Anda di halaman 1dari 13

PROGRAM KB-KONTRASEPSI

• NAMA KELOMPOK :
1. MEILINDA SAGO-2020071014574
2. TERESIA SILVANI TAN-2019071014187
3. SISKA FAIRYO-2020071014016
4. WELITERA WENDA- 2020071014097
5. DEINUS YOLEMAL-2020071014535
6. WEPRIANTO WEYA-2019071014153

7. RICHO A YEIMO-2020071014173
8. LINCE WONDA
DEFINISI DAN RUANG LINGKUP
Keluarga berencana suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai
kontrasepsi. Pengertian keluarga berencana itu sendiri adalah memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak,
keluarga dan bangsa. Mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup bangsa dan rakyat, memenuhi
permintaan masyarakat akan pelayanan KB yang berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angka kematian ibu,
bayi dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.
Ruang Lingkup KB :
• Komunikasi informasi dan edukasi
• Konseling
• Pelayanan infertilitas
• Pendidikan seks
• Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan
• Konsultasi genetik
Maksud dari konsepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel
telur dengan sel sperma. Untuk itu, berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan kontrasepsi
adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan seks dan kedua-duanya memiliki kesuburan normal namun tidak
menghendaki kehamilan. Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan, usaha itu dapat bersifat
sementara dapat bersifat permanen. Adapun akseptor KB menurut sasarannya, meliputi:

1. Fase menunda kehamilan


Masa menunda kehamilan pertama sebaiknya dilakukan oleh pasangan yang istrinya belum mencapai usia 20 tahun. Karena
usia di bawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya menunda untuk mempunyai anak dengan berbagai alasan.

2. Fase mengatur/menjarangkan kehamilan


Periode usia istri antara 20-30 tahun merupakan periode usia paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang
dan jarak antara kelahiran adalah 2-4 tahun.

3. Fase mengakhiri kesuburan


Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur istri lebih dari 30 tahun tidak hamil. Kondisi keluarga seperti ini
dapat menggunakan kontrasepsi yang mempunyai efektifitas tinggi, karena jika terjadi kegagalan hal ini dapat
menyebabkan terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu dan anak.
Adapun syarat-syarat kontrasepsi yaitu:

 Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya


 Efek samping yang merugikan tidak ada
 Kerjanya dapat diatur menurut keinginan
 Tidak mengganggu hubungan persetubuhan
 Tidak memerlukan bantuan medis atau kontrol ketat selama pemakaian
 Cara penggunaanya sederhana
 Harganya murah supaya dapat dijangkau oleh masyarakat luas
 Dapat diterima oleh pasangan suami istri
KAITAN BUDAYA DAN GENDER
Gender adalah perbedaan peran, fungsi dan tanggungjawab antara perempuan dan laki-laki yang merupakan hasil
kontruksi sosial dan dapat berubah sesuai perkembangan jaman. Berbeda dengan seks yang berarti jenis kelamin
merupakan kodrat bagi perempuan dan laki-laki yang tidak dapat dipertukarkan, gender lebih menekankan kepada
hubungan atau relasi harmonis antara perempuan dan laki-laki untuk mencapai keseimbangan dan kebahagiaan.
Manfaat dan tujuan memperhatikan aspek gender dalam program KB antara lain:
1. Dapat merancang dan melaksanakan program dan kegiatan yang selalu memperhatikan kepentingan perempuan
dan laki-laki secara seimbang, sehingga tidak ada salah satu pihak terdiskriminasi/terabaikan.
2. Memperoleh informasi tentang:
 Akses laki-laki terhadap informasi program KB masih relative rendah, yang dapat dilihat dari pengetahuan tentang
alat/metode kontrasepsi MOP 30%, meski pengetahuan tentang kondom sudah cukup tinggi yaitu 80,9% (SDKI 2007).
 Partisipasi suami sebagai peserta KB masih 1,5%, yaitu kondom 1,3% dan MOP 0,2%, sedangkan peserta KB perempuan
mencapai 59,9% (SDKI 2007) demikian halnya dalam program pemberdayaan keluarga, mayoritas anggota kelompok
kegiatan BKB, BKR dan BKL adalah perempuan atau istri
 pengambil keputusan untuk menjadi peserta KB dan keputusan istri/perempuan berkiprah di ranah publik masih di dominasi
suami, terutama pada wilayah dengan tradisi yang masih kuat pada masyarakat perdesaan. Tradisi ini terutama dilandasi oleh
nilai dan norma bahwa suami pengambil keputusan dalam keluarga, KB urusan perempuan atau perempuan kurang pantas
beraktivitas di ranah publik. Dibandingkan dengan perempuan/istri sebagai pengambil keputusan untuk pembelian kebutuhan
rumahtangga sehari-hari yang relatif tinggi yaitu sebesar81,4%, pengambil keputusan tentang pemeriksaan kesehatan bagi
dirinya sebesar 50,9% dan bersama suami 33,2% (SDKI 2007).
 meski suami secara tidak langsung memperoleh manfaat program KB, namun manfaat ini lebih dirasakan oleh istri karena
paling tidak mempunyai waktu lebih luas untuk mengembangkan potensi diri dan aktif di luar rumah dengan seijin suami.

3. Mengetahui masih adanya kesenjangan gender dalam pelaksanaan program KB selama ini untuk dianalisis penyebabnya dan
mencari jalan keluar untuk memperkecil permasalahan atau kesenjangannya.

Kesetaraan dan keadilan gender dari sisi keluarga dapat diwujudkan melalui peran dan tanggungjawab bersama dan seimbang
antara suami dan istri. Peran dan tanggung jawab bersama ini tidak lain bertujuan untuk menuju keluarga berkualitas yang
didambakan oleh seluruh keluarga Indonesia. Suami dan istri perlu berperan aktif dalam keluarga karena alasan penting yang
harus mendapat perhatian bersama.
PENCAPAIAN SDGS

Keluarga berencana telah banyak membantu pertumbuhan ekonomi indonesai telah bertransformasi dari Negara
berpendapatan rendah menjadi Negara berpendapatan menengah. Kuncinya adalah keberhasilan KB yang
dikoordinasikan oleh BKKBN. Banyak Negara di dunia mengakui bahwa KB berperan besar terhadap kesuksesan
indonesia di bidang ekonomi. Memenuhi kebutuhan mereka akan kontrasepsi dapat menurunkan tingkat kehamilan
yang tidak diinginkan, kematian ibu (perempuan meninggal karena hamil/melahirkan) dan kematian bayi, semuanya
adalah target yang tercakup dalam SDGs. Jika program KB terus diperkuat maka akan membuat perubahan pada
SDGs, khususnya kesehatan dan gender. Hal ini lebih efisien dan membantu kita memastikan bahwa perempuan
dapat berkontribusi terhadap pencapaian SDGs.
PROGRAM LAYANAN KESEHATAN ( PROMOTIF DAN
PREVENTIF)

 Pelayanan keluarga berencana merupakan bagian dari pelayanan kesehatan dasar dan rujukan sehingga
pelaksanaannya harus terintegrasi dengan program kesehatan secara keseluruhan terutama kesehatan reproduksi.
Dalam pelaksanaannya pelayanan keluarga berencana mengacu pada standar pelayanan dan kepuasan klien
 Upaya promotif adalah suatu rangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang
bersifat promosi kesehatan. Contoh upaya promotif adalah penyuluhan KB dan kontrasepsi
 Upaya preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit. Contoh upaya
preventif adalah penggunaan KB.
 PERPRES NO.12 TAHUN 2013
Pasal 21 ayat 1
Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi pemberian pelayanan:
• Penyuluhan kesehatan perorangan
• Imunisasi dasar
• Keluarga berencana
• Skirining kesehatan

Pasal 21 ayat 3
• Pelayanan keluarga berencana sebagaimana di maksud meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi dan tubektomi bekerja
sama dengan lembaga yang membidangi keluarga berencana

Upaya promotif dan preventif diselenggarakan melalui penyuluhan langsung maupun tidak langsung
 Media promotif :
 Penyuluhan langsung oleh bidan/tenaga kesehatan
 Penyediaan dan distribusi media promosi dengan menggunakan : leaflet, banner, filler edukasi, poster
 Dalam upaya preventif yang dilakukan adalah penggunaan alat kontrasepsi, seperti :
 KB metode sederhana terdiri dari :
a.) Kondom
b.) Pantang berkala yaitu sistem kalender dan sistem suhu basal
c.) Senggama terputus atau koitus interuptus
d.) Spermisida

 KB metode efektif terdiri dari :


a.) Kontrasepsi hormonal
b.) Kontrasepsi hormonal pil
c.) Kontrasepsi hormonal suntikan
d.) Kontrasepsi hormonal susuk (implant)

 Metode kontrasepsi mantap pria (strerilisasi) atau yang dikenal dengan sebutan metode operasi pria (MOP)/vasektomi)
 Metode kontrasepsi mantap wanita (strerilisasi) atau yang dikenal dengan sebutan metode operasi wanita (MOW/tubektomi)
STUDI KASUS

Ny. Nina bekerja sebagai manager disalah satu hotel ternama di samarinda yang berusia 27 tahun datang dengan keluhan ingin
mengganti alat kontrasepsi dengan tujuan ingin menunda kehamilan (mengatur jarak usia anak). Selain itu ibu mengeluh dalam
waktu 1 bulan terakhir sering pusing dan timbul flek-flek hitam pada wajah. Ibu tersebut baru mempunyai 1 orang anak yang
berusia 1 tahun dengan riwayat persalinan SC, sebelumnya memakai alat kontrasepsi pil. Tekanan darah : 120/80 mmHg, HR:
70x/menit, RR: 24x/menit, T: 37 celcius, pemeriksaan laboratorium: Hb: 13 gr%. Riwayat merokok (-) dan riwayat penyakit
lainnya.
Analisa kasus :
• Pasien ini ingin memakai alat kontrasepsi untuk menunda jarak kehamilan, ada riwayat SC dan pasien bekerja sebagai manager
hotel yang sibuk dengan pekerjaannya. Disarankan untuk memakai kontrasepsi jenis IUD
• Pasien mengeluhkan bahwa dalam 1 bulan terakhir sering terasa pusing dan timbul flek-flek hitam pada wajah, pada
pemeriksaan tanda vital dan laboratorium didapatkan hasil dalam batas normal
1. Problem pasien
• Problem utama : ingin mengganti kontrasepsi
• Problem tambahan : sering pusing dan timbul flek hitam pada wajah

2. Tujuan terapi
• Menunda kehamilan
• Mengatur jarak kehamilan
• Mengatasi pusing dan flek hitam pada wajah

3. Pemilihan terapi
Terapi non farmakologis :
• Menghentikan pemakaian alat kontrasepsi yang mungkin mengakibatkan keluhan pasien
• Menyarankan kontrasepsi alamiah seperti pantang berkala dan senggama terputus
• Menyarankan kontrasepsi nonhormonal
• Mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi
• Olahraga teratur

Terapi farmakologis : terapi non hormonal


SEKIAN DAN TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai