Anda di halaman 1dari 11

Hormon yang berperan dalam Penyakit Diabetes Melitus

Diabetes Melitus adalah penyakit metabolic sebagai akibat dari berkurangnya insulin efektif baik
oleh karena adanya “disfungsi” sel beta pancreas atau ambilan glukosa di perifer atau keduanya dengan
tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan gejala klinis akut seperti poliuria, polidipsia
dan penurunan berat badan. Gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat dan sekunder
pada protein dan lemak.
Insulin diproduksi di kelenjar pancreas. Pankreas adalah suatu organ yang terdiri dari jaringan
eksokrin dan endokrin. Bagian eksokrin mengeluarkan larutan encer alkalis serta enzim pencernaan
melalui duktus pankreatikus ke dalam lumen saluran cerna. Di antara sei-sel eksokrin di seluruh
pankreas tersebar kelompok-kelompok, atau "pulau", sel endokrin yang dikenal sebagai pulau (islets)
Langerhans. Sel endokrin pankreas yang terbanyak adalah sel B (beta), tempat sintesis dan sekresi
insulin, dan sel α (alfa), yang menghasilkan glukagon. Sel D (delta), yang lebih jarang, adalah tempat
sintesis somatostatin. Sel pulau Langerhans yang paling jarang, sel PP, mengeluarkan polipeptida
pankreas, yang mungkin berperan daiam mengurangi nafsu makan dan asupan makanan. Kita
selanjutnya akan membahas insulin kemudian hormone contrainsulin.

1. Insulin
 lnsulin menurunkan glukosa, asam lemak dan asam amino darah serta mendorong
penyimpanannya.
Insulin memiliki efek penting pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Hormon ini
menurunkan kadar glukosa, asam lemak, dan asam amino darah serta mendorong penyimpanan bahan-
bahan tersebut. Sewaktu molekul nutrien ini masuk ke darah selama keadaan absorptif, insulin
mendorong penyerapan bahan-bahan ini oleh sel dan pengubahannya masing-masing menjadi glikogen,
trigliserida, dan protein. Insulin melaksanakan banyak fungsinya dengan mempengaruhi transpor
nutrien darah spesifik masuk ke dalam sel atau mengubah aktivitas enzim-enzim yang berperan dalam
jalur-jalur metabolik tertentu.

EFEK PADA KARBOHIDRAT


Memelihara homeostasis glukosa darah merupakan salah satu fungsi penting pankreas.
Konsentrasi glukosa dalam darah ditentukan oleh keseimbangan antara proses-proses berikut :
penyerapan glukosa dari saluran cerna, pemindahan glukosa ke dalam sel, produksi glukosa oleh hati,
dan (secara abnormal) ekskresi glukosa di urin. Insulin memiliki empat efek yang menurunkan kadar
glukosa darah dan mendorong penyimpanan karbohidrat:
1. Insulin mempermudah transpor glukosa ke dalam sebagian besar sel. (Mekanisme peningkatan
penyerapan glukosa ini dijelaskan setelah efek lain insulin dalam menurunkan glukosa darah
dicantumkan).
2. Insulin merangsang glikogenesis, pembentukan glikogen dari glukosa, di otot rangka dan hati.
3. Insuiin menghambat glikogenolisis, penguraian glikogen menjadi glukosa. Dengan menghambat
penguraian glikogen menjadi glukosa maka insulin cenderung menyebabkan penyimpanan karbohidrat
dan mengurangi pengeluaran glukosa oleh hati.
4. Insulin juga menurunkan pengeluaran glukosa oleh hati dengan menghambat glukoneogenesis,
perubahan asam amino menjadi glukosa di hati. Insulin melakukannya dengan mengurangi jumlah asam
amino di darah yang tersedia bagi hati untuk glukoneogenesis dan denganmenghambat enzim-enzim
hati yang diperlukan untuk mengubah asam amino menjadi glukosa.
Karena itu, insulin mengurangi konsentrasi glukosa darah dengan mendorong penyerapan
glukosa oleh sel dari darah untuk digunakan dan disimpan, dan secara bersamaan mengh ambat dua
mekanisme pembebasan glukosa oleh hati ke dalam darah (glikogenolisis dan glukoneogenesis). Insulin
adalah satu-satunya hormon yang mampu menurunkan kadar glukosa darah. Insulin mendorong
penyerapan glukosa oleh sebagian besar sel melalui rekrutmen pengangkut glukosa.
Pengangkutan glukosa antara darah dan sel dilaksanakan oleh suatu pembawa/pengangkut membran
plasma yang dikenal sebagai pengangkut glukosa (glucose Tansporter, GLUT). Terdapat enam bentuk
pengangkut glukosa yang telah diketahui dan dinamai sesuai urutan penemuannya- GLUT-I, GLUT-2,
dstnya. Pengangkut glukosa ini melaksanakan difusi pasif terfasilitasi glukosa melewati membrane
plasma dan berbeda dari pembawa kotranspor Na--glukosa yang berperan dalam transpor aktif
sekunder glukosa melewati epitel ginjal dan usus). Setiap anggota dari famili GLUT memiliki fungsi yang
sedikit berbeda. Sebagai contoh, GLUT:I memindahkan glukosa menembus sawar darah-otak, GLUT-2
memindahkan glukosa yang masuk ke sel ginjal dan usus ke aliran darah sekitar melalui pembawa
kotranspor, dan GLUT-3 adalah pengangkut utama glukosa ke dalam neuron. Pengangkut glukosa yang
bertanggung jawab atas sebagian besar penyerapan glukosa oleh mayoritas sel tubuh adalah GLUT-
4,yang bekerja hanya setelah berikatan dengan insulin. Molekul glukosa tidak dapat dengan mudah
menembus membrane sebagian besar sel tanpa adanya insulin sehingga kebanyakan jaringan
bergantung pada insulin untuk menyerap glukosa dari darah dan menggunakannya. GLUT-4 sangat
banyak terdapat di jaringan yang paling banyak menyerap glukosa dari darah selama keadaan
absorptifyaitu otot rangka dan sel jaringan lemak. GLUT-4 adalah satu-satunya jenis pengangkut glukosa
yang berespons terhadap insulin. Tidak seperti jenis molekul GLUT lainnya, yang selalu ada di membran
plasma di tempat mereka melaksanakan fungsinya, GLUT-4 akan dikeluarkan dari membran plasma jika
tidak terdapat insulin. Insulin mendorong penyerapan glukosa melalui proses rekrutmen pengangkut.
Sel-sel dependen insulin mempertahankan vesikel-vesikel intrasel yang mengandung GLUT:4. Insulin
memicu vesikel-vesikel ini bergerak ke membrane plasma dan menyatu dengannya sehingga GLUT:4
dapat disisipkan ke dalam rnembran plasma. Dengan cara ini, peningkatan sekresi insulin menyebabkan
peningkatan pesat penyerapan glukosa 10 sampai 30 kali lipat oleh sel-sel dependen insulin. Ketika
sekresi insulin berkurang, pengangkut glukosa tersebut diambil kembali dari membran plasma dan
dikembalikan ke dalam vesikel. Beberapa jaringan tidak bergantung pada insulin untuk menyerap
glukosa-yaitu, otak, otot yang sedang aktif, dan hati. Otak, yang memerlukan pasokan konstan glukosa
untukkebutuhan energinya setiap saat, bersifat permeabel bebas terhadap glukosa setiap waktu melalui
molekul GLUT:I dan GLUT:-3. Saat olahraga, sel-sel otot rangka tidak bergantung pada insulin untuk
menyerap glukosa, meskipun saat istirahat mereka memerlukannya. Kontraksi otot memicu penyisipan
GLUT-4 ke membran plasma sel otot yang aktif meskipun tidak terdapat insulin. Kenyataan ini penting
daIam menangani diabetes melitus (defisiensi insulin), seperti dijelaskan kemudian. Hati juga tidak
bergantung pada insulin untuk menyerap glukosa karena organ ini tidak menggunakan GLUT:4. Namun,
insulin meningkatkan metabolisme glukosa oleh hati dengan merangsang langkah pertama dalam
metabolisme glukosa, fosforilasi glukosa untuk membentuk glukosa-6-fosfat. Fosforilasi glukosa yang
masuk ke dalam sel menjaga konsentrasi glukosa "polos" intrasel rendah sehingga gradien yang
mempermudah difusi terfasilitasi glukosa ke dalam sel dipertahankan. Insulin juga memiliki efek penting
pade lemak dan protein.

EFEK PADA LEMAK


Insulin memiliki banyak efek untuk menurunkan asam lemak darah dan mendorong
penyimpanan trigliserida: .
1. Insulin meningkatkan pemasukan asam lemak dari darah ke dalam sel jaringan lemak.
2. Insulin meningkatkan transpor glukosa ke dalam sel jaringan lemak melalui rekrutmen GLUT:4.
Glukosa berfungsi sebagai prekursor untuk pembentukan asam lemak dan gliserol, yaitu bahan mentah
untuk membentuk trigliserida.
3. Insulin mendorong reaksi-reaksi kimia yang akhirnya menggunakan turunan asam lemak dan glukosa
untuk sintesis trigliserida.
4. Insulin menghambat lipolisis (penguraian lemak), mengurangi pembebasan asam lemak dari jaringan
lemak ke dalam darah.
Secara kolektil efek-efek ini cenderung mengeluarkan asam lemak dan glukosa dari darah dan
mendorong penyimpanan keduanya sebagai trigliserida.

EFEK PADA PROTEIN


Insulin menurunkan kadar asam amino darah dan meningkatkan sintesis protein melalui
beberapa efek:
1. Insulin mendorong transpor aktii asam amino dari darah ke dalam otot dan jaringan lain. Efek ini
menurunkan kadar asam amino dalam darah dan menyediakan bahan-bahan untuk membentuk protein
di dalam sel
2. Insulin meningkatkan laju inkorporasi asam amino menjadi protein oleh perangkat pembentuk protein
yang ada di sel.
3. lnsulin menghambar penguraian protein. Hasil keseluruhan dari efek-efek ini adalah efek anabolik
protein. Karena itu,"insulin esensial bagi pertumbuhan normal.

Perangsang utama peningkatan sekresi insulin adalah peningkatan kosentrasi glukosa


darah
Pengontrol utama sekresi insulin adalah sistem umpan balik negatif langsung antara sel B
pankreas dan konsentrasi glukosa dalam darah yang mengalirinya. Peningkatan kadar glukosa darah,
seperti selama penyerapan makanan, secara langsung merangsang sel B untuk membentuk dan
mengeluarkan insulin. Peningkatan insulin menurunkan kadar glukosa darah ke normal dan mendorong
pemakaian serta penyimpanan nutrien ini. Sebaliknya, penurunan glukosa darah di bawah normal,
misalnya sewaktu puasa, secara langsung menghambat sekresi insulin. Penurunan Iaju sekresi insulin
menggeser metabolisme dari pola absorptif ke pascaabsorptifl Karena itu, sistem umpan balik negatif
sederhana sudah dapat mempertahankan pasokan glukosa yang relative konstan ke jaringan ranpa
memerlukan partisipasi saraf atau hormon lain.
Glukosa merangsang sekresi insulin melalui proses penggabungan eksitasi-sekresi. Glukosa
memulai serangkaian peristiwa yang mengubah potensial membrane sel β, yang menyebabkan sekresi
insulin. Secara spesifik, glukosa memasuki sel β melalui GLUT-2. Setelah didalam , glukosa dengan segera
difosforilasi menjadi glukosa-6-posphate yang dioksidasi oleh sel β untuk membentuk ATP. Sel β
memiliki 2 jenis saluran : saluran K+ peka ATP yang merupakan saluran bocor yang tetap terbuka kecuali
ATP terikat kepadanya dan suatu saluran Ca 2+ berpintu listrik, yang tertutup pada potensial istirahat.
Saluran K+ peka ATP menutup ketika ATP yang dihasilkan dari glukosa-6-fosfat terikat padanya.
Penurunan permeabilitas K+ yang terjadi mengakibatkan depolarisasi sel β. Depolarisasi ini menyebabkan
saluran Ca2+ berpintu listrik terbuka. Ca2+ kemudian masuk dan memicu eksositosis vesikel sekretorik
yang mengandung insulin, mengasilkan sekresi insulin.

Selain konsentrasi glukosa darah, masukan lain yang mengatur sekresi insulin adalah sebagai
berikut.
 Peningkatan kadar asam amino darah, misalnya setelah makan makanan tinggi protein, secara
langsung merangsang sel B untuk meningkatkan sekresi insulin. Melalui mekanisme umpan balik
negatif, peningkatan insulin meningkatkan masuknya asam-asam amino ke dalam sel sehingga kadar
asam amino darah berkurang sementara sintesis protein meningkat. I Hormon saluran cerna yang
dikeluarkan sebagai respons terhadap adanyamakanan, l<hususnya glucose-dep endent
insulinotropic peptide (GIP), merangsang pancreas mengeluarkan insulin selain memiliki efek
regulatorik langsung pada sistem pencernaan. Melalui kontrol ini, sekresi insulin ditingkatkan
melalui mekanisme "umpan", atau antisipatorik, bahkan sebelum penyerapan nutrien meningkatkan
konsentrasi glukosa dan asam amino darah.
 Sistem saraf otonom juga secara langsung mempengaruhi sekresi insulin. Pulau-pulau Langerhans
memiliki banyak persarafan parasimpatis (vagus) dan simpatis. Peningkatan aktivitas parasimpatis
yang terjadi sebagai respons rerhadap makanan di saluran cerna merangsang pengeluaran insulin.
Hal ini juga merupakan respons feedforward sebagai antisipasi penyerapan nurrien. Sebaliknya,
stimulasi simpatis dan peningkatan epinefrin yang menyertainya menghambat sekresi insulin.
Penurunan kadar insulin memungkinkan kadar glukosa naik, suatu respons yang sesuai dengan
keadaan- keadaan yang biasanya menyebabkan pengaktifan simpatis generalisata-yaitu, stres (lawan
atau lari) dan olahraga. Pada kedua situasi ini diperlukan bahan bakar tambahan untuk aktivitas otot
yang meningkat

RINGKASAN EFEK INSULIN


Secara singkat, insulin terutama menimbulkan efek dengan beker.ia pada otot rangka inaktif, hati, dan
jaringan lemak. Hormon ini merangsang jalur-jalur biosintetik yang menyebabkan peningkatan
pemakaian glukosa, peningkatan penyimpanan karbohidrat dan lemak, serta meningkatkan sintesis
protein. Jadi hormon ini menurunkan kadar glukosa, asam lemak, dan asam amino darah. Pola metabolik
ini khas untuk keadaan absorpsi. Memang, sekresi insulin meningkat pada keadaan ini dan
menyebabkan jalur-jalur metabolic bergeser ke arah anabolisme.
2. Glukagon
 Glukagon Melawan Efek Insulin
Meskipun insulin berperan kunci dalam mengontrol penyesuaian metabolik antara keadaan
absorptif dan pasca absorptif namun produk sekretorik sel a pulau Langerhans pankreas, glukagon, juga
sangat penting. Banyak ahli ilmu faal memandang sel β penghasil insulin dan sel α penghasil glukagon
sebagai sistem endokrin berpasangan yang kombinasi sekresinya adalah faktor utama dalam mengatur
metabolisme bahan bakar. Glukagon mempengaruhi banyak proses metabolic yang juga dipengaruhi
oleh insulin, tetapi pada kebanyakan kasus efek glukagon adalah berlawanan dengan efek insulin.
Tempat utama kerja glukagon adalah hati, tempat hormone ini menimbulkan berbagai efek pada
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.

EFEK PADA KARBOHIDRAT


Efek keseluruhan glukagon pada metabolisme karbohidrat menyebabkan peningkatan produksi dan
pelepasan glukosa oleh hati sehingga kadar glukosa darah meningkat. Glukagon melaksanakan efek
hiperglikemiknya dengan menurunkan sintesis glikogen, mendorong glikogenolisis, dan merangsang
glukoneogenesis.

EFEK PADA LEMAK


Glukagon juga melawan efek insulin pada metabolisme lemak dengan mendorong penguraian lemak
serta inhibisi sintesis trigliserida. Glukagon meningkatkan produksi keton hati (ketogenesis) dengan
mendorong perubahan asam lemak menjadi badan keton. Karena iru, kadar asam lemak dan keton
darah meningkat di bawah perigaruh glukagon.

EFEK PADA PROTEIN


Glukagon menghambat sintesis protein di hati serta mendorong penguraian protein hati. Stimulasi
glukoneogenesis juga memperkuat efek katabolik glukagon pada metabolisme protein hati. Glukagon
mendorong katabolisme protein di hati tetapi tidak berefek nyata pada kadar asam amino darah karena
hormon ini tidak mempengaruhi protein otot, simpanan protein utama di tubuh.

Sekresi Glukagon Meningkat Selama Keadaan


Pasca-Absorptif.
Dengan mengetahui berbagai efek katabolik glucagon pada simpanan energi, anda akan benar
jika beranggapan bahwa sekresi glukagon meningkat selama keadaan pascaabsorptif dan menurun
selama keadaan absorptif, tepat berlawanan dengan sekresi insulin. Pada kenyataannya , insulin kadang
disebut sebagai "hormon pesta' dan glucagon sebagai "hormon puasa' Insulin cenderung menyebabkan
penyimpanan nutrien ketika kadarnya di darah tinggi, misalnya setelah makan, sementara glukagon
mendorong katabolisme simpanan nurrien di antara waktu makan untuk menjaga kadar nutrien dalam
darah, khususnya glukosa darah. Seperti pada sekresi insulin, faktor utama yang mengatur sekresi
glukagon adalah efek langsung. Konsenrrasi glukosa darah pada pankreas endokrin. Dalam hal ini, sel
crpankreas meningkatkan sekresi glukagon sebagai respons terhadap penurunan glukosa darah. Efek
hiperglikemik hormone ini cenderung meningkatkan kadar glukosa kembali ke normal. Sebaliknya,
peningkatan konsenrrasi glukosa darah, misalnya setelah makan, menghambat sekresi glukagon, yang
cenderung menurunkan kadar glukosa darah kembali ke normal.

lnsulin dan glukagon bekerja sebagai satu tim untuk mempertahankan kadar glukosa dan asam lemak
darah. Demikianlah, terdapat hubungan umpan balik negatif langsung antara konsentrasi glukosa darah
dan laju sekresi sel β dan sel α, tetapi dalam arah berlawanan. Peningkatan kadar glukosa darah
merangsang sekresi insulin tetapi menghambat sekresi glukagon, sementara penurunan kadar glukosa
darah menyebabkan penurunan sekresi insulin dan peningkatan sekresi glukagon. Karena insulin
menurunkan dan glukagon meningkatkan glukosa darah maka perubahan sekresi kedua hormon
pankreas ini sebagai respons terhadap perubahan glukosa darah bekerja sama secara homeostatis untuk
memulihkan kadar glukosa darah ke normal. Demikian juga, penurunan konsentrasi asam lemak darah
secara langsung menghambat pengeluaran insulin dan merangsang pengeluaran glukagon oleh
pankreas, di mana keduanya adalah mekaniSme kontrol umpan balik negative untuk memulihkan kadar
asam lemak darah ke normal. Efek berlawanan yang ditimbulkan oleh konsentrasi glukosa dan asam
lemak dalam darah pada sel o dan p pancreas adalah sesuai untuk mengatur kadar molekul-molekul
nutrien ini dalam darah, karena efek insulin dan glukagon pada metabolisme karbohidrat dan lemak
saling berlawanan. Efek konsentrasi asam amino darah pada sekresi kedua hormon ini adalah cerita
yang berbeda. Peningkatan konsentrasi asam amino darah merangsang sekresi baik insulin maupun
glukagon. Mengapa hal ini tampak paradoks, karena glucagon tidak berpengaruh apapun pada
konsentrasi asam amino darah? Efek identik kadar asam amino yang tinggi pada sekresi insulin dan
glukagon masuk akal jika anda memperhatikan efek kedua hormon ini pada kadar glukosa darah
(Gambar 19-18). Jika selama penyerapan makanan kaya protein, peningkatan asam amino darah hanya
merangsang sekresi insulin maka dapat terjadi hipoglikemia. Karena hanya sedikit tersedia karbohidrat
untuk diserap setelah konsumsi diet tinggi protein maka peningkatan sekresi insulin yang dipicu oleh
asam aminoakan mendorong sebagian besar glukosa masuk ke dalam sel sehingga terjadi penurunan
mendadak kadar glukosa darah. Namun, peningkatan simultan selresi glukagon yang dipicu
oleh peningkatan kadar asam amino darah meningkatkan produi<si glukosa oleh hati. Karena efek
hiperglikemik glucagon melawan efek hipoglikemik insulin, maka hasil akhir adalah terpeliharanya kadar
normal glukosa darah (dan pencegahan kelaparan hipoglikemik otak) seiama absorpsi makanan yang
kaya protein tetapi rendah karbohidrat.

Kelebihan glukagon dapat memperparah


hiperglikemia pada diabetes melitus.
CATAIAN KLINIS. Belum diketahui adanya kelainan klinis yang disebabkan hanya oleh defisiensi atau
kelebihan glukagon. Namun, diabetes melitus sering disertai oleh kelebihan sekresi glukagon, karena
insulin diperlukan untuk masuknya glukosa ke dalam sel α, tempat zat ini dapat melakukan kontrol atas
sekresi glukagon. Akibatnya, pengidap diabetes sering memperlihatkan peningkatan laju sekresi
glukagon bersamaan dengan defisiensi insulin karena peningkatan glukosa darah tidak dapat
menghambat sekresi glukagon seperti dalam keadaan normal. Karena glukagon adaiah hormon yang
meningkatkan glukosa darah maka kelebihan glukagoh akan memperparah hiperglikemia pada diabetes
melitus. Karena itu, sebagian pengidap diabetes tergantung insulin berespons baik terhadap kombinasi
terapi insulin dan somatostarin. Dengan menghambat sekresi glukagon, somarosratin secara tak
langsung membantu penurunan konsentrasi glukosa darah lebih baik daripada yang dapat dicapai hanya
oleh terapi insulin.
3. Glukokortikoid
 Glukokortikoid memiliki efek metabolik dan berperan kunci dalam adaptasi terhadap
stres.
Selain glucagon hormone yang berkaitan dengan penyakit DM juga termasuk kortisol. Kortisol,
glukokortikoid utama, berperan penting dalam metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein; memiliki
efek permisif signifikan bagi aktivitas hormon lain; dan membantu tubuh menahan stress (kondisi
hiperglikemia). Pada saat glukosa yang seharusnya masuk kedalam sel tetap tinggal dalam pembuluh
darah, maka tubuh kekurangan substrat untuk penghasil energy. Oleh sebab itu, tubuh beradaptasi
dengan memobilisasi simpanan glukosa untuk diubah menjadi glukosa yakni berupa protein tubuh dan
sel-sel adipose.
EFEK METABOLIK KORTISOL
Efek keseluruhan dari pengaruh kortisol pada metabolisme adalah peningkatan konsentrasi glukosa
darah dengan mengorbankan simpanan lemak dan protein. Secara spesifik, kortisol melakukan fungsi-
fungsi berikut: Merangsang glukoneogenesis di hati, perubahan sumber-sumber nonkarbohidrat (yaitu
asam amino) menjadi karbohidrat di dalam hati gluko arrinya "glukosa'; neo artinya "baru"; genesis
artinya "produksi"). Antara waktu makan atau selama puasa, ketika tidak ada nutrien baru yang diserap
ke dalam darah untuk digunakan dan disimpan, glikogen (glukosa simpanan) di hati cenderung
berkurang karena diuraikan untuk membebaskan glukosa ke dalam darah. Glukoneogenesis adalah
faktor penting untuk mengganti simpanan glikogen hati dan karenanya mempertahankan kadar glukosa
darah tetap normal di antara waktu makan. Hal ini penting karena otak hanya dapat menggunakan
glukosa sebagai bahan bakar metabolik, namun jaringan saraf sama sekali tidak dapat menyimpan
glikogen. Karena itu, konsentrasi glukosa dalam darah harus dipertahankan pada tingkat yang sesuai
agar otak yang bergantung pada glukosa mendapat nutrien yang memadai. Menghambat penyerapan
dan pemakaian giukosa oleh banyak jaringan, kecuali otak, sehingga glukosa tersedia bagi otak yang
membutuhkan bahan ini secara mutlak sebagai bahan bakar metabolik. Efek ini ikut berperan
meningkatkan konsentrasi glukosa darah yang ditimbulkan oleh glukoneogenesis. Merangsang
penguraian protein di banyak jaringan, khususnya otot. Dengan menguraikan sebagian dari protein otot
menjadi konstituennya (asam amino), kortisol meningkatkan konsentrasi asam amino darah. Asam-asam
amino yang dimobilisasi ini tersedia untuk glukoneogenesis atau di manapun mereka dibutuhkan,
misalnya untuk memperbaiki jaringan yang rusak atau sintesis struktur sel baru. Mempermudah lipolisis,
penguraian simpanan lemak (lipid) di jaringan adiposa sehingga asam-asam lemak dibebaskan ke dalam
darah (lisis artinya "penguraian'). Asamasam lemak yang dimobiiisasi ini tersedia sebagai bahan bakar
metabolik alternatif bagi jaringan yang dapat menggunakan sumber energi ini sebagai pengganti glukosa
sehingga glukosa dihemat untuk otak.
4. Epinefrin
Epinefrin juga merupakan hormone kontra insulin. Hormone ini memiliki beberapa efek metabolik
penting. Secara umum, epinefrin menyebabkan mobilisasi cepat simpanan karbohidrat dan lemak untuk
menyediakan energi yang dapat digunakan oleh otot yang sedang aktif. Secara spesifik, epinefrin
meningkatkan kadar glukosa darah melalui beberapa mekanisme berbeda. Pertama, hormon ini
merangsang glukoneogenesis dan glikogenolisis di hati, dengan yang rerakhir adalah penguraian
simpanan glikogen menjadi glukosa yang kemudian dibebaskan ke dalam darah. Epinefrin juga
merangsang glikogenolisis di otot rangka. Namun, karena terdapat perbedaan dalam kandungan enzim
antara hati dan otot maka glikogen otot tidak dapat diubah langsung menjadi glukosa. Penguraian
glikogen otot membebaskan asam laktat ke dalam darah. Hati mengeluarkan asam laktat dari darah dan
mengubahnya menjadi glukosa, sehingga efek epinefrin pada otot rangka secara tak langsung
membantu meningkatkan kadar glukosa. Epinefrin dan sistem saraf simpatis juga dapat memperkuat
efek hiperglikemik ini dengan menghambat sekresi insulin, hormon pankreas yang terutama
bertanggung jawab untuk memindahkan glukosa dari darah, dan dengan merangsang glukagon, hormon
pancreas lainnya yang mendorong glikogenolisis dan glukoneogenesis hati. Selain meningkatkan kadar
glukosa darah, epinefrin juga meningkatkan kadar asam lemak darah dengan mendorong lipolisis. Efek
metabolik epinefrin sesuai untuk situasi lawan atau lari. Peningkatan kadar glukosa dan asam lemak
menghasilkan tambahan bahan bakar untuk menjalankan aktivitas otot yang diperlukan dalam situasi ini
dan juga menjamin kecukupan nutrisi bagi otak saar krisis ketika tidak ada.

KESIMPULAN

Kondisi kekurangan insulin pada tubuh akan menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah,
sebab insulin berfungsi untuk membantu transport glukosa ke sel untuk dijadikan bahan metabolisme
bagi sel tersebut. Sel tubuh sangat membutuhkan glukosa, sehingga pada keadaan ini tubuh
beradaptasi dengan menyediakan hormone yang dapat membantu pengadaan glukosa di sel. Hormone
tersebut adalah glucagon, epinefrin dan kortisol. Glucagon merangsang pengubahan glikogen (simpanan
glukosa) menjadi glukosa sedangkan epinefrin dan kortisol merangsang glukoneogenesis dan lipolisis
yang pada akhirnya akan menghasilkan glukosa. Jika keadaan ini berlangsung terus menerus, maka akan
terjadi penurunan massa tubuh atau penurunan berat badan dan bahkan dapat menyebabkan berbagai
komplikasi misalnya hilangnya kesadaran (akibat liposis yang berlebihan yang menyebabkan ketosis,
sehingga benda keton yang meningkat tersebut turut masuk kedalam sawar darah otak, sehingga turut
berpengaruh pada fungsi otak.)

Anda mungkin juga menyukai