Anda di halaman 1dari 17

KONDISI MATERNAL DAN NEONATAL YANG BERISIKO

KEGAWATDARURATAN

Disusun Oleh
KELOMPOK 3

1. Hariyanti Ladae (20154010066)


2. Isfadila M Zen (20154010067)
3. Faniriani Makatita (20154010063)
4. Farida Habib (20154010065)
5. Faradila Ahmad (20154010064) Tidak aktif

KEMENTIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES TERNATE
PRODI D3 KEBIDANAN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
karunia Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Kondisi Maternal dan Neonatal
Yang Berisiko Kegawatdaruratan“ dengan baik meskipun masi banyak kekurangan di dalamnya.
Dan juga kami berterimakasih kepada ibu Sari Prihatin, S.ST,M.Keb, ibu Eni Sulastri,
S.ST,M.Keb dan ibu Nuzliati T. Djama,S.SiT,M.Kes selaku dosen mata kuliah.

Yang kami harapkan dari makalah ini adalah dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuna kita emua mengenai “kegawatdaruratan maternal dan neonatal”.kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik, saran yang sifatnya
membangun demi perbaikan makalah ini.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami dan bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya. Akhir kata dari kami bila ada kesalahan dalam penulisan maupun ucapan kami
mohon maaf sekian dan terimakasih
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….......
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………………...
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………………..
1.3 Tujuan……………………………………………………………………………………....
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sistem Rujukan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal………………………………..
2.2 Jenis-Jenis Rujukan…………………………………………………………………………
2.3 Jenis Kasus Rujukan Kegawadaruratan Maternal Dan Neonatas…………………………..
2.4 Tahapan Dan Persiapan Rujukan ………………………………………………..…………
2.5 Keterlibatan Keluarga Dalam Proses Rujukan……………………………………………..
2.6 Hirarki Pelayanan Kesehatan
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………
3.2 Saran………………………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegawatdaruratan neonatal merupakan suatu kondisi yang dapat mengancam jiwa
seseorang, hal ini dapat terjadi selama kehamilan, ketika kelahiran bahkan saat hamil. Sangat
banyak sekali penyakit serta gangguan selama kehamilan yang bisa mengancam keselamatan
ibu maupun bayi yang akan dilahirkan. Kegawatan tersebut harus segera ditangani, karena
jika lambat dalam menangani akan menyebabkan kematian pada ibu dan bayi baru lahir
(Walyani & Purwoastuti, 2015).
Kasus kegawatdaruratan ialah kasus yang apabila tidak segera ditangani akan berakibat
kesakitan yang berat, bahkan kematian. Kasus kegawatdaruratan merupakan penyebab utama
dari kematian. Dalam memberikan penatalaksanaan kasus kegawatdaruratan, tidak
seluruhnya dapat dilakukan secara manndiri oleh bidan. Hal tersebut bergantung dari
kewenangan bidan, tempat pelayanan serta fasilitas kesehatan yang ada. Karena adanya
keterbatasan dalam suatu sistem, namun tenaga kesehatan tetap harus dapat memberikan
pertolongan secara maksimal terhadap suatu kasus maka rujukan perlu dilakukan untuk
mendapatkan pertolongan dan pelayanan secara optimal dalam upaya penyelamatan jiwa.
Dengan adanya system rujukan, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan
yang lebih bermutu karena tindakan rujukan ditunjukan padakasus yang tergolong berisiko
tinggi oleh karena itu, kelancaran rujukan dapat menjadi faktor yang menentukan untuk
menurunkan angka kematian ibu dan bayi
Kejadian kematian dan kesakitan ibu masih merupakan masalah kesehatan yang sangat
penting yang dihadapi di Negara-negara berkembang. Berdasarkan riset World Health
Organization (WHO) pada tahun 2017 Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia masih tinggi
dengan jumlah 289.000 jiwa. Beberapa Negara berkembang AKI yang cukup tinggi seperti di
Afrika Sub-Saharan sebanyak 179.000 jiwa, Asia Selatan sebanyak 69.000 jiwa, dan di Asia
Tenggara sebanyak 16.000 jiwa. AKI di Negara – Negara Asia Tenggara salah satunya di
Indonesia sebanyak 190 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam sebanyak 49 per 100.000
kelahiran hidup, Thailand sebanyak 26 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei sebanyak 27 per
100.000 kelahiran hidup, dan Malaysia sebanyak 29 per 100.000 kelahiran hidup (WHO,
2017).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Sistem Rujukan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal
2. Apa Jenis-Jenis Rujukan
3. Apa Jenis Kasus Rujukan Kegawadaruratan Maternal Dan Neonatal
4. Apa Tahapan Dan Persiapan Rujukan
5. Keterlibatan Keluarga Dalam Proses Rujukan
6. Apa Hirarki Pelayanan Kesehatan
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Sistem Rujukan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal
2. Untuk Mengetahui Jenis-Jenis Rujukan
3. Untuk Mengetahui Jenis Kasus Rujukan Kegawadaruratan Maternal Dan Neonatal
4. Untuk Mengetahui Tahapan Dan Persiapan Rujukan
5. Untuk Mengetahui Keterlibatan Keluarga Dalam Proses Rujukan
6. Untuk Mengetahui Hirarki Pelayanan Kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kondisi Maternal Dan Neonatal Yang Berisiko Kegawatdaruratan
Kasus kegawatdaruratan maternal neonatal adalah kasus yang apabila tidak segera
ditangani akan berakibat kesakitan yang berat, bahkan kematian ibu dan janinya. Kasus ini
menjadi penyebab utama kematian ibu, janin, dan bayi baru lahir. Dalam memberikan
penatalaksanaan kasus kegawatdaruratan, tidak seluruhnya dapat dilakukan secara mandiri oleh
bidang. Hal tersebut bergantung dari kewenangan bidan, tempat pelayanan serta fasilitas
kesehatan yang ada. Karena adanya keterbatasan dalam suatu sistem, namun tenaga kesehatan
tetap harus dapat memberikan pertolongan secara maksimal terhadap suatu kasus maka rujukan
perlu dilakukan untuk mendapatkan pertolongan dan pelayanan secara optimal dalam upaya
penyelamatan jiwa ibu dan bayi.
2.1 Sistem Rujukan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal
Sistem rujukan pelayanan kegawatdaruratan maternal dan Neonatal mengacu pada prinsip
utama kecepatan dan ketepatan tindakan, efisien, efektif dan sesuai dengan kemampuan dan
kewenangan fasilitas pelayanan. Setiap kasus dengan kegawatdaruratan obstetrik dan neonatal
yang datang ke puskesmas harus langsung dikelola sesuai dengan prosedur tetap sesuai dengan
buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Setelah dilakukan stabilisasi
kondisi pasien, kemudian ditentukan apakah pasien akan dikelola di tingkat puskesmas mampu
atau dilakukan rujukan ke RS pelayanan obstetrik dan neonatal emergensi komprehensif untuk
mendapatkan pelayanan yang lebih baik sesuai dengan tingkat kegawatdaruratannya
1. Sistem dan Cara Rujukan Rujukan ibu hamil dan neonatus yang berisiko tinggi merupakan
komponen yang penting dalam sistem pelayanan kesehatan maternal. Dengan memahami
sistem dan cara rujukan yang baik, tenaga kesehatan diharapkan dapat memperbaiki kualitas
pelayanan pasien
2. Indikasi dan Kontra indikasi Secara umum, rujukan dilakukan apabila tenaga dan
perlengkapan di suatu fasilitas kesehatan tidak mampu menatalaksana komplikasi yang
mungkin terjadi. Dalam pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, terdapat dua alasan untuk
merujuk ibu hamil, yaitu ibu dan/atau janin yang dikandungnya.
Berdasarkan sifatnya, rujukan kegawatdaruratan maternal neonatal dibedakan menjadi:
a. Rujukan kegawatdaruratan Rujukan kegawatdaruratan adalah rujukan yang dilakukan
sesegera mungkin karena berhubungan dengan kondisi kegawatdaruratan yang mendesak.
b. Rujukan berencana Rujukan berencana adalah rujukan yang dilakukan dengan persiapan
yang lebih panjang ketika keadaan umum ibu masih relatif lebih baik, misalnya di masa
antenatal atau awal persalinan ketika didapati kemungkinan risiko komplikasi. Karena
tidak dilakukan dalam kondisi gawat darurat, rujukan ini dapat dilakukan dengan pilihan
modalitas transportasi yang lebih beragam, nyaman, dan aman bagi pasien.
2.2 Jenis-Jenis Rujukan
1) Rujukan kesehatan adalah:
Rujukan yang terutama meliputi pencegahan dan peningkatan kesehatan. Pada dasarnya
rujukan kesehatan dilaksanakan secara bertahap, dan tinggkat bawah yaitu masyarakat
melalui puskesmas kecamatan terus ke dinas kesehatan kabupaten/kota dan terus ke
provinsi, misalnya keadaan ini adalah bawah.
2) Rujukan medis
Yang terutama dapat di upayakan pelayanan kesehatan untuk meningkatkan pemulihan
dan pengobatan. Rujukan obstetric
Perencanaan rujukan
1. Komunikasikan rencana rujukan dengan ibu dan keluarganya karena rujukan harus
mendapatkan persetujuan dari ibu dan atau keluaraganya. Tenaga kesehatan perlu
memberikan kesempatan apabila situasi memungkinkan untuk menjawab
pertimbangan dan pertanyaan ibu serta keluarga.
Beberapa hal yang perlu di sampaikan meliputi:
a. Diangnosa dan tindakan medis yang di perlukan
b. Alasan untuk merujuk ibu
c. Resiko yang dapat timbul bila rujukan tidak segera di lakukan
d. Petunjuk arah dan cara menuju tujuan dengan menggunakan modalitas
transportasi lain
e. Pilihan akomodasi untuk keluarga
2. Hubungan pusat pelayanan kesehatan yang menjadi tujuan dan sampaikan kepada
tenaga kesehatan yang akan menerima pasien hal-hal berikut:
a) Indikasi rujukan
b) Kondisi ibu dan janin
c) Rencana terkait prosedur tehnis rujukan(termasuk kondisi) lingkungan dan cuaca
menuju tujuan rujukan)
d) Kesiapan sarana dan prasarana di tujuan rujukan
e) Penatalaksanaan yang sebaiknya dilakukan selama dan sebelum transportasi
berdasarkan pengalaman rujukan sebelumnya
3. Hal yang perlu di catat oleh pusat layanan kesehatan yang akan menerima pasien
adalah
a. Nama pasien
b. Nama tenaga
c. kesehatan yang merujuk
2.3 Jenis Kasus Rujukan Kegawadaruratan Maternal Dan Neonatal
Jenis kasus yang perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap fasilitas dan
keterampilan penanganan adalah kasus sebagai berikut:
 Indikasi Rujukan Ibu
a. Riwayat Seksio Sesaria
b. Perdarahan pervaginam
c. Persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu)
d. Ketuban pecah lama (krang lebih 24 jam)
e. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan
f. Anemia berat
g. Preeklamsia /hipertensi dalam kehamilan
h. Gawat janin
i. Presentasi bukan belakang kepala
j. Kehamilan kembar (gemeli)
k. Presentasi majemuk
l. Syok
 Kasus pada bayi baru lahir dengan:
a) Gangguan nafas sedang dan berat,apapun penyebabnya
b) Asfiksia yang tidak member respon pada tindakan resusitasi,sebaiknya dalam 10
menit pertama
c) Kasus bedah neonatus
d) BBLR ˂1750 g
e) BBLR 1750-2000 g dengan kejang gangguan nafas,gangguan pemberian minum,
f) Bayi hiportemi berat
g) Ikterus yang tidak memberi respon dengan foto terapi
h) Kemungkinan penyakit jangtung bawaan
i) Bayi ibu diabetes meletus dengan hipoglikemia simtematik
j) Kejang yang tidak teratasi
k) Penyakit hemolysis
l) Tersangka renjatan yang memberi respon baik.
m) Hipogklimia yang tidak dapat teratasi
2.4 Tahapan dan Persiapan Rujukan
a. Menentukan kegawatdaruratan maternal neonatal
 Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih ditemukan penderita yang tidak dapat
ditangani sendiri oleh keluarga atau kader/dukun bayi, maka segera dirujuk ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang terdekat, oleh karena itu mereka belum tentu dapat
menerapkan ke tingkat kegawatdaruratan.
 Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas. Tenaga kesehatan yang
ada pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut harus dapat menentukan tingkat
kegawatdaruratan kasus yang ditemui, sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawabnya, mereka harus menentukan kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan
kasus mana yang harus dirujuk.
b. Menentukan tempat rujukan Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas
pelayanan yang mempunyai kewenangan dan terdekat termasuk fasilitas pelayanan swasta
dengan tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita.
c. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga Kaji ulang rencana rujukan bersama
ibu dan keluarga. Jika perlu dirujuk, siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua
asuhan, perawatan dan hasil penilaian (termasuk partograf) yang telah dilakukan untuk
dibawa ke fasilitas rujukan. Jika ibu tidak siap dengan rujukan, lakukan konseling
terhadap ibu dan keluarganya tentang rencana tersebut. Bantu mereka membuat rencana
rujukan pada saat awal persalinan.
d. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju
 Memberitahukan bahwa akan ada pasien yang dirujuk.
 Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan selama dalam
perjalanan ke tempat rujukan.
 Meminta petunjuk dan cara penanganan untuk menolong penderita bila penderita tidak
mungkin dikirim.
e. Persiapan Rujukan (BAKSOKUDA)
o B (Bidan) Pastikan ibu/ bayi/ klien didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten
dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaruratan
o A (Alat) Bawa perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan seperti spuit, infus set,
tensimeter dan stetoskop
o K (keluarga) Beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan alasan
mengapa ia dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang lain harus menerima ibu (klien)
ke tempat rujukan.
o S (Surat) Beri sura ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien), alasan
rujukan, uraian hasil rujuka, asuhan atau obat-obat yang telah diterima ibu
o O (Obat) Bawa obat-obat esensial yang diperlukan selama perjalanan merujuk
o K (Kendaraan) Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan ibu (klien)
dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam waktu cepat.
o U (Uang) Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk
membeli obat dan bahan kesehatan yang diperlukan di tempar rujukan
o DA (Darah)
2.5 Keterlibatan Keluarga Dalam Proses Rujukan
Komunikasikan rencana merujuk dengan ibu dan keluarganya, karena rujukan harus
medapatkan pesetujuan dari ibu dan/atau keluarganya. Tenaga kesehatan perlu memberikan
kesempatan, apabila situasi memungkinkan, untuk menjawab pertimbangan dan pertanyaan ibu
serta keluarganya. Beberapa hal yang disampaikan sebaiknya meliputi:
a. Diagnosis dan tindakan medis yang diperlukan
b. Alasan untuk merujuk ibu
c. Risiko yang dapat timbul bila rujukan tidak dilakukan
d. Risiko yang dapat timbul selama rujukan dilakukan
e. Waktu yang tepat untuk merujuk dan durasi yang dibutuhkan Untuk merujuk
f. Tujuan rujukan
g. Modalitas dan cara transportasi yang digunakan
h. Nama tenaga kesehatan yang akan menemani ibu
i. Jam operasional dan nomer telepon rumah sakit/pusat layanan kesehatan yang dituju
j. Perkiraan lamanya waktu perawatan
k. Perkiraan biaya dan sistem pembiayaan (termasuk dokumen kelengkapan untuk
Jampersal, Jamkesmas, atau asuransi kesehatan)
l. Petunjuk arah dan cara menuju tujuan rujukan dengan menggunakan modalitas
transportasi lain
m. Pilihan akomodasi untuk keluarga
2.6 Hirarki Pelayanan Kesehatan
Sistem rujukan pelayanan kegawatdaruratan maternal dan Neonatal mengacu pada prinsip
utama kecepatan dan ketepatan tindakan, efisien, efektif dan sesuai dengan kemampuan dan
kewenangan fasilitas pelayanan. Setiap kasus dengan kegawatdaruratan obstetrik dan neonatal
yang datang ke puskesmas harus langsung dikelola sesuai dengan prosedur tetap sesuai dengan
buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
a. Masyarakat dapat langsung memanfaatkan semua fasilitas pelayanan kegawatdaruratan
obstetric dan neonatal.
b. Bidan desa dan polindes dapat memberikan pelayanan langsung terhadap ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas baik yang dtang sendiri atau atas rujukan kader/masyarakat. Selain
menyelenggarakan pelayanan pertolongan persalinan normal, bidan di desa dapat
melakukan pengelolaan kasus dengan komplikasi tertentu sesuai dengan tingkat
kewenangan dan kemampuannya atau melakukan rujukan pada puskesmas, ke RS.
c. Puskesmas mampu PONED memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan
langsung kepada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir baik yang datang
sendiri atau atas rujukan kader/masyarakat, bidan di desa dan puskesmas. Puskesmas
mampu PONED dapat melakukan pengelolaan kasus dengan komplikasi tertentu sesuai
dengan tingkat kewenangan dan kemampuannya atau melakukan rujukan pada RS .
d. RS 24 jam memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan langsung terhadap ibu
hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir baik yang datang sendiri atau atas
rujukan kader/masyarakat, bidan di desa dan puskesmas. Pemerintah provinsi/kabupaten
melalui kebijakan sesuai dengan tingkat kewenangannya memberikan dukungan secara
manajemen, administratif maupun kebijakan anggaran terhadap kelancaran PPGDON
(Pertolongan Pertama Kegawatdaruratan Obstetri dan Neonatus).
e. Ketentuan tentang persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan dapat dituangkan
dalam bentuk peraturan daerah sehingga deteksi dini kelainan pada persalinan dapat
dilakukan lebih awal dalam upaya pencegahan komplikasi kehamilan dan persalinan.
f. RS , rumah bersalin, dan dokter/bidam praktek swasta dalam sistem rujukan PONEK 24
jam, puskesmas mampu PONED dan bidan dalam jajaran pelayanan rujukan. Institusi ini
diharapkan dapat dikoordinasikan dalam kegiatan pelayanan rujukan PONEK 24 jam
sebagai kelengkapan pembinaan pra RS.
BAB II
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Proses rujukan berpengaruh terhadap kematian ibu. Mayoritas responden memiliki proses
rujukan yang baik, seluruh responden diberikan penentuan diagnose dan pendampingan oleh
bidan, mayoritas responden diberikan tindakan stabilisasi, edukasi, komunikasi, transportasi
dengan menggunakan ambulans, dan kelengkapan rujukan. Sistem rujukan pelayanan
kegawatdaruratan maternal dan Neonatal mengacu pada prinsip utama kecepatan dan ketepatan
tindakan, efisien, efektif dan sesuai dengan kemampuan dan kewenangan fasilitas pelayanan.
Setiap kasus dengan kegawatdaruratan obstetrik dan neonatal yang datang ke puskesmas harus
langsung dikelola sesuai dengan prosedur tetap sesuai dengan buku acuan nasional pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal. Variabel yang paling berpengaruh terhadap proses rujukan
yang kurang baik adalah penggunaan transportasi, kelengkapan surat rujukan dan Responden
pada kelompok kasus seluruhnya memiliki komplikasi dibandingkan dengan yang tidak memiliki
komplikasi. Kelompok control lebih banyak yang tidak memiliki komplikasi dibandingkan
dengan yang memiliki komplikasi. Komplikasi berpengaruh terhadap kematian ibu.

3.2 Saran
Proses rujukan yang baik sangat penting untuk menurunkan angka kematian ibu,
sehingga bidan bisa meningkatkan peran serta masyarakat dan kader dalam proses deteksi dini
komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas. Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit membuat
suatu sistem rujukan tertutup pada suatu wilayah atau kabupaten dan pusat pelayanan kesehatan
terkait dengan ibu hamil risiko tinggi yang terdeteksi dirujuk ke rumah sakit diinventarisasi dan
dijadwalkan control/terminasiserta dimonitor (follow up) sehingga setiap ibu hamil risiko tinggi
selalu terpantau sampai melakukan persalinan sehingga perjalanan kehamilan pada setiap ibu
hamil bisa di pantau oleh petugas kesehatan guna menurunkan angka kematian ibu.
DAFTAR ISTILAH
1. Maternal: Ibu
2. Neonatal: bayi
3. Anemia: Kekurangan zat besi
4. Asifiksia: Kadar oksigen dalam tubuh berkurang
5. Hipoklekimia: kekurangan gula darah
6. Hipotermi: Penurunan suhu tubuh
7. Preklamsi/Hipertensi: Tekanan darah tinggi
8. Seksio sasarea: Operasi sesar
9. Pervaginam: bayi lahir secarah manual lewat vagina ibu tampa menggunakan alat2 bedah
10. Iktrus: Penyakit kekuningan
11. BBLR: berat badan lahir rendah
12. Hermolysis: kerusakan membrane sel darah merah
13. Resusitasi: Pertolongan pertama pada orang yg henti napas
GAMBAR

Pendarahan pervaginam Presentase bukan kepala belakang

Kehamilan kembar Bayi dengan Bblr


DAFTAR PUSTAKA
Didien ika septyarini suprapti . 2016 Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatal
Elisabeth Siwi Walyani, Amd.Keb, Th.Endang purwoastuti, S.Pd,APP. 2015. Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal
Pemenkes, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016
Tentang Sistem penangulangan kegawatdaruratan maternal neonatal
Triana, Ani, dkk. 2015 Buku ajar Kegawatdaruratan maternal dan neonatal

Anda mungkin juga menyukai