KESEHATAN KEPULAUAN
(VAKSIN POLIO)
OLEH KELOMPOK I :
B. Cara Kerja
Selama vaksinasi, vaksin yang mengandung virus yang telah mati atau dilemahkan
akan masuk ke dalam sistem tubuh. Vaksin kemudian merangsang sistem kekebalan tubuh
untuk memproduksi antibodi melawan organisme tersebut. Vaksin memicu kemampuan
sistem kekebalan berjuang melawan infeksi tanpa kontak langsung dengan kuman yang
menghasilkan penyakit. Jika diberikan pada orang sehat, vaksin memicu respon kekebalan
tubuh. Vaksin memaksa tubuh berpikir bahwa sedang diserang oleh organisme spesifik
dan sistem kekebalan bekerja untuk memusnahkan penyerbu dan mencegahnya
menginfeksi lagi. Jika suatu saat virus polio asli tersebut kembali menyerang tubuh,
antibodi dari sistem kekebalan yang mirip diperoleh dari infeksi alami akan menyerang
dan akan menghentikan infeksi.
Cara pemberian vaksin polio OPV yang mengandung virus yang sudah dilemahkan
diberikan secara oral atau diteteskan langsung pada mulut anak sebanyak 2 tetes secara
langsung atau dicampur dengan gula pada sendok. Sedangkan vaksin polio IPV yang
mengandung virus yang sudah dimatikan diberikan melalui suntikan. Jadwal Pemberian
Sesuai dengan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), imunisasi polio
diberikan minimal sebanyak empat kali dengan selang waktu minimal empat minggu.
Jadwal standar yaitu usia 0, 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan bersamaan dengan jadwal
pemberian vaksin DPT. Mengenai jenisnya boleh dipilih salah satu OPV atau IPV
jadwalnya sama. Pemberian vaksin akan diulang saat bayi pada usia 18-24 bulan, dan 5-6
tahun.
C. Indikasi
Imunisasi polio diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit
polimielitis. Oleh karena itu, manfaat imunisasi polio adalah mencegah penyakit polio atau
lumpuh layu, baik perindividu maupun secara luas pada masyarakat. Karena apabila
sebagian besar terimunisasi maka yang lain juga akan terlindungi dari penularan.
D. Sasaran
Berdasarkan Petunjuk Teknis Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio Tahun 2016,
yang menjadi sasaran imunisasi polio adalah semua anak usia 0 s.d 59 bulan.
E. Cara Pemberian
Imunisasi polio dapat dilakukan dengan cara memberikan suntikan IPV
(meningkatkan antibodi humoral dengan cepat) atau meneteskan OPV (menimbulkan
kekebalan lokal pada usus dan kekebalan humoral). Perbedaan kedua vaksin tersebut
adalah IPV merupakan vaksin yang berisi virus inaktif/mati yang dibuat dengan
memanaskan menggunakan formaldehid. Sedangkan OPV adalah virus hidup yang
dilemahkan (attenuated) dengan membiakkan di dalam sel non manusia sehingga masih
mempunyai kemampuan enterovirulen, tetapi tidak bersifat patogen, karena sifat
neurovirulensi sudah hilang. Pada IPV yang berfungsi sebagai vaksin (antigen) adalah
protein dari virus tersebut, terutama protein kapsid yang mengandung gugusan epitop
antigen.
1. Vaksin polio oral (OPV):
Secara oral (melalui mulut), 1 dosis (dua tetes) sebanyak 4 kali (dosis) pemberian,
dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu.
F. Kontra Indikasi
a) Vaksin Polio Oral (Oral Polio Vaccine [OPV])
Pada individu yg menderita “immune deficiency”.
Tidak ada efek berbahaya yang terjadi karena imunisasi pada anak yang sedang
sakit.
Bila ragu misalkan sedang diare, maka dosis ulangan dapat diberikan setelah
sembuh.
G. Manajemen Penyimpanan
Untuk menjaga kualitas vaksin tetap tinggi sejak diterima sampai didistribusikan ketingkat
berikutnya, vaksin harus selalu disimpan pada suhu yang telah ditetapkan.
Kabupaten/Kota Puskesmas
Vaksin Polio disimpan pada Semua vaksin disimpan pada
suhu -15°C s.d. -25°C pada suhu 2°C s.d. 8°C pada lemari
freeze room/freezer es.
Vaksin lainnya disimpan pada Khusus vaksin Hepatitis B,
suhu 2°C s.d. 8°C pada pada bidan desa disimpan pada
coldroom atau lemari es. suhu ruangan, terlindung dari
sinar matahari langsung.
Pada unit pelayanan, vaksin Polio yang telah digunakan, hanya boleh digunakan selama 2
minggu dengan ketentuan:
*Di Posyandu : vaksin yang sudah terbuka tidak boleh dipergunakan lagi pada hari
berikutnya.
H. Efek Samping
1. OPV
Sangat jarang terjadi reaksi sesudah imunisasi polio oral. Setelah mendapat vaksin
polio oral, bayi boleh makan minum seperti biasa. Apabila muntah dalam 30 menit
segera diberi dosis ulang.
2. IPV
Reaksi lokal pada tempat penyuntikan: nyeri, kemerahan, indurasi, dan bengkak bisa
terjadi dalam waktu 48 jam setelah penyuntikan dan bisa bertahan selama satu atau
dua hari.
I. Penanganan
1. OPV: orang tua tidak perlu melakukan tindakan apapun
2. IPV:
Orangtua dianjurkan memberikan minum lebih banyak (ASI)
Jika demam, kenakan pakaian yang tipis
Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin
Jika demam, berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3-4 jam (maksimal 6
kali dalam 24 jam)
Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
DAFTAR PUSTAKA
Satari HI, Ibbibah LF, Utoro S. Eradikasi Polio. Sari Pediatr. 2016;18(3):245.
https://www.slideshare.net/LiliscBen/imunisasi-polio
https://www.honestdocs.id/imunisasi-polio
Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk Teknis Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio Tahun
2016 [Internet]. 2015. p. 4. Available from:
https://kespel.kemkes.go.id/uploads/imgreference/20160312180936.pdf%0A%0A
Hadianti DN, Mulyati E, Ratnaningsih E. Buku ajar imunisasi. Jakarta: Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Tenaga Kesehatan. 2015.
Ranuh IG, editor. Pedoman imunisasi di Indonesia, edisi 5. Satgas Imunisasi, Ikatan Dokter
Anak Indonesia; 2014.