Anda di halaman 1dari 155

IMUNISASI

Indikator Belajar
Mahasiswa mampu mendeskripsikan :
Mekanisme imunitas
Tipe vaksin
Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
Imunisasi Rutin pada bayi
Imunisasi Pilihan
Cold Chain dan penyimpanan vaksin
Pengelolaan Limbah
Referensi
 World Health Organization. (2020) Dasar-Dasar Keamana
n Vaksin. Pelatihan Melalui Elektronik https://in.vaccine-s
afety-training.org/vaccine-preventable-diseases.html
 Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Imunisasi
 Balitbangkes Kemenkes RI. 2014. Situasi dan Analisis
Imunisasi. Pusat data dan Informasi kesehatan Indonesia
 Direktorat Surveilans,Imunisasi,Karantina dan Kesehatan
Matra Direktorat Jenderal PP & PL Kemenkes RI.
Program Imunisasi Ibu Hamil, Bayi dan Batita Di
Indonesia
 Kementerian Kesehatan. (2020). Panduan Pelayanan
Kesehatan Balita Pada Masa Tanggap Darurat COVID-19
 Steven P. Diesburg. (2017). Developing and advancing
freeze-preventive vaccine carriers. Third WHO Global
Forum on Medical Devices
 WHO, SEARO. (2010) Immunizaton handbook for
Medical Ofcers.
 Dirjen P2P Kemenkes RI. (2017) Petunjuk Teknis
Kampanye Imunisasi Measles Rubella (MR)
 Pusdiknakes. 2014. Buku Ajar Imunisasi
 Suyarti, Tatiek. Penanganan Peralatan Rantai Vaksin.
https://slideplayer.info/slide/11880784/
 Iswanto, Joni. (2012). Manajemen Logistik Imunisasi.
https://www.slideshare.net/alunand350/manajemen-logisti
k-imunisasi
 Soedjatmiko. Penjelasan mengenai imunisasi kepada
orang tua.
https://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/penjelasan-
kepada-orangtua-mengenai-imunisasi
 WHO. 2015. A Guide for Introducing and Strengthening
Hepatitis B Birth Dose Vaccination
Universal Child Immunisation
Tantangan
Mekanisme Imunitas
Bagaimana sistem imunitas bekerja?
Patogen adalah benda atau bahan yang dapat menimbulkan
penyakit. Penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin adalah
penyakit-penyakit yang ada vaksinnya untuk memberikan
perlindungan sebagian atau lengkap.
pada manusia, Istilah patogen secara umum dipakai untuk
organisme penyebab penyakit seperti bakteri, virus dan
produk biologisnya seperti toksin yang dihasilkan oleh
organisme tersebut.


 Bakteri dalah
mikroorganisme sel
tunggal, punya inti sel,
yang dapat membelah
sendiri dengan cepat.
 Virus tidak dapat
membelah sendiri, mereka
membutuhkan sel dan
jaringan hidup dari tubuh
inang/pejamu untuk
membelah/memperbanyak
diri.
 Sistem imunitas merupakan molekul (antigen -Antigen
Substansi asing di dalam badan yang memicu untuk
menghasilkan antibodi.). Bakteri atau virus dapat
merangsang timbulnya antibodi (sejenis protein) dan
sejenis sel darah putih yang disebut limfosit.
 Limfosit ini menandai antigen yang masuk dan kemudian
menghancurkannya.
 memory cells” berupaya mengenal benda asing yang
masuk dan disimpan dalam “ingatan” sel memori ini. Ini
disebut dengan reaksi imunitas primer.
 Apabila benda asing yang sama masuk lagi ke dalam
tubuh orang tersebut untuk kedua kali dan seterusnya,
maka sel memori ini dengan lebih cepat dan sangat efektif
akan merangsang sistem imunitas untuk mengusir dan
melawan benda asing yang sudah dikenal tersebut.
 Reaksi tubuh akan lebih cepat dan lebih efektif
dibandingkan dengan reaksi saat perjumpaan untuk
pertama kalinya dengan benda asing tersebut.
Mekanisme vaksinasi
 https://www.youtube.com/watch?v=Atrx1P2EkiQ
 https://www.youtube.com/watch?v=wOhD7VRC_ls
Pesan Utama
 Imunisasi yang diberikan kepada seseorang akan
merangsang sistem imunitas dalam tubuh orang tersebut.
 Imunitas (kekebalan) yang timbul bertahan cukup lama
untuk melindungi orang tersebut terhadap infeksi patogen
yang sama dengan antigen dalam vaksin yang diberikan
kepada mereka.
 Tingkat dan lama kekebalan yang diperoleh melalui
imunisasi tidak berbeda jauh dengan tingkat dan lama
kekebalan yang diperoleh apabila orang tersebut baru
sembuh dari sakit akibat terinfeksi oleh patogen yang
sama dengan antigen dalam vaksin yang diberikan.
Vaksin
 Suatu zat yang terbuat dari
kuman, komponen kuman
atau racun kuman yang
telah di lemahkan atau
dimatikan dan berguna
untuk merangsang
kekebalan tubuh
seseorang.
Bagaimana vaksin bekerja?
 Vaksin mengandung antigen yang sama dengan antigen
yang menyebabkan penyakit, namun antigen yang ada
didalam vaksin tersebut sudah dikendalikan (dilemahkan)
maka pemberian vaksin tidak menyebabkan orang
menderita penyakit seperti jika orang tersebut
terpapar/terpajan dengan antigen yang sama secara
alamiah.
 Namun kekebalan yang didapat melalui vaksinasi,
tidaklah bertahan seumur hidup terhadap infeksi penyakit
berbahaya.
 KIPI yang mungkin muncul sangatlah kecil risikonya jika
dibandingkan dengan risiko penyakit yang mungkin
diderita akibat tidak di-imunisasi.
TIPE VAKSIN
Tipe
Vaksin
Vaksin Hidup yang dilemahkan
Vaksin sel Utuh yang diinaktivasi
Vaksin Antigen Murni
Vaksin Toksoid
Penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi
Penyakit
yang
dapat
dicegah
dengan
imunisasi
Difteri
 Radang tenggorokan
 selaput putih Kebiru-
biruan
 Hilang nafsu makan
 Demam ringan
 Gangguan pernafasan
 kematian
Pertusis
 Batuk rejan Batuk 100 hari
 Pilek
 Mata merah
 Bersin
 Demam
 Batuk ringan menggigil
 Menyebabkan kematian
Tetanus
 Kaku otot rahang leher
 Sulit menelan
 Kaku otot perut
 Berkeringat
 Demam
 Pada bayi tidak mau ASI
 Kejang
 tubuh kaku
 Gangguan saluran
pernafasan
 Menimbulkan kematian
Tuberculosis (TBC)
 Tubuh lemah
 Berat badan turun
 Demam
 Berkeringat malam hari
 Nyeri dada
 Batuk darah
 Menyebabkan kematian
 Bisa disembuhkan &
bukan penyakit turunan
Campak
 Demam
 Bercak kemerahan
 Batuk
 Pilek
 Mata merah

KOMPLIKASI
 Diare
 Peradangan telinga
 Gangguan saluran nafas
Rubella/ Campak Jerman
 Ruam merah
 Demam.
 Sakit kepala.
 Pilek dan hidung tersumbat.
 Tidak nafsu makan.
 Mata merah.
 Nyeri sendi, terutama pada remaja
putri
 Benjolan di sekitar telinga dan
leher
 Jika ibu hamil tertular, akan
menyebabkan keguguran, bayi
tuli, katarak, kelainan jantung
Polio
 Lumpuh
 Anak < 15 tahun
 Demam
 Nyeri otot
 Jika otot pernafasan
terinfeksi, kematian bisa
terjadi
Hepatitis B
 Lemah
 Gangguan perut
 Demam
 Urine kuning
 Kotoran pucat
 Warna kuning mata &
kulit
 Kanker hati
 Hati mengecil
 Menimbulkan kematian
Haemofilus Influenza type b
 Infeksi bakteri ini biasanya
menjangkiti anak-anak di
bawah usia 5 tahun.
 biasanya tidak
menimbulkan gejala apa
pun.
 Apabila sudah mengalami
kontak dengan bakteri Hib,
anak-anak bisa mengalami
berbagai penyakit berat
seperti meningitis,
septikemia, pneumonia, dll
Imunisasi Rutin pada Bayi
MR
Vaksin hepatitis B
 Untuk kekebalan terhadap
infeksi yang disebabkan
oleh virus hepatitis B
 Disuntikkan IM
 Dosis 0,5 ml
 4 kali (dosis) pemberian.
Diberikan pada bayi usia 0
bulan (baru lahir),2,3 dan
4 bulan
 Vaksin hepatitis B sangat aman.  Orangtua / pengasuh dianjurkan
Efek samping sementara ringan untuk memberikan minum lebih
dapat terjadi setelah imunisasi, banyak (ASI)
 rasa sakit di tempat suntikan,  jika demam pakailah pakaian
rewel dan demam. yang tipis, bekas suntikan yang
 Efek sementara ini mungkin nyeri dapat dikompres air dingin,
dimulai dalam satu hari setelah  jika demam berikan parasetamol
vaksin diberikan dan berlangsung 15 mg/kgbb setiap 3 - 4 jam bila
dari satu hingga tiga hari. diperlukan, maksimal 6 kali dalam
 Reaksi alergi yang serius sangat 24 jam bila diperlukan, maksimal
jarang terjadi 6 kali dalam 24 jam, boleh mandi
atau cukup diseka dengan air
hangat.
kontraindikasi
 prematuritas
 berat badan lahir rendah
 BB kecil untuk usia
kehamilan
 Infeksi HIV pada ibu atau
bayi
 penyakit kuning
Vaksin BCG (Bacillus Calmete Guirine)
 Untuk kekebalan terhadap
tuberkulosa (TBC)
 Vaksin disuntikkan intra
dermal
 Dosis 0,05 ml
 1 kali pemberian
 Diberikan pada bayi usia 1
bulan
 Risiko kumulatif (dengan 95% CI) TB berdasarkan usia dalam penelitian kohort
anak-anak dan dewasa muda yang divaksinasi BCG dan yang tidak divaksinasi
BCG di East Greenland. Pada usia 17, kemungkinan pernah menderita TB adalah
4% (95% CI 2% sampai 6%) di antara yang divaksinasi versus 11% (95% CI 7%
sampai 14%) di antara peserta yang tidak divaksinasi.
Efek samping
 Orangtua atau pengantar perlu diberitahu bahwa 2-6
minggu setelah imunisasi BCG dapat timbul bisul
kecil (papula) yang semakin membesar dan dapat
terjadi ulserasi selama 2-4 bulan, kemudian
menyembuh perlahan dengan menimbulkan jaringan
parut.
 Bila ulkus mengeluarkan cairan orangtua dapat
mengkompres dengan cairan antiseptik.
 Bila cairan bertambah banyak, koreng semakin
membesar atau timbul pembesaran kelenjar regional
(aksila), orangtua harus membawanya ke fasilitas
kesehatan
Vaksin DPT-HB-HIB
 disuntikkan melalui IM
 Dosis 0,5 ml
Efek samping
 Reaksi yang dapat terjadi segera setelah vaksinasi DPT
antara lain demam tinggi, rewel, di tempat suntikan
timbul kemerahan, nyeri dan pembengkakan, yang akan
hilang dalam 2 hari.
 Orangtua / pengaruh dianjurkan untuk memberikan
minum lebih banyak (ASI atau air buah),
 jika demam pakailah pakaian yang tipis, bekas suntikan
yang nyeri dapat dikompres air dingin, jika demam
berikan parasetamol 15 kg/kgbb setiap 3 - 4 jam bila
diperlukan, maksimal 6 kali dalam 24 jam, boleh mandi
atau cukup diseka dengan air hangat.
Vaksin DT
 Untuk kekebalan terhadap
difteri dan tetanus
 Disuntikkan IM
 Dosis 0,5 ml
 Dianjurkan untuk anak < 8
tahun atau anak SD kelas I
Vaksin TT
 Untuk kekebalan terhadap
tetanus
 Dosis 0,5 ml IM
 Pada WUS (wanita usia
subur) usia 15-39 tahun
 Pada anak SD kelas II &
III pada program BIAS
Vaksin Polio (OPV/ Oral Polio Vaccine)
 Untuk kekebalan terhadap
polio
 Diteteskan ke mulut
 1 dosis = 2 tetes
 4 kali (dosis) pemberian
Diberikan pada bayi usia
1,2,3 dan 4 bulan
Vaksin IPV
 vaksin virus polio yang
dilemahkan diberikan
dengan suntikan di bagian
kaki atau lengan,
bergantung pada usia
pasien.
 Dosis 0,5 ml
Apa peran IPV?
 Mengurangi risiko yang
disebabkan oleh OPV type
2 withdrawal
 Membantu memutuskan
transmisi jika terjadi KLB
virus polio tipe 2
 Sebagai booster (imunisasi
ulangan) untuk polio tipe
1&3
Efek samping imunisasi polio
 Sangat jarang terjadi
reaksi sesudah imunisasi
polio, oleh karena itu
orangtua / pengasuh tidak
perlu melakukan tindakan
apapun.
MR (Measles Rubella)
 Disuntikkan secara SC
 Dosis 0,5 ml
 Reaksi yang dapat terjadi pasca vaksinasi MR berupa rasa tidak
nyaman di bekas penyuntikan vaksin.
 Dapat terjadi gejala-gejala lain yang timbul 5 -12 hari setelah
penyuntikan, yaitu demam tidak tinggi atau erupsi kulit halus/tipis
yang berlangsung kurang dari 48 jam.
 Pembengkakan kelenjar getah bening di belakang telinga dapat
terjadi sekitar 3 minggu pasca imunisasi MR.
 Orangtua / pengasuh dianjurkan untuk memberikan minum lebih
banyak (ASI atau air buah), jika demam pakailah pakaian yang
tipis, bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin, jika
demam diberikan parasetamol 15 mg/kgbb setiap 3 - 4 jam bila
diperlukan, maksimal 6 kali dalam 24 jam, boleh mandi atau
cukup diseka dengan air hangat.
Video Imunisasi MR
 https://www.youtube.com/watch?v=FPt3ZF9Ntkg
Auto Disable Syringe
(ADS)
Alat suntik yang dipergunakan
dalam pemberian imunisasi adalah
alat suntik yang akan mengalami
kerusakan setelah sekali pemakaian
(Auto Disable Syringe/ADS)
Cara Pemberian Vaksin
 Cara pemberian vaksin ini merupakan faktor utama
keberhasilan imunisasi.
 Injeksi intramuskuler (IM) : vaksin diberikan melalui
suntikan kedalam massa otot. Vaksin yang mengandung
adjuvan harus diberikan secara intramuskuler untuk
mengurangi reaksi lokal.
 Injeksi subkutan (SC), vaksin disuntikan dibawah kulit
diatas otot. Injeksi ini dianjurkan untuk semua zat yang
perlu diserap sangat lambat.
 Suntikan intradermal (ID) : vaksin disuntikan pada lapisan
teratas kulit. BCG adalah satu-satunya jenis vaksin yang
disuntikan secara intradermal. Pemberian BCG secara
intradermal mengurangi risiko terjadinya kelainan
neurovaskuler.
 Kebanyakan petugas imunisasi menganggap bahwa BCG
paling sulit pemberiannya, karena umumnya kulit bayi
sangat tipis dan lengan bayi sangat kecil, dan jarum yang
dipakai untuk BCG adalah nomor 26, 15 mm. Sedangkan
untuk vaksin lain digunakan jarum ukuran 23, 25 mm,
baik untuk suntikan subkutan maupun intramuskuler.
 Pemberian vaksin secara oral, mengurangi kebutuhan
akan jarum suntik dan semprit, dan membuat proses
pemberian lebih mudah.
 Produsen vaksin biasanya menganjurkan cara tertentu
pada pemberian vaksin untuk mengurangi semaksimal
mungkin efek simpang dari vaksin yang bersangkutan.
Tempat Penyuntikan
 Pemberian Hepatitis B paling optimal diberikan pada bayi
<24 jam pasca persalinan, dengan didahului suntikan
vitamin K1 2-3 jam sebelumnya, khusus daerah dengan
akses sulit, pemberian Hepatitis B masih diperkenankan
sampai <7 hari.
 Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan
Praktik Swasta, Imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan
sebelum dipulangkan.
 Pemberian BCG optimal diberikan sampai usia 2 bulan,
dapat diberikan sampai usia <1 tahun tanpa perlu melakukan
tes mantoux.
Bayi yang telah mendapatkan Imunisasi dasar DPT-HB-Hib 1, DPT-
HB-Hib 2, dan DPT-HB-Hib 3 dengan jadwal dan interval sesuai
tabel imunisasi rutin, maka dinyatakan mempunyai status Imunisasi
T2.
IPV mulai diberikan secara nasional pada tahun 2016
Pada kondisi tertentu, semua jenis vaksin kecuali HB 0 dapat
diberikan sebelum bayi berusia 1 tahun
Sasaran dan orang tua/pengasuh diminta untuk tetap di pos
pelayanan imunisasi/ sekolah selama 30 menit sesudah imunisasi
dilaksanakan dan petugas juga harus tetap berada di pos atau sekolah
minimal 30 menit setelah sasaran terakhir diimunisasi, hal ini untuk
mengantisipasi terjadinya kasus KIPI yang serius seperti anafilaksis.
 Anak usia sekolah dasar yang telah lengkap Imunisasi
dasar dan Imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib serta
mendapatkan Imunisasi DT dan Td dinyatakan
mempunyai status Imunisasi T5.
Jadwal Imunisasi yang Terlambat/
Tidak Teratur
 Jika terlambat > 1 vaksin dapat beberapa vaksin sekaligus
atau vaksin kombo
Belum pernah mendapat Imunisasi:
 Imunisasi harus diberikan kapan saja pada umur berapa
saja
 Untuk vaksin yang harus diberikan beberapa kali (misal
DTP, Polio, Hepatitis B) jumlah pemberian harus sama
dengan jumlah yang seharusnya diberikan (3 x)
Jadwal Imunisasi yang Terlambat/
Tidak Teratur
 Vaksin yang penggunaannya dibatasi oleh umur,
 Hib diberikan pada umur < 5 th
 Vaksin DTPw/DTPa: umur > 7 th diberikan Td
Video strategi Pemberian Imunisasi Tambahan Pada
Daerah Cakupan Imunisasi Rendah
 https://www.youtube.com/watch?v=j9DiTmgVhNs
  https://bit.ly/3bEkEiX
   https://ipc.unicef.org/index.php/package-components
IMUNISASI PILIHAN
 Imunisasi pilihan adalah Imunisasi lain yang tidak
termasuk dalam Imunisasi program, namun dapat
diberikan pada bayi, anak, dan dewasa sesuai dengan
kebutuhannya dan pelaksanaannya juga dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang berkompeten sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Sesuai dengan kebutuhan program, Menteri dapat
menetapkan jenis Imunisasi pilihan menjadi Imunisasi
program setelah mendapat rekomendasi dari ITAGI.
ITAGI mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:
Beban penyakit (burden of disease);
Penilaian Vaksin, yang terdiri dari: kemampuan vaksin untuk
menimbulkan kekebalan (efficacy), keamanan vaksin (safety),
ketersediaan vaksin yang terus menerus (sustainable),
keterjangkauan harga (affordable);
Cost effectiveness dari vaksin;
Memperkuat kesehatan Nasional (National Health Security),
setelah dilakukan analisis terhadap manfaat yang didapat dari
vaksin ini terhadap kesehatan masyarakat (Public Health Impact
Analysis) sehingga sudah menjadi prioritas untuk diberikan; dan
Kesinambungan pembiayaan.
Vaksin Tifoid
Vaksin Varisela
Vaksin Hepatitis A
Vaksin Influenza
Vaksin Pneumokokus
Vaksin Rotavirus
Vaksin Japanese Ensephalitis
Vaksin Human Papillomavirus (HPV)
Vaksin Herpes Zoster
Vaksin Dengue
Cold Chain & Penyimpanan
Vaksin
Cold Chain
Video cold chain
 https://www.youtube.com/watch?v=jus-4svrUSY&t=31s
Penyimpanan Vaksin
 Di dalam Permenkes Nomor 12 tahun 2017 tentang
Penyelenggaraan Imunisasi disebutkan bahwa vaksin
merupakan produk biologis yang mudah rusak sehingga
harus disimpan pada suhu tertentu, yakni pada suhu 2 s.d
8ºC untuk vaksin sensitif beku (tidak boleh beku), dan
pada suhu -15 s.d -25 ºC untuk vaksin yang sensitif panas.
 Sekarang, hanya vaksin polio yang masih memerlukan
tempat penyimpanan dengan suhu dibawah 0°C.
 Sejumlah vaksin, seperti Hepatitis B, DPT-HB-Hib, IPV,
DT, Td akan berpotensi menjadi rusak jika terpapar suhu
beku.
 Sedangkan vaksin Polio, BCG, dan MR akan berpotensi
rusak jika terpapar suhu panas.
 Secara umum, vaksin akan rusak jika terpapar oleh sinar
matahari secara langsung.
Video penyimpanan vaksin
 https://www.youtube.com/watch?v=r-czFhMY_cg
Alat Pemantau Lemari Es
Setiap lemari es dipantau
dengan
1buah termometer
muller/dialtermometer
Sebuah freeze watch atau
freeze- tag
Sebuah buku grafik
pencatatan suhu
 Pencatatan suhu dilakukan
2 kali sehari tiap pagi dan
sore
Alat Pembawa Vaksin
 Alat pembawa Vaksin harus terstandarisasi SNI dan PIS/PQS
WHO.
 Cold box adalah suatu alat untuk menyimpan sementara dan
membawa vaksin. Pada umumnya memiliki volume kotor 40
liter dan 70 liter. Kotak dingin (cold box) ada 2 macam yaitu
terbuat dari plastik atau kardus dengan insulasi poliuretan.
 Vaccine carrier adalah
alat untuk mengirim/
membawa vaksin dari
puskesmas ke posyandu
atau tempat pelayanan
Imunisasi lainnya yang
dapat mempertahankan
suhu +2°C s/d +8°C.
Alat untuk mempertahankan Suhu

Kotak dingin beku (cold pack) adalah


wadah plastic berbentuk segi empat yang
diisi dengan air yang dibekukan dalam
freezer dengan suhu -15°C s/d -25°C
selama minimal 24 jam.
Kotak dingin cair (cool pack) adalah
wadah plastik berbentuk segi empat
yang diisi dengan air kemudian
didinginkan dalam Vaccine Refrigerator
dengan suhu -3°C s.d +2°C selama
minimal 12 jam (dekat evaporator).
Vaksin dan pelarut didistribusikan ke pos
pelayanan pada hari yang sama dengan pelayanan
menggunakan vaksin carrier standar
Sehari sebelum pelayanan, pelarut harus disimpan
dalam lemari es pada suhu 2 sd 8 derajat Celsius
Pelarut juga harus dimasukan ke dalam vaksin
carrier agar memiliki suhu yang sama dengan
vaksin yaitu berkisar 2 sd 8celcius pada saat
pelarutan.
Petugas kesehatan atau vaksinator bertanggung
jawab membawa vaksin carrier ke tempat
pelayanan.
Saat sesi pelayanan sudah selesai setiap harinya,
petugas bertanggung jawab mengembalikan vaksin
carrier dan safety box yang telah terisi ke
puskesmas.
Suhu Vaksin
Suhu antara +2° C dan +8°C
situasi normal

Suhu pada atau di bawah 0°C: VAKSIN BERISIKO


Periksa vaksin sensitif beku
Lakukan uji kocok, bila beku padat langsung dibuang, perbaiki
suhu yang rendah
Suhu antara +8°C and +10°C
perlu tindakan, sesuaikan termostat•

Suhu di atas +10°C:


VAKSIN BERISIKO
Periksa VVM dan buat laporan
Paparan suhu di bawah 0°C
vaksin sensitif beku rusak, walau secara fisik
vaksin tidak nampak beku-padat
Dipantau dengan alat pemantau beku dan lakukan
shake test
Uji kocok tidak perlu dilakukan bila:
Vaksin beku padat
Vaksin tidak bisa homogen setelah dikocok masih
ada pembekuan pada dinding vial
Uji kocok
 Dilakukan terhadap vaksin sensitif beku yang dicurigai beku
 Suhu thermometer pada pagi hari : 0 derajat celsius
 Freeze tag : Tanda X
 Freeze watch : Pecah Berwarna biru
 Dibandingkan dengan jenis vaksin yang sama yg sengaja dibekukan
 Vaksin sensitif beku belum pernah mengalami pembekuan
 Apabila terdapat kecurigaan vaksin sensitif beku pernah mengalami
pembekuan, maka harus dilakukan uji kocok (shake test) terhadap vaksin
tersebut. Sebagai pembanding digunakan jenis dan nomor batch vaksin
yang sama
Video cara uji kocok vaksin
 https://www.youtube.com/watch?v=ppWRmJ7a-Js&t=17s
 Pahami bentuk dan type
vaccine refrigerator.
 Bila Ice Line Refrigerator,
periksa suhu, jangan membuka
pintu vaccine refrigerator,
karena vaccine refrigerator
jenis ini, mempunyai cold life
15 – 24 jam.
 Bila RCW 42 EK-50 EK,
mempunyai cold life 4-5 jam,
maka siapkan peralatan atau
langkah-langkah
penyelamatan vaksin:
 Menggunakan burner.
 Hidupkan generator, bila ada
Video menyimpan vaksin pada vaccine
carier
 https://www.youtube.com/watch?v=8jC8BWPV_lI
Pemakaian vaksin sisa
 Vaksin sisa pada pelayanan statis (Puskesmas, Rumah Sakit
atau praktek swasta) bisa digunakan pada pelayanan hari
berikutnya.
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi adalah:
a. Disimpan pada suhu 2°C s.d. 8°C
b. VVM dalam kondisi A atau B
c. Belum kadaluwarsa
d. Tidak terendam air selama penyimpanan
e. Belum melampaui masa pemakaian
MR
Pengelolaan Limbah
Dampak pengelolaan limbah yang tidak
benar
 Limbah kegiatan Imunisasi mengandung berbagai macam
mikroorganisme patogen, yang dapat memasuki tubuh
manusia melalui tusukan, lecet, atau luka di kulit
 Petugas kesehatan, pengolah limbah & pemulung paling
berisiko
 Sisa vaksin yang terbuang bisa mencemari dan
menimbulkan mikroorganisme lain yang dapat
menimbulkan risiko tidak langsung terhadap lingkungan.
Safety box
 Safety box digunakan untuk menampung alat suntik bekas
pelayanan Imunisasi sebelum dimusnahkan.
 Safety box ukuran 2,5 liter mampu menampung 50 alat
suntik bekas, sedangkan ukuran 5 liter menampung 100
alat suntik bekas.
 Limbah Imunisasi selain alat suntik bekas tidak boleh
dimasukkan ke dalam safety box.
 Safety box yang sudah berisi alat suntik bekas tidak boleh
disimpan lebih dari 2 x 24 jam.
Pengelolaan Limbah infeksius
Pengelolaan limbah medis infeksius
tajam dengan menggunakan Incinerator
Alternatif dengan Bak Beton
Alternatif Pengelolaan Jarum

 pisahkan jarum dengan plastik syringe dengan menggunakan needle cutter atau
needle burner. Jarum yang telah terpisah dari syringe dimasukan kedalam
encapsulation atau sharp pit.
 Alat pemisah antara jarum dengan syringe plastic dapat menggunakan alat needle
cutter atau needle destroyer.
Alternatif Pengelolaan Syringe (1)

 Setelah dilakukan pemisahan antara jarum dengan plastik


syringe, plastik syringe ditampung terlebih dahulu melalui
bak penampung, selanjutnya dihancurkan dengan
menggunakan alat shredding.
 Plastik syringe yang telah hancur dimasukan ke dalam pit.
Alternatif Pengelolaan Syringe (2)

 Selain dimasukkan kedalam pit, plastik syringe dapat juga


didaur ulang (recycling).
 Syringe plastik yang sudah terpisah dari jarum, dicampur
dan direndam dalam cairan Chlorine solution 0,5 %
selama + 30 menit atau disterilisasi dengan sterilisator
selama 20 menit, kemudian syringe plastik
dicacah/dihancurkan sehingga menjadi bijih (butiran)
plastik dan dapat didaur ulang.
Limbah Infeksius non tajam

Pemusnahan limbah farmasi (sisa vaksin) dapat dilakukan


dengan mengeluarkan cairan vaksin dari dalam botol atau ampul,
kemudian cairan vaksin tersebut didesinfeksi terlebih dahulu
dalam killing tank (tangki desinfeksi) untuk membunuh
mikroorganisme yang terlibat dalam produksi. Limbah yang telah
didesinfeksi dikirim atau dialirkan ke Instalasi Pengelolaan Air
Limbah (IPAL).
Sedangkan botol atau ampul yang telah kosong dikumpulkan ke
dalam tempat sampah (kantong plastik) berwarna kuning
selanjutnya diinsenerasi (dibakar dalam incinerator)atau
menggunakan metode non insenerasi (al. autoclaving, microwave)

Anda mungkin juga menyukai