Anda di halaman 1dari 33

Keperawatan Bedah

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA NY.S

DENGAN DIAGNOSA MEDIS CA MAMAE PRO MODIFIED RADICAL MASTEKTOMI

DI RUANGAN O.K SENTRAL RS TKT II DR SOEPRAOEN MALANG

DEPARTEMEN BEDAH

Oleh :

Ika Wahyuni Puji Lestari

190070300011018

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2020
Keperawatan Bedah

CARSINOMA MAMAE

I. DEFINISI

Carsinoma Mamae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal

mammae dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal, berkembang biak dan

menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah ( Nurarif, 2015 ) dan merupakan salah

satu kanker terbanyak ditemukan di Indonesia pada umur 40-49 tahun.

II. ETIOLOGI

Penyebab pasti dari kanker payudara belum diketahui, diperkirakan multifaktor yaitu

banyak faktor yang saling terkait satu sama lain untuk mempengaruhi terjadinya kanker

payudara. Ada beberapa factor kemungkinannya yang terdiri dari faktor risiko yang tidak

dapat diubah (unchangeable) dan dapat diubah (changeable), yaitu :

1. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Diubah (unchangeable)

a. Faktor Usia

Semakin tua usia seorang wanita, maka risiko untuk menderita kanker

payudara akan semakin tinggi. Pada usia 40-64 tahun adalah kategori usia

paling berisiko terkena kanker payudara, terutama bagi mereka yang

mengalami menopause terlambat yaitu setelah umur 55 tahun (Mulyani dan

Nuryani, 2013).

Berdasarkan penelitian Pulungan, R.M (2010) yang mengutip penelitian

Azamris tahun 2006 mengatakan bahwa di RS M. Djamil Padang dengan

desain case control diperkirakan risiko kelompok usia ≥40 tahun terkena kanker

payudara 1,35 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok wanita usia < 40

tahun (OR = 1,35) (Pulungan, R.M, 2010).


Keperawatan Bedah

b. Faktor Genetika

Wanita yang memiliki one degree relatives (keturunan di atasnya) yang

menderita/pernah menderita kanker payudara atau kanker indung telur memiliki

risiko kanker payudara yang lebih tinggi. Namun, kanker payudara bukan

penyakit keturunan seperti diabetes melitus atau hemofilia maupun alergi.

Walaupun demikian, gen yang dibawa wanita penderita kanker payudara

mungkin saja dapat diturunkan sekitar 5 – 10% (Savitri, Astrid, dkk,

2015).Wanita dengan mutasi genetik BRCA1 atau BRCA2 harus diperhatikan

dalam kategori risiko tinggi (Rasjidi dan Lengkung, 2009). Bila ibu, saudara

wanita mengidap kanker payudara maka ada kemungkinan untuk memiliki risiko

terkena kanker payudara dua kali lipat dibandingkan wanita lain yang tidak

mempunyai riwayat keluarga yang terkena kanker payudara. Jadi, ada

beberapa keluarga yang memiliki risiko terkena kanker lebih tinggi dibandingkan

dengan keluarga lainnya (Supriyanto, Wawan, 2010).

c. Usia Saat Menstruasi Pertama (Menarche) Dini

Jika seseorang wanita mengalami menstruasi di usia dini, sebelum

12 tahun wanita akan memiliki peningkatan risiko kanker payudara. Karena

semakin cepat seorang wanita mengalami pubertas berhubungan dengan

lamanya paparan hormon estrogen dan progesteron pada wanita yang

berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara

(Mulyani dan Nuryani, 2013).

Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang dengan

desain case control menunjukkan bahwa risiko bagi wanita yang menarche
Keperawatan Bedah

pada umur ≤12 tahun terkena kanker payudara 3,6 kali lebih tinggi

dibandingkan dengan kelompok wanita yang menarche pada umur > 12 tahun

(OR = 3,6) (Indriati, R, dkk, 2009).

d. Menopause Usia Lanjut

Hasil penelitian Pulungan R.M (2010) Menopause setelah usia 55 tahun

meningkatkan risiko untuk mengalami kanker payudara. Kurang dari 25%

kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause sehingga diperkirakan

awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan klinis.

(Pulungan, R.M, 2010).

e. Riwayat Adanya Penyakit Tumor Jinak

Beberapa tumor jinak pada payudara dapat bermutasi menjadi ganas,

seperti atipikal duktal hyperplasia (Rasjidi, Imam dan Lengkung K, 2009).

Wanita dengan hyperplasia atipikal mempunyai risiko 5,0 kali lebih besar untuk

terkena kanker payudara (RR = 5,0) dan yang hyperplasia tipikal mempunyai

risiko 4,0 kali lebih besar untuk terkena kanker payudara (RR = 4,0) (Briston, L,

2008).

2. Faktor Risiko yang Dapat Diubah (changeable)

a. Riwayat Kehamilan

Usia maternal lanjut saat melahirkan anak pertama, semakin besar risiko

untuk terkena kanker payudara. Pada usia 30 tahun atau lebih dan belum

pernah melahirkan anak risiko terkena kanker payudara juga akan meningkat

(Mulyani dan Nuryani, 2013). Wanita yang belum pernah melahirkan

mempunyai risiko 4,0 kali lebih besar dibandingkan wanita yang sudah lebih
Keperawatan Bedah

dari sekali melahirkan untuk terkena kanker payudara (RR = 4,0) (Briston, L,

2008).

Resiko kanker payudara menunjukkan peningkatan seiring dengan

peningkatan usia di mana seseorang mengalami kehamilan pertama terutama

wanita yang mengandung pada usia di atas 35 tahun. Hal ini diperkirakan

karena adanya rangsangan pematangan sel-sel payudara yang disebabkan

oleh kehamilan, membuat sel-sel lebih peka terhadap perubahan ke arah

keganasan. Dalam suatu penelitian ditemukan bahwa usia kehamilan pertama

memiliki dampak yang lebih besar terhadap resiko kanker payudara

dibandingkan kehamilan berikutnya.

b. Masa Menyusui

Menyusui sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi.

Namun, ternyata tidak hanya bermanfaat bagi bayi tetapi juga bagi sang ibu.

Suatu penelitian menyebutkan bahwa menyusui mempunyai efek perlindungan

terhadap resiko kanker payudara. Penelitian lain juga menyebutkan bahwa

waktu menyusui yang lebih lama mempunyai efek yang lebih positif dalam

menurunkan resiko kanker payudara di mana terjadi penurunan kadar hormon

estrogen dan pengeluaran bahan-bahan pemicu kanker selama proses

menyusui. Penelitian lain juga menyebutkan semakin lama waktu menyusui,

semakin besar efek perlindungan terhadap kanker yang ada, dan ternyata

resiko kanker menurun sebesar 4,3% tiap tahunnya pada wanita menyusui.

c. Konsumsi Lemak Tinggi dan Obesitas Setelah Menopause

Wanita yang mengalami kelebihan berat badan (obesitas) dan

mengkonsumsi makanan yang berlemak berisiko 2 kali lebih tinggi dari yang
Keperawatan Bedah

tidak obesitas dan yang tidak mengkonsumsi makanan berlemak. Makann

berelemak dapat menjadi pemicu timbulnya kanker. Lemak yang berlebihan di

dalam darah meningkatkan kadar estrogen dalam darah, sehingga akan

meningkatkan pertumbuhan sel-sel kanker (Macinnis, R., et al).

Biasanya obesitas timbul karena jumlah kalori yang masuk melalui

makanan lebih banyak daripada kalori yang dibakar, keadaan ini bila

berlangsung bertahun-tahun akan mengakibatkan penumpukan jaringan

lemak yang berlebihan dalam tubuh, sehingga terjadilah obesitas. Misalnya

satu batang coklat sehari yang dikonsumsi, ini setara dengan kelebihan 100

kalori per hari, bila berlangsung terus-menerus, akan berakibat penambahan 5

kg berat badan dalam 12 bulan, atau lebih dari 50 kg dalam 10 tahun (Van

den Brandt, P.A., et al)

Disamping itu, keadaan lingkungan seseorang dan faktor keturunan

juga berpengaruh akan timbulnya obesitas. Meskipun jumlah total lemak yang

dimakan orang menjadi perhatian, ada bukti bahwa lemak hewani jauh lebih

berbahaya daripada lemak nabati. Satu studi mencatat peningkatan 200

persen pada kanker payudara di kalangan mereka yang mengkonsumsi

daging sapi atau babi lima sampai enam kali per minggu.

Seorang wanita yang mengalami obesitas setelah menopause akan

berisiko 1,5 kali lebih besar untuk terkena kanker payudara dibandingkan

dengan wanita berberat badan normal (OR=1,5) (Yustiana, O, 2013).

Lemak memiliki banyak efek dalam tubuh. Ia meningkatkan produksi

hormon dan dengan demikian meningkatkan risiko kanker payudara. Ia juga

merangsang produksi asam empedu yang telah dikaitkan dengan kanker usus
Keperawatan Bedah

besar. Pola makan rata-rata di AS adalah sekitar 37 persen lemak. National

Cancer Institute menyarankan agar orang menurunkan persentase itu menjadi

30 persen, namun penelitian telah menunjukkan bahwa asupan lemak harus

berada jauh di bawah 30 persen supaya dapat berpengaruh anti kanker.

Sepuluh sampai 15 persen lebih mungkin untuk membantu.

d. Penggunaan Hormon Estrogen dan Progestin

Seorang wanita yang mendapatkan terapi penggantian hormon estrogen saja

atau estrogen plus progestin selama lima tahun atau lebih setelah menopause

akan memiliki peningkatan risiko mengembangkan kanker payudara (WHO,

2012).

e. Mengkonsumsi Alkohol dan Rokok

Wanita yang sering mengkonsumsi alkohol akan berisiko terkena kanker

payudara karena alkohol menyebabkan perlemakan hati, sehingga hati bekerja

lebih keras dan lebih sulit memproses estrogen agar keluar dari tubuh.

Konsumsi alkohol lebih dari satu kaleng bir atau segelas anggur (200-300 cc)

bisa meningkatkan risiko kanker payudara karena alkohol juga bisa

meningkatkan estrogen tubuh (Yustiana, O, 2013).

Menurut penelitian Pulungan R.M. (2010) yang mengutip penelitian

Briston (2008) menyatakan bahwa di Amerika Serikat dengan desain cohort,

laki-laki yang merokok mempunyai risiko 1,26 kali lebih besar dibandingkan

dengan laki-laki yang tidak merokok untuk terkena kanker payudara

(RR=1,26) (Pulungan, R.M, 2010).

f. Mengkonsumsi Makanan Siap Saji

Mengkonsumsi junk food secara berlebihan dari usia dini dapat


Keperawatan Bedah

meningkatkan risiko terkena kanker payudara. Lemak tubuh akan meningkat

apalagi tidak diimbangi dengan olahraga sehingga akan berlanjut pada

resistensi insulin dan keinginan untuk mengkonsumsi lebih banyak karbohidrat

yang mengandung gula menjadi meningkat. Lemak pada tubuh yang lebih

banyak akan berlanjut lebih banyak pula kadar estrogen sehingga

pertumbuhan payudara dan menstruasi lebih cepat (National Cancer Institute,

2013).

Menurut penelitian Olwin Nainggolan (2009) menyatakan bahwa

mengonsumsi makanan siap saji dengan lemak berisiko 1,73 kali lebih besar

dibandingkan dengan mengonsumsi makanan sehat yang kurang lemak

(OR=1,73) (Nainggolan, Olwin, 2009).

f. Aktivitas Fisik

Penelitian terbaru dari Women’s Health Initiative menemukan bahwa

aktivitas fisik pada wanita menopause yang berjalan sekitar 30 menit per hari

dikaitkan dengan penurunan 20% risiko kanker payudara. Namun, pengurangan

risiko terbesar diantara wanita yang berberat badan normal (Yustiana, O, 2013).

Aktivitas fisik memiliki efek proteksi terhadap kejadian kanker payudara karena

membantu mempertahankan berat badan selalu berada dalam keadaan normal.

Berdasarkan penelitian New National Institute for Health and Care

Excellence (NICE) penderita kanker payudara 1 dari 5 orang yang mengidap

akan berisiko lymphoedema di lengan, tangan, jari, atau bahkan dada.

Lymphoedema adalah pembengkakan yang disebabkan oleh pembentukan

kembali cairan getah bening pada permukaan jaringan dalam tubuh.


Keperawatan Bedah

Pembengkakan ini dapat terjadi setelah menjalani operasi pengangkatan kanker

payudara atau terapi radiasi yang merusak sistem kelenjar getah bening.

Sehingga, sangat dibutuhkan untuk melakkan aktivitas fisik yang rutin.

Adapun aktivitas fisik yang dimaksud dalam hal ini adalah akitivitas

fisik sederhana namun dilakukan secara rutin. Cukup dengan melakukan

pergerakan sederhana di setiap harinya, maka aktivitas fisik dapat

mengurangi risiko berbahaya yang ditimbulkan dari lymphoedema.

g. Riwayat Keterpaparan Radiasi

Semakin muda ketika menerima pengobatan radiasi, semakin tinggi risiko

untuk terkena kanker payudara di kemudian hari (Mulyani dan Nuryani, 2013).

Didukung dengan penelitian Indriati (2009) di RS Dr. Kariadi Semarang dengan

desain case control menunjukkan bahwa diperkirakan risiko bagi wanita yang

terpapar radiasi lebih dari 1 jam sehari untuk terkena kanker payudara 3,12 kali

lebih tinggi (OR= 3,12) (Indriati, R, dkk, 2009)

III. TANDA DAN GEJALA

Gejala dan pertumbuhan kanker payudara tidak mudah dideteksi karena awal

pertumbuhan sel kanker payudara tidak dapat diketahui dengan gejala umumnya

baru diketahui setelah stadium kanker berkembang agak lanjut, karena pada tahap

dini biasanya tidak menimbukan keluhan. Penderita merasa sehat, tidak merasa

nyeri, dan tidak mengganggu aktivitas. Gejala-gejala kanker payudara yang tidak

disadari dan tidak dirasakan pada stadium dini menyebabkan banyak penderita yang

berobat dalam kondisi kanker stadium lanjut. Hal tersebut akan mempersulit

penyembuhan dan semakin kecil peluang untuk disembuhkan. Bila kanker payudara

dapat diketahui secara dini maka akan lebih mudah dilakukan pengobatan. Tanda
Keperawatan Bedah

yang mungkin muncul pada stadium dini adalah teraba benjolan kecil di payudara

yang tidak terasa nyeri (Wiknjosastro, Abdul, dan Trijatmo, 2009).

Gejala yang dapat diamati atau dirasakan oleh orang yang terkena penyakit

kanker payudara ini antara lain adanya semacam benjolan yang tumbuh pada

payudara, yang lama kelamaan bisa menimbulkan rasa nyeri dan mendenyut-denyut

(Savitri, Astrid, dkk, 2015). Gejala penyakit ini sering tidak diperhatikan:

a. Munculnya benjolan tidak normal

b. Pembengkakan

c. Rasa nyeri di bagian putting

d. Pembengkakan kelenjar getah bening

e. Keluar cairan aneh di puting

f. Putih tenggelam (nipple retraction)

Tanda yang mungkin muncul pada stadium dini adalah teraba benjolan kecil

di payudara yang tidak terasa nyeri. Sedangkan, gejala yang timbul saat penyakit

memasuki stadium lanjut semakin banyak, seperti : timbulnya benjolan yang

semakin lama makin mengeras dengan bentuk yang tidak beraturan, saat benjolan

membesar baru terasa nyeri dan terlihat puting susu tertarik ke dalam yang tadinya

berwarna merah muda berubah menjadi kecoklatan, serta keluar darah, nanah, atau

cairan encer dari puting susu pada wanita yang tidak hamil dengan kulit payudara

mengerut seperti kulit jeruk (peau d’orange) seperti pada gambar


Keperawatan Bedah

Pada stadium awal jika ditekan dengan jari tangan benjolan tersebut, dengan

mudah dapat digerakkan di bawah kulit. Namun sewaktu benjolan itu semakin

melekat pada dinding dada atau kulit disekitarnya. Lama – kelamaan benjolan ini

semakin membengkak dan jadi borok di sekitar payudara. Kulit diatas benjolan

semakin mengkerut dan warnanya semakin merah seperti kulit jeruk. Jika kondisinya

sudah demikian, maka benjolan itu akan sampai ke ketiak, bentuk payudara sudah

berubah termasuk ukurannya semakin tidak nyaman lagi. Bila sudah demikian

biasanya kanker itu sampai mengeluarkan cairan dari puting susu, sedangkan

payudara tampak kemerah-merahan, dan kulit sekitar puting susu kelihatan bersisik.

Dengan puting susu tertarik ke dalam dan rasa gatal akan dirasakan. Rasa gatal ini

kadang-kadang disertai oleh pembengkakan salah satu payudara. Dan pada

stadium ini bisa pula timbul nyeri tulang, penurunan berat badan, dan

pembengkakan (Handayani, Suharmiati, dan Atika, 2012).

Gejala kanker payudara pada pria sama seperti kanker payudara yang

dialami wanita, mulanya hanya benjolan. Umumnya benjolan hanya dialami di satu

payudara, dan bila diraba terasa keras. Bila stadium kanker sudah lanjut, ada

perubahan pada puting dan daerah hitam di sekitar puting. Kulit putingnya

bertambah merah mengerut, tertarik ke dalam, ataupun puting mengeluarkan cairan

IV. KLASIFIKASI

Berdasarkan WHO Histological Classification of Breast Tumor (sifat

serangannya), kanker payudara diklasifikasikan sebagai berikut (Rahmadani, Winda,

2015) :
Keperawatan Bedah

1. Non - Invasif Karsinoma

Non-invasif karsinoma adalah kanker yang masih berada pada tempatnya,

merupakan kanker dini yang belum menyebar atau menyusup keluar dari tempat

asalnya. Non-invasif karsinoma dibedakan menjadi menjadi dua, yaitu:

a. Karsinoma duktus in situ

b. Karsinoma lobulus in situ

2. Invasif Karsinoma

Invasif karsinoma adalah kanker yang telah menyebar dan merusak jaringan

lainnya, bisa terlokalisir (terbatas pada payudara) maupun metastatik (menyebar ke

bagian tubuh lainnya). Sekitar 80% kanker payudara invasif adalah

kanker duktal dan 10% adalah kanker lobuler. Invasif karsinoma terdapat beberapa

jenis, antara lain:

a. Invasif Duktal Karsinoma

Invasif Duktal Karsinoma, umumnya juga dikenal sebagai karsinoma duktal

infiltratif, merupakan kanker payudara invasif yang ditandai dengan penyebaran sel-

sel kanker dari saluran air susu ke jaringan payudara dan kelenjar getah bening di

sekitarnya terdiri dari beberapa bagian antar lain : Papilobular karsinoma, solid-

tubular karsinoma, scirrhous karsinoma, Special types, Mucinous karsinoma, dan

Medulare karsinoma.

b. Invasif Lobular Karsinoma

Invasif duktal karsinoma adalah jenis kanker payudara yang berawal dari

kelenjar penghasil susu (lobules) payudara. Karsinoma lobular invasif adalah kanker
Keperawatan Bedah

invasif, yang berarti sel kanker yang telah rusak keluar dari lobulus dan memiliki

potensi untuk menyebar ke area lain dari tubuh. Karsinoma lobular invasif

merupakan jenis yang jarang dari semua kanker payudara. Jenis yang paling umum

dari kanker payudara dimulai pada duktus payudara (duktal karsinoma). Beberapa

kanker payudara mengandung sel-sel kanker lobular dan duktal. Karsinoma lobular

invasif biasanya tidak membentuk benjolan, seperti anggapan sebagian besar

wanita mengenai kanker payudara. Sebaliknya, karsinoma lobular invasif lebih

sering menyebabkan penebalan jaringan atau kepenuhan di salah satu bagian dari

payudara dan terdiri dari beberapa bagian antar lain : Adenoidcarsinoma merupakan

kanker payudara yang berbentuk oval dan sering menempel (invasif) pada jaringan

lain

a. Medullary carcinoma merupakan jenis karsinoma invasif yang sering menembus

kelenjar getah bening.

b. Mucinous karsinoma merupakan jenis kanker karsinoma lobular invasif yang

memproduksi gelatinous tumor

c. Inflammatory karsinoma merupakan paling invasif terlihat dengan kulit

mengalami pembengkakan diakibatkan pembuluh limfa terhambat.

2.5.3 Paget's Disease

Paget’s disease adalah suatu kanker yang jarang terjadi yang menyerupai

dermatitis (peradangan kulit berupa bercak kemerahan dan berasal dari kelenjar di

dalam atau di bawah kulit). Biasanya berasal dari kanker pada saluran susu di

payudara, sehingga kanker ini biasanya ditemukan di sekitar puting susu.


Keperawatan Bedah

Klasifikasi kanker payudara menurut TNM

TUMOR PRIMER

T0 Tidak ada bukti tumor primer

Tis Karsinoma Insitu


T1 Tumor ≤ 2 cm
T2 Tumor > 2 cm namun ≤ 5 cm

T3 Tumor > 5cm


Perluasan ke dinding dada dan
T4
inflamasi
KELENJAR GETAH BENING REGIONAL
Tidak ada tumor dalam kelenjar
N0
getah bening regional
Metastasis ke KGB ipsilateral yang
N1
dapat berpindah pinda
Metastasis KGB ipsilateral yang
N2
menetap
Metastasis ke kelenjar mamaria
N3
internal ipsilateral
METASTASIS JAUH

M0 Tidak ada metastasis jauh


M1 Metastasis jauh

Pengelompokkan Stadium

Tumor KGB Bertahan hidup


Stadium Metastasis
Primer regional 5 tahun
Keperawatan Bedah

Stadium 0 Tis N0 M0 99%

Stadium I T1 N0 M0 92%

Stadium II A T0 N1 M0 82%

T1 N1 M0
T2 N0 M0
Stadium II B T2 N1 M0

T3 N0 M0
Stadium III A T0 N2 M0 47%

T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N2,N3 M0
Stadium III B T4 N apa saja M0 44%

T apa saja N3 M0

Stadium IV T apa saja N apa saja M1 14%

V. PATOFISIOLOGI

Tumor/neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan cirri-ciri:


proliferasi sel yang berlebihan dan tidak berguna yang tidak mengikuti pengaruh
struktur jaringan sekitarnya.Neoplasma yang maligna terdiri dari sel-sel kanker yang
menunjukkan proliferasi yang tidak terkendali yang mengganggu fungsi jaringan normal
dengan menginfiltrasi dan memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar ke
organ-organ yang jauh. Di dalam sel tersebut terjadi perubahan secara biokimia
terutama dalam intinya. Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel di mana
telah terjadi transformasi maligna dan berubah menjadi sekelompok sel-sel ganas di
antar sel-sel normal (Price, 2005).
Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase(Price, 2005):
1. Fase induksi: 15-30 tahun
Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker, tapi bourgeois
lingkungan mungkin memegang peranan besar dalam terjadinya kanker pada
manusia.
Kontak dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun samapi bisa
merubah jaringan displasi menjadi tumor ganas. Hal ini tergantung dari sifat, jumlah,
Keperawatan Bedah

dan konsentrasi zat karsinogen tersebut, tempat yang dikenai karsinogen, lamanya
terkena, adanya zat-zat karsinogen atau ko-karsinogen lain, kerentanan jaringan
dan individu.
2. Fase in situ: 1-5 tahun
pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi pre-cancerous yang
bisa ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru-paru, saluran cerna, kandung
kemih, kulit dan akhirnya ditemukan di payudara.
3. Fase invasi
Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi meleui membrane sel
ke jaringan sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe.
Waktu antara fase ke-3 dan ke-4 berlangsung antara beberpa minggu sampai
beberapa tahun.
4. Fase diseminasi: 1-5 tahun
Bila tumor makin membesar maka kemungkinan penyebaran ke tempat-tempat lain
bertambah(Price, 2005).

Faktor predisposisi dan resiko tinggi hiperplasia pada sel mammae



Pertumbuhan sel-sel yang abnormal (sel kanker)

CA MAMMAE
↓ ↓ ↓ ↓
Keperawatan Bedah

Metabolisme↑ Mendesak jaringan Mendesak pembuluh Mendesak sel


ke sel kanker mammae darah syaraf
↓ ↓ ↓ ↓
Suplai nutrisi ke ↑ konsistensi Aliran pembuluh darah Menekan syaraf
sel kanker ↑ mammae terhambat nyeri
↓ ↓ ↓ ↓
Suplai nutrisi Pembengkakan Hipoksia jaringan Nyeri kronis
Ke jaringan lain mammae ↓
menurun ↓ ↓ Nekrosis jaringan
Massa tumor Ukuran ↓
Mendesak ke mammae Kerusakan integritas
Ke jaringan abnormal jaringan
Lain ↓
↓ ↓ Mammae asimetrik→ Perubahan status kesehatan
Infiltrasi pleura Perfusi ↓ ↓
Parietalis jaringan Gangguan citra diri Ansietas
↓ ↓
Ekspansi paru Terbentuk ulkus
Menurun ↓
↓ Kerusakan integritas jaringan
Peningkatan usaha ↓
Nafas Port entry masuknya mikroorganisme
↓ ↓
Gangguan pola Resiko infeksi
Nafas

CA MAMAE

Penatalaksanaan bedah dengan mastektomi


↓ ↓
Pre operasi Intra operasi & Post operasi
Keperawatan Bedah

↓ ↓
Kurang pajanan informasi Pengangkatan jaringan → Nyeri Akut
Terkait prosedur operasi mammae dan eksisi
↓ ↓
Cemas Resiko perdarahan

Ansietas
Keperawatan Bedah

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium meliputi:

a. Morfologi sel darah

b. Laju endap darah

c. Tes faal hati

d. Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum atau plasma

e. Pemeriksaan sitologik

Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian cairan yang keluar

spontan dari putting payudar, cairan kista atau cairan yang keluar dari

ekskoriasi

2. Mammagrafi

Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk mendeteksi secara dini.

Memperlihatkan struktur internal mammae untuk mendeteksi kanker yang tidak

teraba atau tumor yang terjadi pada tahap awal. Mammografi pada masa

menopause kurang bermanfaat karean gambaran kanker diantara jaringan kelenjar

kurang tampak(Price, 2005).

3. Ultrasonografi

Biasanya digunakan untuk mndeteksi luka-luka pada daerah padat pada mammae

ultrasonography berguna untuk membedakan tumor sulit dengan kista. kadang-

kadang tampak kista sebesar sampai 2 cm (Smeltzer&Bare, 2002).

4. Thermography

Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal; dari mammae atau

mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas karena peningkatan

suplay darah dan penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi (Smeltzer&Bare, 2002).

5. Xerodiography
Keperawatan Bedah

Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara pembuluh-pembuluh

darah dan jaringan yang padat. Menyatakan peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor

(Smeltzer&Bare, 2002).

6. Biopsi

Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau ganas, dengan

cara pengambilan massa. Memberikan diagnosa definitif terhadap massa dan

berguna klasifikasi histogi, pentahapan dan seleksi terapi(Price, 2005).

7. CT. Scan

Dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara pada organ

lain(Price, 2005)

8. Pemeriksaan hematologi

Yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada peredaran darah

dengan sendimental dan sentrifugis darah(Price, 2005).

VII. PENATALAKSANAAN

Batasan stadium yang masih oerabel/kurabel adalah stadium III a, sedangkan terapi

pada stadium IIIb dan IV tidak lagi mastektomi melainkan pengobatan

paliatif.Tindakan operatif tergantung pada stadium kanker :

a. Pada stadium I dan II lakukan mastektomi radikal atau modifikasi mastektomi

radikal. Setelah itu periksa KGB, bila ada metastasis lanjutan dengan radiasi

regional dan kemoterapi adjuvant. Dpat pula dilakukan mastektomi simpleks

yang harus diikuti dengan radiasi tumor bed fan daerah KGB regional. Pada

T2N1 dilakukan mastektomi radikal dan radiasi lokal didaerah tumor bed dan

KGB regional. Untuks etiap tumor yang terletak pad akuadran sentral atau

medial payudara harus dilakukan readiasi pada rantai KGB regional.

Alternatif lain pada tumor kecil dapat dilakukan tehnik Breast Conserving

Therapy, berupa paket terdiri dari pengangkatan tumor saja ditambah


Keperawatan Bedah

diseksi aksila dan radiatif kuratif (ukuran tumor kurang dari 3cm) dengan

syarta tertentu. Metode ini dilakukan dengan eksisi baji, reseksi

segmental, reseksi parsial, kwandranektomi atau lumpektomi biasa,

diikuti dengan diseksi KGB aksila secara total dengan syarat :

- Tumor primer tidak lebih dari 2 cm

- N1b kurnag dari 2 cm

- Belum ada metastasis jauh

- Tidak ad atumor primer lain

- Payudara kontralateral bebas kanker

- Payudara sebelumnyya belum mendapatkan pengobatan sebelumnya

- Tidak dilakukan pad a;payudara yang kecil

- Tumor primer tidak terlokasi di belakang puting susu

b. Pada stadium IIIa dilakukan mastektomi radikal ditambah kemoterapi adjuvan

atau mastektomi simpleks ditambah radioterapi pada tumor be dan KGB regional

c. Pada stadium lebih lanjut dilakukan tindakan paliatif yang bertujuan “

1. Mempertahankan kualitas hidup pasien agar tetap baik dan menganggap

bahwa kematia adalah proses yang normal

2. Tidak mempercepat atau menunda kematian

3. Menghilangkan keluhan nyeri dan keluhan lain yang mengganggu.

Perawatan paliatifpun dapat dilakukan berdasarkan stadium yaitu :

VIII. PENCEGAHAN

Pencegahan ditujukan kepada orang sehat yang belum memiliki faktor risiko

dengan memberikan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan penyakit tidak

berkembang yaitu dengan membiasakan pola hidup sehat sejak dini dan menjauhi

faktor risiko changeable (dapat diubah) kejadian kanker payudara. Pencegahan

primer yang dapat dilakukan antara lain :


Keperawatan Bedah

a. Perbanyak konsumsi buah dan sayuran yang banyak mengandung serat dan

vitamin C, mineral, klorofil yang bersifat antikarsinogenik dan radioprotektif, serta

antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas, berbagai zat kimia dan logam

berat serta melindungi tubuh dari bahaya radiasi.

b. Perbanyak konsumsi kedelai serta olahannya yang mengandung fitoestrogen

yang dapat menurunkan risiko terkena kanker payudara.

c. Hindari makanan yang berkadar lemak tinggi karena dapat meningkatkan berat

badan menyebabkan kegemukan atau obesitas yang merupakan faktor risiko

kanker payudara

d. Pengontrolan berat badan dengan berolah raga dan diet seimbang dapat

mengurangi risiko terjadinya kanker payudara.

e. Hindari alkohol, rokok, dan stress.

f. Hindari keterpaparan radiasi yang berlebihan. Wanita dan pria yang bekerja di

bagian radiasi diusahakan menggunakan alat pelindung diri.

g. Pemeriksaan Payudara Sendiri

Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah pemeriksaan payudara

sendiri untuk dapat menemukan adanya benjolan abnormal. Pemeriksaan ini dapat

dilakukan sendiri tanpa harus pergi ke petugas kesehatan dan tanpa harus

mengeluarkan biaya. Pemeriksaan optimum dilakukan pada sekitar 7-14 hari setelah

awal siklus menstruasi karena pada masa itu retensi cairan minimal dan payudara

dalam keadaan lembut, tidak keras, jika membengkak akan mudah dikenali.

Wanita yang dianjurkan untuk melakukan SADARI adalah pada saat wanita

sejak pertama mengalami haid. Adapun tahap-tahap melakukan SADARI, yaitu :


Keperawatan Bedah

a. Tahap awal, berdirilah di depan cermin, pandanglah kedua payudara.

Perhatikan kemungkinan adanya perubahan yang tidak biasa seperti cairan dari

puting, pengerutan, penarikan atau pengelupasan kulit.

b. Angkatlah kedua tangan ke atas kepala. Perhatikan, apakah ada kelainan. Pada

kedua payudara atau puting.

c. Kedua tangan diletakkan di pinggang agak membungkuk ke arah cermin sambil

menarik bahu dan siku ke arah depan. Periksa kembali, apakah ada perubahan

atau kelainan pada kedua payudara atau puting.

d. Angkatlah lengan kanan, dengan menggunakan 3-4 jari tangan kiri untuk

memeriksa payudara kanan secara lembut, hati-hati, dan secara menyeluruh.

Dimulai dari bagian tepi sisi luar, tekankan ujung jari tangan membentuk

lingkaran-lingkaran kecil dan pindahkan lingkaran itu secara lambat seputar

payudara. Secara bertahap lakukan ke arah puting. Pastikan mencakup seluruh

payudara. Berikan perhatian khusus di daerah antara payudara dengan ketiak,

termasuk bagian ketiak sendiri. Rasakan untuk setiap benjolan yang tidak biasa

atau benjolan di bawah kulit.

e. Dengan kedua tangan, pijat puting payudara kanan dan tekan payudara untuk

melihat apakah ada cairan atau darah yang keluar dari puting payudara.

Lakukan hal yang sama pada payuadara yang kiri.

f. Mengulangi langkah d) dan e) dengan posisi berbaring. Berbaringlah dengan

permukaan yang rata, berbaringlah dengan lengan kanan di belakang kepala

dan bantal kecil atau lipatan handuk diletakkan di bawah pundak.


Keperawatan Bedah

Adapun program dari American Cancer Society, yang dalam programnya

menganjurkan sebagai berikut :

1. Wanita > 20 tahun melakukan SADARI tiap tiga bulan.

2. Wanita > 35-40 tahun melakukan mammografi

3. Wanita > 35 – 40 tahun melakukan check up pada dokter ahli

4. Wanita > 50 tahun check up rutin/ mammografi setiap tahun

5. Wanita yang mempunyai faktor risiko tinggi (misalnya ada riwayat penderita

kanker) pemeriksaan ke dokter lebih rutin dan sering.

IX. KOMPLIKASI

Komplikasi potensial dari Ca payudara adalah limfederma. Hal ini terjadi jika saluran

limfe untuk menjamin aliran balik limfe ke sirkulasi umum tidak berfungsi dengan

adekuat. Jika nodus eksilaris dan sistem limfe diangkat, maka sistem kolateral dan

aksilaris harus mengambil alih fungsi mereka. Apabila mereka diinstruksikan dengan

cermat dan didorong untuk meninggikan, memasase dan melatih lengan yang sakit

selama 3-4 bulan. Dengan melakukan hal ini akan membantu mencegah perubahan

bentuk tubuh dan mencegah kemungkinan terbukanya pembengkakan yang

menyulitkan
Keperawatan Bedah

X. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

a. PENGKAJIAN

1. Identitas Klien

2. Keluhan Utama , Riwayat kesehatan saat ini dan terdahulu, riwayat keluarga

3. Pemeriksaan Fisik

4. Fokus pengkajian

Data bergantung pada berat dan lamanya ketidakseimbangan metabolik

dan pengaruh pada fungsi organ :

Pengkajian pada klien dengan kanker payudara diperoleh data sebagai berikut:
1. Aktifitas/istirahat:

Gejala: kerja, aktifitas yang melibatkan banyak gerakan tangan/pengulangan, pola

tidur (contoh, tidur tengkurap).

2. Sirkulasi

Tanda: kongestif unilateral pada lengan yang terkena (sistem limfe).

3. Makanan/cairan

Gejala: kehilangan nafsu makan, adanya penurunan berat badan.

4. Integritas Ego

Gejala: stresor konstan dalam pekerjaan/pola di rumah. Stres/takut tentang

diagnosa, prognosis, harapan yang akan datang.

5. Nyeri/kenyamanan

Gejala: nyeri pada penyakit yang luas/metastatik (nyeri lokal jarang terjadi pada

keganasan dini). Beberapa pengalaman ketidaknyamanan atau perasaan lucu pada

jaringan payudara. Payudara berat, nyeri sebelum menstruasi biasanya

mengindikasikan penyakit fibrokistik.


Keperawatan Bedah

6. Keamanan

Tanda: massa nodul aksila. Edema, eritema pada kulit sekitar.

7. Seksualitas

Gejala: adanya benjolan payudara, perubahan pada ukuran dan kesimetrisan

payudara. Perubahan pada warna kulit payudara atau suhu, rabas puting yang tak

biasanya, gatal, rasa terbakar atau puting meregang. Riwayat menarke dini (lebih

muda dari usia 12 tahun), menopause lambat (setelah 50 tahun), kehamilan

pertama lambat (setelah usia 35 tahun). Masalah tentang seksualitas/keintiman.

Tanda: perubahan pada kontur/massa payudara, asimetris. Kulit cekung, berkerut,

perubahan pada warna/tekstur kulit, pembengkakan, kemerahan atau panas pada

payudara. Puting retraksi, rabas dari puting (serosa, serosangiosa, sangiosa, rabas

berair meningkatkan kemungkinan kanker, khususnya bila disertai benjolan)

8. Penyuluhan/pembelajaran

Gejala: riwayat kanker dalam keluarga (ibu, saudara wanita, bibi dari ibu atau

nenek). Kanker unilateral sebelumnya kanker endometrial atau ovarium.

Pertimbangan Rencana Pemulangan: DRG menunjukkan rata-rata lama dirawat 4

hari. Membutuhkan bantuan dalam pengobatan/rehabilitasi, keputusan, aktivitas

perawatan diri, pemeliharaan rumah.

b. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN BATASAN KARAKTERISTIK

1. Nyeri kronis

a. Batas karakteristik

- Hambatan kemampuan untuk meneruskan aktivitas sebelumnya

- Perubahan pola tidur

- Anoreksia

- Ekspresi wajah nyeri


Keperawatan Bedah

- Bukti tanda nyeri dengan menggunakan standar daftra periksa nyeri

- Laporan perilaku nyeri/perubahan aktivitas

- Fokus pada diri sendiri

- Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri

- Keluhan karakteristik nyeri dengan standar instrumen nyeri

b. Faktor yang behubungan

Perubahan pola tidur, distres emosi, keletihan, peningkatan IMT, agen

pencedera, malnutrisi, kerusakan sistem syaraf

2. Risiko ketidakseimbangan cairan

a. Faktor risiko :

- Prosedur pembedahan mayor

- Trauma/perdarahan

b. Kondisi terkait

- Prosedur pembedahan mayor

- Penyakit ginjal dan kelenjar

- Perdarahan

- Luka bakar

3. Risiko hipotermia perioperatif

a. Faktor risiko

- Prosedur pembedahan

- Suhu praoperasi rendah (<36 c)

- Suhu lingkungan rendah

- Kombinasi anastesi regional dan umum

b. Kondisi terkait

Tindakan pembedahan
Keperawatan Bedah

4. Ansietas

Peyebab:

- Krisis situasional

- Kekhawatiran mengalami kegagalan

- Kurang terpapar informasi

- Ancaman terhadap konsep diri

Gejala dan tanda mayor:

- Merasa bingung

- Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi

- Tampak gelisah

- Tampak tegang

Gejala dan tanda minor:

- Merasa tidak berdaya

- Frekuensi nafas meningkat

- Tekanan darah meningkat

- Frekuensi nadi meningkat

- Muka tampak pucat

- Sering berkemih

- Kontak mata buruk

c. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

1. Nyeri Kronis

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat


nyeri menurun dengan kriteri hasil :
 Keluhan nyeri : Menurun

 Meringis : Menurun
Keperawatan Bedah

 Sikap protektif: Menurun

 Perasaan takut mengalami: Menurun

 Tekanan darah: Membaik

Tindakan Keperawatan: manajemen nyeri

 Observasi

- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas


nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Monitor keberhasilan terapi komplemter yang sudah diberikan
 Terapeuik
- Berikan teknik non fakmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis:
akupressur, terapi music, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/ dingin)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
 Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

2. Risiko ketidakseimbangan cairan

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan


keseimbangan cairan meningkat, dengan kriteria hasil:
 Asupan cairan: meningkat
 Output urin: meningkat
 Membran mukosa lembab:meningkat
 Tekanan darah: membaik
 Frekuensi nadi: membaik
 Kekuatan nadi: membaik
 Turgor kulit: membaik
 Dehidrasi: menurun
Tindakan keperawatan: Pemantauan cairan
 Observasi
Keperawatan Bedah

- Monitor frekuensi dan kekuatan nadi


- Monitor frekuensi nafas
- Monitor tekanan darah
- Monitor elstisitas/turgor kulit
- Monitor intake dan output cairan
- Identifikasi tanda-tanda hipovolemi
- Identifikasi faktor risiko ketidakseimbangan caian(mis: prosedur
pembedahan mayor, trauma/perdarahan)
 Terapeutik

- Atur interval pementauan sesuai dengan kondisi pasien


- Dokumentasikan hasip pemantauan
 Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasilpemantauan, jika perlu
3. Risiko hipotermia perioperatif
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan risiko
hipotermia perioperatif membaik dengan kriteria hasil:
 Menggigil: menurun
 Suhu tubuh: membaik
 Suhu kulit: membaik
 Tekanan darah: membaik
 Pucat: menurun
Tindakan keperawatan: manajemen hipotermia
 Observasi
- Monitor suhu tubuh
- Identifikasi penyebab hipotermia(mis: terpapar suhu lingkungan
rendah, pakaian tipis)
- Monitor tanda dan gejala akibat hipotermia ( hipotermia ringan:
takipnea, menggigil)
 Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang hangat (atur suhu ruangan)
- Lakukan penghangatan pasien (mis: selimut, menutup kepala,
pakaian tebal)
- Lakukan penghangatan aktif internal (mis: infus cairan hangat,
Keperawatan Bedah

oksgen hangat)
 Edukasi

- Anjurkan makan dan minum hangat

4. Ansietas

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan ansietas


menurun dengan kriteria hasil:
 Verbalisasi kebingungan: menurun
 Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi: menurun
 Perilaku gelisah: menurun
 Perilaku tegang: menurun
 Tekanan darah: membaik
 Frekuensi pernapasan, nadi: membaik
 Pola berkemih: membaik
Tindakan keperawatan: terapi relaksasi
 Observasi
- Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan
berkosentrasi atau gejala lain yang mengganggu kemampuan
kognitif
- Periksa ketegangan oto, frekuensi nadi, tekanan darah, dan
suhu
 Terapeutik
- Ciptakan lingkungan yang tenang tanpa gangguandengan
pencahayaan dan suhu ruangan nyaman, jika memungkinkan
- Gunakan nada suara yang lembut dengan irama lambat dan
berirama
- Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan
analgesik atau tindakanmedis lain, jika sesuai

 Edukasi
- Jelaskan tujuan, manfaat dan jenis relaksasi yang tersedia (mis:
musik,meditasi, napas dalam, relaksasi otot progesif)
- Anjurkan mengambil posisi yang nyaman
- Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
Keperawatan Bedah

- Anjurkan sering mengulangi/ melatih teknik yang dipilih


- Demontrasikan dan latih teknik relaksasi (mis: napas dalam,
peregangan atau imaginasi terbimbing)
Keperawatan Bedah

DAFTAR PUSTAKA

Bulechek dkk,2013, Nursing Interventions Classifications, Elsevier, United Kingdom

Dosen Keperawatan medical Bedah Indonesia , Rencana asuhan keperawatan Medical


Bedah Diagnosis Nanda 2015- 2017 Intervensi NIC hasil NOC , EGC Jakarta

LeMone dkk,2015 Buku Ajar Keperawatan Medika Bedah, EGC Jakarta

Moorheadk dkk, 2013, Nursing Outcomes Classifications, Elsevier, United Kingdom

Nurarif, A.H 2015, Aplikasi ASKEP Berdasarkan Diagnosa medis dan NANDA NIC-NOC,
MediaAction Publishing, Yogyakarta
PPNI (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1: Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1: Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai