Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN


REPRODUKSI DI UPT PUSKESMAS KURIPAN
KABUPATEN LOMBOK BARAT

Untuk memenuhi persyaratan Stase Holistik Keluarga Berencana


dan Kesehatan Reproduksi

Disusun Oleh :

ENDRI SUASTIKA MARTIANA


P07124222011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


POLTEKKES KEMENKES MATARAM
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Stase Fisiologis Holistik Keluarga Berencana dan


Kesehatan Reproduksi Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana dan Kesehatan
Reproduksi di UPT BLUD Puskesmas Kuripan Kabupaten Lombok Barat telah
diperiksa dan disahkan pada tanggal Januari 2023.

Mataram, Januari 2023

Pembimbing Klinik Pembimbing Institusi

Sri Mulyani, Amd.Keb dr.Fachrudi Hanafi,M.Kes


NIP: 197811252002122005 NIP: 196610221998031003
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas


berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
Laporan Pendahuluan Asuhan Kebidanan Holistik pada Keluarga Berencana dan
Kesehatan Reproduksi ini tepat pada waktunya.Dalam penyusunan laporan
pendahuluan ini,penyusun mendapatkan mendapatkan banyak bantuan, bimbingan
pengarahan dari berbagai pihak.Untuk itu dengan segala kerendahan hati
penyusun menyampaikan ucapan terima kasih banyak kepada:
1. Bapak dr. Yopi Harwinanda Ardesa,M.Kes, selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Mataram.
2. Bapak M.Husni,SKM selaku Kepala di UPT BLUD Puskesmas Kuripan
3. Ibu Dr. Sudarmi, S.ST.,M.Biomed. selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Mataram.
4. Ibu Hj. Iin Rumintang SST.,M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Kebidanan
Politeknik Kesehatan Mataram.
5. Ibu Sri Muliyani,Amd.Keb selaku Pembimbing Lahan di UPT BLUD
Puskesmas Kuripan
6. Dr.Fachrudi Hanafi,M.Kes selaku Pembimbing Pendidikan.
7. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Laporan Pendahuluan Keluarga
Berencana dan Kesehatan Reproduksi ini belum sempurna.Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

Mataram, Januari 2023

Penulis
LAPORAN PENDAHULUAN
TINJAUAN TEORI

1. Konsep Dasar Keluarga Berencana


a. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata “Kontra” yang berarti mencegah atau
melawan, sedangkan “Konsepsi” adalah pertemuan antara sel telur (ovum)
yang matang dan sel sperma yang menyebabkan kehamilan. Jadi alat
kontrasepsi adalah segala macam alat yang digunakan oleh satu pihak atau
kedua pihak untuk menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai
akibat pertemuan sel sperma dan sel telur (ovum) yang sudah matang.
Manfaat alat kontrasepsi yaitu mencegah terjadinya kematian ,dan
mengurangi angka kesakitan ibu dan anak, mengatur kelahiran anak sesuai
yang diinginkan dan menghindari terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan
(Depkes RI, 2016).
KB menurut World Healty Organization (WHO) adalah tindakan yang
membantu individu atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran
tidak diinginkan, mendapat kelahiran yang diinginkan, mengatur interval
antara kelahiran, mengontrol waktu kelahiran dalam hubungan dengan umur
suami dan istri, serta menentukan jumlah anak dalam keluarga(Setiani ,2019).
b. Pengertian Keluarga Berencana
Pengertian Keluarga Berencana secara umum dapat diuraikan bahwa
keluarga berencana ialah suatu usaha yang mengatur banyaknya jumlah
kelahiran sedemikian rupa sehingga bagi ibu maupun bayinya dan bagi ayah
serta keluarganya atau masyarakat yang bersangkutan tidak akan
menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kelahiran tersebut (Koes
Irianto,2014).
c. Tujuan Keluarga Berencana
Tujuan dari keluarga berencana meliputi :
1) Mengatur waktu, jarak dan jumlah kehamilan.
2) Mencegah atau memperkecil kemungkinan seorang perempuan hamil
mengalami komplikasi yang membahayakan jiwa atau janin selama
kehamilan, persalinan dan nifas.
3) Mencegah atau memperkecil terjadinya kematian pada seorang wanita
yang mengalami komplikasi selama kehamilan, persalinan, dan nifas.
Peranan KB sangat diperlukan untuk mencegah kehamilan yang
tidak diinginkan, unsafe abortion dan komplikasi yang pada akhirnya
dapat mencegah kematian ibu. Selain itu, Keluarga Berencana merupakan
hal yang sangat strategis untuk mencegah kehamilan “Empat Terlalu”
(terlalu muda, terlalu tua, teralu sering dan terlalu banyak) (Kemenkes RI,
2014).
d. Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan alat Kontrasepsi.
1) Faktor predisposisi,meliputi :
a) Usia
Umur seseorang mempengaruhi jenis kontrasepsi yang dipilih.
Usia diatas 20 tahun merupakan masa menjarangkan kehamilan atau
mencegah kehamilan sehingga pilihan mereka lebih memilih
cenderung memakai kontrasepsi( Maula, Aminatul, 2014).Usia
merupakan suatu indeks perkembangan seseorang. Usia individu
terhitung mulai saat dilahirkan , semakin cukup umur, tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir
dan bekerja (Nurhayati dan Mariyam, 2013).
b) Pendidikan
Pendidikan merupakan sarana utama dan suksesnya tujuan
pelaksanaan keluarga berencana. Pendidikan diperlukan untuk
mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan,
sehingga dapat meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup, wanita
berpendidikan tinggi berkeinginan memiliki sedikit anak
dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah (Saskara, Ida, &
Marhaeni, 2015)
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi
respon terhadap sesuatu yang dating dari luar,Orang yang
berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional
terhadap informasi yang dating dan akan berpikir sejauh mana
keuntungan mempunyai pendidikan yang lebih tinggi
(Notoatmojo,2010).
c) Pekerjaan
Dengan adanya pekerjaan seseorang memerlukan banyak waktu
untuk menyelesaikan pekerjaan yang dianggap penting memerlukan
perhatian masyarakat yang sibuk akan memiliki waktu yang sedikit
untuk memperoleh informasi,sehingga tingkat pengetahuan yang
mereka miliki jadi berkurang (Notoatdmodjo,2010).
d) Pendapatan
Pendapatan memiliki pengaruh terhadap keikutsertaan seseorang
dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Pendapatan seseorang tidak
dapat diukur sepenuhnya dari pekerjaan (BKKBN, 2016).
e) Jumlah anak/paritas
Jumlah anak mempengaruhi pemilihan kontrasepsi yang akan
digunakan semakin banyak anak yang dimiliki maka akan semakin
besar kecenderungan untuk menghentikan kesuburan sehingga lebih
cenderung untuk memilih kontrasepsi (Subiyatun,dkk, 2009).
1) Faktor pendukung, meliputi :
a) Ketersediaan fasilitas
Program komunikasi,edukasi dan informasi (KIE) KB di Indonesia
merupakan kegiatan penerangan dan sosialisasi program KB melalui
media.Media memiliki peranan penting dalam mensosialisasikan keluarga
berencana dan sangat penting dalam memberikan informasi bagi
perencana program untuk menentukan target populasi yang efektif dalam
melaksanakan KIE program KB,baik media cetak maupun media
elektronik yang digunakan oleh berbagai kalangan masyarakat untuk
menyebarluaskan pesan KB(BKKBN,2012).
b) Akses KB
Akses Kb yang dimaksud adalah peningkatan kualitas dan mutu pelayanan
yang memungkinkan Akseptor KB secara sadar dan bebas memilih cara
mengendalikan kelahiran yang dinginkan, aman dan terjangkau serta
memenuhi kebutuhan dan mampu memberikan kepuasan pada klien
termasuk antara lain ketanggapan, perhatian dan keramahan yang tulus dan
waktu tunggu yang tidak terlalu lama (BKKBN, 2014). Komponen
kualitas pelayanan akseptor meliputi pemilihan metode
kontrasepsi,kualitas pemberian informasi, kemampuan teknis petugas,
mekanisme Pelayanan.
3). Faktor pendorong meliputi :
a) Dukungan suami
Hubungan suami mempunyai suatu tanggung jawab yang penuh
dalam keluarga dan suami mempunyai peranan penting ketika suami
sangat dituntut bukan hanya sebagai pencari nafkah akan tetapi suami
sebagai motivator dalam berbagai kebijakan yang akan diputuskan
termasuk merencanakan keluarga berencana. Hal ini tidak terlepas dari
komunikasi atau diskusi antara kedua belah pihak (suami dan istri) terlebih
dahulu. Oleh karena itu dengan tidak adanya diskusi antara suami dan istri
dapat menjadi hambatan terhadap kelangsungan pemakaian alat
kontrasepsi.Dukungan suami yang rendah atau negative akan
mempengaruhi pengambilan keputusan seorang istri dalam memilih
kontrasepsi (Auliyah, 2015).
Dalam pengambilan keputusan pemilihan kontrasepsi IUD,
dukungan suami meliputi upaya memperoleh informasi, mengantarkan ke
pelayanan kesehatan, dan membiayai pemasangan alat kontrasepsi.
Semakin baik dukungan yang diberikan oleh suami maka dalam
pengambilan keputusan sesuai dengan keinginan suami dan istri,
sebaliknya jika dukungan suami kurang maka akan timbul ketidakpuasaan
suami dalam pemilihan kontrasepsi IUD (Susanto, 2016).
e. Sasaran Program KB
Menurut Handayani, sasaran program KB dibagi menjadi dua yaitu
sasaran secara langsung dan sasaran tidak langsung. Sasaran secara
langsung adalah PUS yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran
dengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. PUS adalah
pasangan suami istri yang istrinya berumur antara 15 sampai dengan 49
tahun. Sedangkan sasaran secara tidak langsung adalah pelaksana dan
pengelola KB dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran hidup melalui
pendekatan kebijakan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai
keluarga yang berkualitas dan sejahtera (Juliaan F, 2009).
Sedangkan sasaran strategis BKKBN tahun 2015 - 2019 yang tertera
pada Renstra BKKBN 2015-2019 adalah sebagai berikut:
1) Menurunnya Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP).
2) Menurunnya angka kelahiran total (TFR) per WUS (15 - 49 tahun).
3) Meningkatnya pemakaian kontrasepsi (CPR).
4) Menurunnya unmet need.
5) Menurunnya angka kelahiran pada remaja usia 15 -19 tahun.
6) Menurunnya kehamilan yang tidak diinginkan dari WUS (15 - 49
tahun) (Bkkbn,2016).
f. Jenis Metode Kontrasepsi
1. KB Pantang Berkala (Kalender)
Metode kalender menggunakan prinsip pantang berkala, yaitu tidak
melakukan persetubuhan pada masa subur istri. Untuk menentukan masa
subur istri digunakan tiga patokan,
(1) Ovulasi terjadi14±2 hari sebelum haid yang akan datang
(2) Sperma dapat hidup dan membuahi selama 48 jam setelah ejakulasi
(3) Ovum dapat hidup 24 jam setelah ovulasi. Jadi apabila konsepsi ingin
dicegah,koitus harus dihindari sekurang kurangnya selama 3 hari (72
jam), yaitu 48 jam sebelum ovulasi dan 24 jam sesudah ovulasi
(Sulistyawati, 2013)
2. Kondom
Kondom merupakan selubung/sarung karet sebagai alat metode
kontrasepsi atau alat untuk mencegah kehamilan dan atau penularan
penyakit kelamin pada saat bersenggama.Penggunaan kondom perlu
memperhatikan cara menggunakan kondom yang benar dan tepat. Cara
kerja kondom menurut penelitian Anggraini dkk (2021) adalah
menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara
mengemas sperma diujung selubung karet yang dipasang pada penis,
sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi
perempuan.
3. Kontrasepsi pil
1) Pengertian
Kontrasepsi pil adalah salah satu jenis kontrasepsi oral
hormonalyang diminum secara rutin setiap hari untuk mencegah
kehamilan.Hormon yang terkandung di dalam pil KB, yaitu hormon
estrogendan progreseron, adalah hormon yang sama yang diproduksi
oleh tubuh wanita.Kegagalan kontrasepsi pil oral kombinasi dapat
disebabkan karena kurangnya kepatuhan dalam mengkonsumsi pil
tersebut.
Kepatuhan diartikan sebagai sejauh mana perilaku pasien sesuai
dengan ketentuan yang diberikan oleh professional
kesehatan,sedangkan dalam teori sudah dijelaskan bagaimana cara
pemakaian pil oral kombinasi harus diminum setiap hari dan sebaiknya
pada saat yang sama.Jika pasien patuh,maka ia akan minum pil tersebut
setiap hari pada saat yang sama sesuai anjuran professional kesehatan
(Anna,Artathi,& Retnowati, 2015)
2) Jenis-jenis kontrasepsi pil
Menurut (Nani, 2018) Pil KB harus dikonsumsi secara rutin
setiaphari, selama 21- 35 hari dalam 1 siklus dan berkelanjutan,
sesuaidengan jenis pil KB yang dikonsumsi. Perlu diingat, wajib untuk
mengonsumsi pil KB secara rutin tanpa ada yang terlewat,agar
efektivitasnya tetap terjaga dalam mencegah kehamilan. Jenis-jenis
kontrasepsi pil :
a) Pil kombinasi
Pil KB kombinasi ini merupakan gabungan dari macam-
macam hormone buatan antara lain yaitu estrogen dan
progesterone,kemudian membuat ovarium mengeluarkan sel
telurnya. Kondisi seperti ini mencegah bertemunya sel telur dan sel
sperma. Tidak semua wanita bisa menggunakan Pil Kombinasi
seperti halnya wanita yang memiliki masalah Kesehatan.Masalah
Kesehatan yang meliputi menderita penykit hepatitis,penyakit
pembekuan darah,gejala stroke dan menderita penyakit diabetes.
b) Pil KB laktasi
Pil KB laktasi adalah jenis yang cocok untuk wanita
menyusui atau wanita yang mempunyai alergi terhadap hormon
estrogen. Pii KB laktasi hanya mengandung hormone progestin
(Irmawaty dan Lumban,2020).
c) Mini pil
Mini pil ini hanya mengandung progestin saja sehingga ini
lebih aman bagi wanita yang tidak cocok dengan pil kombinasi.
Adapun ketentuan wanita yang tidak boleh mengonsumsi mini pil ini
adalah sebagai berikut:
(1) Hamil atau sudah diduga hamil
(2) Mengalami perdarahan
(3) Menderita atau mempunyai riwayat kanker payudara
(4) Menderita mioma uterus
(5) Menderita stroke
3) Keuntungan
Menurut Nani (2018) ketentuan menggunakan kontrasepsi jenis pil:
a) Pil kombinasi
Pemakaian Pil kombinasi ini cukup efektif,frekuensi koitus tidak
perlu diatur, siklus haid jadi teratur dan keluhan-keluhan dismenorea
yang primer menjadi berkurang atau hilang sama sekali.
b) Mini pil
Mini pil baik dikonsumsi oleh ibu menyusui karena tidak
mengandung zat yang menyebabkan pengurangan produksi
ASI.Mini pil ini dikonsumsi mulai hari pertama sampai hari kelima
masa haid/mentrusasi.Mini pil tidak mengganggu hubungan seksual,
nyaman dan mudah digunakan, mengurangi nyeri haid,sertake
suburan cepat kembali.
4) Kerugian dan efek samping
Menurut Nani (2018) kerugian menggunakan kontrasepsi jenis pil:
a) Pil kombinasi
Kerugian dari Pil Kombinasi ini yaitu harus dikonsumsi setiap
hari, dan menimbulkan efek samping yang bersifat sementara seperti
mual-muntah, payudaranyeri,sakit kepala.
b) Mini pil
Kerugian dari Mini Pil ini dapat menyebabkan gangguan
haid,resiko kehamilan ektopik cukup tinggi apabila mengonsumsi satu
pil saja menjadi kegagalan yang lebih besar dan peningkatan atau
penurunan berat badan.
4. Alat Kontrasepsi Implant
1) Pengertian
Kontrasepsi implant adalah suatu alat kontrasepsi yang
disusupkan dibawah kulit, biasanya dilengan bagian atas. Implant
mengandung levonogestrel, keuntungan dari metode ini tahan sampai
lima tahun,setelah kontrasepsi diambil kesuburan akan kembali
dengan segera.Efek samping dari pemakaian kontrasepsi implant ini
yaitu peningkatan berat badan karena hormone yang terkandung dapat
merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus
(Larasati,2017).
Implant merupakan alat kontrasepsi jenis lain yang bersifat
hormonal dan dimasukkan ke bawah kulit.Implan merupakan salah
satu metode kontrasepsi yang efektif berjangka waktu 2-5 tahun.
Lokasi pemasangan pada lengan atas melalui suatu tindakan operasi
kecil (Anggraini dan Martini, 2012).
2) Jenis-jenis implant terdiri
Menurut (Larasati,2017) jenis kontrasepsi implant sebagai berikut:
a) Norplant
Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan
panjang 3,4cm,dengan diameter 2,4mm yang diisi dengan 36mg
Levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
b) Implanon
Terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-
kira 40 mm dan diameter 2 mm yang diisi dengan 68mg 3
Ketodesogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
c) Indoplant
Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg
Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
3) Keuntungan
Keuntungan dari metode ini tahan sampai lima tahun,
Implant juga cepat dalam menekan ovulasi,tidak mengganggu
hubungan seks,tidak mengganggu laktasi,Pemasangan relative
mudah,hanya melalui sebuah operasi kecil meskipun
pengangkatannya relatif sulit setelah kontrasepsi diambil kesuburan
akan kembali dengan segera.Efek samping dari pemakaian
kontrasepsi implant ini yaitu peningkatan berat badan karena
hormone yang terkandung dapat merangsang pusat pengendali
nafsu makan di hipotalamus (Larasati,2017)
4) Kerugian dan efek samping
Menurut (Larasati,2017) adabe berapa kerugian
menggunakan kontrasepsi implant yaitu:
a) Pemasangan dan pencabutan memerlukan intervensi bedah.
b) Teknis asepsis (pencegahan infeksi) saat pembedahan harus
memperhatikan agar resiko infeksi bisa dihindari.
c) Pencabutan relatif lebih sulit disbanding pemasangan
d) Implant menimbulkan efek sampingan drogenik seperti kenaikan
berat badan, jerawat dan hirsutisme.
5. Kontrasepsi suntikan
1) Pengertian
Kontrasepsi suntikan adalah alat kontrasepsi yang
disuntikkan ke dalam tubuh kemudian masuk ke pembuluh darah
dan diserap oleh tubuh berguna untuk mencegah kehamilan
(Qomariah &Sartika,2019).
2) Jenis-jenis kontrasepsi suntik
Menurut (Qomariah &Sartika, 2019) beberapa jenis
kontrasepsi suntik sebagai berikut :
a) Suntik 1 bulan (Cyclofem)
Kontrasepsi suntik 1 bulan ini mengandung hormon
Medroxy progesterone Acetate (hormone progestin) dan
Estradiol Cypionate (hormone estrogen).Komposisi hormone
dan cara kerja Suntikan KB 1 Bulan mirip dengan Pil KB
Kombinasi.Suntikan pertama diberikan 7 hari pertama periode
menstruasi atau 6 minggu setelah melahirkan bila tidak
menyusui.Dosis Kontrasepsi suntik Cyclofem 25 mgMedroksi
Progesteron Asetat dan 5 mg Estrogen Sipionat diberikan
setiap bulan.
b) Suntik 3 bulan (DMPA)
Depo Medroksi progesteron Asetat (Depoprovera),
mengandung 150 mg DMPA,yang diberikan setiap 3 bulan
dengan cara disuntik intramuscular (di daerah
bokong),disimpan dalam suhu 200C– 250C. Suntikan
diberikan setiap 90 hari.
6. Alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDR)/Intrauterin edevices
Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) adalah alat kontrasepsi
yang dipasang dalam rahim dengan menjepit kedua saluran yang
menghasilkan indung telur sehingga tidak terjadi pembuahan, terdiri
dari bahan plastik polietilena, ada yang dililit oleh tembaga dan ada
yang tidak. Cara kerja dari AKDR meliputi mencegah terjadinya
fertilisasi,tembaga pada AKDR menyebabkan reaksi inflamasi
steril,toksik untuk sperma sehingga tidak mampu untuk fertilisasi
(Anggraini dkk. 2021).
7. Vasektomi
Vasektomi adalah tindakan penutupan
(pemotongan,pengikatan,penyumbatan) kedua saluran mani pria/
suami sebelah kanan dan kiri;sehingga pada waktu
bersenggama,selama tidak dapat keluar membuahi sel telur yang
mengakibatkan tidak terjadi kehamilan. Tindakan yang dilakukan
adalah lebih ringan dari pada sunat atau khitanan pada pria,dan pada
umumnya dilakukan sekitar15-45 menit,dengan cara mengikat dan
memotong saluran mani yang terdapat di dalam kantong buah zakar
(Manurung,2020).
8. Tubektomi
Tubektomi adalah metode kontrasepsi mantap yang bersifat
sukarela bagi seorang wanita bila tidak ingin hamil lagi dengan cara
mengoklusi tubafalopi (mengikat dan memotong atau memasang
cincin),sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum(Anggraini
dkk.2021).

2. Konsep Manajemen Pendokumentasian SOAP


a) Manajemen kebidanan merupakan suatu metode atau bentuk pendekatan
yang digunakan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan.Asuhan
yang telah dilakukan harus dicatat secar benar, jelas, singkat, logis dalam
suatu metode pendokumentasian.
b) Pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasian yang dapat
mengkomunikasikan kepada orang lain mengenai asuhan yang telah
dilakukan pada seorang klien, yang dialamnya tersirat proses berpikir yang
sistematis seorang bidan dalam menghadapi seorang klien sesuai langkah -
langkah dalam proses manajemen kebidanan.
Menurut Helen Varney, alur berpikir saat menghadapi klien meliputi 7
langkah.Untuk orang lain mengetahui apa yang telah dilakukan oleh seorang
bidan melalui proses berpikir sistematis, didokumentasikan dalam bentuk
SOAP, yaitu :
1) S = Subyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien
melalui anamnesa sebagai langkah I Varney.
2) O = Obyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil
laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskandalam data fokus
untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney.
3) A = Analisa
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interprestasi data
subyaktif dan obyektif dalam suatu identifikasi :
a) Diagnosa/masalah.
b) Antisipasi diagnosa/masalah potensial.
c) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/
kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah 2, 3, dan 4 Varney.
4) P = Penatalaksanaan
Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan dan Evaluasi
perencanaan berdasarkan analisa sebagai langkah 5, 6, dan 7 Varney.
DAFTAR PUSTAKA

Anna, P., Artathi, E. S., & Retnowati, M. (2015).Hubungan Pengetahuan


Akseptor Tentang Kontrasepsi Pil Oral Kombinasi Dengan Kepatuhan
DalaMengonsumsi Pil KB. 3(September), 1–47.
Anggraini, D. D. dkk.(2021). Pelayanan Kontrasepsi. Medan: Yayasan Kita
Menulis.
Anggraini,Yetty&Martini.(2012).PelayananKeluargaBerencana.Yogyakarta:
RohimaPress.
BKKBN,2017.Pelayanan KB. Jakarta:BKKBN
Dartiwen & Aryanti, Mira.(2021). Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Remaja
danPerimenopause.Yogyakarta: Deepublish.
Dita Agil Antika. (2014). Hubungan Penggunaan KB Suntik dengan Siklus
Menstruasi pada Akseptor KB Suntik di Wilayah Kerja Puskesmas Ponjong I
Gunungkidul.
Ichsan,Burhannudin.(2022).Pengantar Metodologi Penelitian:Kedokteran dan
Kesehatan Masyarakat.Surakarta:Muhammadiyah University Press.
Irmawaty,L.danLumban,R.(2020).Buku Ajar Asuhan Keluarga
Berencana“Pelayaan Alat Kontrasepsi”.Solok:Penerbit Insan Cendekia
Mandiri.
Kasim, J., & Muchtar, A. (2019).Penggunaan Kontrasepsi IUD terhadap
Seksualitas Pada Pasangan Usia Subur.
Kemenkes RI. 2013. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Jakarta:
Kemenkes RI.
Larasati, S. (2017).Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Implant Dengan
Kenaikan Berat Badan Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Mlati II
Kabupaten Sleman Yogyakarta.
Manurung.(2020).Vasektomi dan Tubektomi dalam Perspektif
Suami,SosioDemographi dan Sosial Budaya. Bogor: Guepedia.
Matahari Ratu.dkk (2018) Buku Ajar Keluarga Berencana dan
Kontrasepsi.Yogyakarta: Cv Pustaka Ilmu Group Yogyakarta.
Mukhid,Abd.(2021).Metodologi Penelitian Pendekatan Kuantitatif
.Surabaya:Jakad Media Publishing.
Mulyani,Nina Siti,dan Rinawati,Mega.(2013).Keluarga Berencana dan Alat
Kontrasepsi.Yogyakarta: Nuha Medika.
Sekarputri,A.D.dkk(2021).Pendidikan Kependudukan dan Keluarga Berencana.
Pamekasan:DutaMedia Publishing.
Setyani,RA (2019).Serba Serbi Kesehatan Reproduksi Wanita Dan Keluarga
Berencana.Jakarta:Sahabat Alter Indonesia
Sulistyawati, Ari. (2013). Pelayanan Keluarga Berencana.Jakarta: Salemba
Medika.
Sulistyawati, A. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.
Yogyakarta:

Nani.(2018). fisiologi manusia siklus reproduksi wanita.jakarta.Nuha Medika.


Qomariah, S., & Sartika, W. (2019).Analisis penggunaan kontrasepsi.
Suryati.(2014).Pengaruh Alat Kontrasepsi Suntikan Terhadap Siklus Menstruasi
pada Pasangan Usia Subur (PUS) di BPS Heramuliati Kecamatan Padang Tiji
Kabupaten Pidie Tahun 2013.http://repositori.usu.ac.id diunduh 10 April 2022
Jam 18.35 WIB.
YuhediL.T.&KurniawatiT.(2013).BukuAjarKependudukandanPelayananKB.Jaka
rta:EGC.
Yulianti, dkk.(2015). Hubungan Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik dengan
Siklus Menstruasi pada Akseptor KB Suntik yang Periksa di Polindes
Mayang.https://ejurnal.stikespantikosala.ac.id diunduh 10 April 2022 Jam18.10
WIB.
Yunida,Sridkk.(2021).Kontrasepsi dan Antenatal Care.Malang:CV.Literasi
Nusantara Abadi.
Winkjosastro,H.2010.Ilmu Kebeidanan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
WHO. 2018. Unmet need for family planning. Available at:
http://www.who.int/reproductivehealth/topics/family_planning/unmet_need_fp/e
n/.

Anda mungkin juga menyukai