Anda di halaman 1dari 26

Universitas Kristen Krida Wacana

Fakultas Kedokteran

Laporan Kunjungan Rumah Pasien Ibu Hamil


di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Medangasem, Kabupaten Karawang
Periode 1 Oktober sampai dengan 27 Oktober 2018

Disusun Oleh :
Risma Prameswari Hermawan
112016365

Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Karawang, Oktober 2018
Daftar Isi

Daftar Isi ............................................................................................................................. 1


BAB I. Pendahuluan ........................................................................................................... 2
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 2
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 3
1.3 Tujuan ........................................................................................................................... 3
1.4 Sasaran .......................................................................................................................... 3
BAB II. Materi dan Metode ................................................................................................ 4
2.1. Materi ........................................................................................................................... 4
2.2. Metode ......................................................................................................................... 4
BAB III. Kerangka Teori .................................................................................................... 5
3.1 Anemia dalam Kehamilan............................................................................................. 5
3.1.1 Definisi ....................................................................................................................... 5
3.1.2 Epidemiologi .............................................................................................................. 5
3.1.3 Etiologi ....................................................................................................................... 5
3.1.4 Patofisiologi ............................................................................................................... 6
3.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi ............................................................................ 7
3.1.6 Diagnosis.................................................................................................................... 8
3.1.7 Pencegahan dan Penanganan Anemia pada Ibu Hamil .............................................. 9
3.1.8 Pengaruh Anemia dalam Kehamilan ......................................................................... 10
3.1.9 Kepatuhan Minum Tablet Tambah Darah ................................................................. 11
BAB IV. Hasil dan Data Kunjungan Rumah ...................................................................... 12
BAB V. Analisa Kasus ....................................................................................................... 18
BAB VI. Penutup ................................................................................................................ 20
Daftar Pustaka ..................................................................................................................... 22
Lampiran

1
Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Kesejahteraan kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan
UUD Republik Indonesia Tahun 1945. Pemerintah bersama masyarakat bertanggung jawab untuk
menjamin bahwa setiap ibu memiliki askes terhadap pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas,
mulai dari saat hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih, dan perawatan pasca
persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, serta akses
terhadap keluarga berencana. Disamping itu, pentingnya melakukan intervensi lebih ke hulu yakni
kepada kelompok remaja dan dewasa dalam upaya percepatan penurunan Angka Kematian Ibu
(AKI).1
Di Indonesia angka kematian ibu yang masih tinggi merupakan masalah kesehatan dan
menjadi tantangan tersendiri dan diperlukan penanganan yang lebih lanjut. Menurut World Health
Organization (WHO) mortalitas maternal pada negara berkembang pada tahun 2015 adalah 239
per 100.000 kelahiran hidup dan mortalitas neonatal meningkat dari 2.629 juta menjadi 3.760 juta.2
Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI di Indonesia
diperkirakan sebesar 359 kematian maternal per 100.000 kelahiran hidup.3 Pada tahun 2012,
menurut WHO sekitar 41,8% seluruh ibu hamil di dunia mengalami anemia, sekitar setengahnya
diakibatkan oleh kurangnya zat besi.4 Pada tahun 2013, dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
mengatakan prevalensi anemia pada ibu hamil sebesar 37,1 %. Prevalensi anemia ini masih lebih
tinggi dibandingkan dengan rata-rata prevalensi anemia di negara-negara maju, karena itu di
Indonesia masalah anemia pada ibu hamil masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena
prevalensinya lebih dari 20%.5,6
Karena hal tersebut maka puskesmas dibutuhkan sebagai ujung tombak pembangunan
kesehatan di Indonesia dan hadir di tengah-tengah masyarakat sebagai Unit Pelaksana Teknis
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (UPTD). Puskesmas berfungsi sebagai pusat pembangun
kesehatan yang mengutamakan promotif dan preventif dengan tanpa mengabaikan upaya kuratif
dan rehabilitatif.7

2
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Menurut WHO mortalitas maternal pada negara berkembang pada tahun 2015 adalah 239
per 100.000 kelahiran hidup dan terdapat peningkatan mortalitas neonatal dari 2.629 juta
menjadi 3.760 juta.2
1.2.2 SDKI tahun 2012, AKI di Indonesia diperkirakan sebesar 359 kematian maternal per
100.000 kelahiran hidup.3
1.2.3 Menurut WHO pada tahun 2012 sekitar 41,8% seluruh ibu hamil di dunia mengalami
anemia, sekitar setengahnya diakibatkan oleh kurangnya zat besi.4
1.2.4 Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 prevalensi anemia pada ibu hamil
sebesar 37,1 %.5,6

1.3 Tujuan

Dengan melakukan kegiatan kunjungan langsung kepada pasien puskesmas, diharapkan dapat
menambah wawasan mengenai penelusuran riwayat kesehatan ibu hamil secara menyeluruh dan
komprehensif, dengan melihat berbagai aspek disekitarnya secara langsung di lapangan. Selain itu,
diharapkan menambah pengetahuan yang lebih baik mengenai anemia dalam kehamilan dan
masalah-masalah lainnya yang ditemukan, seperti ada/tidaknya hipertensi, riwayat kehamilan
sebelumnya, serta usia ibu yang dapat mempengaruhi kehamilannya sekarang ditinjau dari sisi
kedokteran keluarga yang tidak hanya berfokus pada upaya kuratif dan rehabilitatif, tetapi juga
promotif dan preventif, sehingga jumlah AKI di Indonesia, khususnya dalam hal ini Puskesmas
Medangasem, Karawang tidak meningkat.

1.4 Sasaran

Sasaran yang dituju adalah “pasien” yang merupakan ibu hamil, dan juga sekelompok
masyarakat atau komunitas yang harus diberikan edukasi guna meningkatkan pengetahuan mereka
akan pentingnya pengenalan dini terhadap anemia yang muncul pada kehamilan dan
penatalaksanaannya (yang terkait dengan kepatuhan minum Tablet Tambah Darah), sehingga
diharapkan, kedepannya setiap orang (masyarakat) dapat turut memantau keadaan ibu hamil
disekitarnya apabila ditemukan tanda maupun gejala yang masuk dalam kelompok ibu hamil
resiko tinggi.

3
Bab II
Materi dan Metode

2.1 Materi

a. Pengenalan mengenai anemia dalam kehamilan.

b. Penatalaksanaan anemia dalam kehamilan.

c. Kepatuhan minum Tablet Tambah Darah.

d. Upaya meningkatkan gizi dalam rangka pemenuhan kebutuhan ibu hamil yang
berkaitan dengan kejadian anemia.

e. Upaya perilaku hidup bersih dan sehat.

f. Upaya menciptakan rumah yang sehat.

2.2 Metode

Metode yang digunakan adalah penemuan penderita pasif (Passive case finding). Penemuan
penderita pasif adalah kegiatan mendatangi pasien ke rumahnya dengan berdasarkan data
yang didapat dari Puskesmas, Puskesmas pembantu, balai pengobatan, maupun Posyandu.
Hal yang dilakukan adalah:
a) Mendapatkan data lengkap mengenai pasien dari aspek biologis, psikologis, dan
sosialnya.
b) Mendapatkan data yang lengkap terkait dengan hal-hal yang berhubungan dengan
kehamilannya.
c) Mendapatkan data lengkap mengenai keadaan rumah dan keluarga pasien.
d) Mendapatkan data lengkap tentang keadaan lingkungan tempat tinggal pasien.
e) Menganalisa dan memberikan penjelasan pada pasien mengenai penanganan hal-hal yang
terjadi selama kehamilan berlangsung.

4
Bab III
Kerangka Teori

3.1 Anemia dalam Kehamilan


3.1.1 Definisi
Kondisi anemia terjadi karena tubuh ibu hamil mengalami kekurangan zat besi yang
merupakan elemen penting dalam sel darah merah. Zat besi merupakan nutrisi yang sangat penting
untuk pembentukan hemoglobin yang berfungsi membawa oksigen ke seluruh tubuh. Anemia
dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester
pertama dan ketiga atau kadar hemoglobin di bawah 10,5 gr% pada trimester kedua. Hemoglobin
(Hb) sendiri merupakan komponen sel darah merah yang berfungsi menyalurkan oksigen ke
seluruh tubuh, jika Hb berkurang, jaringan tubuh akan kekurangan oksigen. Sementara, ibu hamil
mempunyai tingkat metabolisme yang tinggi misalnya untuk membuat jaringan tubuh janin,
membentuknya menjadi organ dan juga untuk memproduksi energi agar ibu hamil bisa tetap
beraktifitas normal sehari-hari.6

3.1.2 Epidemiologi
Diketahui bahwa 10% sampai dengan 20% ibu hamil di dunia menderita anemia pada
kehamilannya. Di dunia 34 % terjadi anemia pada ibu hamil dimana 75 % berada di negara sedang
berkembang. Prevalensi anemia pada ibu hamil di Negara berkembang 43 % dan 12 % pada wanita
hamil di Negara maju. Di Indonesia prevalensi anemia kehamilan relatif tinggi, yaitu 38% sampai
dengan 71.5% dengan rata-rata 63,5%, sedangkan di Amerika Serikat hanya 6%. Menurut WHO
40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan dan
disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut, bahkan tidak jarang keduanya saling
berinteraksi. 8

3.1.3 Etiologi
Pada umumnya anemia disebabkan karena kurang gizi, kurang zat besi, kehilangan darah saat
persalinan yang lalu, dan penyakit-penyakit kronik (seperti infeksi parasit dan cacingan).
Penurunan kadar hemoglobin yang dijumpai selama kehamilan disebabkan oleh karena dalam
kehamilan keperluan akan zat-zat makanan bertambah. Selain itu, terjadi perubahan-perubahan

5
dalam darah/sumsum tulang dan terjadi penambahan volume plasma yang relatif lebih besar
daripada penambahan massa hemoglobin dan volume sel darah merah (hipervolemia).6

3.1.4 Patofisiologi
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi
yang semakin meningkat terhadap plasenta dan pertumbuhan payudara. Volume plasma
meningkat 45-65% dimulai pada trimester II kehamilan dan maksimum terjadi pada bulan ke-9
dan meningkat sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterm serta kembali normal 3 bulan
setelah partus.9
Selama kehamilan kebutuhan tubuh akan zat besi meningkat sekitar 800-1000 mg untuk
mencukupi kebutuhan seperti terjadi peningkatan sel darah merah membutuhkan 300-400 mg zat
besi dan mencapai puncak pada usia kehamilan 32 minggu, janin membutuhkan zat besi sekitar
100-200 mg dan sekitar 190 mg terbuang selama melahirkan. Dengan demikian jika cadangan zat
besi sebelum kehamilan berkurang maka pada saat hamil pasien dengan mudah mengalami
kekurangan zat besi.9
Gangguan pencernaan dan absorbsi zat besi bisa menyebabkan seseorang mengalami anemia
defisiensi besi. Walaupun cadangan zat besi didalam tubuh mencukupi dan asupan nutrisi dan zat
besi yang adikuat tetapi bila pasien mengalami gangguan pencernaan maka zat besi tersebut tidak
bisa diabsorbsi dan dipergunakan oleh tubuh.9
Anemia defisiensi besi merupakan manifestasi dari gangguan keseimbangan zat besi yang
negatif, jumlah zat besi yang diabsorbsi tidak mencukupi kebutuhan tubuh. Pertama-tama untuk
mengatasi keseimbangan yang negatif ini tubuh menggunakan cadangan besi dalam jaringan
cadangan. Pada saat cadangan besi itu habis barulah terlihat tanda dan gejala anemia defisiensi
besi.9
Berkembangnya anemia dapat melalui empat tingkatan yang masing-masing berkaitan dengan
ketidaknormalan indikator hematologis tertentu. Tingkatan pertama disebut dengan kurang besi
laten yaitu suatu keadaan dimana banyaknya cadangan besi yang berkurang dibawah normal
namun besi didalam sel darah merah dari jaringan tetap masih normal. Tingkatan kedua disebut
anemia kurang besi dini yaitu penurunan besi cadangan terus berlangsung sampai atau hampir
habis tetapi besi didalam sel darah merah dan jaringan belum berkurang. Tingkatan ketiga disebut
dengan anemia kurang besi lanjut yaitu besi didalam sel darah merah sudah mengalami penurunan

6
namun besi dan jaringan belum berkurang. Tingkatan keempat disebut dengan kurang besi dalam
jaringan yaitu besi dalam jaringan sudah berkurang atau tidak ada sama sekali.9

3.1.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi


Anemia pada kehamilan yang terjadi pada trimester pertama sampai ketiga dapat dipengaruhi
oleh faktor-faktor sebagai berikut: 9

3.1.5.1 Status Gizi


Status gizi ibu pada saat hamil mempengaruhi berat badan janin dalam kandungan, apabila
status gizi buruk, baik sebelum kehamilan dan selama kehamilan akan menyebabkan berat badan
lahir rendah (BBLR), disamping itu akan mengakibatkan terhambatnya otak janin, anemia pada
bayi baru lahir. Dengan demikian, asupan gizi sangat mempengaruhi kondisi kesehatan ibu dan
janin yang dikandungnya.

3.1.5.2 Umur Ibu


Faktor umur merupakan faktor risiko kejadian anemia pada ibu hamil. Umur seorang ibu
berkaitan dengan alat – alat reproduksi wanita. Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur
20 – 35 tahun. Kehamilan diusia < 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat menyebabkan anemia karena
pada kehamilan diusia < 20 tahun secara biologis belum optimal emosinya cenderung labil,
mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan
kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilannya.
Sedangkan pada usia > 35 tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta
berbagai penyakit yang sering menimpa diusia ini.

3.1.5.3 Jarak Kehamilan


Jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat menyebabkan terjadinya anemia. Hal ini dikarenakan
kondisi ibu masih belum pulih dan pemenuhan kebutuhan zat gizi belum optimal, sudah harus
memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang dikandung.

3.1.5.4 Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir hidup maupun
lahir mati. Seorang ibu yang sering melahirkan mempunyai resiko mengalami anemia pada

7
kehamilan berikutnya apabila tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi. Karena selama zat-zat gizi
akan terbagi untuk ibu dan untuk janin yang dikandungnya. Berdasarkan hasil analisis dalam
penelitian yang dilakukan oleh Djamilus dan Herlina tahun 2008, didapatkan bahwa ibu hamil
dengan paritas tinggi mempunyai resiko 1,454 kali lebih besar untuk mengalami anemia
dibandingkan dengan yang paritas rendah.

3.1.5.5 Status Ekonomi


Faktor yang menggambarkan tingkat sosio ekonomi salah satunya adalah tingkat pendidikan
dan pekerjaan. Tingkat sosio ekonomi yang rendah dapat mempengaruhi kejadian anemia. Angka
kejadian anemia pada ibu-ibu dengan kelompok pekerjaan suami (petani, nelayan, pekerja lepas)
lebih tinggi dari kelompok pekerjaan suami (pegawai negeri, swasta dan dagang). Hal ini
mencakup kemampuan dalam hal membeli dan memenuhi makanan bergizi dan suplemen
tambahan yang dibutuhkan pada saat hamil.

3.1.5.6 Pemeriksaan ANC


Pemeriksaan Antenatal adalah pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan janinnya oleh tenaga
profesional meliputi pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar pelayanan yaitu minimal 4 kali
pemeriksaan selama kehamilan, 1 kali pada trimester satu, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada
trimester III. Dengan pemeriksaan antenatal kejadian anemia pada ibu dapat dideteksi sedini
mungkin dan diberi penanganan segera. Pada pemeriksaan ini tablet penambahan darah (tablet Fe)
juga diberikan pada ibu yang tidak mengalami anemia untuk mencegah terjadinya anemia.

3.1.6 Diagnosis
3.1.6.1. Pemeriksaan Fisik
Manifestasi klinis dari anemia pada kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat besi
sangat bervariasi walaupun tanpa gejala, anemia dapat menyebabkan tanda gejala seperti letih,
sering mengantuk, malaise, pusing, lemah, nyeri kepala, luka pada lidah, kulit pucat, konjungtiva,
bantalan kuku pucat, tidak ada nafsu makan, mual dan muntah.8 Menentukan seseorang mengalami
anemia melalui pemeriksaan fisik sangatlah sulit karena banyak pasien yang asimtomatis. Oleh
karena itu perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan anemia pasti.8

8
3.1.6.2. Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin adalah parameter yang dingunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi
anemia. Keuntungan metode pemeriksaan Hb adalah mudah, sederhana dan penting bila
kekurangan besi tinggi, seperti pada kehamilan sedangkan keterbatasan pemeriksaan Hb adalah
spesifitasnya kurang yaitu sekitar 65-99% dan sensifitasnya 80-90%.8
Anemia pada ibu hamil berdasarkan pemeriksaan dan pengawasan Hb dengan Sahli dapat
digolongkan berdasarkan berat ringannya terbagi menjadi anemia berat jika Hb 7gr %, anemia
sedang jika kadar Hb antara 7 sampai 8 gr % dan bila anemia ringan jika kadar Hb antara 9 sampai
10 gr %. 6,8
Metode yang paling sering digunakan di laboratorium dan paling sederhana adalah metode
Sahli dan sampai saat ini baik di Puskesmas maupun di beberapa Rumah sakit. Pada metode sahli,
hemoglobin dihidrolisis dibentuk dengan HCL menjadi forroheme oleh oksigen yang ada di udara
dioksidasi menjadi ferriheme yang segera bereaksi dengan ion CL membentuk Ferrihemechlorid
yang juga disebut hematin atau hemin yang berwarna coklat. Warna yang terbentuk ini
dibandingkan dengan warna standard, karena membandingkan pengamatan dengan mata secara
langsung tanpa menggunakan alat, maka subjektivitas hasil pemeriksaan sangat berpengaruh hasil
pembacaan.8

3.1.7 Pencegahan dan Penanganan Anemia pada Ibu Hamil


Pencegahan anemia pada ibu hamil dapat dilakukan antara lain dengan cara meningkatkan
konsumsi zat besi dari makanan, mengkonsumsi pangan hewani dalam jumlah cukup, namun
karena harganya cukup tinggi sehingga masyarakat sulit menjangkaunya. Untuk itu diperlukan
alternatif yang lain untuk mencegah anemia gizi besi, seperti memakan beraneka ragam makanan
yang memiliki zat gizi saling melengkapi termasuk vitamin yang dapat meningkatkan penyerapan
zat besi, seperti vitamin C. Peningkatan konsumsi vitamin C sebanyak 25, 50, 100 dan 250 mg
dapat meningkatkan penyerapan zat besi sebesar 2, 3, 4 dan 5 kali. Buah-buahan segar dan sayuran
sumber vitamin C, namun dalam proses pemasakan 50 - 80 % vitamin C akan rusak. Disamping
itu, juga mengurangi konsumsi makanan yang bisa menghambat penyerapan zat besi seperti : fitat,
fosfat, tannin.9
Penanganan anemia defisiensi besi adalah dengan preparat besi yang diminum (oral) atau
dapat secara suntikan (parenteral). Terapi oral adalah dengan pemberian preparat besi : fero sulfat,

9
fero gluconat, atau Na-fero bisitrat. Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb
sebanyak 1 gr% per 19 bulan. Sedangkan pemberian preparat parenteral adalah dengan ferum
dextran sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena atau 2×10 ml secara intramuskulus, dapat
meningkatkan hemoglobin relatif cepat yaitu 2gr%. Pemberian secara parenteral ini hanya
berdasarkan indikasi, di mana terdapat intoleransi besi pada traktus gastrointestinal, anemia yang
berat, dan kepatuhan pasien yang buruk. Pada daerah-daerah dengan frekuensi kehamilan yang
tinggi dan dengan tingkat pemenuhan nutrisi yang minim, seperti di Indonesia, setiap wanita hamil
haruslah diberikan sulfas ferosus atau glukonas ferosus sebanyak satu tablet sehari selama masa
kehamilannya. Selain itu perlu juga diedukasi untuk makan lebih banyak protein dan sayur-sayuran
yang mengandung banyak mineral serta vitamin. 9
Selama kehamilan seorang ibu hamil menyimpan zat besi kurang lebih 1.000 mg termasuk
untuk keperluan janin, plasenta, dan hemoglobin ibu sendiri. Kebijakan nasional yang diterapkan
di seluruh Pusat Kesehatan Masyarakat adalah pemberian Tablet Tambah Darah minimal 90 butir.
Sebaiknya tablet ini tidak diminum bersama teh atau kopi, karena akan mengganggu
penyerapannya.6

3.1.8 Pengaruh Anemia dalam Kehamilan


Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu dalam kehamilan,
persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya. Penyulit-penyulit yang dapat timbul akibat anemia
adalah keguguran, kelahiran prematur, persalinan yang lama akibat kelelahan otot rahim di dalam
berkontraksi, perdarahan pasca-melahirkan karena tidak adanya kontraksi otot rahim, syok, infeksi
baik saat bersalin maupun pasca-bersalin, serta anemia yang berat (<4 gr%) dapat menyebabkan
dekompensasi kordis. Di samping itu, hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan
kematian pada ibu pada persalinan yang sulit, walaupun tidak terjadi perdarahan. Anemia dalam
kehamilan juga memberikan pengaruh kurang baik bagi hasil pembuahan (konsepsi) seperti
kematian mudigah, kematian perintal, bayi lahir prematur, dapat terjadi cacat bawaan, dan
cadangan besi yang kurang. Sehingga anemia dalam kehamilan merupakan sebab potensial
kematian dan kesakitan pada ibu dan anak.6

10
3.1.9 Kepatuhan Minum Tablet Tambah Darah
Konsumsi tablet besi sangat dipengaruhi oleh kesadaran dan kepatuhan ibu hamil. Kesadaran
merupakan pendukung bagi ibu hamil untuk patuh minum tablet Fe dengan baik. Tingkat
kepatuhan yang kurang sangat dipengaruhi oleh rendahnya kesadaran ibu hamil dalam minum
tablet besi, inipun besar kemungkinan mendapat pengaruh melalui tingkat pengetahuan gizi dan
kesehatan. Kepatuhan ibu hamil minum tablet besi tidak hanya dipengaruhi oleh kesadaran saja,
namun ada beberapa faktor lain yaitu bentuk tablet, warna, rasa dan efek samping seperti mual,
konstipasi, serta kepercayaan maupun mitos yang terkait dengan Tablet Tambah Darah itu sendiri.
Pada penelitian Djamilus dan Herlina (2008) menunjukkan bahwa ibu hamil yang kurang patuh
minum tablet Fe mempunyai risiko 2,429 kali lebih besar untuk mengalami anemia dibanding yang
patuh minum tablet Fe. Kepatuhan mengonsumsi tablet Fe diukur dari ketepatan jumlah tablet
yang diminum, ketepatan cara mengonsumsi tablet Fe, dan frekuensi minum perhari. Suplementasi
besi atau pemberian tablet Fe merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan
menanggulangi anemia, khususnya anemia kekurangan besi. Suplementasi besi merupakan cara
efektif karena kandungan besinya yang dilengkapi asam folat yang sekaligus dapat mencegah
anemia karena kekurangan asam folat.8

11
Bab IV
Hasil dan Laporan Kunjungan Rumah

Puskesmas : UPTD Puskesmas Medangasem

Alamat : Desa Ciptamarga

Tanggal Kunjungan : 17 Oktober 2018

I. Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Usia : 28 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMP
Alamat : Desa Ciptamarga
Agama : Islam
Suku Bangsa : Sunda

II. Riwayat Biologis Keluarga

Keadaan kesehatan sekarang : Baik


Kebersihan perorangan : Baik
Penyakit yang sering diderita : Tidak ada
Penyakit keturunan : Tidak ada
Penyakit kronis : Tidak ada
Kecacatan anggota keluarga : Tidak ada
Pola makan : Baik (3 kali sehari)
Pola istirahat : Baik (± 8 jam sehari)
Jumlah anggota keluarga : 2 orang (pasien dan suami)

12
III. Psikologis Keluarga

Kebiasaan buruk : Tidak ada


Pengambilan keputusan : Suami
Ketergantungan obat : Tidak ada
Tempat mencari pelayanan kesehatan : Posyandu, Puskesmas
Pola rekreasi : Kurang

IV. Keadaan Rumah/Lingkungan

Jenis bangunan : Semi Permanen


Lantai rumah : Semen
Luas rumah :7m x7m
Penerangan : Ada
Kebersihan : Sedang
Ventilasi : Ada
Dapur : Ada
Jamban keluarga : Ada
Sumber air bersih : Air sumur
Sumber air minum : Air galon
Sumber pencemaran air : Tidak ada
Pemanfaatan pekarangan : Tidak ada
Sistem pembuangan air limbah : Ada
Tempat pembuangan sampah : Ada
Sanitasi lingkungan : Sedang

V. Spiritual Keluarga
Ketaatan beribadah : Cukup
Keyakinan tentang kesehatan : Cukup

13
VI. Keadaan Sosial Keluarga

Tingkat pendidikan : Sedang


Hubungan antar anggota keluarga : Baik
Hubungan dengan orang lain : Baik
Kegiatan organisasi sosial : Baik
Keadaan ekonomi : Sedang

VII. Kultural Keluarga


Adat yang berpengaruh : Sunda
Lain-lain : Tidak ada

VIII. Keluhan Utama


Pasien datang ke Posyandu untuk pemeriksaan kehamilan rutin.

IX. Keluhan Tambahan


Mudah lelah.

X. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien hamil 20-21 minggu, HPHT tanggal 24 Mei 2018. Hari taksiran persalinan tanggal 3
Maret 2019. Pasien rutin periksa ANC di Posyandu di lingkungannya setiap bulan. Pasien
juga memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Medangasem terkait dengan pemantauan
anemia yang dideritanya. Pasien belum pernah melakukan pemeriksaan USG.
Pasien tidak memiliki keluhan lain, selain daripada mudah lelah. Tidak ada mules-mules,
keluar air-air (-) lendir darah (-) gerak janin aktif. Selama hamil demam (-) keputihan (-)
nafsu makan sedang, BAK dan BAB normal.

XI. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat darah tinggi, kencing manis, asma, penyakit jantung, dan alergi makanan serta obat
disangkal oleh pasien.

14
XII. Riwayat Haid
Menarche usia 14 tahun, siklus 28 hari, teratur, selama 5-7 hari, ganti pembalut 2-3x/hari,
nyeri haid disangkal.

XIII. Riwayat Pernikahan


1 kali (Mei 2018), suami berusia 28 tahun.

XIV. Riwayat KB
Tidak pernah memakai KB.

XV. Pemeriksaan Fisik


Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Frekuensi Nadi : 90 kali/menit
Frekuensi Napas : 20 kali/menit
Suhu : 36.7oC

Mata : Konjungtiva anemis +/+ Sklera ikterik -/-


Jantung : BJ I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru-paru : Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Membuncit sesuai usia kehamilan
Leopold 1 : Ekstremitas
Leopold 2 : Punggung Kiri
Leopold 3 : Kepala
Leopold 4 : Konvergen
Ekstremitas : Akral hangat, edema -/-

XVI. Pemeriksaan Penunjang


Tanggal 18/08/2018 Darah (Hb 10,3 gr%) dan urin (protein -)

15
XVII. Diagnosis Penyakit
Wanita G1P0A0 hamil 20-21 minggu, janin tunggal hidup, intrauterine dengan anemia.

XVIII. Diagnosis Keluarga


-

XIX. Anjuran Penatalaksanaan Penyakit


a. Promotif: Penyuluhan tentang pentingnya pengenalan dini terhadap kejadian anemia
dalam kehamilan yang terkait dengan penatalaksanaannya, seperti mengonsumsi TTD
(Tablet Tambah Darah) untuk mengatasi anemianya.
b. Preventif:
Pencegahan penyakit anemia dalam kehamilan adalah sebagai berikut:
i. Makan makanan yang bergizi terutama tinggi protein dan zat besi.
ii. Kontrol kehamilan secara rutin, sehingga dapat dipantau perjalanan
penyakitnya.
iii. Persalinan yang bersih dan aman yang dibantu oleh tenaga medis.
c. Kuratif :
i. Pemberian Tablet Tambah Darah yang diminum 2x/hari.
d. Rehabilitatif: tidak diperlukan dalam hal ini.

XX. Prognosis
a. Penyakit

Prognosis dubia ad bonam bila pasien patuh minum obat dan melakukan pemeriksaan
secara rutin di fasilitas kesehatan yang ada.

b. Keluarga

Hubungan dengan keluarga baik jika pasien tetap menjaga waktu kebersamaan tiap harinya
dengan keluarga. Dan menyempatkan waktu untuk berekreasi bersama keluarga.

16
c. Masyarakat

Prognosis di masyarakat dubia. Anggota keluarga, kerabat maupun masyarakat harus


berhati-hati terkait pemantauan bila muncul komplikasi dalam kehamilan, karena
kehamilannya termasuk dalam kategori bumil risti. Selain itu juga dapat berperan sebagai
pendamping untuk mengingatkan ibu hamil mengonsumsi obatnya secara rutin.

XXI. Resume

Pasien 28 tahun, G1P0A0 hamil 20-21 minggu dengan janin tunggal hidup, intrauterin,
HPHT tanggal 24 Mei 2018 dan taksiran persalinan tanggal 3 Maret 2019. Pasien memiliki keluhan
mudah lelah. Dari pemeriksaan fizik didapatkan TD 110/70 mmHg, frekuensi nadi 90 kali/menit,
RR 20 kali/menit, suhu 36.6oC dan konjungtiva anemis. Dari pemeriksaan laboratorium
didapatkan Hb 10,3 gr%.

17
Bab V

Analisa Kasus

5.1 Analisa Kasus

Kasus Masalah Rencana Tindak Lanjut

Ibu A, umur 28 tahun, Anemia Kunjungan rumah segera,


G1P0A0 20-21 minggu, Pantau kehamilan dengan
HPHT 24/3/2018, rencana ANC teratur (tiap bulan),
bersalin oleh bidan, Anemia Pemberian tablet Fe untuk
(Hb: 10,3 gr% hasil mengatasi anemianya.
pemeriksaan laboratorium 1
bulan yang lalu)

5.2 Riwayat Keluarga

Keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit degeneratif. Keadaan keluarga sedang. Semua
anggota keluarga dalam keadaan baik-baik saja.

5.3 Analisa Kunjungan Rumah

5.3.1 Kondisi Pasien


Pasien mudah sekali lelah. Pasien juga mengaku tidak rutin minum TTD (Tablet Tambah Darah)
karena baunya dan takut makan obat tambah darah. Selain itu, pasien jarang mengikuti kelas ibu
hamil, oleh karena malas.
5.3.2 Pendidikan
Pendidikan pasien terakhir adalah SMP (sedang).
5.3.3 Keadaan Rumah
- Lokasi: rumah pasien terdapat dalam gang tetapi rumah pasien bersih, rumah non permanen.
- Kondisi: jenis bangunan rumah pasien adalah belum permanen. Rumah tersebut lantainya terbuat
semen, beratap genteng.
- Luas Rumah: 7 m x 7 m = 49 m²

18
5.3.4 Ventilasi
Sirkulasi udara sudah cukup.
5.3.5 Pencahayaan
Ada sudah cukup, siang cahaya dari luar bisa masuk, malam menggunakan lampu neon.
5.3.6 Kebersihan
Kebersihan dalam rumah sedang.
5.3.7 Sumber air bersih
Sumber air berasal dari air sumur.

5.4 Analisa Fungsi Keluarga

5.4.1 Keadaan Biologis


Keadaan biologis pasien sedang. Adanya keluhan mudah lelah pada pasien.
5.4.2 Keadaan Psikologis
Hubungan pasien dengan semua anggota keluarga terjalin dengan baik. Pasien dan suaminya
sangat mendamba-dambakan kehadiran anak mereka.
5.4.3 Keadaan Ekonomi
Keadaan ekonomi pasien cukup untuk memenuhi kebutuhannya.
5.4.4 Keadaan Religius
Pasien dan suaminya menjalankan ibadah mereka dengan baik. Keluarga pasien tetap mengikuti
kegiatan keagamaan, seperti acara pengajian yang dilangsungkan oleh lingkungannya.

19
Bab VI

Penutup

4.1 Kesimpulan

Anemia merupakan masalah gizi yang perlu mendapat perhatian khusus. Dimana
kebutuhan tambahan zat besi selama hamil adalah lebih kurang 1000 mg, yang diperlukan untuk
pertumbuhan janin, plasenta, dan perdarahan saat persalinan yang mengeluarkan rata-rata 250 mg
besi. Anemia pada ibu hamil beresiko terhadap terjadinya hambatan pertumbuhan janin sehingga
bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR), perdarahan saat persalinan, dan dapat berlanjut
setelah persalinan yang dapat menyebabkan kematian ibu dan bayinya. Oleh karena kebutuhan zat
gizi pada wanita hamil meningkat 25 % dibandingkan wanita tidak hamil, maka pemenuhan
kebutuhan sangat sulit dipenuhi hanya dari makanan saja, sehingga diperlukan Tablet Tambah
Darah (TTD) untuk mencegah dan menanggulangi anemia gizi besi yang diderita ibu hamil
tersebut.
Dengan demikian peran dan fungsi keluarga serta masyarakat sekitar sangat penting disaat
salah satu anggota keluarga mengalami masalah kesehatan. Mereka dapat memberikan motivasi
kepada pasien, mengingatkan pasien minum obat dan memantau kesehatannya.

4.2 Saran

4.2.1 Puskesmas

Diharapkan dapat lebih sering melakukan pendekatan kepada ibu hamil dan masyarakat
melalui penyuluhan-penyuluhan dalam usaha promotif dan preventif, tanpa mengesampingkan
upaya kuratif dan rehabilitatif. Dalam hal ini berhubungan dengan upaya perbaikan gizi dan
kesehatan masyarakat terutama akan pentingnya minum Tablet Tambah Darah selama kehamilan
terlebih pada ibu hamil dengan anemia. Dengan demikian dapat meningkatkan kepatuhan minum
TTD tersebut. Selain itu, kedepannya diharapkan ibu hamil secara teratur memeriksakan
kehamilannya di fasilitas kesehatan yang ada, baik melalui Puskesmas maupun Posyandu agar
dapat memantau status kesehatannya secara menyeluruh dengan pemeriksaan yang
berkesinambungan.

20
4.2.2 Pasien

- Mengetahui pentingnya minum Tablet Tambah Darah selama kehamilan berlangsung

- Berusaha untuk lebih memahami kehamilannya dan tetap menjaga kesehatan melalui pola hidup
sehat, makan makanan bergizi dan minum obat secara teratur.

- Tetap rajin mengontrol kesehatannya ke Puskesmas maupun Posyandu secara rutin.

21
Daftar Pustaka

1. Kementerian Kesehatan RI. Info datin: Pusat data dan informasi kementerian kesehatan RI.
2014. Di unduh dari http:// www.depkes.go.id/download.php? file=download/ pusdatin
/infodatin/infodatin-ibu.pdf. Pada tanggal 25 Juli 2018.
2. WHO. Maternal mortality. November 2016. Di unduh dari
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs348/en/ . Pada tanggal 25 Juli 2018.
3. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. 2012. Di unduh dari
http://chnrl.org/pelatihan-demografi/SDKI-2012.pdf. Pada tanggal 25 Juli 2018
4. WHO. Daily iron and folic acid supplementation in pregnant women. 2012. Di unduh dari
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/77770/1/9789241501996_eng.pdf. Pada tanggal
25 Juli 2018.
5. Kementerian Kesehatan RI. Riset kesehatan dasar: Riskesdas 2013. 2013. Di unduh dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf.
Pada tangga 25 Juli 2018.
6. Kementrian Kesehatan RI. Pedoman penatalaksanaan pemberian tablet tambah darah.
2015.
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 128/menkes/sk/ii/2004.
Kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat menteri kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta: Kemenkes,2004.
8. Cunningham FG, et all. Obstetri Williams. Edisi ke-23. Volume 2. Jakarta : EGC,
2012.h.797-9.
9. Morgan Geri, dkk. Obstetri dan ginekologi panduan praktik. Jakarta: EGC, 2009.

22
Lampiran

23
24
25

Anda mungkin juga menyukai