Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pasangan Usia Subur (PUS)


1. Pengertian Pasangan Usia Subur (PUS)
Pasangan Usia Subur (PUS) yaitu berkisar antara 15 – 49 tahun dimana
pasangan (laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal
terlebih organ reproduksinya sudah berfungsi dengan baik. Pada masa ini
pasangan usia subur harus dapat menjaga dan memanfaatkan kesehatan
reproduksinya yaitu menekan angka kelahiran dengan metode keluarga
berencana, sehingga jumlah dan interval kehamilan dapat diperhitungkan
untuk meningkatkan kualitas reroduksi dan kualitas generasi yang akan datang
(Suryani, 2016).
2. Masalah dan Kebutuhan yang Dialami Pasangan Usia Subur (PUS)
Dalam menjalani kehidupan berkeluarga, PUS sangat mudah dalam
memperoleh keturunan, dikarenakan keadaan kedua pasangan tersebut normal.
Hal inilah yang menjadi masalah bagi PUS yaitu perlunya pengaturan fertilitas
(kesuburan), perawatan kehamilan dan persalinan aman. Dalam penyelesaian
masalah tersebut dilakukan tindakan dari tenaga kesehatan dalam
penyampaian penggunaan alat kontrasepsi rasional untuk menekan angka
kelahiran dan mengatur kesuburan dari pasangan tersebut. Maka dari itu,
petugas kesehatan harus memberikan penyuluhan yang benar dan dimengerti
oleh masyarakat luas (Suryani, 2016).

B. Keluarga Berencana
1. Pengertian Keluarga Berencana
Keluarga Berencana (KB) menurut WHO (Expert Commite, 1970) adalah
tindakan yang membantu individu/pasutri untuk mendapatkan objektif-
objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan
kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, dan
menentukan jumlah anak dalam keluarga (Sulistyawati, 2011).

7
8

Menurut UU RI No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan


Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, yang dimaksud dengan Keluarga
Berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal
melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan
sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berklualitas
(Depkes RI, 2009 dalam Alfiah 2015).
Program KB adalah suatu program yang dimaksudkan untuk membantu
para pasangan dan perorangan dalam mencapai tujuan reproduksi, mencegah
kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi insiden kehamilan beresiko
tinggi, kesakitan dan kematian, membuat pelayanan yang bermutu, terjangkau,
diterima dan mudah diperoleh bagi semua orang yang membutuhkan,
meningkatkan mutu nasehat, komunikasi, edukasi, konseling dan pelayanan,
meningkatkan partisipasi dan tanggung jawab pria dalam praktek KB, dan
meningkatkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) untuk penunjangan kehamilan
(Rachmayani, 2015).
Penyelenggaraan program KB yaitu untuk mewujudkan penduduk tumbuh
seimbang dan keluarga berkualitas. Program ini dilaksanakan untuk
membantu calon atau pasangan suami istri dalam mengambil keputusan dan
mewujudkan hak reproduksi secara bertanggung jawab tentang usia ideal
perkawinan, usia ideal untuk melahirkan, jumlah anak ideal, jarak ideal
kelahiran anak dan penyuluhan kesehatan reproduksi (Alfiah, 2015).
Secara umum (KB) dapat diartikan sebagai suatu usaha yang mengatur
banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu,
bayi, ayah serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkan
kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut. Diharapkan dengan
adanya perencanaan keluarga yang matang kehamilan merupakan suatu hal
yang memang sangat diharapkan sehingga akan terhindar dari perbuatan untuk
mengakhiri kehamilan dengan aborsi (Suratun, 2008).
2. Tujuan Program Keluarga Berencana
a. Tujuan utama dari program KB Nasional adalah untuk memberikan pelayanan
KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas kepada masyarakat,
menurunkan tingkat kematian ibu dan bayi serta penanggulangan masalah
9

kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas


(Asisah 2016).
b. Tujuan umumnya adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan
sosial ekonomi suatu keluarga, dengan cara pengaturan kelahiran anak agar
diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya. Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan
usia perkawinan, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga
(Sulistyawati, 2011).
Untuk menunjang dan mempercepat pencapaian tujuan pembangunan KB
telah ditetapkan beberapa kebijakan, yaitu perluasan jangkauan, pembinaan
terhadap peserta KB agar secara terus menerus memakai alat kontrasepsi,
pelembagaan dan pembudayaan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
(NKKBS) serta peningkatan keterpaduan pelaksanaan keluarga berencana.
Selanjutnya untuk mendukung pelaksanaan kebijakan tersebut terus
dimantapkan usaha-usaha operasional dalam bentuk upaya pemerataan
pelayanan KB, peningkatan kualitas baik tenaga, maupun sarana pelayanan
KB, penggalangan kemandirian, peningkatan peran serta generasi muda, dan
pemantapan pelaksanaan program di lapangan (Rachmayani 2015).
3. Ruang Lingkup Program Keluarga Berencana
Ruang lingkup program KB mencakup sebagai berikut:
a. Ibu
Dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran. Adapun manfaat yang
diperoleh oleh ibu adalah sebagai berikut:
1) Tercegahnya kehamilan yang berulang kali dalam jangka waktu yang terlalu
pendek, sehingga kesehatan ibu dapat terpelihara terutama kesehatan organ
reproduksinya.
2) Meningkatkan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh adanya
waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anak dan beristirahat yang cukup
karena kehadiran akan anak tersebut memang diinginkan.
b. Suami
Dengan memberikan kesempatan suami agar dapat melakukan hal berikut:
1) Memperbaiki kesehatan fisik
10

2) Mengurangi beban ekonomi keluarga yang ditanggungnya


c. Seluruh keluarga
Dilaksanakannya program KB dapat meningkatkan kesehatan fisik,
mental, dan sosial setiap anggota keluarga; dan bagi anak dapat memperoleh
kesempatan yang lebih besar dalam hal pendidikan serta kasih sayang orang
tuanya.
Ruang lingkup KB secara umum adalah sebagai berikut :
1) Keluarga berencana
2) Kesehatan reproduksi remaja
3) Ketahanan dan pemberdayaan keluarga
4) Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas
5) Keserasian kebijakan penduduk
6) Pengelolaan SDM aparatur
7) Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan
8) Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur negara (Sulistyawati,
2011).

C. Akseptor Keluarga Berencana (KB)


Akseptor KB adalah pasangan usia subur (PUS) yang sedang
menggunakan salah satu alat metode atau alat kontrasepsi. Macam-macam
akseptor KB yaitu :
a. Akseptor KB baru
Akseptor KB baru adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang baru pertama
kali menggunakan alat kontrasepsi setelah mengalami persalinan atau
keguguran.
b. Akseptor KB Aktif
Akseptor KB aktif adalah peserta KB yang terus menggunakan alat
kontrasepsi tanpa diselingi kehamilan.
c. Akseptor KB ganti cara
Akseptor KB ganti cara adalah peserta KB yang berganti pemakaian dari
suatu metode kontrasepsi lainnya tanpa diselingi kehamilan. Untuk
11

menyiapkan akseptor KB ini menggunakan cara komunikasi, informasi dan


edukasi (KIE).
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian dari
akseptor KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang masih menggunakan
salah satu metode atau alat kontrasepsi (Rizki, 2014).

D. Kontrasepsi
1. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berati “mencegah” atau “melawan”
dan konsepsi yang berati pertemuan antara sel telur yang matang dan sperma
yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari
atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur
yag matang dengan sperma. Untuk itu, maka yang membutuhkan kontrasepsi
adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan intim/seks dan keduanya
memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan (Suratun,
2008).
2. Efektivitas (daya guna) Kontrasepsi
Efektivitas atau daya guna suatu cara kontrasepsi dapat dinilai pada 2
tingkat, yakni :
a) Daya guna teoritis (theoretical effectiveness), yaitu kemampuan suatu cara
kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan,
apabila cara tersebut digunakan terus-menerus dan sesuai dengan petunjuk
yang diberikan.
b) Daya guna pemakaian (use effectivennes), yaitu kemampuan kontrasepsi
dalam keadaan sehari-hari dimana pemakaiannya dipengaruhi oleh faktor-
faktor seperti pemakai tidak hati-hati, kurang taat pada peraturan, dan
sebagainya (Wiknjosastro, 2005).
3. Faktor-faktor yang Berperan dalam Pemilihan Kontrasepsi
Beberapa faktor yang mempengaruhi akseptor dalam memilih metode
kontrasepsi antara lain sebagai berikut:
a. Faktor pasangan dan motivasi, meliputi:
1) Umur
12

2) Gaya Hidup
3) Frekuensi senggama
4) Jumlah keluarga yang diinginkan
5) Pengalaman dengan metode kontrasepsi yang lalu
b. Faktor kesehatan, meliputi:
1) Status kesehatan
2) Riwayat haid
3) Riwayat keluarga
4) Pemeriksaan fisik dan panggul
c. Faktor metode kontrasepsi
1) Efektivitas
2) Efek samping
3) Biaya (Proverawati, 2010).

E. Metode Kontrasepsi
1. Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi hormonal adalah kontrasepsi yang di dalamnya mengandung
hormon estrogen dan progesteron. Metode kontrasepsi hormonal dibagi
menjadi dua yaitu kombinasi (mengandung hormon progesteron dan estrogen
sintetik) dan yang hanya berisi progesteron saja. Sedangkan kontrasepsi
hormonal yang berisi progesteron terdapat pada pil, suntik, dan implant.
Mekanisme kerja kontrasepsi hormonal dibedakan berdasarkan jenis hormon
yang terkandung didalamnya (Furry 2016). Berikut jenis kontrasepsi
hormonal:
a. Kontrasepsi Oral/Pil
Kontrasepsi pil adalah suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang
berbentuk pil atau tablet didalam strip yang berisi gabungan hormon estrogen
dan progesterone atau yang hanya terdiri dari hormon progesterone saja.
Kebijaksanaan penggunaan pil diarahkan terhadap pemakaian pil dosis
rendah, tetapi meksipun demikian pil dosis tinggi masih disediakan terutama
untuk membina peserta KB lama yang menggunakan dosis tinggi (Suratun,
2008).
13

Kontrasepsi oral/pil dikenal dengan 4 tipe kontrasepsi oral, yakni tipe


kombinasi, tipe sekuensial, pil mini, dan pil pasca senggama (morning after
pill). Tetapi yang banyak digunakan adalah tipe kombinasi dan mini pil karena
dikenal dengan efektivitasnya yang tinggi (Ganiswarna, 1995).
b. Kontrasepsi Suntik
Menurut Hartanto (2003: 142) dua kontrasepsi suntikan berdaya kerja
lama yang sekarang banyak dipakai adalah:
1) Suntik Kombinasi (1 bulan)
Kontrasepsi suntik bulanan merupakan metode suntikan yang
pemberiannya tiap bulan dengan jalan penyuntikan secara intramuscular
sebagai usaha pencegahan kehamilan berupa hormon progesterone dan
estrogen pada wanita usia subur. Penggunaan kontrasepsi suntik
mempengaruhi hipotalamus dan hipofisis yaitu menurunkan kadar FSH dan
LH sehingga perkembangan dan kematangan folikel de Graaf tidak terjadi
(Mulyani dan Rinawati, 2013).
Jenis suntikan 1 bulan antara lain:
a) Suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo Medroksiprogesterone Asetat dan
5 mg Estradiol
b) Sipionat yang diberikan injeksi intramuscular (IM) sebulan sekali
(Cyclofem) dan 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat
yang diberikan injeksi IM sebulan sekali (Mulyani dan Rinawati, 2013).
2) Suntik Progestin (Tribulan)
Suntik tribulan merupakan metode kontrasepsi yang diberikan secara
intramuscular setiap tiga bulan. Keluarga berencana suntik merupakan metode
kontrasepsi efektif yaitu metode yang dalam penggunaannya mempunyai
efektifitas atau tingkat kelangsungan pemakaian relatif lebih tinggi serta angka
kegagalan relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan alat kontrasepsi
sederhana (BKKBN, 2002).
Jenis kontrasepsi tribulan yaitu DMPA (Depo Medroxy Progesterone
Asetat) atau Depo Provera yang diberikan tiap tiga bulan dengan dosis 150 mg
yang disuntik secara Intra Muscular (Mulyani dan Rinawati, 2013).
14

c. Kontrasepsi Implant
Kontrasepsi Implant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung
Levonogestrel yang dibungkus dalam kapsul silastic silicon
(polydimethylsiloxane) dan dipasang dibawah kulit. Sangat efektif (kegagalan
0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan) (Mulyani dan Rinawati, 2013).
Terdapat 3 jenis Implant, yaitu:
a) Norplant
Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm
dengan diameter 2,4 mm yang diisi dengan 36 mg Levonogestrel dan lama
kerjanya 5 tahun.
b) Implanon dan Sinoplant
Terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm dan
diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-Keto-desogestrel dan lama
kerjanya 3 tahun.
c) Jadena dan Indoplant
Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg Levonogestrel dengan lama
kerjanya 3 tahun (Mulyani dan Rinawati, 2013).
2. Kontrasepsi Non Hormonal
Kontrasepsi non hormonal adalah kontrasepsi yang tidak mengandung
hormone baik estrogen maupun progesterone. Jenis-jenis kontrasepsi non
hormonal meliputi metode sederhana (metode kalender, metode suhu basal,
metode lendir serviks, metode simptotermal, senggama terputus atau coitus
interuptus, kondom, diafragma dan spermisida), dan metode modern (IUD
tanpa hormon, MOW, MOP) (Hartanto, 2004).
a. Metode Kalender
Metode kalender atau pantang berkala merupakan metode Keluarga
Berencana Alamiah (KBA) yang paling tua. Metode kalender atau pantang
berkala adalah metode kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh pasangan
suami istri dengan tidak melakukan senggama atau hubungan seksual pada
masa subur atau ovulasi. Knaus berpendapat bahwa ovulasi terjadi tepat 14
hari sebelum menstruasi berikutnya (Mulyani dan Rinawati, 2013).
15

b. Metode Suhu Basal


Metode suhu basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama
istirahat atau dalam keadaan istrirahat (tidur). Pengukuran suhu basal
dilakukan pada pagi hari segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan
aktivitas lainnya. Ibu dapat mengenali masa subur ibu dengan mengukur ushu
badan secara teliti menggunakan termometer khusus yang bisa mencatat
perubahan suhu sampai 0,1°C untuk mendeteksi, bahkan suatu perubahan
kecil suhu tubuh (Mulyani dan Rinawati, 2013).
Suhu normal tubuh sekitar 36 – 37°C. Pada waktu ovulasi, suhu akan
turun terlebih dahulu dan naik menjadi 37 – 38°C kemudian tidak akan
kembali pada suhu 35°C. Pada saat itulah terjadi masa subur atau ovulasi.
Kondisi kenaikan suhu tubuh ini akan terjadi sekitar 3 – 4 hari, kemudian akan
turun kembali sekitar 2°C dan akhirnya kembali suhu tubuh normal sebelum
menstruasi. Hal ini terjadi karena produksi progesteron menurun (Proverawati,
2010).
c. Metode Lendir Serviks
Metode lendir serviks merupakan metode Keluarga Berencana Alamiah
(KBA) dengan cara mengenali masa subur dari siklus menstruasi dengan
mengamati lendir serviks dan perubahan rasa pada vulva menjelang hari-hari
ovulasi. Bila disekitar alat kelamin terasa basah memasuki masa subur. Bila
disekitar alat kelamin terasa kering maka memasuki masa tidak subur
(Proverawati, 2010).
d. Metode Simpto-thermal
Metode simpto-thermal merupakan metode keluarga berencana alamiah
(KBA) yang mengidentifikasi masa subur dari siklus menstruasi wanita.
Metode simpto-thermal mengkombinasikan metode suhu basal dan mukosa
serviks (Proverawati, 2010).
e. Metode Coitus interuptus (senggama terputus)
Metode senggama terputus adalah metode keluarga berencana alamiah
(KBA), dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina
sebelum mencapai ejakulasi (Mulyani dan Rinawati, 2013).
16

f. Kondom
Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang terbuat dari
berbagai bahan diantaranya karet (lateks), plastik (vinil) atau bahan alami
(produksi hewani) yang dipasang pada penis untuk menampung sperma ketika
seorang pria mencapai ejakulasi saat berhubungan seksual. Kondom terbuat
dari karet sintetis yang tipis, berbentuk silinder dengan muaranya berpinggir
tebal yang digulung berbentuk rata. Standar kondom dilihat dari ketebalannya,
yaitu 0,02 mm. Jenis-jenis kondom meliputi kondom dengan aroma dan rasa,
kondom berulir, kondom ekstra tipis, kondom bintik, kondom wanita, kondom
getar, kondom baggy dan kondom biasa (Mulyani dan Rinawati, 2013).
g. Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari karet (lateks)
yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup
serviks (Mulyani dan Rinawati, 2013).
h. Spermisida
Spermisida merupakan sediaan kimia (biasanya non oksinol-9) yang dapat
membunuh sperma. Tersedia dalam bentuk busa vagina, krim, gel dan
suppositoria. Spermisida ditempatkan di vagina sebelum berhubungan seksual.
Kontrasepsi ini juga menyediakan barier fisik ke sperma (Mulyani dan
Rinawati, 2013).
i. Intra Uterine Device (IUD)
IUD merupakan alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan, karena
dianggap sangat efektif dalam mencegah kehamilan dan memiliki manfaat
yang relatif banyak dibanding alat kontrasepsi lainnya. Diantaranya tidak
mengganggu saat coitus (hubungan badan), dapat digunakan sampai
menopause dan setelah IUD dikeluarkan dalam rahim, bisa dengan mudah
subur kembali (Mulyani dan Rinawati, 2013).
j. Tubektomi
Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang
mengakibatkan wanita tersebut tidak akan mendapatkan keturunan lagi. Jenis
kontrasepsi ini bersifat permanen, karena dilakukan penyumbatan pada
17

saluran terlur wanita yang dilakukan dengan cara diikat, dipotong, ataupun
dibakar (Proverawati, 2010).
k. Vasektomi
Vasektomi adalah metode sterilisasi dengan cara mengikat saluran sperma
(vas deferens) pria. Beberapa alternatif untuk mengikat saluran sperma
tersebut, yaitu dengan mengikat saja, memasang klip tantalum, kauterisasi,
menyuntikkan sclerotizing agent, menutup saluran dengan jarum, dan
kombinasinya (Proverawati, 2010).

F. Pil KB
1. Pengertian Pil KB
Pil KB adalah suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil atau
tablet dalam strip yang berisi gabungan hormon estrogen dan progesterone
atau hanya terdiri dari progesterone saja. Kebijaksanaan penggunaan pil
diarahkan terhadap pemakaian pil dosis rendah, tetapi meskipun demikian pil
dosis tinggi masih disediakan terutama untuk membina peserta KB lama yang
menggunakan dosis tinggi (Suratun, 2008).
Pil KB ini memberikan keuntungan yaitu tetap membuat menstruasi
teratur, mengurangi kram atau sakit saat menstruasi. Kesuburan juga dapat
kembali pulih dengan cara menghentikan pemakaian pil ini. Pil KB termasuk
metode yang efektif saat ini. Cara kerja pil KB adalah dengan mencegah
pelepasan sel telur. Pil ini mempunyai tingkat keberhasilan yang tinggi (99%)
bila digunakan dengan tepat dan secara teratur (Proverawati, 2010).
Kontrasepsi pil terdiri atas dua jenis pil yaitu pil kombinasi yang berisi
hormon estrogen dan progesterone atau hanya berisi hormon progesterone saja
yang sering disebut dengan mini pil atau pil progestin. Pada pemakaian pil
kombinasi maka terjadi penggunaan terus menerus sehingga mengakibatkan
terjadinya hambatan sekresi pada Gonadotropin Realising Hormone (GnRH)
dan gonadotropin sehingga tidak terjadi proses ovulasi. Sementara pada
progestin akan mengakibatkan penambahan kekentalan mukus serviks dan
penetrasi sperma terhambat, dan terjadi gangguan keseimbangan hormonal
18

dan hambatan pada progesterone, sehingga menyebabkan hambatan niadasi


dan gangguan pergerakan tuba (Furry 2016).
2. Jenis-jenis Kontrasepsi Pil
a. Pil Kombinasi
1) Pengertian Pil Kombinasi
Pil Kombinasi adalah pil yang mengandung hormon estrogen dan
progesterone, sangat efektif (bila diminum setiap hari). Pil harus diminum
setiap hari pada jam yang sama. Pada bulan-bulan pertama, efek samping
berupa mual dan perdarahan bercak yang tidak berbahaya dan segera akan
hilang. Efek samping serius sangat jarang terjadi. Pil kombinasi dapat dipakai
pada semua ibu usia reproduksi baik yang mempunyai anak maupun belum
mempunyai anak (Mulyani dan Rinawati 2013). Pil KB kombinasi
mengandung hormon aktif dan tidak aktif, termasuk:
a) Conventional Pack
Paket konvesional biasanya berisi 21 pil dengan hormon aktif dan 7 pil
dengan hormon tidak aktif atau 24 pil aktif dan 4 pil tidak aktif. Haid terjadi
setiap bulan selama seminggu ketika minum pil pada hari ke 4 – 7 dari pil
terakhir yang tidak aktif (Proverawati, 2010).
b) Continuous Dosing or Extended Cycle
Merupakan pil kombinasi yang berisi 84 pil dengan hormon aktif dan 7 pil
dengan hormon tidak aktif. Haid terjadi setiap empat kali setahun selama
seminggu ketika minum pil pada hari 4 – 7 dari pil terakhir yang tidak aktif.
Tersedia juga pil KB yang mengandung 28 pil dengan hormon aktif yang
dapat mencegah haid (Proverawati, 2010).
2) Jenis Pil Kombinasi
a) Monofasik
Monofasik adalah pil kombinasi yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen dan progesteron dalam dosis yang sama,
dengan 7 tablet tanpa hormon aktif (Proverawati, 2010).
19

b) Bifasik
Bifasik adalah pil kombinasi yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen dan progesteron dengan dua dosis yang
berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif (Proverawati, 2010).
c) Trifasik
Trifasik adalah pil kombinasi yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen dan progesteron dengan tiga dosis yang
berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif (Proverawati, 2010).
3) Gambar Pil Kombinasi

Pil kombinasi isi 28 Pil kombinasi isi 21

Gambar 2.1 Pil Kombinasi

4) Cara Kerja Pil Kombinasi


a) Menekan ovulasi
b) Mencegah implantasi
c) Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma
d) Pergeseran tuba tergantung sehingga transportasi telur dengan sendirinya
akan terganggu pula (Saifuddin, 2010).
5) Manfaat Pil Kombinasi
a) Memiliki efektivitas yang tinggi (hampir menyerupai efektivitas
tubektomi), bila digunakan setiap hari (1 kehamilan per 1000 perempuan
dalam tahun pertama penggunaan)
b) Resiko terhadap kesehatan sangat kecil
20

c) Tidak mengganggu hubungan seksual


d) Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid berkurang (mencegah
anemia), tidak terjadi nyeri haid
e) Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan masih ingin
menggunakannya untuk mencegah kehamilan
f) Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause
g) Mudah dihentikan setiap saat
h) Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan
i) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat
j) Membantu mencegah :
(1) Kehamilan ektopik
(2) Kanker ovarium
(3) Kanker endometrium
(4) Kista ovarium
(5) Penyakit radang panggul
(6) Kelainan jinak pada payudara
(7) dismenore atau akne (Arum, Sujiyatini, 2009).
6) Keterbatasan Pil Kombinasi
a) Mahal dan membosankan karena harus menggunakannya setiap hari
b) Mual, terutama pada 3 bulan pertama
c) Perdarahan bercak atau perdarahan sela, terutama 3 bulan pertama
d) Pusing
e) Nyeri payudara
f) Berat badan naik sedikit, tetapi pada perempuan tertentu kenaikan berat
badan justru memiliki dampak positif
g) Berhenti haid (amenorhea), jarang pada pil kombinasi
h) Tidak boleh diberikan pada perempuan menyusui (mengurangi ASI)
i) Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan depresi, dan
perubahan suasana hati, sehingga keinginan untuk melakukan hubungan
seks berkurang
21

j) Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan, sehingga resiko


stroke, dan gangguan pembekuan darah pada vena dalam sedikit
meningkat. Pada perempuan usia > 35 tahun dan merokok perlu hati-hati
k) Tidak mencegah IMS (Infeksi Menular Seksual), HBV, HIV/AIDS
(Saifuddin, 2010).
7) Indikasi Pil Kombinasi
Pada prinsipnya hampir semua ibu boleh menggunakan pil kombinasi,
seperti:
a) Usia reproduksi
b) Telah memiliki anak ataupun yang belum memiliki anak
c) Gemuk atau kurus
d) Menginginkan metode kontrasepsi dengan efektivitas tinggi
e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui
f) Setelah melahirkan 6 bulan yang tidak memberikan ASI eksklusif,
sedangkan semua cara kontrasepsi yang dianjurkan tidak cocok bagi ibu
tersebut
g) Pasca keguguran
h) Anemia karna haid berlebihan
i) Nyeri haid hebat
j) Siklus haid tidak teratur
k) Riwayat kehamilan ektopik
l) Kelainan payudara jinak
m) Kencing manis tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh darah, mata, dan
saraf
n) Penyakit tiroid, penyakit radang panggul, endometriosis, atau tumor
ovarium jinak
o) Menderita tuberkulosis (kecuali yang sedang menggunakan rifampisin)
p) Varises vena (Saifuddin, 2010).
8) Kontraindikasi Pil Kombinasi
a) Hamil atau dicurigai hamil
b) Menyusui eksklusif
c) Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya
22

d) Penyakit hati akut (hepatitis)


e) Perokok dengan usia > 35 tahun
f) Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah > 180/110 mmHg
g) Riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau kencing manis > 20 tahun
h) Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara
i) Migrain dan gejala neurologik fokal (epilepsi/riwayat epilepsi)
j) Tidak dapat menggunakan pil secara teratur tiap hari (Saifuddin, 2010).
9) Waktu Mulai Menggunakan Pil Kombinasi
a) Setiap saat selagi haid, untuk meyakinkan kalau perempuan tersebut tidak
hamil
b) Hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid
c) Boleh menggunakan pada hari ke 8, tetapi perlu menggunakan metode
kontrasepsi yang lain (kondom) mulai hari ke 8 sampai hari ke 14 atau
tidak melakukan hubungan seksual sampai Anda telah menghabiskan
paket pil tersebut
d) Setelah melahirkan:
(1) Setelah 6 bulan pemberian ASI eksklusif
(2) Setelah 3 bulan dan tidak menyusui
(3) Pasca keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari)
e) Bila berhenti menggunakan kontrasepsi injeksi, dan ingin menggantikan
dengan pil kombinasi, pil dapat segera diberikan tanpa perlu menunggu
haid ( Saifuddin, 2010).
10) Cara Penggunaan Pil Kombinasi
Pil KB kombinasi diminum sesuai hari dan selanjutnya mengikuti tanda
panah yang menunjuk deretan pil berikutnya.
a) Sebaiknya pil diminum setiap hari, lebih baik pada saat yang sama setiap
hari.
b) Pil yang pertama dimulai pada hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.
c) Sangat dianjurkan penggunaannya pada hari pertama haid.
d) Pada paket 28 pil, dianjurkan mulai minum pil plasebo sesuai dengan hari
yang ada pada paket.
23

e) Beberapa paket pil mempunyai 28 pil, yang lain 21 pil. Bila paket 28 pil
habis, sebaiknya anda mulai minum pil dari paket yang baru. Bila paket 21
habis, sebaiknya tunggu 1 minggu baru kemudian mulai minum pil dari
paket yang baru.
f) Bila muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan pil, ambil lah pil
yang lain.
g) Bila terjadi muntah hebat, atau diare lebih dari 24 jam, maka bila keadaan
memungkinkan dan tidak memperburuk keadaan Anda, pil dapat
diteruskan.
h) Bila muntah dan diare berlangsung sampai 2 hari atau lebih, cara
penggunaan pil mengikuti cara menggunakan pil lupa.
i) Bila lupa minum 1 pil (hari 1 – 21), segera minum pil setelah ingat boleh
minum 2 pil pada hari yang sama. Tidak pelu menggunakan metode
kontrasepsi yang lain. Bila lupa 2 pil atau lebih (hari 1 – 21), sebaiknya
minum 2 pil setiap hari sampai sesuai jadwal yang ditetapkan. Juga
sebaiknya digunakan metode kontrasepsi yang lain atau tidak melakukan
hubungan seksual sampai telah menghabiskan paket pil tersebut.
j) Bila tidak haid, perlu segera ke klinik untuk tes kehamilan (Saifuddin,
2010).
11) Informasi Lain yang Perlu Disampaikan
a) Pada permulaan pengguna pil kadang-kadang timbul mual, pening atau
sakit kepala, nyeri payudara, serta perdarahan bercak (spotting) yang bisa
hilang sendiri. Kelainan seperti ini muncul terutama pada 3 bulan pertama
penggunaan pil, dan makin lama penggunaannya kelainan tersebut akan
hilang dengan sendirinya. Cobalah minum pil pada saat hendak tidur atau
pada saat makan malam. Bila tetap saja muncul keluhan, silahkan
berkonsultasi kembali ke dokter.
b) Beberapa jenis obat dapat mengurangi efektivitas pil, seperti rifampisin,
fenitoin (Dilantin), barbiturat, griseofulvin, trisiklik antidepresan,
ampisilin dan penisilin, tetrasiklin. Akseptor pil KB yang memakai obat-
obatan diatas untuk jangka panjang sebaiknya menggunakan pil kombinasi
24

dengan dosis etinilestradion 50µg atau dianjurkan menggunakan metode


kontrasepsi yang lain (Saifuddin, 2010).
12) Efek Samping
a) Perdarahan pervaginam / Spotting
b) Tekanan darah meningkat
c) Perubahan berat badan
d) Kloasma
e) Tromboemboli
f) Air Susu berkurang
g) Rambut rontok
h) Varises
i) Perubahan libido
j) Depresi
k) Pusing dan sakit kepala
l) Mual atau muntah (Suratun, 2008).
Efek samping yang paling banyak dialami oleh akseptor kontrasepsi oral
kombinasi adalah peningkatan berat badan, diikuti oleh pusing/sakit kepala,
mual dan muntah, timbul jerawat, bercak saat menstruasi, amenorea,
perubahan suasana hati (Hariadini, dkk).
b. Pil Progestin / Mini Pil
1) Pengertian Pil Progestin
Kontrasepsi pil progestin (mini pil) adalah metode kontrasepsi yang
mengandung hormon steroid (progesteron sintetis saja) yang digunakan per
oral (Hidayati, 2009).
2) Jenis Pil Progestin
Tersedia 2 jenis kontrasepsi pil progestin yaitu:
a) Kemasan dengan isi 35 pil : 300 µg Levonogestrel atau 350 µg
Noretindron
b) Kemasan dengan isi 28 pil : 75 µg Desogestrel (Arum, Sujiyatini, 2009).
25

3) Gambar Pil Progestin

Mini pil/pil progestin isi 28 Mini pil/pil progestin isi 35

Gambar 2.2 Mini pil/pil progestin

4) Cara Kerja Pil Progestin


a) Menghambat ovulasi
b) Mencegah implantasi
c) Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma
d) Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma menjadi terganggu
5) Keuntungan Kontrasepsi Pil Progestin
a) Sangat efektif bila digunakan secara benar
b) Sangat efektif untuk masa laktasi
c) Tidak mengganggu hubungan seksual
d) Dosis gestagen rendah
e) Tidak mempengaruhi ASI
f) Kesuburan cepat kembali
g) Nyaman dan mudah digunakan
h) Sedikit efek samping
i) Dapat dihentikan setiap saat
j) Tidak mengandung estrogen jadi tidak menimbulkan efek samping
estrogen (Saifuddin, 2010).
6) Keterbatasan Kontrasepsi Pil Progestin
a) Hampir 30 – 60% mengalami gangguan haid (perdarahan sela, spotting,
amenorea)
b) Harus terlalu tersedia
26

c) Efektivitas berkurang apabila menyusui juga berkurang


d) Peningkatan/ penurunan berat badan
e) Harus digunakan setiap hari pada waktu yang sama
f) Bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar
g) Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis atau jerawat
h) Risiko kehamilan ektopik cukup tinggi (4 dari 100 kehamilan), tetapi
resiko ini lebih rendah jika dibandingkan dengan perempuan yang tidak
menggunakan mini pil
i) Efektivitasnya menjadi rendah bila digunakan bersamaan dengan obat
tuberkulosis atau obat epilepsi
j) Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual atau HIV/AIDS
k) Hirsutisme (tumbuh rambut/bulu berlebihan didiaerah muka), tetapi sangat
jarang terjadi (Saifuddin, 2010 dan Mulyani, 2013).
7) Indikasi Pil Progestin
a) Usia reproduksi
b) Telah memiliki anak atau yang belum memiliki anak
c) Menginginkan suatu metode kontrasepsi yang sangat efektif selama
periode menyusui
d) Pascapersalinan tidak menyusui
e) Pasca keguguran
f) Perokok segala usia
g) Mempunyai tekanan darah tinggi (selama >180/110 mmHg) atau dengan
masalah pembekuan darah
h) Tidak boleh menggunakan estrogen atau lebih senang tidak menggunakan
estrogen (Saifuddin, 2010).
8) Kontraindikasi Pil Progestin
a) Hamil atau diduga hamil
b) Perdarahan pervaginam yang bekum jelas penyebabnya
c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid
d) Menggunakan obat tuberkulosis (rifampisin), atau obat untuk epilepsi
(fenitoin dan barbiturat)
e) Kanker payudara atau riwayat kanker payudara
27

f) Sering lupa menggunakan pil


g) Miom uterus. Progestin memicu pertumbuhan miom uterus
h) Riwayat stroke. Progestin menyebabkan spasme pembuluh darah
(Saifuddin, 2010).
9) Waktu Mulai Menggunakan Pil Progestin
a) Mulai hari pertama sampai hari ke-5 siklus haid. Tidak diperlukan
pencegahan dengan kontrasepsi lain.
b) Dapat digunakan setiap saat, asal saja tidak terjadi kehamilan. Bila
menggunakannya setelah hari ke-5 siklus haid, jangan melakukan
hubungan seksual selama 2 hari atau menggunakan kontrasepsi lain untuk
2 hari saja.
c) Bila akseptor tidak haid (amenorea), mini pil dapat digunakan setiap saat,
asal saja dipastikan tidak hamil. Jangan melakukan hubungan seksual
selama 2 hari atau menggunakan kontrasepsi lain untuk 2 hari saja.
d) Bila menyusui antara 6 minggu dan 6 bulan pascapersalinan tidak haid,
minipil dapat dimulai setiap saat. Bila menyusui penuh, tidak memerlukam
metode kontrasepsi tambahan.
e) Bila lebih dari 6 minggu pasca persalinan dan akseptor telah mendapat
haid, minipil dapat dimulai pada hari 1 – 5 siklus haid.
f) Mini pil dapat diberikan segera pasca keguguran
g) Bila akseptor sebelumnya menggunakan kontasepsi hormonal lain dan
ingin menggantinya dengan minipil, minipil dapat segera diberikan, bila
saja kontrasepsi sebelumnya digunakan dengan benar atau ibu tesebut
sedang tidak hamil. Tidak perlu menunggu sampai datangnya haid
berikutnya.
h) Bila kontrasepsi yang sebelumnya adalah kontrasepsi suntikan, mini pil
diberikan pada jadwal suntikan yang berikutnya. Tidak diperlukan
penggunaan metode kontrasepsi yang lain.
i) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi non hormonal dan Ibu
tersebut ingin menggantinya dengan minipil, minipil diberikan pada hari 1
– 5 siklus haid dan tidak memerlukan metode kontrasepi lain.
28

j) Bila kontrasepsi sebelumnya yang digunakan adalah AKDR (termasuk


AKDR yang mengandung hormon), minipil dapat diberikan pada hari 1 –
5 siklus haid. Dilakukan dengan pengangkatan AKDR (Saifuddin, 2010).
10) Cara Penggunaan Kontrsepsi Pil Progestin
a) Minum pil setiap hari pada saat yang sama.
b) Minum pil yang pertama pada hari pertama haid.
c) Bila akseptor muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan pil,
minumlah pil yang lain, atau gunakan metode kontrasepsi lain bila
akseptor berniat melakukan hubungan seksual pada 48 jam berikutnya.
d) Bila akseptor menggunakan pil terlambat lebih dari 3 jam, minumlah pil
tersebut begitu akseptor ingat. Gunakan metode pelindung selama 48 jam.
e) Bila akseptor lupa 1 atau 2 pil, minumlah segera pil yang terlupa tersebut
segera saat akseptor ingat dan gunakan metode pelindung sampai akhir
bulan.
f) Walaupun akseptor belum haid, mulailah paket baru sehari setelah paket
terakhir habis.
g) Bila haid akseptor teratur setiap bulan dan kemudian kehilangan 1 siklus
(tidak haid), atau bila merasa hamil, temui petugas klinik akseptor untuk
memeriksa uji kehamilan (Saifuddin, 2010).
11) Informasi Lain yang Perlu Disampaikan
a) Terjadinya perubahan pola haid merupakan hal yang sering ditemukan
selama menggunakan minipil, terutama pada 2 atau 3 bulan pertama.
Perubahan pola haid tersebut umumnya hanya bersifat sementara dan tidak
sampai mengganggu kesehatan
b) Kadang-kadang timbul efek samping berupa peningkatan berat badan,
sakit kepala ringan, dan nyeri payudara. Semua efek samping ini tidak
berbahaya dan biasanya hilang dengan sendirinya.
c) Obat-obat tertentu seperti obat untuk tuberkulosis (rifampisin) dan
beberapa obat epilepsi dapat mengurangi efektivitas minipil. Minipil tidak
mencegah terjadinya infeksi menular seksual, termasuk AIDS. Bila
pasangannya memiliki risiko, kondom perlu digunakan (Saifuddin, 2010).
29

12) Efek Samping


a) Gangguan haid seperti: perdarahan bercak, spotting, amenorea dan haid
tidak teratur
b) Peningkatan atau penurunan berat badan
c) Nyeri tekan payudara
d) Mual
e) Pusing
f) Perubahan suasana hati
g) Dermatitis atau jerawat
h) Kembung
i) Depresi (Mulyani, 2013).
c. Kepatuhan Minum Pil KB
Menurut Kaplan dkk, 1997 kepatuhan adalah derajat dimana pasien
mengikuti anjuran klinis dari dokter yang mengobatinya, sedangkan menurut
Sacket kepatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan
yang diberikan oleh profesional kesehatan. Beberapa hal yang dapat
mempengaruhi kepatuhan menurut Suddart dan Brunner (2002) antara lain
seperti usia, jenis kelamin, suku bangsa, status sosio ekonomi dan pendidikan.
Sedangkan faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan menurut Niven (2002)
adalah pemahaman tentang intruksi yang diberikan kepada seseorang, kualitas
interaksi antara profesional kesehatan dan klien, isolasi sosial dan keluarga
serta keyakinan, sikap dan kepribadian dari seseorang (Yenie, 2016).

G. Kecamatan Kotabumi
Kecamatan Kotabumi adalah salah satu kecamatan dari 23 kecamatan
yang berada di Kabupaten Lampung Utara dengan luas kecamatan 5.911 Ha,
jumlah penduduk 53.160 jiwa, yang terdiri dari penduduk laki-laki berjumlah
26.827 jiwa dan penduduk wanita berjumlah 26.333 jiwa.
Kecamatan Kotabumi merupakan salah satu dari 23 kecamatan di
Kabupaten Lampung Utara dengan Ibukota Kecamatan berada di Kelurahan
Kotabumi Ilir. Kecamatan Kotabumi sekaligus menjadi Ibukota Kabupaten
Lampung Utara, terletak pada posisi 140 Bujur Timur 4,45 Lintang Selatan
30

dengan ketinggian 48 meter diatas permukaan laut. Secara topografi wilayah


Kecamatan Kotabumi sebagian besar daerahnya adalah dataran rendah dan
dataran sedang.
Secara administrasi Kecamatan Kotabumi berdasarkan Peraturan Daerah
Kabupaten Lampung Utara No. 20 tahun 2000 tentang pembentukan
Kecamatan membawahi 13 desa/keluarahan yaitu:
1. Desa Kotabumi Tengah Barat
2. Desa Bojong Barat
3. Desa Talang Bojong
4. Desa Sumber Arum
5. Kelurahan Kotabumi Ilir
6. Kelurahan Kotabumi Tengah
7. Kelurahan Kotabumi Pasar
8. Kelurahan Kotabumi Udik
9. Kelurahan Sindang Sari
10. Kelurahan Cempedak
11. Kelurahan Sribasuki
12. Kelurahan Kota Gapura
13. Kelurahan Rejosari
(BPS Kecamatan Kotabumi, 2014)
31

H. Kerangka Teori

Pasangan Usia Subur

(PUS)

Program Keluarga
Berencana (KB)

Kontrasepsi Hormonal Kontrasepsi Non


Hormonal

1. Pil
2. Suntik 1. Metode suhu basal
3. Implant 2. Metode kalender
(Furry,2016) 3. Metode lendir
serviks
4. Metode
simptothermal
Pil Kombinasi Pil Progestin
5. Metode senggama
terputus
6. Kondom
7. Diafragma
1. Pengertian pil 8. IUD (Intra Uterine
2. Jenis pil Device)
3. Cara kerja pil 9. Spermisida
4. Manfaat pil 10. Tubektomi
5. Keterbatasan pil 11. Vasektomi
6. Indikasi pil (Hartanto, 2004)
7. Kontraindikasi pil
8. Waktu mulai
menggunakan pil
9. Cara penggunaan pil
Karakteristik akseptor yang meliputi
10. Informasi lain yang perlu
umur dan lama penggunaan pil KB,
disampaikan
Ketetepatan cara penggunaan pil
11. Efek samping
KB, frekuensi minum pil KB, dosis
(Proverawati, 2010 dan
minum pil KB, kepatuhan minum
Saifuddin, 2010).
pil KB, akseptor yang mengalami
efek samping, efek samping yang
dialami akseptor, sumber dimana
mendapatkan pil, sumber informasi
mengenai cara penggunaan pil KB.

Gambar 2.3 Kerangka Teori


32

I. Kerangka Konsep

Kontrasepsi Pil

Penggunaan

Karakteristik Cara Penggunaan


Akseptor

1. Tepat cara aturan


pakai penggunaan
pil KB
2. Tepat frekuensi
minum pil KB
3. Tepat dosis pil yang
diminum perhari nya
4. Kepatuhan minum
pil KB
5. Akseptor yang
mengalami efek
samping dari pil KB
6. Efek samping yang
timbul pada akseptor
pil KB
7. Sumber akseptor
mendapatkan pil KB
8. Sumber informasi
mengani cara
penggunaan pil KB
(Kemenkes RI,
2011)

Gambar 2.4 Kerangka Konsep


33

J. Definisi Operasional

Tabel 2.1 Definisi Operasional

N Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala


o
1 Karakteristik akseptor
a. Usia Lama hidup Lembar Wawancara 1. < masa usia Ordinal
akseptor sejak wawancara terpimpin subur ( ≤ 15
lahir sampai saat tahun)
dilakukan 2. Pasangan
pengambilan data usia subur
penelitian (15 – 49
tahun)
3. > masa usia
subur ( ≥ 15
tahun)
(BKKBN)
b. Lama Lama penggunaan Lembar Wawancara 1. 1 – 11 bulan Ordinal
penggunaan pil KB sejak awal wawancara terpimpin 2. 1 – 5 tahun
pemakaian pil KB 3. 6 – 10 tahun
sampai saat 4. 11 – 15
dilakukan tahun
pengambilan data 5. 16 – 20
penelitian tahun
6. ≥ 20 tahun
2 Tepat cara Cara pemakaian Lembar Wawancara 1. Tepat Ordinal
aturan pakai pil dilakukan wawancara terpimpin 2. Tidak tepat
penggunaan pil sesuai aturan
KB pakainya
(mengikuti tanda
panah dan minum
pil setiap hari
dimulai pada hari
1-7 siklus haid)
3 Tepat frekuensi Frekuensi minum Lembar Wawancara 1. Tepat Ordinal
minum pil KB pil KB dalam wawancara terpimpin 2. Tidak tepat
sehari adalah 1
kali
4 Tepat dosis Dalam 1 hari Lembar Wawancara 1. Tepat Ordinal
pengunaan pil akseptor hanya wawancara terpimpin 2. Tidak tepat
KB minum 1 dosis
yaitu setara dengan
1 pil aktif
5 Kepatuhan Kepatuhan Lembar Wawancara 1. Patuh Ordinal
minum pil KB akseptor meminum wawancara terpimpin 2. Tidak patuh
pil KB yaitu yang
tidak pernah
lupa/putus minum
pil selama sedang
pemakaian aktif pil
34

6 Efek samping

a.Akseptor Akseptor yang Lembar Wawancara 1. Ada Ordinal


yang mengalami efek wawancara terpimpin 2. Tidak ada
mengalami yang tidak
efek samping diinginkan selain
dari efek terapi pada
dosis terapi

b.Efek Efek yang timbul Lembar Wawancara 1. Perubahan Nominal


samping yang dan wawancara terpimpin berat badan
timbul pada dialami/dirasakan 2. Spotting/
akseptor akseptor selain dari perdarahan
efek terapi pervaginam
(pencegah 3. Tekanan
kehamilan) yang darah
terjadi pada dosis meningkat
terapi. 4. Kloasma
5. Tromboemb
oli
6. Air Susu
Berkurang
7. Rambut
rontok
8. Varises
9. Perubahan
libido
10. Depresi
11. Pusing dan
sakit kepala
12. Mual dan
muntah
13. Kombinasi
mual +
pusing
14. Kombinasi
peningkatan
BB +
kloasma
(Suratun, 2008).
8 Sumber Sumber dimana Lembar Wawancara 1. Apotek Nominal
mendapat akseptor wawancara terpimpin 2. Bidan
kan pil mendapatkan paket praktek
pil KB pada saat mandiri
penelitian ini 3. Puskesmas
4. Rumah sakit
5. Lainnya

9 Sumber Sumber Informasi Lembar Wawancara 1. Tenaga Nominal


Informasi yang didapatkan wawancara terpimpin kesehatan
oleh akseptor 2. Tetangga
mengenai 3. Brosur
penggunaan pil kemasan
kontrasepsi obat
4. Tenaga
kesehatan
dan
orang lain
35

5. Orang lain
dan brosur
kemasan
obat

Anda mungkin juga menyukai