disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas 2
Oleh :
Ismet D Luawo (185070209111003)
Muhammad Irwan A (185070209111005)
Dodi Sagita S (185070209111007)
Sirila Ngesti P (185070209111011)
Maria Rosari T (185070209111015)
Jaya Dwi P (185070209111019)
Andik Pambudi (185070209111025)
Venty Aprilia P (185070209111030)
Muhammad Syaifulloh M (185070209111036)
Lina Anggraeni (185070209111038)
Anastasia Intan P (185070209111045)
Regina Hege (185070209111049)
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufiq, hidayah,
dan inayah-Nya sehingga kelompok dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Asuhan Keperawatan Anemia dalam Kehamilan” Penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa, karena telah menjadi pedoman bagi kelompok untuk
menyelesaikan makalah ini.
2. Ibu Ns. Ayut Merdikawati, M.Kep sebagai dosen pembimbing yang memberi
motivasi bagi kami.
Kelompok menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kelompok harapkan.
Harapan kelompok, makalah ini memberikan manfaat di dunia pendidikan, khususnya
dalam bidang kesehatan.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................... i
DAFTAR ISI .....................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 3
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................................................ 4
2.1 Definisi ............................................................................................................... 4
2.2 Epidemiologi....................................................................................................... 4
2.3 Etiologi ............................................................................................................... 5
2.4 Faktor Resiko ..................................................................................................... 5
2.5 Patofisiologi ........................................................................................................ 5
2.6 Manifestasi Klinis ............................................................................................... 6
2.7 Komplikasi .......................................................................................................... 7
2.8 Pemeriksaan Diagnostic .................................................................................... 8
2.9 Penatalaksanaan ............................................................................................... 9
2.10 Asuhan Keperawatan ....................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Dampak anemia pada ibu hamil maupun janinnya dapat mengganggu
kesehatan. Dampak pada ibu dapat menyebabkan abortus, persalinan prematur,
peningkatan terjadi infeksi, ancaman dekompensasi jantung jika Hb kurang dari
6,0 g/dl (Pratami, 2016). Menurut penelitian Putri, Rosalina & Trisnasari tahun
2015diketahui bahwa dari 224 ibu hamil dengan anemia yang mengalami abortus
sebanyak 91 orang (40,6%).
Bahaya terhadap janinya adalah resiko terjadinya kematian intra-uteri, resiko
terjadinya abortus, berat badan lahir rendah, resiko terjadinya cacat bawaan,
peningkatan resiko infeksi pada bayi hingga kematian perinatal atau tingkat
intilegensi bayi rendah (Pratami, 2016). Menurut penelitian Budiastuti & Muhartati
tahun 2012-2013 didapatkansebagian besar (81,8%) ibu hamildengan anemia
ringan pada trimester III melahirkan bayi BBLR. Sedangkan anemia sedang pada
ibu hamil trimester III yang melahirkan bayi BBLR sebanyak 4 ibu hamil (12,1%),
dan yang melahirkan BBSLR sebanyak 2 ibu hamil dengan persentase 6,1%.
Mengingat besarnya dampak anemia terhadap ibu hamil dan janinnya maka
pencegahan anemia yang dilakukan pada ibu hamil yaitu dengan selalu
mengkonsumsi nutrisi yang baik selama kehamilan. Makan makanan yang tinggi
kandungan zat besi yang dapat membantu tubuh menjaga pasokan besi yang
yang diperlukan diperlukan untuk tubuh. Selain itu pemberian vitamin C juga
dapat mencukupi zat besi dan folat (Proverawati, 2011). Ibu hamil tersebut
sebaiknya melakukan pemeriksaan sebelum hamil sehingga diketahui data-data
dasarnya. Pemeriksaan kesehatan juga dilakukan pemeriksaan laboratorium
(Manuaba,dkk, 2007). Menurut penelitian Putri, Sulistyono &Mahmuda Ibu hamil
yang tidak teratur melakukan pemeriksaan kehamilan kemungkinan anemia 4,421
kali lebih besar dibandingkan dengan ibu hamil yang teratur melakukan
pemeriksaan kehamilan.
Tablet Fe atau preparat besi telah disediakan pemerintah kepada masyarakat
untuk membantu mengatasi masalah anemia (Manuaba,dkk, 2007). Secara
nasional cakupan ibu hamil mendapatkan tablet Fe tahun 2014 sebesar 85,1%.
Data tersebut belum mencapai target sebesar 95%, di Sumatera Barat berada
pada urutan ke 22 dengan pemberian tablet Fe 81,1%.Menurut penelitian Kusuma
2
& Susilawati mengkonsumsi tablet Fe sebanyak 320 mg yang mengandung zat
besi 60 mg dapat meningkatkan nilai hemoglobin 60%.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam
sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya
sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan (Tarwono, dkk 2007). Sedangkan
menurut Pratami (2016)anemia dalam kehamilan didefenisikan sebagai suatu kondisi
ketika ibu memiliki kadar hemoglobin kurang dari 11,0 g/dl pada trimester I dan III,
atau kadar hemoglobin kurang dari 10,5 g/dl pada trimester II.
Nilai normal yang akurat untuk ibu hamil sulit dipastikan karena ketiga parameter
laboratorium tersebut bervariasi selama periode kehamilan. Umumnya ibu hamil
dianggap anemia jika kadar hemoglobinnya dibawah 11 g/dl atau hematokrit kurang
dari 33%. Konsentrasi Hb kurang dari 11 g/dl pada akhir trimester pertama dan <10
g/dl pada trimester kedua dan ketiga menjadi batas bawah untuk menjadi penyebab
anemia dalam kehamilan. Nilai – nilai ini kurang lebih sama nilai Hb terendah pada
ibu - ibu hamil yang mendapat suplementasi besi, yaitu 11,0 g/dl pada trimester
pertama dan 10,5 g/dl pada trimester kedua dan ketiga (Prawirohardjo,2010).
2.2 Epidemiologi
Di seluruh dunia, frekuensi anemia dalam kehamilan cukup tinggi yaitu
berkisar antara 10-20%. Menurut WHO, 40% kematian ibu di negara berkembang
berkaitan dengan anemia dalam kehamilan yang penyebabnya adalah defisiensi
zat besi. Angka anemia di Indonesia menunjukkan nilai yang cukup tinggi yaitu
63,5% Karena defisiensi gizi memegang peranan yang sangat penting dalam
timbulnya anemia maka dapat dipahami bahwa frekuensi anemia dalam kehamilan
lebih tinggi di negara berkembang, dibandingkan dengan negara maju. 95% dari
anemia dalam kehamilan merupakan anemia defiesiensi besi. Insidens wanita
hamil yang menderita anemia defisiensi besi semakin meningkat. Ini menunjukkan
keperluan zat besi maternal yang bertambah pada kehamilan. Kematian maternal
4
meningkat karena terjadinya pendarahan post partum yang banyak pada wanita
hamil yang memang sudah menderita anemia sebelumnya.
2.3 Etiologi
Menurut Prawirohardjo (2010), Proverawati (2011) dan Pratami (2016) penyebab
anemia dalam kehamilan adalah :
a. Peningkatan volume plasma sementara jumlah eritrosit tidak sebanding dengan
peningkatan volume plasma
b. Defesiensi zat besi mengakibatkan kekurangan hemoglobin (Hb), dimana zat
besi adalah salah satu pembentuk hemoglobin.
c. Ekonomi : tidak mampu memenuhi asupan gizi dan nutrisi dan ketidaktahuan
tentang pola makan yang benar
d. Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi yang banyak
dan perdarahan akibat luka
e. Mengalami dua kehamilan yang berdekatan
f. Mengalami menstruasi berat sebelum kehamilan
g. Hamil saat masih remaja
2.5 Patofisiologi
Anemia dalam kehamilan dapat disebabkan oeh banyak faktor, antara lain;
kurang zat besi; kehilangan darah yang berlebihan; proses penghancuran eritrosit
dalam tubuh sebelum waktunya; peningkatan kebutuhan zat besi (Pratami, 2016).
Selama kehamilan, kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan
produksi eritropenin. Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah
5
meningkat. Namun, peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih
besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan
konsentrasi Hb (Prawirohardjo, 2010).
Sedangkan volume plasma yang terekspansi menurunkan hematokrit (Ht),
konsentrasi hemoglobin darah (Hb) dan hitung eritrosit, tetapi tidak menurunkan
jumlah Hb atau eritrosit dalam sirkulasi. Ada spekulasi bahwa anemia fisiologik
dalam kehamilan bertujuan untuk viskositas darah maternal sehingga meningkatkan
perfusi plasenta dan membantu penghantaran oksigen serta nutrisi ke janin
(Prawirohardjo, 2010).
Ekspansi volume plasma mulai pada minggu ke 6 kehamilan dan mencapai
maksimum pada minggu ke 24 kehamilan, tetapi dapat terus meningkat sampai
minggu ke 37. Pada titik puncaknya, volume plasma sekitar 40% lebih tinggi pada
ibu hamil. Penurunan hematokrit, konsentrasi hemoglobin, dan hitung eritrosit
biasanya tampak pada minggu ke 7 sampai ke 8 kehamilan dan terus menurun
sampai minggu ke 16 sampai 22 ketika titik keseimbangan tercapai (Prawirohardjo,
2010).
Jumlah eritrosit dalam sirkulasi darah meningkat sebanyak 450 ml. Volume
plasma meningkat 45-65 %, yaitu sekitar 1.000 ml. Kondisi tersebut mengakibatkan
terjadinya pengenceran darah karena jumlah eritrosit tidak sebanding dengan
peningkatan plasma darah. Pada akhirnya, volume plasma akan sedikit menurun
menjelang usia kehamilan cukup bulan dan kembali normal tiga bulan postpartum.
Persentase peningkatan volume plasma yang terjadi selama kehamilan, antara lain
plasma darah 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19%. Pada awal kehamilan,
volume plasma meningkat pesat sejak usia gestasi 6 minggu dan selanjutnya laju
peningkatan melaambaat. Jumlah eritrosit mulai meningkat pada trimester II dan
memuncak pada trimester III (Pratami, 2016).
6
b. Penurunan energy
c. Sesak nafas
d. Tampak pucat dan kulit dingin
e. Tekanan darah rendah
f. Frekuensi pernapasan cepat
g. Kulit kuning disebut jaundice jika anemia karena kerusakan sel darah merah
h. Sakit kepala
i. Tidak bisa berkonsentrasi
j. Rambut rontok
k. Malaise
2.7 Komplikasi
Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam
kehamilan, persalinan maupun dalam nifas dan masa selanjutnya. Berbagai
penyulit dapat timbul akibat anemia seperti :
a. Pengaruh Anemia terhadap Kehamilan
Abortus (keguguran)
Persalinan prematurus
Gangguan pertumbuhan janin dalam Rahim
Ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr%)
Mola hidati dosa
Mudah terjadi infeksi
Hyperemesis gravidarum
Perdarahan sebelum persalinan
Ketuban pecah dini
b. Pengaruh Anemia terhadap Persalinan
Gangguan his
Kala II dapat berlangsung lama dan partus lama
Kala uri dapat diikuti retensio placenta dan kelemahan his.
c. Pengaruh Anemia pada Saat Nifas
7
Terjadi sub involusi uteri menimbulkan pendarahan post partum
Memudahkan infeksi puerpuerium
Pengeluaran ASI berkurang
Terjadinya dekompensasi kordis.
d. Pengaruh Anemia terhadap Janin
Kematian janin dalam kandungan
Berat bayi lahir rendah
Kelahiran dengan anemia
Cacat bawaan
Mudah terinfeksi sampai kematian perinatal
Inteligensi rendah.
8
h. Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi
(hemolitik)
i. Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan
dengan defisiensi masukan/absorpsi
j. Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
k. TBC serum : meningkat (DB)
l. Feritin serum : meningkat (DB)
m. Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
n. LDH serum : menurun (DB)
o. Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
p. Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster,
menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).
q. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya
asam hidroklorik bebas (AP).
r. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah
dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia,
misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel
darah (aplastik).
s. Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan :
perdarahan GI
2.9 Penatalaksanaan
2.1.1 Penatalaksanaan Medis
Penanganan anemia yang tepat merupakan hal penting untuk mengatasi
anemia pada awal untuk mencegah atau meminimalkan konsekuensi serius
perdarahan. Penanganan anemia secara efektif perlu dilakukan. Ibu hamil
berhak memilih kadar Hb normal selama kehamilan dan memperoleh
pengobatan yang aman dan efektif. Pengobatan yang aman dan efektif akan
memastikan ibu hamil memiliki kadar Hb yang normal dan mencegah
9
pelaksanaan tindakan tranfusi darah. Peningkatan oksigen melalui tranfusi
darah telah ditentang selama dekade terakhir. Selain itu, tindakan tranfusi
beresiko menimbulkan masalah yang lain, seperti transmisi virus dan bakteri
(Pratami, 2016).
Tinjauan Cochrane terhadap 17 penelitian menemukan bahwa pemberian
zat besi oral dapat menegurangi anemia defesiensi zat besi selama trimester
II kehamilan dan meningkatkan kadar Hb dan firitin seru dibandingkan
dengan pemberian plasebo. Penelitian tersebut diambil dari 101 penelitian
yang sebagian besar uji cobanya berfokus pada hasil laboratorium tentang
efek perlakuan berbeda terhadap ibu hamil yang mengalami anemia
defesiensi zat besi, penilaian morbiditas ibu & bayi, parameter faal darah,
dan efek samping pengobatan. Terdapat satu uji acak terkontrol yang
menyatakan bahwa pemberian zat besi oral harian selama empat minggu
memiliki hasil yang lebih baik dalam meningkatkan kadar Hb rata-rata 19,5
g/dl. Zat besi oral dan iron polymaltose aman diberikan dan dapat
meningkatkan kadar Hb dengan lebih efektif dibandingkan dengan
pemberian zat besi oral secara terpisah pada anemia defesiensi zat besiyang
berkaitan dengan kehamilan (Pratami, 2016).
Konsumsi suplemen zat besi setiap hari berkaitan erat dengan
peningkatan kadar Hb ibu sebelum dan sesudah pelahiran. Selain itu,
tindakan tersebut juga mengurangi resiko anemia yang berkepanjangan. Ibu
yang mengkonsumsi suplemen zat besi atau asam folat, baik harian maupun
intermiten, tidak menunjukan perbedaan efek yang signifikan. Konsumsi zat
besi oral yang melebihi dosis tidak meningkatkan hematokrit, tetapi
meningkatkan kadar Hb. Pemberian suplemen zat besi oral sering kali
menimbulkan efek samping mual dan sembelit. Sekitar 10-20% ibu yang
mengkonsumsi zat besi oral pada dosis pengobatan mengalami efek
saamping, seperti mual, muntah, konstipasi atau diare. Ibu hamil yang
menderita anemia berat mungkin memerlukan tranfusi darah, yang terkadang
tidak memberi peningkatan kondisi yang signifikan. Selain itu, tranfusi darah
juga menimbulkan resiko, baik bagi ibu maupun janin (Pratami, 2016).
10
Pemberian suplemen zat besi secara rutin pada ibu hamil yang tidak
menunjukan tanda kekurangan zat besi dan memiliki kadar Hb lebih dari 10,0
g/dl terbukti memberi dampak positif, yaitu prevelensi anemia selama hamil
dan enam minggu postpartum berkurang. Efek samping berupa
hemokonsentrasi, yaitu kadar Hb lebih dari 13,o g/dl lebih sering terjadi pada
ibu yang mengkonsumsi suplemen zat besi atau asam folat setiap hari
dibandingkan ibu yang tidak mengkonsumsi supleman. Dalam menagani
anemia, profesional kesehatan harus menerapkan strategi yang sesuai
dengan kondisi yang dialami oleh ibu hamil. Penanganan anemia defesiensi
zat besi yang tepat akan meningkatkan parameter kehamilan fisiologis dan
mencegah kebutuhan akan intervensi lebih lanjut (Pratami, 2016).
2.1.2 Penatalaksanaan Keperawatan
Pendidikan kesehatan pada ibu hamil yang menderita anemia adalah
dengan menkonsumsi nutrisi yang baik untuk mencegah terjadinya anemia
jika sedang hamil, makan makanan yang tinggi kandungan zat besi (seperti
sayuran berdaun hijau, daging merah, sereal, telur, dan kacang tanah) yang
dapat membantu memastikan bahwa tubuh menjaga pasokan besi yang
diperlukan untuk berfungsi dengan baik. Selain itu pemebrian vitamin adalah
cara terbaik untuk memastikan bahwa tubuh memiliki cukup asam besi dan
folat, dan pastikan tubuh mendapatkan setidaknya 27 mg zat besi setiap hari,
yaitu dengan cara mengkonsumsi makanan yang tinggi kandungan zat besi
(Proverawati, 2011).
11
Pada pengkajian ini ditemukan riwayat kehamilan yang berdekatan, dan
riwayat penyakit-penyakit tertentu seperti infeksi yang dapat
memungkinkan terjadinya anemia
b. Riwayat kehamilan dan persalinan
Biasanya ditemukan kehamilan pada usia muda, dan kehamilan yang
berdekatan
Pola Aktivitas Sehari-hari
a. Pola makan
Ditemukan ibu kurang mengkonsumsi makanan yang kaya nutrisis
seperti sayuran berdaun hijau, daging merah dan tidak mengkonsumsi
tablet Fe
b. Pola aktivitas/istirahat
Biasanya pada ibu hamil yang menderita anemia mudahkelelahan,
keletihan, malaise, sehingga kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih
banyak
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Ibu hamil terlihat lemah, lesu, tekanan darah menurun, nadi menurun,
pernapasan lambat.
b. Rambut biasanya rontok dan terdapat bintik hitam diwajah
c. Mata biasanya konjungtiva anemis dan skelera tidak ikterik
d. Mulut biasanya bibirnya pucat dan membran mukosa kering
e. Abdomen
Inspeksi : pembesaran perut tidak sesuai usia kehamilan
Palpasi : tidak teraba jelas bagian janinya
Auskultrasi : denyut jantung janin antara 120-130 kali/menit
Ekstremitas
CRT>2 detik, terdapat varises dikaki, tidak ada udema, dan akral biasanya
dingin
Pemeriksaan Laboraturium
12
Hb : Biasanya Hb pada trimester pertama dab ke tiga
kurang dari 11 g/dl dan pada timester dua <10,5 g/dl
13
sistolik dan mengkonsumsi pelunan
feses) jika diperlukan
penurunan tekanan √
6. Instruksikan pasien dan
darah
keluarga untuk memonitor
diastolic
tanda-tanda perdarahan dan
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nutrisi
selama …x 24 jam, diharapakan nutrisi 1. Tentukan jumlah kalori dan
terpenuhi dengan kriteria hasil: jenis nutrisi yang dibutuhkan
Noc: nafsu makan 1005 untuk memenuhi persyaratan
Skala 1 2 3 4 5 gizi
2. Monitor kalori dan asupan
Keinginan untuk makan √
makanan
Rangsangan untuk √ 3. Monitor kecendrungan
terjadinya penurunan dan
14
makan kenaikan berat badan
4. Berikan arahan bila diperlukan
Skala Outcome :
5. 1 = sangat terganggu
Monitor Nutrisi
6. 2 = banyak terganggu
1. Timbang berat badan pasien
7. 3 = cukup terganggu
2. Monitor kecendrungan turun
8. 4 = Sedikit terganggu
dan naiknya berat badan
5 = tidak terganggu
3. Identifikasi pertumbuhan berat
badan terakhir
Noc: status nutrisi: asupan nutrisi 1009
4. Monitor tugor kulit dan
Skala 1 2 3 4 5 mobilitas
9. 1 = sangat terganggu
2 = banyak terganggu
3 = cukup terganggu
4 = Sedikit terganggu
5 = tidak terganggu
15
Skala 1 2 3 4 5 9. Dukung ungkapan perasaan
mengenai latihan atau
Frekuennsi nadi saat √
kebutuhan untuk melakukan
beraktivitas (80-100
latihan
kali/menit)
10. Dukung individu untuk memulai
Tekanan darah sistolik √
atau melanjutkan latihan
saat beraktivitas (110-140
11. Lakukan latihan bersama
mmHg)
individu, jika diperlukan
Tekanan darah diastolik √
12. Libatkan keluarga/orang yang
dalam
memberikan perawatan dalam
beraktivitas (75-85mmHg)
merencanakan dan
Frekuensi pernapasan √
meningkatkan program latihan
ketika
13. Instruksikan individu terkait
beraktivitas(12-
frekuensi, durasi, dan intensitas
20kali/menit)
prodram latihan yang diinginkan
Skala Outcome :
14. Monitor respon individu
1 = sangat terganggu
terhadaap program latihan
2 = banyak terganggu
15. Sediakan umpan balik positif
3 = cukup terganggu
atau usaha yang dilakukan
4 = Sedikit terganggu
individu
5 = tidak terganggu
16
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, I.B.G, Manuaba, I.A.C & Manuaba, I.B.G.R. (2007). Pengantar kuliah
Obstetri. Jakarta : ECG
Tarwono & Wasnidar. (2007).Buku SakuAnemia pada Ibu Hamil. Jakarta : Trans
Info media
17