OLEH
(P07120320006)
NERS KELAS A
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020
A. Konsep dasar Imunisasi
1. Definisi
Imunisasi merupakan reaksi antara antigen dan antibody, yang dalam
bidang ilmu imunologi merupakan kuman atau racun (toxin disebut sebagai
antigen). Secara khusus antigen merupakan bagian dari protein kuman atau
protein racunnya. Bila antigen untuk kalinya masuk ke dalam tubuh manusia,
maka sebagai reaksinya tubuh akan membentuk zat anti terhadap racun kuman
yang disebut dengan antibody.
2. Jenis-jenis imunisasi
Pada dasarnya dalam tubuh sudah memiliki pertahanan secara sendiri agar
berbagai kuman yang masuk dapat dicegah, pertahanan tubuh tersebut meliputi
pertahanan nonspesifik dan pertahanan spesifik, proses mekanisme pertahanan
dalam tubuh pertama kali adalah pertahanan non spesifik seperti complemen dan
makrofag dimana complemen dan makrofagini yang pertama kali akan
memberikan peran ketika ada kuman yang masuk kedalam tubuh. Selain itu maka
kuman harus melawan pertahanan tubuh yang kedua yaitu pertahanan tubuh
spesifik terdiri dari system humoral dan seluler. System pertahanan tersebut hanya
bereaksi terhadap kuman yang mirip dengan bentuknya. System pertahanan
humoral akan menghasilkan zat yang disebut immunoglobulin ( IgA, IgM, IgG,
IgE, IgD ) dan system pertahanan seluler terdiri dari limfosit B dan limfosit T,
dalam pertahanan spesifik selanjutnya akan menghasilkan sel yang disebut sel
memori, sel akan berguna atau sangat cepat dalam bereaksi apabila sudah pernah
masuk kedalam tubuh, kondisi ini yang digunakan dalam prinsip imunisasi.
Berdasarkan proses tersebut di atas maka imunisasi dibagi menjadi dua yaitu
imunisasi aktif dan imunisasi pasif :
a. Imunisasi aktif
3. Imunisasi Polio
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak.
Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian
imunisasi polio adalah 4 kali. Waktu pemberian imunisasi polio antara umur 0-11
bulan dengan interval 4 minggu. Cara pemberian imunisasi melalui oral. Cara
pemberian dan dosis imunisasi polio :
a). Diberikan secara oral sebanyak 2 tetes dibawah lidah langsung dari botol
tanpa menyentuh mulut bayi.
b). Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper) yang baru
c). Kontraindikasi
Pada individu yang menderita imunedeficiency tidak ada efek yang
berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang
sakit. Namun jika ada keraguan misalnya sedang menderita diare atau
muntah, demam tinggi > 38,50c, maka dosis ulangan dapat diberikan
setelah sembuh.
Pasien yang mendapat imunosupreson
Pada umumnya tidak ada efek samping tetapi ada hal yang perlu
diperhatikan setelah imunisasi polio yaitu setelah anak mendapatkan imunisasi
polio maka pada tinja si anak akan terdapat virus polio selama 6 minggu sejak
pemberian imunisasi. Karena itu, untuk mereka yang berhubungan dengan
bayi yang baru saja diimunisasi polio supaya menjaga kebersihan dengan
mencuci tangan setelah mengganti popok bayi.
4. Imunisasi Campak
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit campak pada anak karena penyakit ini sangat menular. Penyakit infeksi
ini disebabkan oleh virus morbili yang menular melalui droplet. Gejala awal
ditunjukkan dengan adanya kemerahan yang mulai timbul pada bagian telinga,
dahi, dan menjalar ke wajah dan anggota badan selain itu timbul gejala seperti flu
disertai mata berair dan kemerahan (konjungtivitis). Setelah 3-4 hari kemerahan
mulai hilang dan berubah menjadi kehitaman yang akan tampak bertambah dalam
1-2 minggu dan apabila sembuh, kulit akan tampak bersisik. Imunisasi campak
diberikan pada anak usia 9 bulan sebanyak satu kali, kandungan vaksin ini adalah
virus yang melemahkan. Pemberian imunisasi campak melalui subcutan
kemudian efek sampingnya adalah dapat terjadi ruam pada tempat suntikan dan
panas
5. Imunisasi Hepatitis B
Merupakan yang digunakan untuk mencegah terjadinya hepatitis yang
kandungannya adalahHbAg dalam bentuk cair. Frekuensi pemberian imunisasi
hepatitis pada umur 0-11 bulan. Cara pemberian imunisasi hepatitis ini adalah
intramuscular. Cara pemberian dan dosis imunisasi hepatitis B :
a). Sebelum digunakan vaksin dikocok terlebih dahulu agar suspence menjadi
homogeny
b). Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml secara Intramuscular sebaiknya
pada anterolateral paha
c). Pemberian imunisasi Hepatitis B sebanyak 3 kali
d). Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari dan selanjutnya dengan interval
waktu minimal 4 minggu
e). Kontraindikasi Hipersensitif terhadap komponen vaksin dan penderita
infeksi berat disertai kejang, masih diizinkan untuk pasien batuk atau pilek.
f). Efek samping
Reaksi local seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan disekitar
tempat bekas penyuntikan
Reaksi sistemik seperti demam ringan, lesu dan perasaan tidak enak
pada saluran cerna
Reaksi yang akan terjadi akan hilang dengan sendirinya setelah 2 hari.
Selain imunisasi diatas, imunisasi tambahan yang dapat diberikan pada anak yaitu :
1. Imunisasi MMR ( Measles, Mumps, Rubella)
Merupakan imunisasi yang digunakan dalam memberikan atau mencegah
terjadinya penyakit campak (measles), gondong, parotis epidemika (mumps), dan
rubella (campak jerman). Dalam imunisasi MMR ini antigen yang dipakai adalah
virus campak strain Edmonson yang dilemahkan, virus rubella strain RA 27/3 dan
virus gondong. Vaksin ini tidak dianjurkan pada bayi usia dibawah 1 tahun karena
dikhawatirkan terjadi interferensi dengan antibody maternal yang masih ada.
Khusus pada daerah endemic sebaiknya diberikan imunisasi campak yang
monovalen dahulu pada usia 4-6 bulan atau 9-11 bulan dan booster dapat
dilakukan MMR pada usia 15-18 bulan.
3. Imunisasi Varicella
4. Imunisasi Hepatitis A
Berikut ini adalah cara pemberian dan waktu yang tepat untuk pemberian imunisasi.
Cara pemberian imunisasi dasar.
Merupakan cara menjaga agar vaksin dapat digunakan dalam keadaan baik atau tidak
rusak sehingga mempunyai kemampuan atau efek kekebalan pada penerimanya, akan tetapi
apabila vaksin diluar temperature yang dianjurkan maka akan mengurangi potensi
kekebalannya. Dibawah ini potensi vaksin dalam temperature :
5.Pemberian Imunisasi
Apapun imunisasi yang diberikan ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan
perawat, yaitu sebagai berikut :
A. Pengkajian
1. Pengkajian identitas dan riwayat keperawatan, identitas anak atau orang tua :
a. Nama
b. Tempat/tanggal lahir
c. Jenis kelamin
d. Agama
e. Alamat
f. Tanggal pengkajian
g. Informasi
2. Genogram
3. Keluhan utama
Apakah terdapat masalah kesehatan anak baik secara fisik maupun psikis yang
memerlukan perawatan karena akan berpengaruh terhadap kelangsungan imunisasi
yang dilakukan
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Apakah anak mengalami sakit sebelumnya ?
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang bersifat menular atau menurun ?
5. Riwayat Anak
Perawatan dalam masa kandungan dan perawatan pada waktu kelahiran
6. Pola Fungsional Gordon
Menurut pola fungsi Gordon 1982, terdapat 11 pengkajian pola fungsi kesehatan :
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesshatan
Pasien merasa tidak nyaman dengan gangguan tidur yang dialaminya, karena
sebelumnya pasien tidak pernah mengalami gangguan tidur seperti ini.
b. Pola nutrisi
Pasien mengatakan nafsu makan baik dan terjaga.
c. Pola eliminasi
Pasien mengatakan BAB dan BAK lancar.
d. Aktivitas dan latihan
Pasien mengatakan melakukan lebih banyak aktivitas di dalam rumah daripada
di dalam rumah.
e. Tidur dan istirahat
Pasien mengatakan tidak dapat tidur hingga pukul 2 pagi.
f. Sensori,persepsi dan kognitif
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik.
g. Konsep diri
1. Identitas diri: pasien mampu mengenal dirinya sendiri.
2. Gambaran diri: pasien merasa dirinya sakit dan perlu perawatan.
3. Ideal diri: pasien mengatakan ingin bisa tidur secara normal
4. Harga diri: pasien tampak kooperatif
5. Peran diri: selama ini pasien berperan sebagai ibu rumah tangga.
h. Seksual dan reproduksi
Tidak dikaji
i. Pola peran dan hubungan
Pasien mengatakan selalu melaksanakan tugas sebagai ibu rumah tangga
dengan baik
j. Manajemen koping stress
Pasien mengatakan selalu membicarakan masalah dengan anggota keluarga.
k. Sistem nilai dan kepercayaan
Pasien mengatakan selalu melaksanakan ibadah dan berdoa setiap waktu.
7. Pemeriksaan fisik
Meskipun pemeriksaan fisik tidak dilakukan secara menyeluruh namun perlu
mengetahui bahwa pemeriksaan fisik perlu dilakukan agar keadaan anak dapat
diketahui secara menyeluruh. Pemeriksaan fisik dapat dimulai dari kepala, mata,
hidung, telinga, mulut, leher, thorax, jantung, abdomen, ekstremitas dan genetalia.
B. Masalah Keperawatan
1. Kesiapan Peningkatan Pengetahuan
2. Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan
3. Resiko Termoregulasi Tidak Efektif
C. Rencana Keperawatan
No Standar Diagnosa Standar Luaran Keperawatan Indonesia Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Keperawatan Indonesia (SLKI) (SIKI)
(SDKI)
3. Resiko Termoregulasi Tidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Edukasi Pengukuran Suhu Tubuh
Efektif … x … jam, maka diharapkan:
Definisi Termoregulasi membaik ,dengan kriteria hasil : Observasi:
Beresiko mengalami kegagalan Tidak mengigil (5) □ Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
mempertahankan suhu tubuh Kulit tidak merah (5) informasi
dalam rentang normal Tidak Kejang (5) Terapeutik
Faktor Risiko Tidak akrosianosis (5) □ Sediakan materi dan media pendidikan
Cedera otak akut Suhu Tubuh Normal (5) : 36ºC - 37ºC
kesehatan
Dehidrasi □ Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
Dehidrasi kesehatan
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Sujono Riyadi, Sukarmin.2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi 1. Yogyakarta: Graha
Ilmu