Anda di halaman 1dari 5

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

PELAYANAN KB
UPT PUSKESMAS GANDUSARI
TAHUN 2018

A. PENDAHULUAN
Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan
jarak anak yang diinginkan. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka
dibuatlah beberapa cara atau alternatif untuk mencegah ataupun 
menunda kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk kontrasepsi atau
pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga. Berdasarkan
penelitian, terdapat 3.6 juta kehamilan tidak direncanakan setiap
tahunnya di Amerika Serikat, separuh dari kehamilan yang tidak
direncanakan ini terjadi karena pasangan tersebut tidak menggunakan
alat pencegah kehamilan, dan setengahnya lagi menggunakan alat
kontrasepsi tetapi tidak benar cara penggunaannya.
Metode kontrasepsi bekerja dengan dasar mencegah sperma laki-
laki mencapai dan membuahi telur wanita (fertilisasi) atau mencegah
telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi (melekat) dan berkembang
di dalam rahim.  Kontrasepsi dapat reversible (kembali)  atau permanen
(tetap). Kontrasepsi yang reversible adalah metode kontrasepsi yang
dapat dihentikan setiap saat tanpa efek lama di dalam mengembalikan
kesuburan atau kemampuan untuk punya anak lagi. Metode kontrasepsi
permanen atau yang kita sebut sterilisasi adalah metode kontrasepsi
yang tidak dapat mengembalikan kesuburan dikarenakan melibatkan
tindakan operasi.
Metode kontrasepsi juga dapat digolongkan berdasarkan cara
kerjanya yaitu metode barrier (penghalang), sebagai contoh, kondom
yang menghalangi sperma; metode mekanik seperti IUD; atau metode
hormonal  seperti pil. Metode kontrasepsi alami tidak memakai alat-alat
bantu maupun hormonal namun berdasarkan fisiologis seorang wanita
dengan tujuan untuk mencegah fertilisasi (pembuahan).
Faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi adalah
efektivitas, keamanan, frekuensi pemakaian dan efek samping, serta
kemauan dan kemampuan untuk melakukan kontrasepsi secara teratur
dan benar. Selain hal tersebut, pertimbangan kontrasepsi juga
didasarkan atas biaya serta peran dari agama dan kultur budaya
mengenai kontrasepsi tersebut. Faktor lainnya adalah frekuensi
bersenggama, kemudahan untuk kembali hamil lagi, efek samping ke
laktasi, dan efek dari kontrasepsi tersebut di masa depan. Sayangnya,
tidak ada metode kontrasepsi, kecuali abstinensia (tidak berhubungan
seksual), yang efektif mencegah kehamilan 100%

B. LATAR BELAKANG
Indonesia menghadapi masalah dengan jumlah dan kualitas sumber
daya manusia. Pertumbuhan yang sangat pesat ini bila tidak diimbangi
dengan sumber daya manusia yang berkualitas akan memberikan
berbagai dampak negative diantaranya yaitu makin meningkatnya
kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan.
Untuk menentukan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi ini
pemerintah melaksanakan program KB. Dengan program KB
diharapkan pada tahun selanjutnya pertumbuhan penduduk akan turun.
Program KB ini mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera
melalui pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk Indonesia.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka ditempuh strategis tiga dimensi
yaitu perluasan jangkauan, pembinaan, kebudayaan dan pembudayaan
keluarga kecil bahagia sejahtera dan keluarga mandiri maka
diselenggarakan pelayanan kontrasepsi yang berkualitas dengan tujuan
melestarikan peserta KB dan memerankan angka kualitas ibu melalui
pemakaian kontrasepsi.
Dalam hal pembatasan atau pengaturan kelahiran ini maka
pelayanan KB menggunakan berbagai macam alat kontrasepsi yang
dilaksanakan dengan baik dan bermutu serta mudah dijangkau bagi
masyarakat yang membutuhkannya misalnya IUD, suntik, implant, pil,
kondom, MOW, MOP. Dilihat dari masing-masing alat kontrasepsi
tersebut mempunyai keuntungan dan kerugian sendiri-sendiri yang
diharapkan dalam pelaksanaan gerakan KB nasional sekarang ini
adalah sewaktu meningkatnya pengguna alat kontrasepsi efektif dan
jangka panjang khususnya IUD.
Pemakaian kontrasepsi IUD penting untuk digerakkan kembali
dalam pelaksanaan gerakan KB nasional dan pembangunan keluarga
sejahtera karena IUD merupakan pilihan utama yang mulai
menunjukkan penurunan dalam pemakaian. Dibandingkan dengan
kontrasepsi lainnya, IUD mempunyai keuntungan dan kelebihan antara
lain lebih murah, tingkat kegagalan satuan rendah, ditemukan hanya
sedikit hambatan/kontraindikasi ringan, jarak kelahiran dapat diprogram
sesuai dengan keinginan/kebutuhan keluarga, keluhan lebih sedikit bila
dibandingkan dengan kontrasepsi lainnya, praktis penggunaannya, tidak
mengganggu kesuburan, tidak dipengaruhi faktor lupa, tidak
mempengaruhi ASI, efek samping rendah (Kanwil BKKBN Jatim, 1998)

C. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS


1. Tujuan Umum :
Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan
NKKBS (Normal Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi
dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan
mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya
pertambahan penduduk.
2. Tujuan Khusus :
a. Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat
kontrasepsi.
b. Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.
c. Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara
penjarangan kelahiran

D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan
Melakukan pelayanan KB – Melakukan konseling
– Memberi tindakan sesuai metode
kontrasepsi pasien

E. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN:


1. Menanyakan tanggal kembali kontrol
2. Memeriksa kondisi ibu
3. Konseling tentang gangguan menstruasi atau keluhan lain seputar
metode kontrasepsi

F. SASARAN
1. Akseptor KB
2. PUS
3. WUS

G. PERAN TERKAIT
1. LINTAS PROGRAM
a. GIZI
b. GIGI
c. LABORATORIUM
d. PROMKES

2. LINTAS SEKTOR
a. PKK
b. kader kesehatan.
H. PEMBIAYAAN
Biaya kegiatan program Keluarga Berencana dianggarkan
melalui BOK tahun 2018.

I. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


Waktu dan Lokasi (terlampir)
Waktu Pelaksanaan :
Waktu Kegiatan PenanggungJawa Keterangan
b

J. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Penanggung jawab program harus membuat laporan tiap
pelaksanaan kegiatan kepada Kepala Puskesmas. Evaluasi dilakukan
sebulan sekali dan yang mengevaluasi adalah penanggung jawab
program KB kemudian dimonitoring oleh coordinator UKM dilanjutkan
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar
Evaluasi dilakukan oleh penanggung jawab program terhadap
ketepatan pelaksanaan kegiatan apakah sesuai jadwal pada saat
persiapan dan pelaksanaan kegiatan.
Evaluasi dilakukan setiap akhir kegiatan oleh penanggung jawab
program dan ditujukan kepada kepala puskesmas dengan tembusan
Dinas Kesehatan.
Evaluasi kegiatan ini akan dilakukan dalam bentuk rekapitulasi hasil
kegiatan dan dilakukan oleh penanggung jawab program dan ditujukan
kepada kepala puskesmas dengan tembusan Dinas Kesehatan.
Gandusari, 05 Januari 2018

Mengetahui
Koordinator Program KIA
Kepala UPT Puskesmas
Gandusari

INTIN ANANINGSIH
drg. ANGGIT DITYA NIP.19781120 200801 2 013
PUTRANTO
NIP.19820309 200901 1 005

Anda mungkin juga menyukai