waktu
 Sterilisasi cepat hanya untuk perawatan pasien yang cito
3. Pasien
 Kaji alergi atau tidak antiseptik
 Antibiotik diberikan 60 menit sebelum insisi
 Gula darah dalam batas normal
 Suhu pasien sebelum anestesi normal
 Preparasi kulit sebelum operasi menggunakan antiseptik (povidone –iodine atau
clorhexidine) satu arah ± 2 menit
Bila harus menggunakan diathermi pastikan kulit dalam kondisi kering
Preparasi kulit sebelum operasi menggunakan antiseptik (povidone –iodine atau clorhexidine)
Karakteritis 3 jenis cairan antiseptic untuk kulit pasien pra operasi:

POST OPERASI
Tertutup
1. Rawat luka dgn cara septik dan aseptik
2. Gunakan APD
3. Luka ditutup hanya 48 jam
4. Rawat luka dgn cairan normal salin

Terbuka :
Rawat luka bila kotor atau sesuai indikasi

Antibiotik Propilaktik

 Pastikan pemberian antibiotika propilaksis dalam 60 menit sebelum operasi


 Pastikan antibiotika propilaksis diberikan sesuai pedoman antibiotika lokal, sesuai
kategori operasi spesifik

BAB III

PEMBAHASAN

Dalam penatalaksanaan pencegahan infeksi luka operasi di RSIA PUTRI telah dilakukan sesuai
prosedur yang telah ditentukan dan dipantau oleh Komite PPI dengan adanya lembar supervisi
berupa lembar survailans PPI. Survailen PPI dilaksanakan setiap satu bulan sekali baik oleh
IPCLN maupun IPCN.

Secara prosedur RSIA Putri telah melakukan tatalaksana pencegahan infeksi luka operasi sesuai
panduan, namun dalam pelaksanaanya didapatkan adanya insiden ILO di bulan Juni yang
dilaporkan di bulan Juli saat pasien kontrol .

Berikut data tindakan operasi trimester 2 tahun 2022

Bulan Jumlah operasi Kejadian ILO Prosentase


kejadian ILO
April 94 0 0%
Mei 99 0 0%
Juni 106 2 1.9%
total 299 2 0.6%

Pada data diatas jika dilihat di bulan juni kejadin ILO 1.9% , sedangkan jika dilihat dalam
triwulan ILO mencapai 0.6%. Pada tahun 2022 ini hanya didapatkan ada 2 kejadian infeksi luka
operasi di trimester 2 (dua). Setelah dilakukan invsestigasi dengan Komite PPI sebagai
investigatornya didapatkan bahwa ada ketidak tepatan prosedur pada saat penatalaksanaan pre
operasi, yaitu :

1. Pasien tidak dianjurkan untuk mandi dengan sabun CHD


2. Pencukuran tidak menggunakan cliper dan
3. Pencukuran dilakukan lebih dari 1 jam operasi dimulai

Dengan hasil rekomendasi :

1. Pada penilitian terakhir direkomendasi bahwa menghindari mencukur kecuali bila


mengganggu jalannya pembedahan, jika diperlukan pencukuran preoperasi, maka
dilakukan sedekat mungkin dengan tindakan pembedahan atau dalam waktu 1 jam
sebelum pembedahan dan menggunakan clipper
2. Penggunaan mandi CHD baik pada pasien operasi elektif atau cito
BAB IV

KESIMPULAN

1. Terkait dengan Best Practice


RSIA Putri telah melakukan tatalaksana pencegahan infeksi luka operasi sesuai dengan
panduan.
a. Terbukti selama tahun 2022 mulai Januari sampai Mei tidak ada klejadian ILO,
hanya di bulan Juni ada kejadian infeksi luka operasi yang terjadi karena adanya
ketidak tepatan prosedur pada saat penatalaksanaan pre operasi .
b. Jika panduan dilaksanakan dengan benar maka kejadian infeksi luka operasi akan
tidak ada.
c. Berdasarkan kejadian ILO yang terjadi pimpinan mendorong agar RSIA Putri
melakukan prosedur pencegahan lnfeksi luka oprasi sesuai dengan panduan sehingga
kejadian ILO harus tetap < 2% dan kalau bisa 0%

2. Terkait dengan sumber ilmiah professional yang objektif


RSIA Putri telah melakukan tatalaksana pencegahan infeksi luka operasi sesuai dengan
panduan. Sesuai dengan penelitian :
a. Jika akan mencukur gunakan elektric clippers dengan kepala pisau sekali pakai dihari
akan dilakukan operasi,
b. Jangan menggunakan silet cukur untuk menghilangkan rambut
c. Serta dilakukan sedekat mungkin dengan tindakan pembedahan atau dalam waktu 1
jam sebelum pembedahan akan mengurangi resiko terjadinya infeksi
3. Dalam mencapai target ILO sesuai target maka perlu koordinasi yang baik dari semua
unit yang berhubungan serta perlunya pengawasan dan monitoring serta evaluasi dari
pihak PPI dan Komite Mutu

BAB V

PENUTUP

Keselamatan pasien adalah hal yang harus diperhatikan oleh RSIA Putri dalam pelaksanaan
pelayanan karena keselamatan pasien adalah goal nya sebuah asuhan, termasuk salah satunya
adalah kejadian insiden ILO. Dengan koordinasi yang baik akan membuat pelayanan RSIA Putri
menjadi baik dan bermutu.

Anda mungkin juga menyukai