Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN IMUNISASI PADA ANAK

OLEH

NI LUH PUTU DESY TRISNA EKAYANTI

(P07120320006)

NERS KELAS A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2020
A. Konsep dasar Imunisasi
1. Definisi
Imunisasi merupakan reaksi antara antigen dan antibody, yang dalam
bidang ilmu imunologi merupakan kuman atau racun (toxin disebut sebagai
antigen). Secara khusus antigen merupakan bagian dari protein kuman atau
protein racunnya. Bila antigen untuk kalinya masuk ke dalam tubuh manusia,
maka sebagai reaksinya tubuh akan membentuk zat anti terhadap racun kuman
yang disebut dengan antibody.
2. Jenis-jenis imunisasi

Pada dasarnya dalam tubuh sudah memiliki pertahanan secara sendiri agar
berbagai kuman yang masuk dapat dicegah, pertahanan tubuh tersebut meliputi
pertahanan nonspesifik dan pertahanan spesifik, proses mekanisme pertahanan
dalam tubuh pertama kali adalah pertahanan non spesifik seperti complemen dan
makrofag dimana complemen dan makrofagini yang pertama kali akan
memberikan peran ketika ada kuman yang masuk kedalam tubuh. Selain itu maka
kuman harus melawan pertahanan tubuh yang kedua yaitu pertahanan tubuh
spesifik terdiri dari system humoral dan seluler. System pertahanan tersebut hanya
bereaksi terhadap kuman yang mirip dengan bentuknya. System pertahanan
humoral akan menghasilkan zat yang disebut immunoglobulin ( IgA, IgM, IgG,
IgE, IgD ) dan system pertahanan seluler terdiri dari limfosit B dan limfosit T,
dalam pertahanan spesifik selanjutnya akan menghasilkan sel yang disebut sel
memori, sel akan berguna atau sangat cepat dalam bereaksi apabila sudah pernah
masuk kedalam tubuh, kondisi ini yang digunakan dalam prinsip imunisasi.
Berdasarkan proses tersebut di atas maka imunisasi dibagi menjadi dua yaitu
imunisasi aktif dan imunisasi pasif :

a. Imunisasi aktif

Merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan


terjadi suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi
imonologi spesifik yang menghasilkan respons seluler dan humoral serta sel
memori, sehingga apabila benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat
merespon. Dalam imunisasi aktif terdapat tempat macam kandungan dalam
setiap vaksinnya antara lain :
1. Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat
atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan dapat berupa
polisakarida, toksoid atau virus dilemahkan atau bakteri dimatikan
2. Pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur
jaringan
3. Preservatif, stabilizer, dan antibiotika yang berguna untuk
menghindari tubuhnyamikrobadansekaligusuntukstabilisasiringan
4. Adjuvant yang terdiridari garam aluminium yang
berfungsiuntukmeningkatkanimonogenitas antigen
b. Imunisasi Pasif

Merupakan pemberian zat (immunoglobulin) yaitu suatu zat yang


dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma
manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga
sudah masuk di dalam tubuh yang terinfeksi. Dalam pemberian imunisasi pada
anak (depkes,2000) menetapkan bahwa ada tujuh penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi :

1. Imunisasi BCG (Bacillus Calmet Guirnet)


Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau ringan
dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG, pencegahan imunisasi
BCG untuk TBC yang berat seperti TBC pada selaput otak, TBC milier (pada
seluruh lapangan paru) atau TBC tulang imunisasi BCG ini merupakan vaksin
yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan. Frekuensi pemberian
imunisasi BCG adalah 1 kali dan waktu pemberian imunisasi BCG pada umur 0-
11 bulan, akan tetapi pada umumnya diberikan pada bayi 2-3 bulan, kemudian
cara pemberian imunisasi BCG melalui intradermal. Cara pemberian dan dosis
imunisasi BCG :
a. Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu,
melarutkan dengan menggunakan alat-alat suntik steril dan menggunakan
cairan pelarut (Nacl 0,9%) sebanyak 4cc
b. Dosis pemberian 0,05 ml sebanyak 1 kali
c. Disuntikkan secara intracutan didaerah lengan kanan atas pada insersio
musculus deltoides
d. Vaksin harus digunakan sebelum lewat 3 jam dan vaksin akan rusak bila
terkena sinar matahari langsung. Botol kemasan, biasanya terbuat dari
bahan yang berwarna gelap untuk menghindari cahaya karena cahaya atau
panas dapat merusak vaksin BCG sedangkan pembenkuan tidak merusak
vaksin BCG. Vaksin BCG dibuat dalam vial, dimana kemasannya ada 1cc
dan 2 cc
e. Kontraindikasi
1) Uji tuberculin > 5mm
2) Sedang menderita HIV
3) Gizi buruk
4) Demam tinggi
5) Infeksi kulit luas
6) Pernah menderita TBC
f. Efek saamping

Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi umum seperti demam,


setelah 1-2 minggu penyuntikan biasanya akan timbul indurasi dan
kemerahan di tempat suntikan yang akan berubah menjadi pustule dan
akan pecah menjadi luka dan hal ini tidak perlu pengobatan dan akan
sembuh spontan dalam 8-12 minggu dengan jaringan parut. Kadang –
kadang terjadi pembesaran kelenjar limfe diketiak atau pada leher yang
terasa padat dan tidak sakit serta tidak menimbulkan demam. Reaksi ini
normal dan tidak memerlukan pengobatan dan akan hilang dengan
sendirinya.

2. Imunisasi DPT ( Difteri, Perfusis, dan Tetanus)

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya


penyakit difteri, perfusis dan tetanus. Imunisasi DPT ini merupakan vaksin yang
mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya akan
tetapi masih merangsang pembentukan zat anti (Toxoid). Frekuensi pemberian
imunisasi DPT adalah 3 kali dengan maksud pemberian pertama zat anti
terbentuk masih sangat sedikit (tahap pengenalan) terhadap vaksin dan
mengaktifkan organ-organ tubuh membuat zat anti, kedua dan ketiga terbentuk
zat anti yang cukup. Waktu pemberian imunisasi DPT antara umur 2-11 bulan
dengan interval 4 minggu. Cara pemberian imunisasi DPT melalui intramuscular.
Efek samping pada DPT mempunyai efek ringan dan berat. Efek ringan seperti
pembengkakan dan nyeri pada tempat penyuntikan, demam sedangkan efek berat
dapat menangis hebat kesakitan + 4 jam, kesadaran menurun, terjadi kejang,
enchefalopati dan syok.

3. Imunisasi Polio
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak.
Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian
imunisasi polio adalah 4 kali. Waktu pemberian imunisasi polio antara umur 0-11
bulan dengan interval 4 minggu. Cara pemberian imunisasi melalui oral. Cara
pemberian dan dosis imunisasi polio :
a). Diberikan secara oral sebanyak 2 tetes dibawah lidah langsung dari botol
tanpa menyentuh mulut bayi.
b). Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper) yang baru
c). Kontraindikasi
 Pada individu yang menderita imunedeficiency tidak ada efek yang
berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang
sakit. Namun jika ada keraguan misalnya sedang menderita diare atau
muntah, demam tinggi > 38,50c, maka dosis ulangan dapat diberikan
setelah sembuh.
 Pasien yang mendapat imunosupreson

d). Efek samping

Pada umumnya tidak ada efek samping tetapi ada hal yang perlu
diperhatikan setelah imunisasi polio yaitu setelah anak mendapatkan imunisasi
polio maka pada tinja si anak akan terdapat virus polio selama 6 minggu sejak
pemberian imunisasi. Karena itu, untuk mereka yang berhubungan dengan
bayi yang baru saja diimunisasi polio supaya menjaga kebersihan dengan
mencuci tangan setelah mengganti popok bayi.

4. Imunisasi Campak
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit campak pada anak karena penyakit ini sangat menular. Penyakit infeksi
ini disebabkan oleh virus morbili yang menular melalui droplet. Gejala awal
ditunjukkan dengan adanya kemerahan yang mulai timbul pada bagian telinga,
dahi, dan menjalar ke wajah dan anggota badan selain itu timbul gejala seperti flu
disertai mata berair dan kemerahan (konjungtivitis). Setelah 3-4 hari kemerahan
mulai hilang dan berubah menjadi kehitaman yang akan tampak bertambah dalam
1-2 minggu dan apabila sembuh, kulit akan tampak bersisik. Imunisasi campak
diberikan pada anak usia 9 bulan sebanyak satu kali, kandungan vaksin ini adalah
virus yang melemahkan. Pemberian imunisasi campak melalui subcutan
kemudian efek sampingnya adalah dapat terjadi ruam pada tempat suntikan dan
panas
5. Imunisasi Hepatitis B
Merupakan yang digunakan untuk mencegah terjadinya hepatitis yang
kandungannya adalahHbAg dalam bentuk cair. Frekuensi pemberian imunisasi
hepatitis pada umur 0-11 bulan. Cara pemberian imunisasi hepatitis ini adalah
intramuscular. Cara pemberian dan dosis imunisasi hepatitis B :
a). Sebelum digunakan vaksin dikocok terlebih dahulu agar suspence menjadi
homogeny
b). Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml secara Intramuscular sebaiknya
pada anterolateral paha
c). Pemberian imunisasi Hepatitis B sebanyak 3 kali
d). Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari dan selanjutnya dengan interval
waktu minimal 4 minggu
e). Kontraindikasi Hipersensitif terhadap komponen vaksin dan penderita
infeksi berat disertai kejang, masih diizinkan untuk pasien batuk atau pilek.
f). Efek samping
 Reaksi local seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan disekitar
tempat bekas penyuntikan
 Reaksi sistemik seperti demam ringan, lesu dan perasaan tidak enak
pada saluran cerna
 Reaksi yang akan terjadi akan hilang dengan sendirinya setelah 2 hari.
Selain imunisasi diatas, imunisasi tambahan yang dapat diberikan pada anak yaitu :
1. Imunisasi MMR ( Measles, Mumps, Rubella)
Merupakan imunisasi yang digunakan dalam memberikan atau mencegah
terjadinya penyakit campak (measles), gondong, parotis epidemika (mumps), dan
rubella (campak jerman). Dalam imunisasi MMR ini antigen yang dipakai adalah
virus campak strain Edmonson yang dilemahkan, virus rubella strain RA 27/3 dan
virus gondong. Vaksin ini tidak dianjurkan pada bayi usia dibawah 1 tahun karena
dikhawatirkan terjadi interferensi dengan antibody maternal yang masih ada.
Khusus pada daerah endemic sebaiknya diberikan imunisasi campak yang
monovalen dahulu pada usia 4-6 bulan atau 9-11 bulan dan booster dapat
dilakukan MMR pada usia 15-18 bulan.

2. Imunisasi Thypus Abdominalis

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit


thypus abdominalis, dalam persediaannya, khususnya di Indonesia terdapat 3 jenis
vaksin thypus abdominalis diantaranya kuman yang dimatikan, kuman yang
dilemahkan (vivotif, berna) dan antigen kapsular vi polysaccharide (thyphimvi,
Pasteur meriux). Pada vaksin kuman yang dimatikan dapat diberikan untuk bayi 6-
12 bulan adalam 0,1 ml, 1-2 tahun 0,2 ml, dan 2-12 tahun adalah 0,5 ml. pada
imunisasi awal dapat diberikan sebanyak 2 kali dengan interval 4 minggu
kemudian penguat setelah 1 tahun kemudian. Pada vaksin kuman yang
dilemahkan dapat diberikan dalam bentuk capsul entetric cocted sebelum makan
pada hari 1,2,5 pada anak diatas usia 6 tahun dan pada antigen kapsular diberikan
pada usia diatas 2 tahun dan dapat diulang tiap 3 tahun

3. Imunisasi Varicella

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit


varicella (cacar air). Vaksin varicella merupakan virus hidup varicella dapat
diberikan suntikan tunggal pada usia 12 tahun di daerah tropic dan bila diatas 13
tahun dapat diberikan 2 kali suntikan dengan interval 4-8 minggu.

4. Imunisasi Hepatitis A

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya


Hepatitis A. Pemberian imunisasi ini dapat diberikan pada usia diatas 2 tahun,
untuk imunisasi awal dengan menggunakan vaksin Haxvrix (isinya virus hepatitis
A strai HM 175 yang inactivated) dengan 2 suntikan dengan interval 4 minggu
dan boster pada 6 bulan kemudian dan apabila menggunakan vaksin msD dapat
dilakukan 3 kali suntikan pada usia 0,6,12 bulan.

5. Imunisasi HIB (Haemophilus Influenza tipe B)

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit


influenza tipe B. Vaksin ini adalah bentuk polisakarida murbi. (PRP : Purifed
Capsular Polysacharide) kuman H- Influenza tipe B antigen dalam vaksin
tersebut dapat dikonjugasi dengan protein-protein lain seperti Toxoid tetanus
(PRP-T), Toxoid difteri (PRP-D atau PRP-CR 50) atau dengan kuman
monongokokus. Pada pemberian imunisasi awal dengan PRP-T dilakukan dengan
3 suntikan dengan interval 2 bulan kemudian vaksin PRP –CMPC dilakukan
dengan 2 suntikan dengan interval 2 bulan, kemudian dapat diberikan pada usia 18
bulan.

3. Cara dan Waktu Pemberian Imunisasi

Berikut ini adalah cara pemberian dan waktu yang tepat untuk pemberian imunisasi.
Cara pemberian imunisasi dasar.

Vaksin Dosis Cara pemberian


BCG 0,05 cc Intracutan tepat di insersio musculus deltoideus kanan
DPT 0,5 cc Intramuscular
Polio 2 tetes Diteteskan di mulut
Campak 0,5 cc Subkutan biasanya dilengan kiri atas
Hepatitis B 0,5 cc Intramuscular pada paha bagian luar (anterolateral
paha)
TT 0,5 cc Intramuscular dalam biasa di musculus deltoideus

Waktu yang tepat untuk pemberian imunisasi dasar

Vaksin Pemberian Selang Waktu Umur Pemberian Keterangan


Imunisasi Pemberian
BCG 1 kali 0-11 bulan
DPT 3 kali 4 minggu 2-11 bulan
Polio 4 kali 4 minggu 0-11 bulan
Campak 1 kali 4 minggu 9-11 bulan
Hepatitis B 3 kali 4 minggu 0-11 bulan Untuk bayi yang
lahir di rumah
sakit/ puskesmas,
Hepatitis B, BCG
dan Polio dapat
diberikan segera

4. Rantai dingin (Cold Chan )

Merupakan cara menjaga agar vaksin dapat digunakan dalam keadaan baik atau tidak
rusak sehingga mempunyai kemampuan atau efek kekebalan pada penerimanya, akan tetapi
apabila vaksin diluar temperature yang dianjurkan maka akan mengurangi potensi
kekebalannya. Dibawah ini potensi vaksin dalam temperature :

Vaksin 2-80 c 35-370c


DT 3-7 tahun 6 minggu
Pertusis 18-24 bulan Dibawah 50% dalam 1 minggu
BCG
- Kristal 1 tahun Dibawah 20% dalam 3-14 hari
- Cair Dipakai dalam 1kali kerja Dipakai dalam 1 kali kerja
Campak
- Kristal 2 tahun 1 minggu
- Cair Dipakai dalam 1 kali kerja Dipakai dalam 1 kali kerja
Polio 6-12 bulan 1.3 hari

5.Pemberian Imunisasi

Apapun imunisasi yang diberikan ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan
perawat, yaitu sebagai berikut :

a. Orang tua anak harus ditanyakan aspek berikut :


1. Status kesehatan anak saat ini, apakah dalam kondisi sehat atau sakit
2. Pengalaman/ reaksi terhadap imunisasi yang pernah didapat sebelumnya
3. Penyakit yang dialami di masa lalu dan sekarang
b. Orang tua harus mengerti tentang hal-hal yang berkaitan dengan penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi (PD31) terlebih dahulu sebelum menerima
imunisasi (informed consent). Pengertian mencakup jenis imunisasi, alasan
diimunisasi, manfaat imunisasi, dan efek sampingnya
c. Catatan imunisasi yang lalu (apabila sudah pernah mendapat imunisasi
sebelumnya), pentingnya menjaga kesehatan melalui tindakan imunisasi
d. Pendidikan kesehatan untuk orang tua. Pemberian imunisasi pada anak harus
didasari pada adanya pemahamam yang baik dari orang tua tentang imunisasi
sebagai upaya pencegahan penyakit.
e. Kontraindikasi pemberian imunisasi, ada beberapa kondisi yang menjadi
pertimbangan untuk tidak memberikan imunisasi pada anak yaitu :
1. Flu berat/panas tinggi dengan penyebab yang serius
2. Perubahan pada system imun yang tidak dapat member vaksin virus hidup
3. Sedang dalam pemberian obat-obat yang menekan system imun, sitostatika,
transfuse darah dan imonoglubin
4. Riwayat alergi terhadap pemberian vaksin sebelumnya seperti pertusis

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

1. Pengkajian identitas dan riwayat keperawatan, identitas anak atau orang tua :

a. Nama
b. Tempat/tanggal lahir
c. Jenis kelamin
d. Agama
e. Alamat
f. Tanggal pengkajian
g. Informasi

2. Genogram

3. Keluhan utama
Apakah terdapat masalah kesehatan anak baik secara fisik maupun psikis yang
memerlukan perawatan karena akan berpengaruh terhadap kelangsungan imunisasi
yang dilakukan
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Apakah anak mengalami sakit sebelumnya ?
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang bersifat menular atau menurun ?
5. Riwayat Anak
Perawatan dalam masa kandungan dan perawatan pada waktu kelahiran
6. Pola Fungsional Gordon

Menurut pola fungsi Gordon 1982, terdapat 11 pengkajian pola fungsi kesehatan :
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesshatan
Pasien merasa tidak nyaman dengan gangguan tidur yang dialaminya, karena
sebelumnya pasien tidak pernah mengalami gangguan tidur seperti ini.
b. Pola nutrisi
Pasien mengatakan nafsu makan baik dan terjaga.
c. Pola eliminasi
Pasien mengatakan BAB dan BAK lancar.
d. Aktivitas dan latihan
Pasien mengatakan melakukan lebih banyak aktivitas di dalam rumah daripada
di dalam rumah.
e. Tidur dan istirahat
Pasien mengatakan tidak dapat tidur hingga pukul 2 pagi.
f. Sensori,persepsi dan kognitif
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik.
g. Konsep diri
1. Identitas diri: pasien mampu mengenal dirinya sendiri.
2. Gambaran diri: pasien merasa dirinya sakit dan perlu perawatan.
3. Ideal diri: pasien mengatakan ingin bisa tidur secara normal
4. Harga diri: pasien tampak kooperatif
5. Peran diri: selama ini pasien berperan sebagai ibu rumah tangga.
h. Seksual dan reproduksi
Tidak dikaji
i. Pola peran dan hubungan
Pasien mengatakan selalu melaksanakan tugas sebagai ibu rumah tangga
dengan baik
j. Manajemen koping stress
Pasien mengatakan selalu membicarakan masalah dengan anggota keluarga.
k. Sistem nilai dan kepercayaan
Pasien mengatakan selalu melaksanakan ibadah dan berdoa setiap waktu.
7. Pemeriksaan fisik
Meskipun pemeriksaan fisik tidak dilakukan secara menyeluruh namun perlu
mengetahui bahwa pemeriksaan fisik perlu dilakukan agar keadaan anak dapat
diketahui secara menyeluruh. Pemeriksaan fisik dapat dimulai dari kepala, mata,
hidung, telinga, mulut, leher, thorax, jantung, abdomen, ekstremitas dan genetalia.

B. Masalah Keperawatan
1. Kesiapan Peningkatan Pengetahuan
2. Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan
3. Resiko Termoregulasi Tidak Efektif
C. Rencana Keperawatan

No Standar Diagnosa Standar Luaran Keperawatan Indonesia Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Keperawatan Indonesia (SLKI) (SIKI)
(SDKI)

1 Kesiapan Peningkatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Edukasi Kesehatan


Pengetahuan … x … jam, maka tingkat pengetahuan Observasi :
Definisi :
meningkat dengan kriteria hasil : □ Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
Perkembangan informasi
kognitif yang berhubungan  Perilaku sesuai anjuran (5) informasi
dengan topic spesifik cukup  Vebalisasi minat dalam belajar (5) □ Identifikasi faktor-faktor yang dapat
untuk memnuhi tujuan kesehatan
 Kemampuan menjelaskan pengetahuan meningkatkan dan menurunkan motivasi
dan dapat ditingkatkan
Gejala dan Tanda Mayor tentang suatu topik (5) perilaku hidup bersih dan sehat
Subjektif Terapeutik
 Kemampuan menggabarkan pengalaman
 Mengungkapkan minat
sebelumnya yang sesuai dengan topik (5) □ Sediakan materi dan media pendidikan
dalam belajar
 Menjelaskan pengetahuan  Perilaku sesuai dengan pengetahuan (5) kesehatan
tentang suatu topik □ Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
 Menggambarkan kesepakatan
pengalaman sebelumnya
□ Berikan kesempatan untuk bertanya
yang sesuai dengan topik
Objektif Edukasi
 Perilaku sesuai dengan □ Jekaskan faktor risiko yang dapat
pengetahuan mempengaruhi kesehatan
Gejala dan tanda minor
(Tidak tersedia) □ Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
Kondisi klinis terkait : □ Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
Perilaku upaya peningkatan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
kesehatan

1. Kesiapan Peningkatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Bimbingan Antisipatif


Manajemen Kesehatan … x … jam, maka diharpkan Manajemen Tindakan
Definisi Kesehatan meningkat ,dengan kriteria hasil : Observasi :
Pola pengaturan dan  Melakukan tindakan untuk mengurangi □ Identifikasi metode penyelesaian masalah yang
pengintegrasian program faktor resiko (5) biasa digunakan
kesehatan ke dalam kehidupan  Menerapkan program perawatan (5) □ Identifikasi kemungkinan perkembangan atau
sehari-hari yang cukup untuk  Aktivitas hidup sehari – hari efektif krisis situasional yang akan terjadi serta
memenuhi tujuan kesehatan dan memenuhi tujuan kesehatan (5) dampaknya pada individu dan keluarga
dapat ditingkatkan  Verbalisasi kesulitan dalam menjalani Terapeutik
Gejala dan Tanda Mayor program peraatan (5) □ Fasilitasi memutuskan bagaimana masalah akan
Subjektif: diselesaikan
 Mengekspresikan keinginan □ Fasilitasi memutuskan siapa yang akan
untuk mengelola masalah dilibatkan dalam menyelesaikan masalah
kesehatan dan □ Gunakan contoh kasus untuk meningkatkan
pencegahannya keterampilan menyelesaikan masalah
Objektif: □ Fasilitasi mengidentifikasi sumber daya yang
 Pilihan hidup sehari-hari tersedia
tepat untuk memenuhi tujuan □ Fasilitasi menyesuaikan diri dengan perubahan
program kesehatan peran
Gejala dan Tanda Minor □ Jadwalkan kunjungan pada setiap tahap
Subjektif: perkembangan atau sesuai kebutuhan
 Mengekspresikan tidak □ Jadwalkan tindak lanjut untuk memantau atau
adanya hambatan yang memberi dukungan.
berarti dalam □ Berikan nomor kontak yang dapat dihubungi,
mengintegrasikan program jika perlu
yang ditetapkan untuk □ Libatkan keluarga dan pihak terkait, jika perlu
mengatasi masalah kesehatan □ Berikan referensi baik cetak ataupun elektronik
 Menggambarkan (mis. materi pendidikan, pamflet)
berkurangnya faktor risiko Edukasi
terjadinya masalah kesehatan □ Jelaskan perkembangan dan perilaku normal
Objektif: □ Informasikan harapan yang realistis terkait
 Tidak ditemukan adanya perilaku pasien
gejala masalah kesehatan □ Latih teknik koping yang dibutuhkan untuk
atau penyakit yang tidak mengatasi perkembangan atau krisis situasional
terduga Kolaborasi
Kondisi Klinis Terkait: □ Rujuk ke lembaga pelayanan masyarakat, jika

 Diabetes militus perlu

 Penyakit jantung kongestif


Edukasi Kesehatan
 Penyakit paru obstruksi
Observasi :
kronis □ Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
 Asma informasi
 Sclerosis multiple □ Identifikasi faktor-faktor yang dapat

 Lupus sistemik meningkatkan dan menurunkan motivasi

 HIV positif perilaku hidup bersih dan sehat


Terapeutik
 AIDS
□ Sediakan materi dan media pendidikan
 Prematuritas
kesehatan
□ Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
□ Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
□ Jekaskan faktor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
□ Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
□ Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat

3. Resiko Termoregulasi Tidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Edukasi Pengukuran Suhu Tubuh
Efektif … x … jam, maka diharapkan:
Definisi Termoregulasi membaik ,dengan kriteria hasil : Observasi:
Beresiko mengalami kegagalan  Tidak mengigil (5) □ Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
mempertahankan suhu tubuh  Kulit tidak merah (5) informasi
dalam rentang normal  Tidak Kejang (5) Terapeutik
Faktor Risiko  Tidak akrosianosis (5) □ Sediakan materi dan media pendidikan
 Cedera otak akut  Suhu Tubuh Normal (5) : 36ºC - 37ºC
kesehatan
 Dehidrasi □ Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai

 Pakaian yang tidak sesuai kesepakatan

untuk suhu lingkungan □ Berikan kesempatan untuk bertanya

 Peningkatan area permukaan □ Dokumentasikan hasil pengukuran suhu

tubuh terhadap rasio berat Edukasi

badan □ Jelaskan prosedur pengukuran suhu tubuh

 Kebutuhan oksigen □ Anjurkan terus memegang bahu dan menahan

meningkat dada saat pengukuran aksila


□ Ajarkan memilih lokasi pengukuran suhu oral
 Perubahan laju metabolism
atau aksila
 Proses penyakit (mis.
□ Ajarkan cara meletakkan ujung termometer di
Infeksi)
bawah lidah atau di bagian tengah aksila
 Suhu lingkungan ekstrem
□ Ajarkan cara membaca hasil termometer raksa
 Suplai lemak subkutan tidak
dan/atau elektronik
memadai
 Proses penuaan
Edukasi Termoregulasi
 Berat badan ekstrem Observasi:
 Efek agen farmakologis (mis. □ Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
Sedasi) informasi
Kondisi Klinis Terkait Terapeutik
 Cedera otak akut □ Sediakan materi dan media pendidikan

 Dehidrasi kesehatan

 Trauma □ Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai


kesepakatan
□ Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
□ Ajarkan kompres hangat jika demam
□ Ajarkan cara pengukuran suhu urkan
penggunaan pakaian yang dapat menyerap
keringat
□ Anjurkan tetap memandikan pasien, jika
memungkinkan
□ Anjurkan pemberian antipiretik, sasuai indikasi
□ Anjurkan menciptakan lingkungan yang
nyaman
□ Anjurkan membanyak minum
□ Anjurkan penggunaan pakaian yang longgar
□ Anjurkan melakukan pemeriksaan darah jika
demam >3 hari
□ Anjurkan minum analgesik jika merasa pusing,
sesuai indikasi
D. Implementasi

Pelaksanaan asuhan keperawatan merupakan realisasi dari pada rencana tindakan


yang telah ditetapkan meliputi tindakan independent, depedent, interdependent. Pada
pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan, validasi, rencan keperawatan,
mendokumentasikan rencana keperawatan, memberikan asuhan keperawatan dan
pengumpulan.
E. Evaluasi

1. Evaluasi Formatif (Mereflesikan observasi perawat dan analisi terhadap pasien


terhadap respon langsung pada ntervensi keperawatan)
2. Evaluasi Sumatif (Mereflesikan rekapiyulasi dan synopsis observasi dan analisis
mengenai status kesehatan pasien terhadap waktu)
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall.2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan (Handbook of Nursing


Diagnosis) Edisi 10. Jakarta: EGC

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2016. Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018. Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Ranuh,dkk.2005.Pedoman Imunisasi di Indonesia . Jakarta: EGC

Supartini,Yupi.2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC

Sujono Riyadi, Sukarmin.2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi 1. Yogyakarta: Graha
Ilmu

Anda mungkin juga menyukai