Anda di halaman 1dari 33

KONSELING

KESEHATAN KLIEN
DI RUMAH TANGGA
KELOMPOK 7

• SARAH TARADIBA 201801500022


• NIKITA PUTRI YULIANTI 201801500104
• DIANA ARUM PERTIWI 201801500087
• YULIANI PUTRI AMBARWATI 201901579011
MATERI: 1. Pengertian & Ruang Lingkup

2. Konseling Keluarga Berencana

3. Konseling pada Anak

4. Perilaku Hidup Bersih & Sehat di Rumah Tangga

5. Manfaat Perilaku Hidup Bersih & Sehat di Rumah


Tangga
6. Peran Pelayanan Bimbingan terhadap Kesehatan di
Rumah Tangga
01
PENGERTIAN &
RUANG LINGKUP
Konseling Kesehatan Klien di Rumah Tangga
Pengertian Konseling Kesehatan di Rumah Tangga

Konseling Kesehatan:
Suatu upaya pemberian bantuan yang dilakukan seorang konselor berkaitan
dengan Kesehatan klien untuk mencapai sehat yaitu kondisi sejahtera, baik
secara fisik, mental, maupun social yang bermuara pada tercapainya tujuan
akhir dari konseling yaitu KES ataupun KES-T.

Konseling Keluarga/Rumah Tangga:


Usaha membantu individu anggota keluarga untuk mengaktualisasikan
potensinya atau mengantisipasi masalah yang dialaminya, melalui sistem
kehidupan keluarga, dan mengusahakan akan terjadi perubahan perilaku
yang posistif pada diri individu yang akan memberi dampak positif pula
terhadap anggota keluarga lainnya.
“Konseling Kesehatan Klien di Rumah Tangga”
Konseling keluarga adalah upaya bantuan yang diberikan kepada
individu anggota keluarga melalui mengubah interaksi antar
anggotanya sehingga keluarga tersebut dapat menyelesaikan masalah
yang dihadapinya untuk kesejahteraan seluruh anggota keluarga. Hal
ini dilakukan melalui pembenahan sistem keluarga agar potensinya
berkembang dengan optimal dan masalahnya dapat diatasi atas dasar
kemauan dari semua anggota keluarga berdasarkan kerelaan dan
kecintaan terhadap keluarga. Suatu upaya pemberian bantuan yang
dilakukan seorang konselor berkaitan dengan Kesehatan (klien) di
rumah tangga untuk mencapai sehat yaitu kondisi sejahtera, baik
secara fisik, mental, maupun social yang bermuara pada tercapainya
tujuan akhir dari konseling yaitu KES ataupun KES-T.
RUANG LINGKUP KONSELING KESEHATAN DI RUMAH TANGGA

Konseling Kesehatan di rumah tangga berfokus Pada Keluarga dan


memulai pelayanannya pada tahun 1998. Hal ini didasari oleh rasa
kepedulian akan permasalahan yang terjadi di tengah - tengah
keluarga masa kini.

Perselingkuhan, Perceraian, kekekrasan terhadap anak, kekerasan


dalam rumah tangga dan berbagai masalah muncul dalam rumah
tangga sehingga menimbulkan ekses negatif dalam membangun relasi
baik bagi pasangan suami istri maupun pengaruh terhadap anak.

Untuk itulah Konselor Fokus Pada Keluarga memberikan waktunya


untuk mendengar, mendampingi dan memeberikan masukan -
masukan yang baik yang tentunya diharapkan mampu menjadi solusi
bagi setiap permasalahan yang muncul dalam rumah tangga.
Konseling Kesehatan di rumah tangga pada keluarga menangani masalah/ kasus yang terjadi
dalam keluarga baik permasalahan yang terjadai pada anak-anak, remaja, pasangan suami istri
hingga orang tua.
Permasalahan kesehatan dalam keluarga di rumah tangga sangatlah beragam. Setiap keluarga pasti pernah mengalami
saat-saat krisis yang menyebabkan munculnya permasalahan dalam keluarga. Ketidak mampuan orang tua dalam
menyikapi permasalahan ini akan berakibat dan memunculkan masalah dalam diri anak.

Berdasarkan Badan Kesehatan Dunia (WHO), Centers for Disease Control (CDC), dan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
2018 terdapat beberapa masalah kesehatan yang perlu menjadi perhatian khusus di Indonesia. Pemberian ASI (Air Susu
Ibu) dan imunisasi masih perlu diperhatikan, karena masih memerlukan kerja keras dalam edukasi dan pendampingan.
Demikian pula dengan perkembangan dan pertumbuhan anak, termasuk dalam hal status gizi, pencegahan penyakit
infeksi dan penyakit menular, serta kesehatan psikologis. Selain itu, kesehatan dan kesejahteraan ibu selama kehamilan
dalam hal fisik maupun psikologis juga masih perlu mendapatkan perhatian lebih. Edukasi dalam hal usia reproduksi
yang aman, kontrol kehamilan secara rutin, dan proses persalinan yang baik dengan tenaga kesehatan yang terlatih
masih sangat diperlukan. Hal ini Ini menjadi masalah kesehatan yang membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak, agar
terus mengalami perbaikan.

Oleh karena itu dapat kita lihat Ruang Lingkup Konseling Kesehatan di rumah tangga
adalah membahas tentang kondisi lingkungan kehidupan keluarga, membahas pola
interaksi orangtua dengan anak, membahas tentang problema kesehatan yang
terdapat dalam keluarga seperti membahas tentang KB dan membahas cara hidup
bersih & sehat di rumah tangga. Konselor dapat memberikan Konseling Keluarga
Berencana dan Konseling pada Anak.
02
KONSELING
KELUARGA
BERENCANA
Pengertian
Konseling Keluarga Berencana (KB)

Konseling Keluarga Berencana (KB) merupakan percakapan


tatap muka atau wawancara antara klien dengan konselor,
yang diselenggarakan dengan sengaja, dengan tujuan
membantu klien tersebut membuat keputusan yang sesuai
dengan kondisi dan keinginannya, serta pilihannya
berdasarkan informasi yang lengkap tentang alat
kontrasepsi.
Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia
ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan dan
bantuan sesuai dengan hak-hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga
berkualitas (UU Kependudukan Nomor 52 tahun 2009).

Menurut (Prawirohardjo, 2005), Keluarga Berencana berperan dalam mengurangi


risiko kematian ibu pada waktu melahirkan yang disebabkan karena terlalu
sering melahirkan dan jarak antara kelahiran yang terlalu pendek.

Pengetahuan tentang cara memilih alat kontrasepsi yang tepat


merupakan hal yang sangat penting dalam upaya perlindungan terhadap
kesehatan reproduksi perempuan. Minimnya pengetahuan tersebut akan
berdampak terhadap keberhasilan program KB secara keseluruhan atau
secara khusus akan berpengaruh terhadap angka kematian ibu hamil dan
bersalin, angka kehamilan yang tidak diinginkan, dan angka kejadian
penyakit menular seksual, serta angka kejadian gangguan kesehatan
akibat efek samping kontrasepsi.
Dengan melakukan konseling berarti petugas membantu klien dalam memilih dan
memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan pilihannya. Disamping
itu, tindakan konseling juga dapat membuat klien merasa lebih puas. Konseling yang baik
akan membantu klien dalam menggunakan kontrasepsinya lebih lama dan meningkatkan
keberhasilan KB. Konseling juga akan memengaruhi interaksi antara petugas dan klien
karena dapat meningkatkan hubungan dan kepercayaan yang sudah ada.

Konseling KB juga dapat diartikan sebagai proses pertukaran informasi dan interaksi positif
antara klien-petugas untuk membantu klien mengenali kebutuhannya, memilih solusi terbaik
dan membuat keputusan yang paling sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi. Teknik
konseling yang baik dan informasi yang lengkap akan memberikan keleluasaan kepada klien
dalam memutuskan untuk memilih kontrasepsi (Informed Choice) yang akan digunakan.

Pemilihan dan pemakaian alat KB yang didahului dengan Konseling


KB akan membuat peserta KB merasa aman dan nyaman. Rasa
aman dan nyaman dalam memakai alat KB bisa tercapai karena
Konseling KB membantu calon peserta KB supaya bisa memilih dan
menggunakan cara KB yang sesuai dengan keadaan diri dan
kebutuhannya.
Dalam pelaksanaannya, Konseling KB mempunyai 3 persyaratan, yaitu:
• Suka rela (telah diberi informasi bahwa ada berbagai upaya penyelesaian yang bisa dipilih),
• Bahagia dan merasa senang karena dibantu, dan
• Sehat kliennya dan konselornya

Konseling KB mempunyai manfaat untuk mengetahui kemantapan calon peserta atau peserta
KB dalam memilih dan menggunakan alat KB. Dengan proses konseling KB bisa diketahui,
apakah cara KB yang dipilih dan dipakai oleh peserta KB benar-benar atas kemauan sendiri
atau karena mengikuti kehendak orang lain (dibujuk, dipaksa). Jika konseling KB dilakukan,
maka pilihan dan pemakaian cara KB bisa lebih mantap dan menjamin kelestarian peserta KB.
Selain itu sewaktu memilih alat KB, peserta sudah mempunyai pengetahuan yang cukup
tentang manfaat alat KB tersebut. Dia juga tahu macam-macam kemungkinan yang bisa
dialaminya. Dia juga tahu cara-cara mengatasinya kalau mengalami kesulitan, misalnya
keluhan-keluhan efek samping.
Tujuan Konseling Keluarga Berencana
bertujuan membantu klien dalam hal:

o Menyampaikan informasi dari pilihan pola reproduksi.

o Meningkatkan penerimaan: Menerima informasi yang


benar, melakukan diskusi secara bebas dengan cara
mendengarkan, berbicara dan berkomunikasi secara non-
verbal meningkatkan penerimaan informasi mengenai KB
oleh klien.

o Memilih metode KB yang diyakini dan Menjamin pilihan


yang cocok: menjamin petugas dan klien mengetahui
bagaimana menggunakan KB dengan benar dan
mengatasi informasi yang keliru tentang cara tersebut.

o Menggunakan metode KB yang dipilih secara aman dan


efektif: konseling efektif diperlukan agar klien
mengetahui bagaimana menggunakan KB dengan benar
dan mengatasi informasi yang keliru tentang cara
tersebut.

o Mempelajari tujuan, ketidakjelasan informasi tentang


metode KB yang tersedia.
Jenis Konseling Keluarga Berencana:

Konseling Umum
Konseling umum dapat dilakukan oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) serta kader yang sudah
mendapatkan pelatihan konseling yang standar. Konseling umum sering dilakukan di lapangan (nonklinik). Tugas
utama dipusatkan pada pemberian informasi KB, baik dalam kelompok kecil maupun secara perseorangan.
Konseling umum meliputi penjelasan umum dari berbagai metode kontrasepsi untuk mengenalkan kaitan antara
kontrasepsi, tujuan dan fungsi reproduksi keluarga.

Konseling Spesifik
Konseling spesifik dapat dilakukan oleh dokter/ bidan/ konselor. Pelayanan konseling spesifik dilakukan di klinik
dan diupayakan agar diberikan secara perorangan di ruangan khusus. Pelayanan konseling di klinik dilakukan
untuk melengkapi dan sebagai pemantapan hasil konseling lapangan. Konseling spesifik berisi penjelasan spesifik
tentang metode yang diinginkan, alternatif, keuntungan, keterbatasan, akses, dan fasilitas layanan.

Konseling Pra dan Pasca Tindakan


Konseling pra dan pasca tindakan dapat dilakukan oleh operator/ dokter/ bidan/ konselor. Pelayanan konseling
ini juga dilakukan di klinik secara perseorangan. Konseling ini meliputi penjelasan spesifik tentang prosedur yang
akan dilaksanakan (pra, selama, dan pasca) serta penjelasan lisan/ instruksi tertulis asuhan mandiri.
Komponen penting dalam pelayanan KB dapat dibagi dalam tiga
tahap. Konseling awal pada saat menerima klien, konseling
khusus tentang cara KB, dan konseling tindak lanjut.

Konseling awal
Bertujuan memutuskan metode apa yang akab dipakai, didalamnya termasuk mengenalkan tentang semua cara
KB atau pelayanan kesehatan, prosedur klinis, kebijakan dan bagaimana pengalaman klien pada kunjugannya. Bila
dilakukan dengan objektif, konseling awal membantu klien untuk memilih jenis KB yang cocok. Hal yang perlu
diperhatikan dalam melakukan konseling awal adalah menanyakan cara kontrasepsi apa yang disukai klien, apa
yang dia ketahui mengenai cara kontrasepsi, menguraikan secara ringkas tentang cara kerja, kelebihan, dan
kekurangan berbagai metode kontrasepsi.

Konseling khusus
Konseling khusus mengenai metode KB memberi kesempatan kepada klien untuk mengajukan pertanyaan
tentang cara KB tertentu dna membicarakan pengalamannya, mendapatkan informasi lebih rinci tentang cara KB
yang tersedia. Konseling khusus memungkinkan klien mendapat bantuan untuk memilih metode KB yang cocok
serta mendapatkan penjelasan lebih lanjut tentang bagaimana menggunakan metode tersebut dengan aman,
efektif, dan memuaskan.

Konseling tindak lanjut


Bila klien datang untuk mendapatkan obat baru atau pemeriksaan ulang, penting untuk berpijak pada konseling
terdahulu. Konseling pada kunjungan ulang lebih bervariasi daripada konseling awal. Pemberi pelayanan perlu
mengetahui apa yang harus dikerjakan pada setiap situasi dan juga harus dapat membedakan antara masalah
serius yang memerlukan rujukan dan masalah ringan yang dapat diatasi ditempat.
03
KONSELING ANAK
Pengertian Konseling Anak

“Konseling anak adalah konseling terhadap anak


dengan melibatkan konselor dengan anak-anak
sehingga anak bisa berbicara bebas mengenai
masalah yang menyakitkan, dan disini konselor
juga membutuhkan kemampuan konseling verbal
dalam menghubungkan konseling dengan strategi
konseling lain, diantaranya konselor bergabung
dengan anak melalui permainan, atau dengan
penggunaan media seperti miniatur hewan, tanah
liat atau bentuk seni yang lain.”
“Konseling anak adalah proses yang terjadi antara anak dan seorang
konselor yang membantu anak-anak untuk memahami apa yang telah
terjadi kepada mereka. Tujuannya adalah untuk membantu anak-anak untuk
sembuh dan kembali rasa percaya dirinya.”

Konseling anak menawarkan tempat yang aman untuk berbicara tentang hal-hal yang sulit. Selama
konseling, seorang anak didorong untuk dapat menyatakan perasaan mereka. Pemikiran dan perasaan yang
tetap dan tak terungkapkan cenderung menjadi semakin akut dan dapat menimbulkan masalah jangka
panjang.

Dalam konseling, klien (anak-anak) memiliki beberapa kekuasaan dan dapat membuat pilihan atas apa yang
ia lakukan. Mereka merasa sudah cukup dianggap bertanggung jawab untuk dewasa dari setiap hal yang
dilakukannya. Konseling anak juga dapat memberikan anak suatu hubungan dengan orang dewasa di mana
mereka lebih dapat dipercaya.

Dalam memberikan konseling untuk anak berbeda metodenya dengan konseling yang ditujukan
kepada remaja ataupun orang dewasa. Kekhasan atau keunikan anak merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari penggunaan metode pendekatan konseling. Penguasaan metode yang ditunjang dengan
pemahaman tentang dunia anak sesungguhnya akan mempermudah kerja konselor dan tujuan
diadakannya konseling tersebut dapat tercapai.
Kesehatan sangat dibutuhkan bagi setiap manusia, khususnya anak-anak. Anak usia sekolah merupakan usia
rawan terhadap penyakit yang berhubungan dengan pencernaan, seperti diare dan cacingan. Adanya kejadian
penyakit pada anak usia sekolah yang terjadi secara berulang disebabkan karena anak belum menyadari
pentingnya Kesehatan dengan menerapkan pola hidup sehat bagi diri sendiri. Masalah Kesehatan yang
dihadapi anak usia sekolah sangat bervariasi, misalnya berhubungan dengan kebersihan individu dan
lingkungan yang dimulai dari perilaku dasar seperti ketidaktepatan menggosok gigi, mencuci tangan tanpa
menggunakan sabun, memilih makanan yang tidak sehat dan bergizi, serta kurangnya menjaga kebersihan diri.

Maraknya penyakit yang kerap dialami anak memerlukan adanya upaya untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia khususnya pada anak-anak. Anak-anak usia sekolah
merupakan kelompok khusus sebagai proses pertumbuhan dan perkembangan. Untuk
mencapai proses pertumbuhan dan perkembangan yang sempurna diperlukan pengetahuan
yang meliputi wawasan Kesehatan dan aspek psikologi seperti kecerdasan, persepsi serta
emosi. Pengetahuan merupakan faktor tidak langsung yang dapat mempengaruhi perilaku
untuk menanamkan kebiasaan yang baik, sehingga diperlukan pengetahuan dasar terhadap
Kesehatan upaya anak mampu menerapkan perilaku hidup sehat bagi dirinya.

Ciri-ciri anak sehat dapat dilihat dari tiga aspek yakni aspek fisik, psikis, dan sosial. Aspek fisik
dapat dilihat dari kenampakan seperti tidak lemas, gesit, tampak aktif, dan mata bersih. Aspek
psikis misalnya, bertambahnya pikiran yang cerdas, gembira, tidak murung, dan memiliki
perkembangan jiwa yang wajar. Aspek sosial dapat dilihat dari kemampuan anak yang mampu
menyesuaikan diri dengan teman di lingkungannya.
➢ Pendidikan Kesehatan merupakan suatu proses dimana komponen-komponennya sama seperti
proses Pendidikan. Yang bertindak sebagai pendidik adalah petugas kesehatan dan siapa saja yang
berusaha mempengaruhi individu atau masyarakat untuk meningkatkan kesehatannya. Tenaga
Kesehatan, pihak sekolah, bahkan orang tua untuk bersama-sama berupaya melakukan penyuluhan
dan memberikan Pendidikan Kesehatan mengenai pentingnya sarapan, mencuci tangan, dan
pemilihan jajan yang baik. Terkhusus bagi pihak sekolah, kiranya dapat menyediakan tempat khusus
berupa lapangan bagi anak untuk melakukan olahrga atau aktivitas fisik.

➢ Keberhasilan anak-anak usia sekolah dalam mengikuti proses belajar mengajar bukan hanya
ditentukan dari itelegensi yang dimiliki, tetapi juga dipengaruhi salah satunya oleh faktor Kesehatan
mental. Dengan adanya konseling anak diharapkan menjadi pengaruh yang baik bagi anak-anak
terutama pada tingkah laku, yaitu anak-anak akan lebih terarah berani dalam mengambil
keputusannya sendiri, tidak rendah diri (pesimis) melainkan selalu optimis apa yang ia lakukan,
artinya Kesehatan diri dan Kesehatan mental anak normal dan tidak dipengaruhi pada hal-hal yang
negative.

➢ Kesehatan mental memiliki pengaruh yang besar terhadap Kesehatan fisik anak-anak, maka perlu
dibina dan dicegah berkembangnya berbagai macam gangguan mental sedini mungkin. Peran
konselor dalam melalui layanan konseling sangat diperlukan di samping peran orang tua dan
lingkungan, karena persoalan-persoalan yang dihadapi anak-anak yang sebagian besar dihadapi di
sekolah.
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pelaksanaan
konseling untuk anak

a. Usia: Perbedaan usia pada anak akan mempengaruhi berbagai macam hal yang
membantu proses pelaksanaan konseling, misalnya penerimaan/persepsi anak
yang masih sederhana berpengaruh pada bahasa dan metode pendekatan, serta
media yang dipakai.

b. Latar belakang kehidupan anak: Orang tua melalui gaya pengasuhan


(hubungan‐keterdekatan, pola komunikasi, pola kedisiplinan), aturan/norma
keluarga, kebiasaan/habituasi dalam keluarga, status sosial ekonomi, budaya
lingkungan, tingkat pendidikan, bakat (potensi khusus) dan minat (kesenangan).

c. Keterbukaan dan kerjasama dari orang tua dalam memberikan informasi merupakan
hal penting untuk melihat perubahan perilaku pada anak.
Tujuan Konseling Anak
❑ Tujuan Fundamental
o Memberdayakan anak-anak untuk menghadapi masalah emosional yang menyakitkan
o Memberdayakan anak-anak mencapai beberapa tingkatan kongruen yang berkaitan
dengan pemikiran, emosi dan perilaku
o Memberdayakan anak-anak untuk merasa nyaman dengan dirinya

❑ Tujuan Orang Tua


o Tujuan ini dibuat oleh orang tua ketika mereka membawa anak mereka untuk melakukan terapi. Hal ini berkaitan dengan
agenda yang dipunyai orang tua dan biasanya didasarkan pada perilaku terakhir anakanak. Misalnya, jika seorang anak
gemar melumuri kotoran di tembok, maka tujuan orang tua ialah menghilangkan perilaku ini.

❑ Tujuan yang dirancang oleh konselor


o Tujuan ini dirancang oleh konselor sebagai konsekuensi hipotesis yang dimiliki oleh konselor mengenai alasan seorang
anak memiliki sikap tertentu. Misalnya seorang anak yang gemar melumuri kotoran. Konselor mungkin memiliki hipotesis
bahwa meumuri itu merupakan akibat dari keadaan emosional anak. Sehingga konselor memiliki tujuan untuk mengatasi
dan menanggulangi sisi emosional anak-anak.

❑ Tujuan anak-anak
o Tujuan ini muncul selama masa terapi dan merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh anak-anak, meskipun biasanya tidak
mampu untuk mengatakannya secara verbal. Tujuan ini didasarkan pada benda-benda yang dibawa oleh si anak selama
terapi. Kadang-kadang tujuan ini sesuai dengan tujuan konselor dan terkadang tidak sesuai misalnya, konselor bisa
melakukan sesi terapi dengan tujuan tingkat tiga sehingga anak-anak perlu dikuatkan. Hal ini bisa timbul ketika terapi
berlangsung, yaitu anak-anak ingin membicarakan kehilangan misalnya, konselor bisa melakukan sesi terapi dengan
tujuan tingkat 3 sehingga anak-anak perlu dikuatkan. Hal ini bisa timbul ketika terapi berlangsung, yaitu anak-anak ingin
membicarakan kehilangan.
Kriteria Konselor Anak

▪ Kongruen: Anak-anak harus menganggap hubungannya dengan konselor sebagai hal yang bisa
dipercaya dan suasana konseling dirasa aman. Agar ini terwujud konselor harus terintegrasi
secara personal, rendah hati, bersikap wajar, konsisten dan stabil sehingga kepercayaan bisa
ditumbuhkan dan dijaga.

▪ Berhubungan dengan sisi kekanakannya: Menemukan sisi anak-anak tidak berarti menjadi
kekanak-kanakan atau menajdi anak-anak, tetapi berarti berhubungan dengan bagian dari diri
kita yang sesuai dengan dunia anak-anak.

▪ Menerima: Jika kita ingin mendorong anak menggali sisi pribadi atau sisi gelap diri anak, maka
konselor harus bersikap dengan cara paling bisa diterima sehingga anak merasa diizinkan untuk
menjadi diri mereka, tanpa batasan. Dalam bersikap menerima, yang kita lakukan adalah
menerima, dengan sikap yang tidak menghakimi terhadap apapun yang dikatakan dan dilakukan
anak-anak.

▪ Tidak emosional: Konselor tidak terpengaruh secara emosional dengan masalah anak, yakni
konselor juga melakukan pengabaian emosional. Konselor tidak hanya harus menghindari
tekanan emosional, tapi juga harus mencoba menghindari menunjukkan respons emosional yang
kuat dalam menghadapi masalah anak. Meskipun konselor memiliki tingkatan pengabaian
emosional, ini tidak berarti bahwa konselor harus bersikap canggung, hampa dan terasing.
Konselor harus menampilkan diri dihadapan anak sebagai sosok yang tenang dan stabil yang
mampu ikut serta ketika dibutuhkan dan selalu mendengar, menerima dan memahami anak.
04
Perilaku Hidup
Bersih & Sehat di
Rumah Tangga
PHBS merupakan kependekan dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Sedangkan
pengertian PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan karena kesadaran
pribadi sehingga keluarga dan seluruh anggotanya mampu menolong diri sendiri pada
bidang kesehatan serta memiliki peran aktif dalam aktivitas masyarakat.

PHBS di Tatanan Rumah Tangga adalah upaya untuk menyadarkan keluarga dan masing masing
anggota keuarga agar memilki kemauan dan kemampuan dalam mempraktikkan PHBS. Sehingga
keluarga dan seluruh anggota keluarga dapat memelihara dan meningkatkan kesehatannya,
mencegah resiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif
dalam gerakan kesehatan masyarakat. Rumah tangga atau keluarga yang sehat dapat diwujudkan
dengan mengimplementasikan PHBS dan menciptakan dukungan lingkungan yang sehat.

PHBS itu jumlahnya bisa banyak sekali, bisa ratusan; misalnya tentang Gizi: makan
beraneka ragam makanan, minum Tablet Tambah Darah, mengkonsumsi Garam
Beryodium, memberi bayi dan balita Kapsul Vitamin A; dst. Namun setiap rumah tangga
dianjurkan untuk melaksanakan semua perilaku kesehatan; untuk manfaat yang tidak
ternilai; baik bagi rumah tangga itu sendiri, lingkungan, dan bahkan nasional.
Rumah Tangga Ber-PHBS adalah rumah tangga yang
melakukan 10 PHBS di Rumah Tangga, yaitu :

✓ Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.


✓ Memberi bayi ASI Eksklusif.
✓ Menimbang balita setiap bulan.
✓ Menggunakan air bersih.
✓ Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.
✓ Menggunakan jamban sehat.
✓ Memberantas jentik di rumah sekali seminggu. PHBS Tatanan Rumah Tangga harus
✓ Makan buah dan sayur setiap hari. dapat diketahui, dimengerti dan
✓ Melakukan Aktivitas Fisik setiap hari. dipraktekkan oleh keluarga, anggota
✓ Tidak merokok di dalam rumah. keluarga, serta lingkungan dimana
setiap keluarga tinggal. Dalam kondisi
ini peran anggota keluarga, masyarakat,
tokoh masyarakat, pemerintah daerah
sangat berpengaruh termasuk dalam
tersedianya fasilitas serta adanya
kebijakan yang mendukung.
05
Manfaat Perilaku
Hidup Bersih &
Sehat di Rumah
Tangga
Manfaat PHBS di Tatanan Rumah Tangga

Menerapkan PHBS di rumah tangga tentu akan menciptakan keluarga sehat dan
mampu meminimalisir masalah kesehatan. Manfaat PHBS di rumah tangga antara lain:
o Setiap anggota keluarga mampu meningkatkan kesejahteraan tidak mudah sakit.
o Rumah tangga sehat mampu meningkatkan produktivitas anggota rumah tangga
o Anggota keluarga terbiasa untuk menerapkan pola hidup sehat
o Anak dapat tumbuh sehat dan tercukupi gizi
o Anggota keluarga giat bekerja.
o Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga,
pendidikan dan modal usaha untuk peningkatan pendapatan keluarga.

Jika kita menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat di rumah tangga,
maka kita akan merasakan manfaat jangka pendek maupun panjangnya.
Baik terhadap kesehatan fisik dan mental. PHBS juga dapat membantu kita
memiliki hidup yang lebih terorganisir.
06
Peran Pelayanan
Bimbingan terhadap
Kesehatan di
Rumah Tangga
Kesehatan bukan hanya mengupayakan penguatan layanan kesehatan primer,
namun juga menguatkan program keluarga sehat dengan pendekatan keluarga
atau yang lebih dikenal dengan program keluarga sehat untuk menjamin
kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan seluruh anggota keluarga.

Peran Pelayanan Bimbingan terhadap Kesehatan di Rumah Tangga, yaitu:


o dengan memberikan materi komunikasi, layanan informasi dan edukasi untuk
memenuhi kebutuhan akan pemahaman Kesehatan suami istri, anak dan
anggota lainya.
o Pelaksanaan konseling terkait KB dapat dilakukan agar Keluarga mengikuti
program keluarga berencana (KB).
o Memberikan penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan
memberikan pengetahuan, keterampilan melalui pembimbingan agar dalam
rumah tangga dapat memiliki kesadaran mengenai pentingnya perilaku hidup
bersih sehat, dan para ibu mampu menjaga, meningkatkan dan melindungi
kesehatan setiap anggota rumah tangga dari gangguan ancaman penyakit dan
lingkungan.
SIMPULAN

Keluarga memberikan sumbangan yang sangat besar dan tiada ternilai harganya dalam
pertimbangan individu. Keluarga yang menyelenggarakan healthy parenting akan memberikan
sumbangan positif, sedangkan unhealthy parenting akan memberikan andil negatif terhadap
perkembangan anak-anak yang berada di dalam keluarga tersebut.

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan langkah yang harus dilakukan untuk
mencapai tingkat kesehatan yang optimal bagi setiap orang. Kondisi sehat tidak terjadi secara
otomatis, tetapi upaya harus selalu dilakukan dari menjadi tidak sehat hingga hidup sehat dan
menciptakan lingkungan yang sehat. Upaya ini harus dimulai dari menanamkan pola hidup sehat
di rumah tangga yang harus dimulai dan dilakukan sendiri. Oleh karena itu, pemberian konseling
kesehatan di rumah tangga dengan memberikan penyuluhan terkait perilaku hidup bersih dan
sehat diharapkan dapat menjadi upaya mendorong setiap anggota keluarga untuk melakukan
upaya membuat perilaku hidup sehat dan bersih dalam kesehariannya serta memberikan
pengetahuan bagaimana mewujudkannya agar seluruh anggota keluarga peduli terhadap
kesehatan tercipta.
Source:

- http://metryyulita.blogspot.com/2015/05/konseling-kesehatan-di-rumah-
tangga.html

- Geldard, K. (2011). Konseling Anak-Anak Panduan Praktis Edisi Ketiga.


Yogyakarta: Pustaka Belajar.

- Ahmadi dan Supriyono, 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

- Geldard, K., & Geldard, D. (2008). Relationship counselling for children,


young people and families. Sage.

- https://promkes.kemkes.go.id/phbs

- https://krakataumedika.com/info-media/artikel/phbs-perilaku-hidup-bersih-
dan-sehat-di-tatanan-rumah-tangga

- https://www.alodokter.com/pentingnya-menerapkan-phbs-perilaku-hidup-
bersih-dan-sehat-dalam-kehidupan-sehari-hari

- https://jurnal.syntax-idea.co.id/index.php/syntax-idea/article/view/1150/698
Thanks
Do you have any questions?

CREDITS: This presentation template was


created by Slidesgo, including icons by Flaticon
Present by:& Kelompok
and infographics images by FreepikVII
Please keep this slide for attribution

Anda mungkin juga menyukai