Anda di halaman 1dari 17

PEMBERIAN IMUNISASI HB0 PADA BAYI BARU LAHIR

DI PMB BIDAN TURINAH S.ST


Disusun untuk memenuhi syarat kelulusan stase kdpk

Oleh:

Nama :DEDE ENCU


NIM :E1AC232004

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN SEKOLAH TINGGI ILMU

KESEHATAN SUKABUMI

KOTA SUKABUMI
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat


Allah SWT karena berkat ridho dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul “Pemberian Imunisasi HB0 Pada Bayi Baru
Lahir Di PMB Bidan Turinah S.ST”

Proposal penelitian ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat


menyelesaikan tugas akhir pada program studi profesi kebidanan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi. Dalam penyusunan makalah ini,
penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan. Namun, berkat dukungan
dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat disajikan. Oleh sebab itu
kiranya patut untuk disampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada :

1. H. Iwan Permana, SKM, S.Kep., Ph.D Selaku ketua di Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Kota Sukabumi

2. Shinta Utami, S.ST., M.Keb Selaku Kepala Prodi Sarjana Kebidanan Dan

Pendidikan Profesi Bidan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota

Sukabumi.

3. Elisya Handayani S, S.ST., M.Kes selaku Dosen penanggung jawab stase

KDPK

4. Arini Sri Wahyuni, S. ST., M.KM Selaku Preseptor Akademik

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak


kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca untuk perbaikan di masa
mendatang.
Akhir kata penulis mengharapkan agar makalah ini dapat menjadi
sumbangan pikiran bagi seluruh warga civitas akademika di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Sukabumi pada khususnya dan untuk semua orang pada umumnya.

Sukabumi

Dede Encu
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga Berencana (KB) merupakan tindakan yang membantu

individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu,

menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval di antara

kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan suami istri

dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2018).

Program KB bertujuan untuk mengendalikan laju pertumbuhan

penduduk, dan juga untuk memenuhi permintaan masyarakat akan

pelayanan KB dan kesehatan reproduksi (KR) yang berkualitas,

menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB).

Berdasarkan survey demografi AKI di Indonesia mengalami penurunan

jika dibandingkan dengan tahun 2012 yakni dari 359/100.000 kelahiran

hidup menjadi 305/100.000 kelahiran hidup. Begitu juga AKB mengalami

penurunan yakni dari 32/1000 kelahiran hidup menjadi 24/1000 kelahiran

hidup. (SDKI, 2017).


Di Jawa Barat angka kematian ibu (AKI) berdasarkan laporan Dinas

Kesehatan Provinsi selama tahun 2012-2017 tercatat jumlah kematian ibu

sebanyak 696 orang/100.000 kelahiran hidup dengan pembagian

perkelompok wilayah. Sedangkan AKB yang dilaporkan sebanyak 3.077

kasus. (Profil Dinas Kesehatan Jawa Barat, 2017).

Berdasarkan data Kementrian Kesehatan (Kemenkes, 2017), alat

kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh akseptor KB adalah alat

kontrasepsi suntik sebanyak 3.855.254 akseptor (49,67%), kemudian pil

sebanyak 1.951.252 akseptor (25,14%), implant sebanyak 826.627

akseptor (10,65%), IUD sebanyak 555.241 akseptor (7,15%), kondom

sebanyak 441.141 akseptor (5,68%), MOW sebanyak 116.384 akseptor

(1,50%) dan terakhir MOP sebanyak 16.062 akseptor (0,21%)

B. Tujuan
1. Tujuan umum

2. Tujuan Khusus

C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis

Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu dalam

memberikan asuhan kebidanan pada akseptor KB . Selain itu

penelitian ini dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

untuk melaksanakan penyuluhan tentang imunisasi pada anak balita

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Tinjauan Teori


1.1.1 Konsep Dasar Keluarga Berencana
Keluarga berencana (family planning/parenthood) merupakan suatu

usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan

menggunakan kontrasepsi (Sulistyawati, 2017).

Menurut WHO Expert Commite keluarga berencana adalah tindakan

yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk :

1. Mendapatkan obyektif-obyektif tertentu

2. Menghindarkan kelahiran yang tidak diinginkan

3. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan

4. Mengatur interval diantara kelahiran

5. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami

istri

6. Menentukan jumlah anak dalam keluarga (Pinem, 2019).

1.1.2 Tujuan Keluarga Berencana (KB)

Tujuan umum Keluarga Berencana (KB) adalah membentuk keluarga

kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga, dengan cara

pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera
yang dapat memenuhi kebutuhan kehidupannya. Tujuan lain meliputi

pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan ketahanan

dan kesejahteraan keluarga (Sulistyawati (2011).

1.1.3 Sasaran Program KB

Menurut Sulistyawati (2011), sasaran program KB antara lain :

1. Menurunkan rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi 1,14%

pertahun

2. Menurunkan angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per

perempuan

3. Menurunnya pasangan usia subur yang tidak ingin punya anak lagi dan

ingin menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara

kontrasepsi (unmet need) menjadi 6%

4. Meningkatkan peserta KB laki-laki menjadi 4,5%

5. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif, dan

efisien

6. Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21

tahun

7. Meningkatnya pastisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang

anak

8. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera 1 yang

aktif dalam usaha ekonomi produktif.


9. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan

pelayanan program KB nasional.

2.2 Konsep Dasar Alat Kontrasepsi

2.2.1 Pengertian kontrasepsi

Kontrasespi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan reproduksi untuk

pengaturan kehamilan dan merupakan hak setiap individu sebagai mahkluk

sosial (Pinem, 2019).

2.2.2 Metode Kontrasepsi

Menurut Pinem (2019), macam-macam metode kontrasepsi yang ada dalam

program KB Indonesia, yaitu :

1. Metode Amenorea Laktasi (MAL)

Adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara

eksklusif. MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila : menyusui

secara penuh, lebih efektif jika pemberian belum haid 8x sehari,

belum haid, usia bayi kurang dari 6 bulan. Efektif sampai 6 bulan

dan harus dilanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi

lainnya.

2. Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)

Metode KBA efektif bila dipakai dengan tertib, tidak ada efek

samping, tetapi ibu harus belajar untuk mengetahui kapan masa

suburnya tiba dan secara sukarela menghindari sanggama pada


masa subur ibu atau melakukan sanggama untuk mendapat

kehamilan.

3. Metoda sanggama terputus atau coitus interruptus

Adalah suatu metoda kontrasepsi dimana sanggama diakhiri

sebelum terjadi ejakulasi intra-vaginal. Ejakulasi terjadi jauh dari

genitalia eksterna wanita.

4. Metode Barier

a. Kondom untuk pria

Menghalangi masuknya spermatozoa kedalam traktus genitalia

interna perempuan.

b. Barier intra vaginal pada Perempuan

Menghalangi masuknya spermatozoa kedalam saluran genitalia

interna wanita dan immobilisasi atau mematikan spermatozoa

oleh spermisidnya.

5. Kontrasepsi hormonal

Kontrasepsi hormonal mempengaruhi ovulasi, implantasi,

transportasi, gamet, fungsi korpusluteum dan lendir serviks.

Macam-macam kontrasepsi hormon steroid :

a. Pil oral kombinasi

b. Kontrasepsi pil yang berisi progestin saja (mini pil)

c. Kontrasepsi suntikan (suntikan progestin saja dan suntikan

kombinasi)
2.2.3 Kontrasepsi Suntik Kombinasi (1 Bulan)

1. Pengertian

Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo Medroksiprogestron Asetat

dan 5 mg estradiol sipionat yang diberikan injeksi nytamuskular sebulan

sekali (cyclofem) dan 50 mg noretindron enantat dan 5 mg estradiol

valerat yang diberikan dengan injeksi intramuskular sebulan sekali

(Pinem, 2019).

2. Cara kerja

Menurut Pinem (2011), mekanisme kontrasepsi suntik kombinasi

adalah :

a. Mengentalkan lendir serviks sehingga mengganggu penetrasi sperma

b. Menekan ovulasi

c. Endometrium menjadi atrofi sehingga implantasi terganggu

d. Menghambat transportasi gamet oleh tuba

3. Cara Penggunaan

Menurut Pinem (2019), suntikan kombinasi diberikan setiap bulan

dengan suntikan intramuskular dalam. Suntikan ulang dapat diberikan 7

hari lebih awal dengan kemungkinan terjadi gangguan perdarahan, tetapi

dapat juga diberikan setelah 7 hari dari jadwal yang telah ditentukan,

asal saja dapat dipastikan ibu tidak hamil. Tidak dibenarkan melakukan

sanggama selama 7 hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain

untuk 7 hari saja.


4. Keuntungan

Keuntungan kontrasepsi kombinasi menurut Pinem (2011), yaitu :

a. Sangat efektif (0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama tahun

pertama

b. Risiko terhadap kesehatan keci, efek samping sangat kecil

c. Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami istri

d. Tidak perlu dilakukan periksa dalam

e. Jangka panjang

f. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik

5. Kerugian

Kerugian kontrasepsi suntik kombinasi menurut Pinem (2011), antara

lain

a. Terjadi perubahan pola haid seperti haid tidak teratur, perdarahan

bercak atau spoting, atau perdarahan sela sampai 10 hari.

b. Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan. Biasanya keluhan ini akan

hilang setelah suntikan kedua atau ketiga.

c. Klien harus kembali setiap 30 hari untuk mendapat suntikan

d. Bila digunakan bersamaan dengan fenitoin dan babiturat (obat

epilepsi) atau rifampisin (obat untuk tuberkulosis), efektifitasnya

berkurang
e. Dapat menyebabkan efek samping serius seperti serangan jantung,

stroke, bekuan darah pada paru atau otak dan kemungkinan

timbulnya tumor hati

f. Peningkatan berat badan

g. Tidak menjamin perlindungan terhadap infeksi menular seksual,

hepatitis B virus atau HIV/AIDS

Pemulihan kesubuan kemungkinan terlambat setelah pemakaian pil

berhenti.

6. Kontraindikasi

Menurut Pinem (2011), yang boleh menggunakan suntikan kombinasi,

yaitu :

a. Usia reproduksi, telah memiliki anak maupun belum

b. Ingin menggunakan kontrasepsi dengan efektifitas tinggi

c. Memberikan ASI pasca persalinan > 6 bulan

d. Pasca persalinan tetapi tidak menyusui

e. Anemia

f. Nyeri haid hebat, haid teratur

g. Riwayat kehamilan ektopik

h. Sering lupa minum pil

Yang tidak boleh boleh menggunakan suntikan kombinasi, yaitu :

a. Hamil atau diduga hamil

b. Menyusui, kurang dari 6 minggu pasca persalinan


c. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya

d. Penyakit hati akut (virus hepatitis)

e. Usia > 35 tahun dan merokok

f. Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah tinggi

(>180/100 mmHg)

g. Riwayat kelainan tromboemboli, riwayat kencing masnis > 20 tahun

h. Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau

migrain

Keganasan pada payudara

7. Cara Penggunaan Kontrasepsi Suntik Kombinasi

Menurut Pinem (2011), cara penggunaan kontrasepsi suntik kombinasi yaitu :

a. Mengentalkan lendir serviks sehingga mengganggu penetrasi sperma

b. Menekan ovulasi

c. Endometrium menjadi atrofi sehingga implantasi terganggu

d. Menghambat transportasi gamet oleh tuba


BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Alat kontrasepsi suntik terdiri dari 2 jenis yaitu kontrasepsi suntik 1 bulan

(suntik kombinasi) dan kontrasepsi suntik 3 bulan (progestin). Jenis suntikan

kombinasi adalah 25 mg Depo Medroksiprogestron Asetat dan 5 mg estradiol

sipionat yang diberikan injeksi nytamuskular sebulan sekali (cyclofem) dan 50

mg noretindron enantat dan 5 mg estradiol valerat yang diberikan dengan


injeksi intramuskular sebulan sekali. kontrasepsi suntik 3 bulan (progestin)

adalah kontrasepsi suntikan berdaya kerja lama yang hanya mengandung

progestin yang diberikan setiap 3 bulan.

B. SARAN

Tidak ada satupun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua

klien karena masing-masing mempunyai kesesuaian dan kecocokan individual

bagi setiap klien. Untuk itu disarankan klien lebih cerdas memilih alat

kontrasepsi yang sesuai dan cocok.

DAFTAR PUSTAKA

Dephie. 2013. Kelebihan kontrasepsi suntik. http://www.dephie.blogspot.com,


diakses 17 Januari 2016
Dinkes Kota Palembang. 2014. Profil Kesehatan Kota Palembang.
http://www.dinkes.go.id, diakses 13 Januari 2016
Febriyanti. 2014. Jumlah populasi penduduk di dunia. http://www.kompas.com,
diakses 13 Januari 2016
Kemenkes. 2013. Jumlah pengguna kontrasepsi di Indonesia. http://www.kemenkes.
go.id, diakses 25 Januari 2016
Pinem, Saroha. 2011. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta : Trans Info
Media
Ramadhan. 2013. Salah satu cara mencegah kehamilan dengan kontrasepsi suntik.
http://www.artikelkesehatan.com, diakses 14 Januari 2016
Sulistyawati, Ari. 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Selemba Medika
Suparyanto. 2013. Efek penggunaan kontrasepsi 3 bulan. http://www.suparyanto.
blogspot.com, diakses 20 Januari 2016

Anda mungkin juga menyukai