TINJAUAN PUSTAKA
B. Keluarga Berencana
1. Pengertian Keluarga Berencana
Keluarga Berencana (KB) menurut WHO (Expert Commite, 1970) adalah
tindakan yang membantu individu/pasutri untuk mendapatkan objektif-
objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan
kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, dan
menentukan jumlah anak dalam keluarga (Sulistyawati, 2011).
7
8
D. Kontrasepsi
1. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berati “mencegah” atau “melawan”
dan konsepsi yang berati pertemuan antara sel telur yang matang dan sperma
yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari
atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur
yag matang dengan sperma. Untuk itu, maka yang membutuhkan kontrasepsi
adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan intim/seks dan keduanya
memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan (Suratun,
2008).
2. Efektivitas (daya guna) Kontrasepsi
Efektivitas atau daya guna suatu cara kontrasepsi dapat dinilai pada 2
tingkat, yakni :
a) Daya guna teoritis (theoretical effectiveness), yaitu kemampuan suatu cara
kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan,
apabila cara tersebut digunakan terus-menerus dan sesuai dengan petunjuk
yang diberikan.
b) Daya guna pemakaian (use effectivennes), yaitu kemampuan kontrasepsi
dalam keadaan sehari-hari dimana pemakaiannya dipengaruhi oleh faktor-
faktor seperti pemakai tidak hati-hati, kurang taat pada peraturan, dan
sebagainya (Wiknjosastro, 2005).
3. Faktor-faktor yang Berperan dalam Pemilihan Kontrasepsi
Beberapa faktor yang mempengaruhi akseptor dalam memilih metode
kontrasepsi antara lain sebagai berikut:
a. Faktor pasangan dan motivasi, meliputi:
1) Umur
12
2) Gaya Hidup
3) Frekuensi senggama
4) Jumlah keluarga yang diinginkan
5) Pengalaman dengan metode kontrasepsi yang lalu
b. Faktor kesehatan, meliputi:
1) Status kesehatan
2) Riwayat haid
3) Riwayat keluarga
4) Pemeriksaan fisik dan panggul
c. Faktor metode kontrasepsi
1) Efektivitas
2) Efek samping
3) Biaya (Proverawati, 2010).
E. Metode Kontrasepsi
1. Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi hormonal adalah kontrasepsi yang di dalamnya mengandung
hormon estrogen dan progesteron. Metode kontrasepsi hormonal dibagi
menjadi dua yaitu kombinasi (mengandung hormon progesteron dan estrogen
sintetik) dan yang hanya berisi progesteron saja. Sedangkan kontrasepsi
hormonal yang berisi progesteron terdapat pada pil, suntik, dan implant.
Mekanisme kerja kontrasepsi hormonal dibedakan berdasarkan jenis hormon
yang terkandung didalamnya (Furry 2016). Berikut jenis kontrasepsi
hormonal:
a. Kontrasepsi Oral/Pil
Kontrasepsi pil adalah suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang
berbentuk pil atau tablet didalam strip yang berisi gabungan hormon estrogen
dan progesterone atau yang hanya terdiri dari hormon progesterone saja.
Kebijaksanaan penggunaan pil diarahkan terhadap pemakaian pil dosis
rendah, tetapi meksipun demikian pil dosis tinggi masih disediakan terutama
untuk membina peserta KB lama yang menggunakan dosis tinggi (Suratun,
2008).
13
c. Kontrasepsi Implant
Kontrasepsi Implant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung
Levonogestrel yang dibungkus dalam kapsul silastic silicon
(polydimethylsiloxane) dan dipasang dibawah kulit. Sangat efektif (kegagalan
0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan) (Mulyani dan Rinawati, 2013).
Terdapat 3 jenis Implant, yaitu:
a) Norplant
Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm
dengan diameter 2,4 mm yang diisi dengan 36 mg Levonogestrel dan lama
kerjanya 5 tahun.
b) Implanon dan Sinoplant
Terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm dan
diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-Keto-desogestrel dan lama
kerjanya 3 tahun.
c) Jadena dan Indoplant
Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg Levonogestrel dengan lama
kerjanya 3 tahun (Mulyani dan Rinawati, 2013).
2. Kontrasepsi Non Hormonal
Kontrasepsi non hormonal adalah kontrasepsi yang tidak mengandung
hormone baik estrogen maupun progesterone. Jenis-jenis kontrasepsi non
hormonal meliputi metode sederhana (metode kalender, metode suhu basal,
metode lendir serviks, metode simptotermal, senggama terputus atau coitus
interuptus, kondom, diafragma dan spermisida), dan metode modern (IUD
tanpa hormon, MOW, MOP) (Hartanto, 2004).
a. Metode Kalender
Metode kalender atau pantang berkala merupakan metode Keluarga
Berencana Alamiah (KBA) yang paling tua. Metode kalender atau pantang
berkala adalah metode kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh pasangan
suami istri dengan tidak melakukan senggama atau hubungan seksual pada
masa subur atau ovulasi. Knaus berpendapat bahwa ovulasi terjadi tepat 14
hari sebelum menstruasi berikutnya (Mulyani dan Rinawati, 2013).
15
f. Kondom
Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang terbuat dari
berbagai bahan diantaranya karet (lateks), plastik (vinil) atau bahan alami
(produksi hewani) yang dipasang pada penis untuk menampung sperma ketika
seorang pria mencapai ejakulasi saat berhubungan seksual. Kondom terbuat
dari karet sintetis yang tipis, berbentuk silinder dengan muaranya berpinggir
tebal yang digulung berbentuk rata. Standar kondom dilihat dari ketebalannya,
yaitu 0,02 mm. Jenis-jenis kondom meliputi kondom dengan aroma dan rasa,
kondom berulir, kondom ekstra tipis, kondom bintik, kondom wanita, kondom
getar, kondom baggy dan kondom biasa (Mulyani dan Rinawati, 2013).
g. Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari karet (lateks)
yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup
serviks (Mulyani dan Rinawati, 2013).
h. Spermisida
Spermisida merupakan sediaan kimia (biasanya non oksinol-9) yang dapat
membunuh sperma. Tersedia dalam bentuk busa vagina, krim, gel dan
suppositoria. Spermisida ditempatkan di vagina sebelum berhubungan seksual.
Kontrasepsi ini juga menyediakan barier fisik ke sperma (Mulyani dan
Rinawati, 2013).
i. Intra Uterine Device (IUD)
IUD merupakan alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan, karena
dianggap sangat efektif dalam mencegah kehamilan dan memiliki manfaat
yang relatif banyak dibanding alat kontrasepsi lainnya. Diantaranya tidak
mengganggu saat coitus (hubungan badan), dapat digunakan sampai
menopause dan setelah IUD dikeluarkan dalam rahim, bisa dengan mudah
subur kembali (Mulyani dan Rinawati, 2013).
j. Tubektomi
Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang
mengakibatkan wanita tersebut tidak akan mendapatkan keturunan lagi. Jenis
kontrasepsi ini bersifat permanen, karena dilakukan penyumbatan pada
17
saluran terlur wanita yang dilakukan dengan cara diikat, dipotong, ataupun
dibakar (Proverawati, 2010).
k. Vasektomi
Vasektomi adalah metode sterilisasi dengan cara mengikat saluran sperma
(vas deferens) pria. Beberapa alternatif untuk mengikat saluran sperma
tersebut, yaitu dengan mengikat saja, memasang klip tantalum, kauterisasi,
menyuntikkan sclerotizing agent, menutup saluran dengan jarum, dan
kombinasinya (Proverawati, 2010).
F. Pil KB
1. Pengertian Pil KB
Pil KB adalah suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil atau
tablet dalam strip yang berisi gabungan hormon estrogen dan progesterone
atau hanya terdiri dari progesterone saja. Kebijaksanaan penggunaan pil
diarahkan terhadap pemakaian pil dosis rendah, tetapi meskipun demikian pil
dosis tinggi masih disediakan terutama untuk membina peserta KB lama yang
menggunakan dosis tinggi (Suratun, 2008).
Pil KB ini memberikan keuntungan yaitu tetap membuat menstruasi
teratur, mengurangi kram atau sakit saat menstruasi. Kesuburan juga dapat
kembali pulih dengan cara menghentikan pemakaian pil ini. Pil KB termasuk
metode yang efektif saat ini. Cara kerja pil KB adalah dengan mencegah
pelepasan sel telur. Pil ini mempunyai tingkat keberhasilan yang tinggi (99%)
bila digunakan dengan tepat dan secara teratur (Proverawati, 2010).
Kontrasepsi pil terdiri atas dua jenis pil yaitu pil kombinasi yang berisi
hormon estrogen dan progesterone atau hanya berisi hormon progesterone saja
yang sering disebut dengan mini pil atau pil progestin. Pada pemakaian pil
kombinasi maka terjadi penggunaan terus menerus sehingga mengakibatkan
terjadinya hambatan sekresi pada Gonadotropin Realising Hormone (GnRH)
dan gonadotropin sehingga tidak terjadi proses ovulasi. Sementara pada
progestin akan mengakibatkan penambahan kekentalan mukus serviks dan
penetrasi sperma terhambat, dan terjadi gangguan keseimbangan hormonal
18
b) Bifasik
Bifasik adalah pil kombinasi yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen dan progesteron dengan dua dosis yang
berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif (Proverawati, 2010).
c) Trifasik
Trifasik adalah pil kombinasi yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen dan progesteron dengan tiga dosis yang
berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif (Proverawati, 2010).
3) Gambar Pil Kombinasi
e) Beberapa paket pil mempunyai 28 pil, yang lain 21 pil. Bila paket 28 pil
habis, sebaiknya anda mulai minum pil dari paket yang baru. Bila paket 21
habis, sebaiknya tunggu 1 minggu baru kemudian mulai minum pil dari
paket yang baru.
f) Bila muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan pil, ambil lah pil
yang lain.
g) Bila terjadi muntah hebat, atau diare lebih dari 24 jam, maka bila keadaan
memungkinkan dan tidak memperburuk keadaan Anda, pil dapat
diteruskan.
h) Bila muntah dan diare berlangsung sampai 2 hari atau lebih, cara
penggunaan pil mengikuti cara menggunakan pil lupa.
i) Bila lupa minum 1 pil (hari 1 – 21), segera minum pil setelah ingat boleh
minum 2 pil pada hari yang sama. Tidak pelu menggunakan metode
kontrasepsi yang lain. Bila lupa 2 pil atau lebih (hari 1 – 21), sebaiknya
minum 2 pil setiap hari sampai sesuai jadwal yang ditetapkan. Juga
sebaiknya digunakan metode kontrasepsi yang lain atau tidak melakukan
hubungan seksual sampai telah menghabiskan paket pil tersebut.
j) Bila tidak haid, perlu segera ke klinik untuk tes kehamilan (Saifuddin,
2010).
11) Informasi Lain yang Perlu Disampaikan
a) Pada permulaan pengguna pil kadang-kadang timbul mual, pening atau
sakit kepala, nyeri payudara, serta perdarahan bercak (spotting) yang bisa
hilang sendiri. Kelainan seperti ini muncul terutama pada 3 bulan pertama
penggunaan pil, dan makin lama penggunaannya kelainan tersebut akan
hilang dengan sendirinya. Cobalah minum pil pada saat hendak tidur atau
pada saat makan malam. Bila tetap saja muncul keluhan, silahkan
berkonsultasi kembali ke dokter.
b) Beberapa jenis obat dapat mengurangi efektivitas pil, seperti rifampisin,
fenitoin (Dilantin), barbiturat, griseofulvin, trisiklik antidepresan,
ampisilin dan penisilin, tetrasiklin. Akseptor pil KB yang memakai obat-
obatan diatas untuk jangka panjang sebaiknya menggunakan pil kombinasi
24
G. Kecamatan Kotabumi
Kecamatan Kotabumi adalah salah satu kecamatan dari 23 kecamatan
yang berada di Kabupaten Lampung Utara dengan luas kecamatan 5.911 Ha,
jumlah penduduk 53.160 jiwa, yang terdiri dari penduduk laki-laki berjumlah
26.827 jiwa dan penduduk wanita berjumlah 26.333 jiwa.
Kecamatan Kotabumi merupakan salah satu dari 23 kecamatan di
Kabupaten Lampung Utara dengan Ibukota Kecamatan berada di Kelurahan
Kotabumi Ilir. Kecamatan Kotabumi sekaligus menjadi Ibukota Kabupaten
Lampung Utara, terletak pada posisi 140 Bujur Timur 4,45 Lintang Selatan
30
H. Kerangka Teori
(PUS)
Program Keluarga
Berencana (KB)
1. Pil
2. Suntik 1. Metode suhu basal
3. Implant 2. Metode kalender
(Furry,2016) 3. Metode lendir
serviks
4. Metode
simptothermal
Pil Kombinasi Pil Progestin
5. Metode senggama
terputus
6. Kondom
7. Diafragma
1. Pengertian pil 8. IUD (Intra Uterine
2. Jenis pil Device)
3. Cara kerja pil 9. Spermisida
4. Manfaat pil 10. Tubektomi
5. Keterbatasan pil 11. Vasektomi
6. Indikasi pil (Hartanto, 2004)
7. Kontraindikasi pil
8. Waktu mulai
menggunakan pil
9. Cara penggunaan pil
Karakteristik akseptor yang meliputi
10. Informasi lain yang perlu
umur dan lama penggunaan pil KB,
disampaikan
Ketetepatan cara penggunaan pil
11. Efek samping
KB, frekuensi minum pil KB, dosis
(Proverawati, 2010 dan
minum pil KB, kepatuhan minum
Saifuddin, 2010).
pil KB, akseptor yang mengalami
efek samping, efek samping yang
dialami akseptor, sumber dimana
mendapatkan pil, sumber informasi
mengenai cara penggunaan pil KB.
I. Kerangka Konsep
Kontrasepsi Pil
Penggunaan
J. Definisi Operasional
6 Efek samping
5. Orang lain
dan brosur
kemasan
obat