Anda di halaman 1dari 77

APLIKASI

PRAKTIS
IMUNOLOGI
Kelompok 4 – CD4
OUTLINE
 Imunisasi aktif buatan & alamiah
 Imunisasi pasif buatan & alamiah
 Jenis-jenis vaksin
 Vaksin DNA
 Imunoserologi
IMUNISASI
IMUNISASI Vaksinasi
AKTIF
Hak yang harus diperhatikan
Pemberian dalam pemilihan vaksin :
suspensi, Efektif dalam merangsang sistem
substansi, atau imun
toksin
mikroorganisme Stabil dan imunogenisitasnya tidak
yang sudah mudah berkurang
dimatikan/dilemah
kan untuk Mudah didapat dan terjangkau
merangsang agar
tubuh memproduksi Kualitas mutu yang aman dan baik
antibodi tubuh untuk digunakan
JENIS-JENIS
IMUNISASI
AKTIF BUATAN
IMUNISASI BCG
IMUNISASI CBG
 Memberikan kekebalan terhadap infeksi oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis
 Contoh: Vaksin BCG yang mengandung Mycobacterium
bovis yang telah dilemahkan
 Sebaiknya dilakukan pada bayi yang baru lahir-12 bulan
 Cukup diberikan 1x
 Jika berhasil, akan meninggalkan bekas luka berupa
lapisan parut atau benjolan kecil pada tempat penyuntikan
REAKSI YANG TERJADI SETALAH
PEMEBERIAN IMUNISASI BCG
Perubahan Pecah menjadi Sembuh (8-12 Meninggalkan
Pustula Jaringan parut
warna kulit ulkus minggu) bekas

Kelenjar ketiak Pemebengkakan


Pembesaran atau daerah leher berisi cairan Sembuh
IMUNISASI DPT
(DIFTERI, PERTUSIS, TETANUS)
IMUNISASI
Imunisasi DPT CBG
(Difteri, Pertusis, Tetanus)

 Berupa Vaksin DPT yang mengandung toksoid


tetanus murni, toksoid difteri murni, dan bakteri
pertusis yang diinaktivasi
 Imunisasi Dasar DPT diberikan 3x:
 Sejak bayi umur 3 bulan
 Selang waktu minimal 4 minggu

 Imunisasi Ulang :
 1-2 tahun setelah imunisasi dasar yang ketiga

 Imunisas Ulang selanjutnya:


 Pada usia 6 tahun dan 12 tahun
 Setelah itu dianjurkan setiap interval 5 tahun

 Reaksi setelah Imunisasi DPT:


 Demam ringan
 Pembengkakan dan nyeri di tempat penyuntikan (1-2 hari)
IMUNISASI POLIO
Imunisasi Polio

 Berupa vaksin trivalen yang mengandung


suspensi tipe 1, tipe 2, dan tipe 3 virus polio hidup
galur Sabin yang telah dilemahkan.
 Melalui oral, yaitu dengan meneteskan (2 tetes) ke
mulut bayi
 Dilakukan sejak bayi baru lahir atau berumur
beberapa hari
 Selanjutnya dilakukan 4x dengan selang 4-6
minggu.
 Imunisasi ulang dapat dilakukan sebelum usia 5-6
tahun dan 12 tahun.
 Jangan diberikan pada anak yang sedang diare
berat
IMUNISASI CAMPAK
Imunisasi Campak

 Vaksin yang mengandung virus Measles yang sudah


dilemahkan
 Diberikan pada bayi yang berusia 9 bulan
 Setelah imunisasi:
 Demam ringan, bercak merah pada pipi, bengkak di tempat
penyuntikan
HEPATITIS B
Mengandung antigen virus Hepatitis B (HBsAg)

• Tidak menginfeksi
• Dihasilkan dari biakan sel ragi (Hansenula polymoprha) dengan teknologi
rekayasa DNA

Waktu pemberian

• Diberikan 3x dengan tenggat waktu 1 bulan antara suntikan pertama dan kedua,
lalu antara suntikan kedua dengan ketiga diberi jawak waktu 5 bulan
• Imunisasi ulang dapat diberikan 5 tahun setelah imunisasi dasar
IMUNISASI MMR
• Memberikan kekebalan terhadap Measles,
Tujuan Mumps, dan Rubella

Waktu • Diberikan 1x setelah bayi berumur 15 bulan


dan imunisasi ulang dilakukan setelah anak
Pemberian berusia 12 tahun
IMUNISASI TIFOID
Tujuan

• Pencegahan terhadap infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella

Jenis

• Vaksin oral
• Vaksin suntikan

Waktu Pemberian

• Oral : Diberikan pada anak umur 6 tahun atau lebih


• Suntikan : Pada anak umur 2 tahun dan diulang setiap 3 tahun
IMUNISASI HIB
Tujuan • Mendapat kekebalan terhadap infeksi yang disebabkan oleh
Haemophillus influenzae tipe B

• Imunisasi dasar : diberikan 2x pada usia 2-14 bulan dengan selang


waktu 2 bulan

Pemberian • Untuk anak yang baru mendapat imunisasi setelah umur lebih dari 15
bulan, maka imunisasi cukup diberikan 1x tanpa pengulangan
• Direkomendasikan juga bagi pasien penyakit sel sabit sebelum
melakukan operasi atau transplantasi
IMUNISASI HEPATITIS A
Mengandung virus Hepatitis A yang sudah dilemahkan

Pemberian

• Sebaiknya mulai diberikan pada bayi yang telah berumur 1 tahun


• Diberikan 2x dengan selang waktu 2-4 mingggu
Mengandung virus chickenpox yang telah
dilemahkan

IMUNISA Diberikan pada bayi berumur 12 bulan dan


diulang setelah berumur 5 tahun

SI CACAR
AIR Tidak dianjurkan diberikan kepada ibu hamil
karena efeknya pada janin belum diketahui

Sejak tahun 2005 terdapat kombinasi vaksin


MMRV
IMUNISASI INFLUENZA

Direkomendasikan bagi anak berumur 6 bulan-5 tahun dan geriatri >65 tahun

Imunisasi baiknya diberikan setiap tahun

Terdapat 2 jenis vaksin flu

• Trivalent : melindungi dari Influenza A H1NI, Influenza A H3N2, dan Influenza B


• Quadrivalent : H1N1, H3N2, B strain NYMC BX-69A, dan B strain wild type

https://www.medicines.org.uk/emc/product/666/smpc
IMUNISASI PASIF
Ibnu Fathur Rifqy
1706022975
IMUNISASI
PASIF

IMUNISASI PASIF IMUNISASI PASIF


ALAMI BUATAN
IMUNISASI PASIF ALAMI
Maternal melalui plasenta Maternal melalui kolostrum

 IgG dari ibu dipindahkan melalui plasenta  Air susu ibu yang pertama keluar segera
ke janin setelah melahirkan
 Sehingga bayi baru lahir dapat mempunyai  Antibodi yang terkandung dapat
kekebalan tubuh melindungi bayi dari patogen yang
menyerang sistem pencernaan
 Tidak dapat bertahan lama, sehingga harus
segera dilakukan imunisasi aktif
IMUNISASI PASIF BUATAN

Immune Serum Globulin (ISG)


• Digunakan pada keadaan tertentu seperti;
• Penderita hepatitis A, hepatitis B,
hipogamaglobulinemia, dan imunodefisiensi
GLOBULIN MANUSIA SPESIFIK
Tetanus immune globulin • Untuk luka tusuk, diberikan secara intramuskular pada lengan
(TIG) bagian dalam

Varicella zoster immune • Penderita leukimia yang mempunyai risiko tinggi pada virus
globulin (VZIG) varicella

Rabies immune globulin • Setelah seseorang digigit oleh anjing yang membawa virus rabies
(RIG)
Hepatitis B immune • Diberikan pada bayi yang ibunya terinfeksi hepatitis B
globulin (HBIG)
Vaccinia immune globulin • Penderita eksim kronik atau imunokompromis yang terpapar
(VIG) dengan virus vaccinia
JENIS-JENIS VAKSIN
Mengandung Mengandung
organisme yang organisme yang
dimatikan dilemahkan

Vaksin Vaksin
berdasarkan cara Toksoid Rekombinan
pembuatan

Vaksin
Vaksin DNA
konjugasi
Vaksin yang mengandung organisme yang
dilemahkan
• Vaksin mengandung mikroorganisme yang dilemahkan sehingga tidak
virulen
• Efektivitas perlindungan seumur hidup (c/ vaksin virus) dikarenakan virus
hidup yang telah dilemahkan dapat hidup terus menerus dalam tubuh
sehingga dapat terus merangsang produksi antibodi
Contoh: vaksin polio (sabin) dan vaksin MMR
KELEBIHAN KEKURANGAN
1. Mengaktifkan seluruh 1. Kemungkinan
proses imun tubuh mengalami mutasi
2. Memberikan perlindungan 2. Tidak dapat diberikan
seumur hidup kepada penderita
3. Dapat bereaksi silang imunodefisiensi

4. Mudah digunakan dan 3. Tidak dapat berfungsi


didistribusikan optimal pada daerah
tropis
5. Cepat dalam memberi
respon imun
Vaksin yang mengandung organisme
yang dimatikan
Vaksin ini mengandung organisme yang telah dimatikan
dengan formalin atau fenol.
Contoh : Vaksin Polio (salk), pneumokokus, dan kolera

KELEBIHAN KEKURANGAN
1. Dapat memberikan respon 1. Kadang vaksin tidak
imun humoral jika diberikan merangsang kekebalan
booster
2. Memerlukan pengulangan
2. Tidak terjadi mutasi
3. Kurang baik dalam
3. Dapat digunakan oleh memberikan respon imun
penderita imunodefisiensi lokal
4. Dapat digunakan dengan 4. Biaya produksi mahal dan
baik pada daerah tropis sering gagal
TOKSOID
Toksoid adalah bentuk inaktivasi dari toksin yang dikeluarkan oleh mikroorganisme
patogen. Toksoid tetanus dan difteri adalah ontoh vaksin yang telah lama digunakan
untuk imunisasi anak dan bayi, biasanya diberikan dalam beberapa seri untuk imunitas
yang efektif dan diulang setiap 10 tahun sekali.

KEKURANGAN
KELEBIHAN 1. Memungkinkan adanya reaksi
alergi pasca vaksinasi
1. Tersedia untuk berbagai jenis
penyakit 2. Lama dalam merangsang
respon imun
2. Tidak ada kemungkinan untuk
berubah menjadi bentuk 3. Mungkin menimbulkan
berbahayanya respon imun yang lebih lemah
dan lebih singkat dibanding
3. Lebih stabil dalam vaksin jenis lain
penyimpanan
4. Lebih mahal
VAKSIN REKOMBINAN
 Merupakan vaksin yang mengandung fragmen antigen mikroorganisme yang dapat
merangsang respon imun.
 Dibuat melalui teknik rekayasa genetika untuk memperolah fragmen antigen
 Fragmen antigen lebih aman dibandingkan vaksin yang mengandung seluruh sel virus karena
vaksin rekombinan tidak dapat bereproduksi di tubuh penerima dan tidak menimbulkan efek
samping
 Contoh : vaksin hepatitis B yang berasal dari sebagian sel ragi, vaksin humanpapiloma virus
VAKSIN KONJUGASI
 Dibuat untuk meningkatkan efektivitas vaksin, terbuat dari selubung polisakarida
mikroorganisme
 Biasanya dikombinasi dengan toksoid > vaksin bersifat polivalen (satu kemasan vaksin
terdapat 2/3 jenis fragmen antigen)
 Contoh : Vaksin MMR, vaksin DPT
VAKSIN DNA
 Vaksin yang mengandung satu atau lebih material geneti
 Hospes yang diberikan vaksin DNA kemudian akan memproduksi protein virus (bersifat
antigenik) yang dapat menimbulkan respon imun
VAKSIN DNA
Yumna Nabila Fanani – 1706034331
Yunita Kartika Sari - 1706026582
VAKSIN DNA
Generasi Generasi Ketiga
Generasi Kedua Vaksin DNA
Pertama (Rekombinan)

Pertama kali  tahun 1990 


transfer DNA plasmid secara
langsung ke dalam jaringan
mencit tanpa sistem
penghantaran khusus
STRUKTUR
DAN ELEMEN
KEUNTUNGAN
Plasmid DNA mudah Sekuen DNA dapat
DNA sangat stabil
diproduksi diubah dengan mudah

Tidak memerlukan
Dapat direkayasa Terbukti
perlakuan khusus
gabungan beberapa meningkatkan
terhadap mikroba
plasmid DNA imunitas tubuh
patogen
MEKANISME KERJA
Plasmid DNA
Plasmid DNA Produksi protein
bereplikasi secara
disuntikkan asing/antigen
otonom

Produksi antibodi Menstimulasi sel B


M PENGHANTARAN VAKSIN DNA
Penyuntikkan Needle-free injection

Particel-Mediated Epidermal
Teknik elektroporasi Delivery (PMED)
FORMULASI VAKSIN DNA
Formulasi vaksin DNA dan penggunaan ajuvan digunakan untuk meningkatkan imunogenisitas
vaksin DNA.
Ajuvan yang sering digunakan:
poly-lactide coglycolide (PLG)
Poloxamers
Vaxfectin
IMUNOSEROLOG
I
Nadhifah Salsabila – 1606879281
Nurazizah Putri - 1606879041
Puteri Almadhiya Siti Nurhadi - 1706034426
PENDAHULUA
N

Reaksi antigen Alat untuk


Berbagai metode
antibodi menunjang
imunoserologi
berlangsung secara diagnose penyakit
ditetapkan
spesifik infeksi

Antibodi tidak dapat


dilihat sampai pembesaran
100.000 x
TUJUAN

Antibodi yang • Mengetahui keberadaan Antigen


belum diketahui

Antigen yang • Mendeteksi titer antibodi


sudah diketahui didalam serum
MANFAA
T
Menentukan jenis mikroorganisme yang diisolasi

Menentukan golongan darah  Transfusi Darah

Memilih donor yang tepat untuk transplatansi jaringan

Mendeteksi organisme pada jaringan tubuh

Menentukan status kekebalan tubuh


METODE

Reaksi
Reaksi Reaksi Reaksi Fiksasi
Imunofluorosen
Presipitasi Aglutinasi Komplemen
si

Enzym linked
Reaksi Radioimmuno
immunosorbent
Netralisasi assay (RIA)
assay (ELISA)
REAKSI Mekanisme Reaksi
PRESIPITASI
Pertama
 Reaksi untuk mengetahui kadar • Antigen dan antibodi membentuk
antibodi dalam serum kompleks antigen antibodi
 Reaksi tersebut membentuk • Reaksi berlangsung cepat (beberapa
kompleks (anyaman / lattice) detik)
• Setelah itu, reaksi akan melambat

Kedua
• Antigen antibodi membentuk kompleks
berbentuk anyaman yang mengendap
REAKSI
PRESIPITASI

 Perbandingan antigen dengan antibodi penting 


pembentukan presipitat hanya terjadi apabila konsentrasi
antigen dan antibodi seimbang
 Antigen berlebihan  kompleks terlarut kembali (postzone
effect)
 Antibodi berlebihan  Kompleks tetap berada di dalam
larutan (Prozone effect)
REAKSI
PRESIPITASI
DALAM MEDIA
CAIR
Uji presipitasi cincin  antigen + antiserum

Antiserum ditambahkan ke sederetan tabung reaksi

Antigen ditambahkan kedalam tabung-tabung tersebut

Terjadinya presipitasi
REAKSI PRESIPITASI
DALAM MEDIA
SEMISOLID

Difusi tunggal
• Antibodi dicampur ke media agar
• Antigen dimasukkan ke dalam lubang yang telah dibuat pada media agar
• Akan terbentuk lingkaran presiptasi putih (diameter menentukan konsentrasi
antigen)

Imunoelektroforesis
• Larutan antigen dimasukan ke dalam media agar dan dialiri listrik 
mengakibatkan pemisahan dari berbagai fraksi protein
• Fraksi direaksikan dengan antibodi
• Fraksi menunjukan reaksi presipitasi
REAKSI PRESIPITASI
DALAM MEDIA
SEMISOLID

Difusi Ganda Ouchterlony


• Dapat membedakan antigen dan antibody secara langsung
• Antigen dan antibody dimasukan kedalam lubang pada media agar
• Terjadi difusi, terbentuk garis putih
• Membuat lubang di tengah dan lubang disekitarnya
• Memasukan antibody ditengah dan antigen disekitarnya
• Terjadi difusi dan akan membentuk garis presipitasi
• Garis menyilang menunjukan bahwa adanya dua jenis antigen yang tidak identic
• Garis menunjukan spur (taju), kedua antigen memiliki persamaan partial
• Beberapa garis presipitasi menunjukan antibody dan antigen polivalen
REAKSI
AGLUTINASI
 Antigen tidak larut, berbentuk partikel atau antigen
yang larut tapi terikat dengan partikel atau sel
 Sensitif dan relative mudah
 Antigen + Antibodi  Agregat
MEKANISME
REAKSI
AGLUTINASI

Terjadinya rekasi antara Aglutinasi lebih mudah


Antibodi memiliki lebih
antigen dengan salah terjadi pada IgM
dari satu reseptor 
satu reseptor pengikat (Pentamer) banding IgG
membentuk gumpalan
antigen pada antibodi atau IgA
UJI AGLUTINASI
SECARA
LANGSUNG

Jumlah antigen sama,


Menentukan antigen
Menggunakan tapi jumlah serum
selular (sel darah
microtiter plates diencerkan dengan
merah, bakteri, jamur)
berbagai jumlah

Reaksi Widal, reaksi


weil felix, reaksi Salmonella + Tes
penentuan golongan Widal
darah, dll
UJI AGLUTINASI
SECARA TIDAK
LANGSUNG

Antigen dilekatkan terlebih dahulu pada partikel (carrier)


Jenis carrier paling sering adalah sel darah merah / partikel lateks
Sel darah merah  hemaglutinasi  tabung reaksi / microtiter
plate
Aglutinasi lateks  lempeng kaca objek
Penggunaan cara uji aglutinasi antara lain untuk mendeteksi
antibody terhadap berbagai jenis antigen, terutama bakteri dan
virus
UJI HAMBATAN
AGLUTINASI

 Pengujian dinyatakan positif apabila tidak terjadi aglutinasi


 Contoh penerapan : kehamilan (human chorionic gonadrotropin
(HCG) hormone)
 Prinsip uji kehamilan : Mencampur urin dengan antibody terhadap
HCG  tidak akan terjadi menggumpal jika dalam urin
mengandung HCG
HEMAGLUTINA
SI

Terjadi reaksi Antigen di


antara antigen permukaan darah
dengan antibodi merah sel

Antibodi
Komplementer
REAKSI NETRALISASI
 Reaksi antara antigen dan antibodi  Antitoksin difteri merupakan contoh
untuk mencegah adanya efek neutralizing antibody, antibodi yang
berbahaya dari ekstoksin bakteri dapat menetralkan efek biologis dari
atau virus. toksin bakteri/virus.
 Reaksi ini dikenal sejak Penerapan
ditemukannya kemampuan sistem  Uji Hambatan Hemaglutinasi
imun menghasilkan antibodi spesifik
Viral untuk mendiagnosis penyakit
terhadap toksin bakteri
influenza, measles, mumps, herpes,
Corynebacterium diphtheriae yang
dan virus yang dapat
disebut dengan antitoksin difteri.
menggumpalkan darah lainnya.
https://i2.wp.com/microbeonline.com/wp-content/uploads/2014/12/Hemagglutination-and-Hemagglutination-
Inhibition-test.png?ssl=1
REAKSI FIKSASI KOMPLEMEN
 Komplemen yang ada di dalam serum akan diikat dan digunakan oleh
kompleks antigen dan antibodi. Reaksi ini disebut dengan fiksasi komplemen.
 Reaksi fiksasi komplemen dapat digunakan untuk menentukan kadar
antibodi yang rendah yang tidak dapat ditentukan dengan cara uji
presipitasi atau aglutinasi.
https://laboratoryinfo.com/wp-
content/uploads/2015/03/complement-
fixation-test.jpg
1. Tahap Fiksasi Komplemen  Hal-hal yang harus diperhatikan:
 Antigen dicampur dengan antibodi dan
ditambahkan komplemen.
1. Serum yang akan diperiksa
 Bila antigen dan antibodi membentuk
harus dipanaskan terlebih dahulu
kompleks, komplemen akan terikat, pada suhu 56℃ selama 30 menit
tapi bila tidak terbentuk kompleks, untuk menginaktifkan
komplemen akan bebas dalam larutan. komplemennya.
2. Tahap Indikator 2. Kekuatan komplemen yang
 Sel darah merah domba dan ditambahkan harus dititrasi
antibodinya ditambahkan ke campuran terlebih dahulu terhadap sel
tadi sebagai indikator. indikator.
 Reaksi (+): tidak terjadi hemolisis
karena komplemen tetap terikat pada 3. Harus disertakan tabung kontrol
kompleks antigen-antibodi. serum sampel dan kontrol
 Reaksi (-): terjadi hemolisis karena terhadap antigen untuk
komplemen terikat pada eritrosit menghindari adanya +/- palsu.
domba dan anti-eritrosit domba.
REAKSI IMUNOFLUOROSENSI
 Metode untuk mendeteksi mikroorganisme  Zat warna (fluorescent) sebaiknya
dalam spesimen klinik dan menentukan memiliki pendaran yang mudah dibedakan
antibodi terhadap mikroorganisme tertentu dari pendaran latar belakang, dan stabil.
yang ada dalam serum.
 Fluorescein dan rhodamine banyak
 Antibodi dilabel dengan zat warna yang digunakan, dalam bentuk isothiocyanate,
akan menimbulkan warna pendaran ketika karena mereka mudah dipasang pada
dilihat di bawah sinar UV dengan antigen atau antibodi.
menggunakan mikroskop fluoresensi.
Langsung Antibodi yang dilabel dengan fluorescein ditambahkan
(Direct): pada antigen yang telah difiksasi pada kaca objek 
deteksi inkubasi  pencucian untuk menghilangkan antibodi
antigen berlebih  pengamatan di bawah mikroskop: hijau terang
dalam atau jingga-kuning.
jaringan Contoh: Legionella pneumophila, Chlamydia trachomatis
atau cairan
tubuh

Tidak Serum sampel diinkubasi bersama antigen yang telah


Langsung diketahui dan difiksasi pada kaca objek  pencucian 
(Indirect): penambahan anti-human immunoglobulin yang dilabel
deteksi debngan fluorescein  pencucian kedua  pengamatan
antigen dan di bawah mikroskop.
antibodi Lebih sensitif karena 1 antibodi dapat digunakan untuk
berbagai reaksi tanpa perlu adanya banyak antibodi yang
dimurnikan dan dilabel.

Christine Dorresteyn Stevens, Linda E. Miller. 2017. Clinical Immunology


and Serology. Philadelphia: F.A. Davis Company.
RADIO IMMUNO ASSAY (RIA)
Merupakan cara diagnostic yang mampu mengukur konsentrasi antigen maupun antibody yang
berkadar rendah, sehingga memungkinkan untuk mendeteksi adanya kelainan tubuh secara dini.

Liquid Phase Solid Phase


Radio Radio
Immunoassay Immunoassay
LIQUID PHASE
RADIO
IMMUNOASSA
Y

https://www.studyread.com/radio-immun
o-assay-principle-procedure-ria/
SOLID PHASE
RADIO
IMMUNOASSA
Y
ENZYME LINKED IMMUNOSORBENT
ASSAY (ELISA)
Teknik dari kelompok enzyme immunoassay (EIA) yang digunakan untuk mendiagnosis infeksi oleh
bakteri, virus, parasite atau serodiagnosis seperti penetapan petanda keganasan, alergi, dan penyakit
autoimun.

ELISA secara ELISA secara


langsung tidak langsung

Mendeteksi antigen Mendeteksi antibodi

Anda mungkin juga menyukai