Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL


NEONATAL DI RSUD KOTA MATARAM

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Stase Asuhan Kebidanan Holistik


Pada Kegawatdaruratan Maternal Neonatal

Disusun Oleh :

ENDRI SUASTIKA MARTIANA


P07124222011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


POLTEKKES KEMENKES MATARAM
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Stase Asuhan Kebidanan Holistik Pada Kegawatdaruratan


Maternal Neonatal di RSUD Kota Mataram telah diperiksa dan disahkan pada tanggal
Maret 2023.

Mataram, Maret 2023

Pembimbing Klinik Pembimbing Institusi


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan Stase
Asuhan Kebidanan Holistik Pada Kegawatdaruratan Maternal Neonatal ini tepat pada
waktunya.Dalam proses membuat laporan pendahuluan ini,penulis mendapatkan
mendapatkan banyak bantuan, bimbingan pengarahan dari berbagai pihak.Untuk itu
dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih banyak
kepada :
1. Bapak dr. Yopi Harwinanda Ardesa,M.Kes, selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Mataram.
2. Ibu dr.Hj.Eka Nurhayati.,Sp.OG.,K-FER..,M.Kes.,M.Sc Selaku Direktur RSUD
Kota Mataram yang telah memberikan kami kesempatan serta izin untuk praktik
di RSUD Kota Mataram.
3. Ibu Dr. Sudarmi, S.ST.,M.Biomed. selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Mataram.
4. Ibu Hj. Iin Rumintang SST.,M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Kebidanan
Politeknik Kesehatan Mataram.
5. Ibu Pembimbing Lahan di RSUD Kota Mataram yang telah memberikan
bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga laporan ini dapat terselesaikan
dengan baik
6. Mutiara R.Suseno S.ST.,M.Keb selaku Pembimbing Pendidikan yang telah
memberikan bimbingan,masukan dan arahan kepada penulis sehingga laporan ini
dapat terselesaikan dengan baik
7. Dokter,bidan,dan perawat di RSUD Kota Mataram yang telah memberikan
bantuan dan bimbingan selama praktik.
8. Kepada semua dosen di Jurusan Kebidanan yang banyak memberikan bekal
pengetahuan dan wawasan kepada penulis.
9. Yang penulis cintai dan hormati, yakni kepada ibu dan bibi yang sudah bersusah
payah mendukung dan selalu memberikan motivasi tiada hentinya untuk
menyelesaikan pendidikan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan Laporan Pendahuluan ini. Oleh sebab itu, menerima segala kritik dan saran
yang membangun dari pembaca. Demikian yang bisa penulis sampaikan, semoga
laporan ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk
masyarakat luas.

Mataram, Maret 2023

Penulis
LAPORAN PENDAHULUAN
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Kegawatdaruratan


1. Definisi
Istilah kegawatan dan kegawatdaruratan adalah suatu keadaan yang serius,
yang harus mendapatkan pertolongan segera. Kegawatdaruratan dalam
kebidanan adalah kegawatan atau kegawatdaruratan yang terjadi pada wanita
hamil, melahirkan atau nifas.1
Kegawatdaruratan obstetri dan neonatal merupakan suatu kondisi yang
dapat mengancam jiwa seseorang, hal ini dapat terjadi selama kehamilan, ketika
kelahiran bahkan saat hamil. Sangat banyak sekali penyakit serta gangguan
selama kehamilan yang bisa mengancam keselamatan ibu maupun bayi yang
akan dilahirkan. Kegawatan tersebut harus segera ditangani, karena jika lambat
dalam menangani akan menyebabkan kematian pada ibu dan bayi baru lahir.2
2. Prinsip Dasar Penangganan Kegawatdaruratan
Dalam menangani kasus gawatdaruratan, penentuan masalah utama
(diagnosis) dan tindakan pertolongan harus dilakukan dengan cepat, tepat, dan
tenang (tidak panik), walaupun suasana keluarga pasien ataupun
pengantarannya mungkin dalam kepanikan. Semuanya dilakukan dengan cepat,
tepat dan terarah.1
a. Menghormati pasien:
1) Setiap pasien harus diperlakukan dengan rasa hormat, tanpa memandang
status sosial dan ekonominya.
2) Dalam hal ini petugas juga harus memahami dan peka bahwa dalam
situasi dan konidisi kegawatdarurat perasaan cemas, ketakutan, dan
kepribadian adalah wajar bagi setiap manusia dan keluarga yang
mengalaminya.
b. Kelembutan
1) Dalam melakukan penegakan diagnosis, setiap langkah harus dilakukan
dengan penuh kelembutan.
2) Dalam hal ini, termasuk dalam menjelaskan keadaan pasien bahwa rasa
sakit atau kurang enak badan tidak dapat dihindari sewaktu melakukan
pemeriksaan dan memberikan pengobatan, tetapi prosedur itu akan
dilakukan selembut mungkin sehingga perasaan kurang enak itu di
upayakan sedikit mungkin
c. Komunikatif
1) Petugas kesehatan harus memiliki keterampilan dalam berkomunikasi,
tentunya dalam bahasa dan kalimat yang mudah dimengerti, mudah
dipahami, dan memperhatikan nilai norma kebudayaan setempat.
2) Menjelaskan kondisi yang sebenarnya pada paien sangatlah penting.
d. Hak Pasien
Hak – hak pasien harus dihormati, seperti penjelasan dalam pemberian
persetujuan tindakan (informed consent).
e. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga sangatlah penting bagi pasien. Oleh karena itu, petugas
kesehatan harus mengupayakan hal itu antara lain dengan senantiasa
memberikan penjelasan kepada keluarga pasien tentang kondisi akhir
pasien, peka akan masalah keluarga yang berkaitandengan keterbatasan
keuangan (finansial), keterbatasan transportasi, dan sebagainya.
3. Prinsip Umum Penangganan Kegawatdaruratan
Dalam prinsip umum, petugas kesehatan dan pasien adalah sama – sama
subjek, sebagai mitra yang bekerja sama dalam menangani suatu kondisi suatu
kasus kegawatdaruratan.1
a. Stabilisasi pasien
Setelah kita mengenali kondisi kegawatdaruratan, lakukan stabilisasi
keadaan pasien sebelum melakukan rujukan. Elemen – elemen penting
dalam stabilisasi pasien:
1) Menjamin kelancaran jalan nafas, pemulihan respirasi dan sirkulasi.
2) Menghentikan sumber perdarahan dan infeksi
3) Mengganti cairan tubuh yang hilang
4) Mangatasi rasa nyeri atau gelisah
b. Terapi cairan
1) Antisipasi ini dilakukan pada tahap awal untuk persiapan jika
kemudian hari penambahan cairan di butuhkan.
2) Pemberian cairan ini harus di perhatikan baik jenis cairan banyaknya
cairan yang diberikan, kecepatan pemberian misalnya cairan yang
sesuai dengan diagnosis.
3) Misalnya pemberian cairan untuk menggantikan cairan tubuh yang
hilang pada kasus syok hipovolemik seperti pada perdarahan berbeda
pada saat pemberian cairan pada syok septik.
c. Resusitasi jantung paru (RJP)
1) Resusitasi jantung paru (RJP) merupakan gabungan penyelamatan
pernafasan (bantuan nafas) dengan kompresi dada eksternal. RJP di
gunakan ketika seseorang mengalami henti jantung dan henti nafas.
2) Dalam melakukan RJP, sebagai seorang penolong harus:
a) Mempertahankan terbukanya jalan nafas (Airway=A)
b) Memberikan nafas untuk pasien (Breathing=B)
c) Mengusahakan kembalinya sirkulasi pasien (Circulation=c)
3) Dalam prinsip RJP selalu mengikutsertakan ABC:
a) Suatu pernafasan tidak ada akan efektif jika jalan nafas tidak
terbuka.
b) Pernafasan buatan tidak efektif pula jika sirkulasi terhenti.
c) Darah yang bersikulasi tidak akan efektif, kecuali darah tersebut
teroksigenisasi.
d) Selalu di ingat jika perdarahan dapat mengganggu sirkulasi
e) Oleh karena itu jika seorang pasien kehilangan darah terlalu
banyak maka RJP yang dilakukan tidak efektif.
B. Konsep Dasar Kegawatdaruratan Maternal dengan Preeklamsia
1. Definisi
Preeklamsia atau Eklamsia merupakan suatu penyulit yang timbul pada
seorang wanita hamil dan umumnya terjadi pada usia kehamilan lebih dari 20
minggu dan ditandai dengan adanya hipertensi dan protein uria. Pada eklamsia
selain tanda tanda preeklamsia juga disertai adanya kejang. Preeklamsia atau
Eklamsia merupakan salah satu penyebab utama kematian ibu di dunia.
Tingginya angka kematian ibu pada kasus ini sebagian besar disebabkan
karena tidak adekuatnya penatalaksanaan di tingkat pelayanan dasar sehingga
penderita dirujuk dalam kondisi yang sudah parah, sehingga perbaikan
kualitas di pelayanan kebidanan di tingkat pelayanan dasar diharapkan dapat
memperbaiki prognosis bagi ibu dan bayinya.
2. Klasifikasi dan definisi pre eklamsia atau eklamsia :
Adanya peningkatan tekanan darah selama kehamilan dan persalinan dapat
menunjukkan beberapa kondisi sebagai berikut :
(1) Diagnosis hipertensi dalam kehamilan ditegakkan bila didapatkan:
Tekanan darah ≥140/90 mmHg untuk pertama kalinya selama kehamilan,
tidak terdapat protein uria, tekanan darah kembali normal dalam waktu 12
minggu pasca persalinan (jika peningkatan tekanan darah tetap bertahan,
ibu didiagnosis hipertensi kronis), diagnosis akhir baru dibuat pada
periode pasca persalinan, tanda tanda lain preeklamsia seperti nyeri
epigastrik dan trombositopenia mungkin ditemui dan dapat
mempengaruhi penatalaksanaan yang diberikan.
(2) Diagnosis preeklamsia ringan ditegakkan bila didapatkan : tekanan darah
≥ 140/90 mmHg setelah usia kehamilan 20 minggu, protein uria ≥ 1+
pada pengukuran dengan dipstick urine atau kadar protein total ≥ 300
mg/24 jam.
(3) Diagnosis preeklamsia berat ditegakkan bila didapatkan:
(a) Hipertensi
Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau tekanan darah diastolic ≥110
mmHg.
(b) Kadar protein dalam kencing ≥ ++ pada pengukuran dipstick urine
atau kadar protein total sebesar 2 gr/24 jam.
(c) Kadar kreatinin darah melebihi 1,2 mg/dL kecuali telah diketahui
meningkat sebelumnya.
(d)Tanda dan gejala tambahan:
Tanda gejala tambahan lainnya dapat berupa keluhan subyektif
berupa nyeri kepala, nyeri uluhati, dan mata kabur. Ditemukannya
proteinuria ≥ 3 gram, jumlah produksi urine ≤ 500 cc/24 jam
(oliguria), terdapat peningkatan kadar asam urat darah, peningkatan
kadar BUN dan kreatinin serum serta terjadinya sindroma HELLP
yang ditandai dengan terjadinya hemolisis ditandai dengan adanya
icterus, hitung trombosit ≤ 100.000, serta peningkatan SGOT dan
SGPT.
(4) Pada eklampsia disertai adanya kejang konvulsi yang bukan disebabkan
oleh infeksi atau trauma.
(5) Diagnosis Preeklamsia super impos ditegakkan apabila protein awitan
baru ≥ 300 mg/ 24 jam pada ibu penderita darah tinggi tetapi tidak
terdapat protein uria pada usia kehamilan sebelum 20 minggu.
(6) Diagnosis hipertensi kronis ditegakkan apabila hipertensi telah ada
sebelum kehamilan atau yang didiagnosis sebelum usia kehamilan 20
minggu, atau hipertensi pertama kali didiagnosis setelah usia kehamilan
20 minggu dan terus bertahan setelah 12 minggu pasca persalinan.
3. Anamnesa Faktor Risiko Preeklamsia
Metode skrining yang pertama adalah dengan melakukan anamneses pada
ibu, untuk mencari beberapa faktor risiko sebagai berikut :
(1) Usia Ibu
Primigravida dengan usia dibawah 20 tahun dan semua ibu dengan
usia diatas 35 tahun dianggap lebih rentan untuk mengalami preeklamsia
atau eklamsia.
(2) Ras
Ras African lebih berisiko mengalami preeklamsia dibandingkan ras
caucasian maupun ras Asia.
(3) Metode Kehamilan
Kehamilan yang tidak terjadi secara alamiah (inseminasi dan
sebagainya) berisiko 2 kali lipat untuk terjadinya preeklamsia.
(4) Merokok
Selama hamil Wanita yang merokok selama hamil berisiko untuk
mengalami preeklamsia
(5) Riwayat penyakit dahulu (Hipertensi, preeklamsia pada kehamilan
terdahulu, penyakit Ginjal, penyakit Autoimun, Diabetes Mellitus,
Metabolik sindrom, Obesitas dll)
(6) Riwayat penyakit keluarga
Bukti adanya pewarisan secara genetik paling mungkin disebabkan
oleh turunan yang resesif
(7) Paritas
Primigravida memiliki insidensi hipertensi hampir 2 kali lipat
dibandingkan multigravida
(8) Kehamilan sebelumnya
Kehamilan dengan riwayat preeklamsi sebelumnya berisiko
mengalami preeklamsia kembali pada kehamilan sekarang. Dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa risiko rekurensi (terjadinya preeklamsia
kembali) jika kehamilan sebelumnya preeklampsia: 14-20% dan risiko
rekurensi lebih besar (s/d 38%) jika menghasilkan persalinan prematur
(early-onset preeklampsia).
4. Alur Penangganan Pre Eklamsia Berat atau Eklamsia

Gambar 1. Alur Penangganan Pre Eklamsia Berat atau Eklamsia

C. Kegawatdaruratan Neonatal
Neonatus adalah masa kehidupan pertama di luar rahim sampai dengan
usia 28 hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan
didalam rahim menjadi diluar rahim. Pada masa ini terjadi pematangan organ
hampir pada semua sistem. Neonatus bukanlah miniatur orang dewasa,
bahkan bukan pula miniatur anak. Neonatus mengalami masa perubahan dari
kehidupan didalam rahim yang serba tergantung pada ibu menjadi kehidupan
diluar rahim yang serba mandiri. Masa perubahan yang paling besar terjadi
selama jam ke 24-72 pertama. Transisi ini hampir meliputi semua sistem
organ tapi yang terpenting adalah system pernafasan sirkulasi, ginjal dan
hepar. Maka dari itu sangatlah diperlukan penataan dan persiapan yang
matang untuk melakukan suatu tindakan untuk mencegah kegawatdaruratan
terhadap neonatus.3
Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang membutuhkan evaluasi
dan manajemen yang tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis (≤usia 28
hari) membutuhkan pengetahuan yang dalam mengenali perubahan psikologis
dan kondisi patologis yang mengancam jiwa yang bisa saja timbul sewaktu-
waktu.
Beberapa faktor berikut dapat menyebabkan kegawatdaruratan pada
neonatus. Faktor tersebut antara lain, faktor kehamilan yaitu kehamilan
kurang bulan, kehamilan dengan penyakit DM, kehamilan dengan gawat
janin, kehamilan dengan penyakit kronis ibu, kehamilan dengan pertumbuhan
janin terhambat dan infertilitas. Faktor lain adalah faktor pada saat persalinan
yaitu persalinan dengan infeksi intrapartum dan persalinan dengan
penggunaan obat sedative. Sedangkan faktor bayi yang menyebabkan
kegawatdaruratan neonatus adalah Skor apgar yang rendah, BBLR, bayi
kurang bulan, berat lahir lebih dari 4000 gr, cacat bawaan, dan frekuensi
pernafasan dengan 2x observasi lebih dari 60x/menit.Terdapat banyak kondisi
yang menyebabkan kegawatdaruratan neonatus yaitu :
1. Hipotermia
a. Pengertian
Hipotermia adalah kondisi dimana suhu tubuh<36oC atau kedua
kaki dan tangan teraba dingin. Untuk mengukur suhu tubuh pada
hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah (low reading
termometer) sampai 25 oC. Disamping sebagai suatu gejala,
hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan
kematian. Akibat hipotermia adalah meningkatnya konsumsi oksigen
(terjadi hipoksia), terjadinya metabolik asidosis sebagai konsekuensi
glikolisis anaerobik, dan menurunnya simpanan glikogen dengan
akibat hipoglikemia. Hilangnya kalori tampak dengan turunnya berat
badan yang dapat ditanggulangi dengan meningkatkan intake kalori.
b. Etiologi
Etiologidan faktor predisposisi dari hipotermia antara lain:
prematuritas, asfiksia, sepsis, kondisi neurologik seperti meningitis
dan perdarahan cerebral, pengeringan yang tidak adekuat setelah
kelahiran dan eksposure suhu lingkungan yang dingin.
c. Tanda-tanda klinis hipotermia :
1) Hipotermia sedang (suhu tubuh 32oC - < 36oC), tanda-tandanya
antara lain: kaki teraba dingin, kemampuan menghisap lemah,
tangisan lemah dan kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis
marmorata.
2) Hipotermia berat (suhu tubuh < 32oC), tanda-tandanya antara
lain: sama dengan hipotermia sedang, dan disertai dengan
pernafasan lambat tidak teratur, bunyi jantung lambat, terkadang
disertai hipoglikemi dan asidosis metabolik.
3) Stadium lanjut hipotermia, tanda-tandanya antara lain: muka,
ujung kaki dan tangan berwarna merah terang, bagian tubuh
lainnya pucat, kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama
pada punggung, kaki dan tangan (sklerema).
2. Hipertermia
a. Pengertian
Hipertermia adalah kondisi suhu tubuh tinggi karena kegagalan
termoregulasi. Hipertermia terjadi ketika tubuh menghasilkan atau
menyerap lebih banyak panas daripada mengeluarkan panas. Ketika
suhu tubuh cukup tinggi, hipertermia menjadi keadaan darurat medis
dan membutuhkan perawatan segera untuk mencegah kecacatan dan
kematian.
b. Penyebab
Penyebab paling umum adalah heat stroke dan reaksi negatif obat.
Heat stroke adalah kondisi akut hipertermia yang disebabkan oleh
kontak yang terlalu lama dengan benda yang mempunyai panas
berlebihan. Sehingga mekanisme penganturan panas tubuh menjadi
tidak terkendali dan menyebabkan suhu tubuh naik tak terkendali.
Hipertermia karena reaksi negatif obat jarang terjadi. Salah satu
hipertermia karena reaksi negatif obat yaitu hipertensi maligna yang
merupakan komplikasi yang terjadi karena beberapa jenis anestesi
umum.
c. Tanda dan gejala
Tanda dan hejala hipertemia yaitupanas, kulit kering, kulit menjadi
merah dan teraba panas, pelebaran pembuluh darah dalam upaya
untuk meningkatkan pembuangan panas, bibir bengkak. Tachycardia
dan tachypnea dapat juga muncul sebagai akibat penurunan tekanan
darah dan jantung. Penurunan tekanan darah dapat menyebabkan
pembuluh darah menyempit, mengakibatkan kulit pucat atau warna
kebiru-biruan.
3. Hiperglikemia
a. Pengertian
Hiperglikemia atau gula darah tinggi adalah suatu kondisi
dimana jumlah glukosa dalam plasma darah berlebihan.
Hiperglikemia disebabkan oleh diabetes mellitus. Pada diabetes
melitus, hiperglikemia biasanya disebabkan karena kadar insulin
yang rendah dan /atau oleh resistensi insulin pada sel. Kadar insulin
rendah dan/atau resistensi insulin tubuh disebabkan karena
kegagalan tubuh mengkonversi glukosa menjadi glikogen, pada
akhirnya membuat sulit atau tidak mungkin untuk menghilangkan
kelebihan glukosa dari darah.
b. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala hiperglikemia antara lain: polifagi (sering
kelaparan), polidipsi (sering haus), poliuri (sering buang air kecil),
penglihatan kabur, kelelahan, berat badan menurun, sulit terjadi
penyembuhan luka, mulut kering, kulit kering atau gatal, impotensi
(pria), infeksi berulang, kusmaul hiperventilasi, arhythmia, pingsan,
dan koma.
4. Tetanus Neonatorum
a. Pengertian
Tetanus neonaturum adalah penyakit tetanus yang diderita oleh bayi
baru lahir yang disebabkan karena basil klostridium tetani.
b. Tanda dan Gejala
Tanda – tanda klinis antara lain: bayi tiba-tiba panas dan tidak
mau minum, mulut mencucu seperti mulut ikan, mudah terangsang,
gelisah (kadang-kadang menangis) dan sering kejang disertai
sianosis, kaku kuduk sampai opistotonus, ekstremitas terulur dan
kaku, dahi berkerut, alis mata terangkat, sudut mulut tertarik ke
bawah, muka rhisus sardonikus.
c. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat diberikan:
1) Bersihkan jalan napas
2) Longgarkan atau buka pakaian bayi
3) Masukkan sendok atau tong spatel yang dibungkus kasa ke
dalam mulut bayi
4) Ciptakan lingkungan yang tenang dan
5) Berikan ASI sedikit demi sedikit saat bayi tidak kejang
5. Asfikisia
a. Pengertian
Asfiksia merupakan kegagalan bernapas secara spontan dan
teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai
dengan keadaan PaO2 di dalam darah rendah (hipoksemia),
hiperkarbia Pa CO2 meningkat dan asidosis.
b. Patofisiologi
Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin dan
plasenta. Adanya hipoksia dan iskemia jaringan menyebabkan
perubahan fungsional dan biokimia pada janin. Faktor ini yang
berperan pada kejadian asfiksia.
c. Tanda dan Gejala
Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung
kurang dari 100 x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun,
tidak ada respon terhadap refleks rangsangan.
d. Penilaian Asfiksia
Tabel 5. Penilain APGAR Skor
Penilaian Klinis
Klinis
0 1 2

Detak Jantung Tidak Ada < 100 x / menit >100 x/menit

Pernafasan Tidak Ada Tidak Teratur Menangis Kuat

Refleks Tidak Ada Menyeringai Batuk atau


Bersin

Tonus Otot Lunglai Fleksi Fleksi kuat


ekstrimitas gerak aktif
(lemah)

Warna Kulit Biru Pucat Tubuh merah Merah seluruh


ekstrimitas tubuh
biru

Keterangan Nilai Apgar:


Nilai 0-3 : Asfiksia berat
Nilai 4-6 : Asfiksia sedang
Nilai 7-10 : Normal
6. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
a. Pengertian
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir (BBL)
dengan berat badan lahir < 2500 gram.3
b. Klasifikasi
1) Berdasarkan masa kehamilan (Gestational age) yaitu:4

a) Preterm atau bayi kurang bulan, yaitu masa kehamilan<37


minggu (≤259 hari).

b) Late preterm, yaitu usia kehamilan 34-36 minggu (239-


259hari).

c) Early preterm, yaitu usia kehamilan 22-34minggu

d) Aterm atau bayi cukup bulan, yaitu usia kehamilan


37-41 minggu (260-294 hari)

e) Post term atau bayi lebih bulan, yaitu usia kehamilan


42 minggu atau lebih (≥295hari).
2) Berdasarkan beratlahir (Birthweight) yaitu :
a) Berat lahir amat sangat rendah atau Extremely lowbirthweight
(ELBW), yaitu bayi dengan berat lahir <1000gram.
b) Berat lahir sangat rendah atau Very Low birthweigt (VLBW),
yaitu bayi dengan berat lahir <1500gram.
c) Berat lahir rendah/Low birthweight (LBW), yaitu bayi dengan
berat lahir <2500 gram

3) Berdasarkan berat lahir dan masakehamilan


a) Sesuai masa kehamilan atau Appropriate for gestational age
(AGA) adalah berat lahir antara 10 persentil dan 90 persentil
untuk usiakehamilan.
b) Kecil masa kehamilan atau Small for gestational age
(SGA)/IUGR adalah berat lahir 2 standar deviasi dibawah
berat badan rata-rata untuk masa kehamilan atau dibawah 10
persentil untuk masakehamilan.
c) Besar masa kehamilan/Large for Gestational Age(LGA)di
defenisikan sebagai berat lahir 2 standar deviasi diatas rata-
rata berat untuk masa kehamilan atau di atas 90 persentil
untuk masa kehamilan. LGA dapat di lihat pada bayi yang
ibunya mengalami diabetes, bayi dengan sindrom Beckwith-
Wiedemandan sindrom lainya, bayi lebih bulan (usia
kehamilan > 42 minggu), dan bayi dengan hydrops fetalis.
D. Kewenangan Bidan
Dalam melakukan asuhan komprehensif, bidan melakukan asuhan secara
fisiologis yang dimulai dari kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, KB
dan kegawatdaruratan maternal neonatal, serta memantau, mencegah dan
mendeteksi dini adanya komplikasi Kesehatan ibu dan bayi. 5
Sedangkan dalam pelaksanaan program kesehatan sangat dibutuhkan
sumberdaya manusia yang kompeten, sehingga apa yang menjadi tujuan
dapat tercapai. Bidan sebagai salah satu sumber daya manusia dalam bidang
kesehatan merupakan orang yang berada digaris terdepan dan langsung
berhubungan dengan wanita sebagai sasaran program. Bidan memiliki peran
penting dalam melaksanakan asuhan komprehensif yang mandiri, kolaborasi,
maupun melakukan rujukan yang tepat. Oleh karena itu, bidan dituntut untuk
mampu mendeteksi secara dini adanya tanda dan gejala komplikasi
kehamilan, memberikan pertolongan kegawatdaruratan, melakukan stabilisasi
dan mampu melakukan rujukan dengan tepat.6
Seorang bidan dalam melaksanakan asuhan kebidanan harus sesuai
dengan landasan hukum, wewenang dan standar bidan dalam memberikan
pelayanan kebidanan. Mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Kebidanan pasal 49 dalam menjalankan tugas
memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 46
ayat (1) huruf a, bidan berwenang melakukan pertolongan pertama
kegawatdaruratan ibu hamil, bersalin, nifas, dan rujukan serta melakukan
deteksi dini kasus risiko dan komplikasi pada masa kehamilan, masa
persalinan, pascapersalinan, masa nifas, serta asuhan pascakeguguran dan
dilanjutkan dengan rujukan. Yang dimaksud dengan "pertolongan pertama"
adalah pertolongan awal kegawatdaruratan sebelum dilakukan rujukan
misalnya penanganan yang dilakukan untuk stabilisasi ibu sebelum
melakukan rujukan (seperti: pasang infus, pemberian uterotonika, oksigen). 7
DAFTAR PUSTAKA

1. Maryunani, Anik. Kehamilan dan Persalinan Patologis (Risiko Tinggi dan


Komplikasi) Dalam Kebidanan.Jakarta: CV Trans Info Media; 2016
2. Walyani, E.S. & Purwoastuti, E. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi
Baru Lahir. Yogyakarta: Pustaka Baru; 2015
3. Saifuddin, Abdul Bari dkk. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2010
4. Maryunani, Anik dan Yulianingsi.Asuhan Kegawatdaruratan Dalam
Kebidanan. Jakarta: CV.Trans Info Medika; 2009
5. Lisnawati, Lilis. Asuhan Kebidanan Terkini Kegawatdaruratan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : TIM ; 2013
6. Maryunani, Anik. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : Trans Info Media;2013
7. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP;2009
8. Rukiyah, Ai Yeyeh. Asuhan Kebidanan IV Patologi Kebidanan. Jakarta:
Pustaka Utama;2010
9. Indriyaswari, Septiyani.Gambaran Penyakit Penyerta Pada Kehamilan
Dengan Status Lahir Bayi Di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Delanggu Klaten. ; 2019

Anda mungkin juga menyukai